1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain dalam dan luar lingkungan organisasi. Rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta, sebagai suatu organisasi atau lembaga institusi yang mengelola suatu multiusaha (pelayanan medis, administrasi umum dan keuangan, pelayanan laboratorium, farmasi dan alat kesehatan, pelayanan nutrisi dan sebagainya) harus memenuhi tuntutan baru di atas. Salah satu upaya mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembenahan internal wadah organisasi secara tepat dan sehat menuju rumah sakit yang terus berkembang dengan mobilitas tinggi, selaras dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009). Rochmanadji (2009) dalam “Being a Great and Sustainable Hospital” menyatakan rumah sakit merupakan organisasi pelayanan kesehatan yang unik dan serba padat, yaitu padat usaha, padat modal, padat kemuktahiran ilmu teknologi, padat sumber daya manusia (SDM) dan profesi karena berhadapan dengan dampak internal multiusaha rumah sakit, yaitu padat masalah. Fenomena rumah sakit sebagai padat masalah tersebut diperburuk oleh munculnya masalah regional dan global, yakni perubahan yang terjadi dengan sangat cepat, tantangan persaingan bebas, tuntutan perencanaan strategis berbasis kinerja, serta lahirnya paradigma organisasi dan kepemimpinan masa depan. Tantangan lingkungan lainnya yang dihadapi oleh rumah sakit adalah masyarakat yang kini cenderung
2
untuk memilih (choosy) dan gemar menuntut. Oleh karena itu rumah sakit sebagai pusat rujukan dari pelayanan tingkat dasar harus menjaga kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Rumah sakit BaliMed Denpasar merupakan salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Seperti halnya dengan rumah sakit lain BaliMed Denpasar kerap kali mengalami permasalahan yang menyangkut ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Rumah sakit BaliMed memiliki perawat yang jumlahnya dirasakan kurang memadai dari jumlah kunjungan pasien. Jumlah perawat yang dimiliki oleh rumah sakit BaliMed Denpasar dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Jumlah Perawat Rumah Sakit BaliMed Berdasarkan Unit Kerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Kerja
Poliklinik Hemodialisa ICU/ICCU R I Lt.2 R I Lt.3 R I Lt.4 Ruang Operasi (OK) Ruang Bayi UGD Ruang Bersalin (VK) Total Sumber : HRD BaliMed, Desember 2010
Total Karyawan (orang) 8 5 16 16 22 17 18 14 20 15 151
Perawat pelaksana sebagai anggota organisasi merupakan jumlah terbesar dari seluruh karyawan BaliMed yang menyebabkan kinerja perawat pelaksana menjadi lebih tersorot dari profesi yang lainnya. Perawat merupakan salah satu
3
tim pelayanan kesehatan terbesar yang dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit ditinjau dari sisi keperawatan meliputi aspek jumlah dan kemampuan tenaga profesional, motivasi kerja, dana, sarana dan perlengkapan penunjang, penyempurnaan manajemen rumah sakit sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah memberikan standar pelayanan kesehatan antara lain penekanan pelayanan kesehatan rumah sakit meliputi pelayanan medis dan keperawatan (Zaidin,2001). Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama yang harus dilakukan untuk mencapai kesembuhan pasien yang dirawat. Kesembuhan pasien yang dirawat di rumah sakit sangat ditunjang oleh peranan perawat dalam pemberian pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan, pendidikan terhadap pasien mengenai hal-hal yang menunjang kesehatan dan mempercepat penyembuhan penyakit (Zaidin,2001). Perawat sebagai subyek yang berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan mengemban tugas serta peranan yang berat, dimana perawat juga mengemban tugas sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Tuntutan hidup yang sedemikian kompleks akibat tugas dan beban moral yang diemban oleh para perawat dapat menimbulkan stress atau tekanan mental (Isnovijanti,2002). Salah satu tuntutan atau tekanan yang dirasakan oleh perawat BaliMed disebabkan banyaknya keluhan ketidakpuasan dari pasien maupun keluarga pasien atas sikap dan perilaku kerja dari perawat. Keluhan dan ketidakpuasan atas sikap serta perilaku kerja perawat rumah sakit BaliMed dapat dilihat pada Tabel 1.2
4
Tabel 1.2 Data Hasil Penelitian Mengenai Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit BaliMed Denpasar Tahun 2010 (Dalam Persentase) Penilaian Pelayanan Keperawatan Kecepatan perawat dalam memberikan pelayanan. Keramahan dan kesopanan perawat.
Buruk (1)
Kurang (2)
Baik (3)
Istimewa (4)
10
66
24
-
-
56
44
-
22
-
17
-
40
-
Pemberian informasi yang jelas dan 78 tepat dari perawat. Kepedulian terhadap kebutuhan dan 16 67 keinginan pasien. Kemudahan dalam berkomunikasi 5 52 dengan perawat. Sumber: Data olahan Marketing RS BaliMed, Desember 2010
Tabel 1.2 menunjukkan fokus kerja perawat rumah sakit BaliMed termasuk dalam kategori rendah, para perawat belum bekerja sesuai dengan harapan manajemen rumah sakit. Tekanan dan stress kerja tidak hanya disebabkan oleh keluhan pasien maupun keluarga pasien atas pelayanan kesehatan oleh perawat, akan tetapi disebabkan pula oleh faktor lingkungan kerja yakni jumlah pasien yang cukup banyak tidak sebanding dengan jumlah perawat yang ada. Perawat BaliMed disamping mengalami stress kerja juga mengalami konflik peran ganda. Perawat BaliMed yang sebagian besar didominasi oleh wanita menunjukkan keterlibatan wanita sebagai SDM dalam angkatan kerja dan hal ini akan membawa dampak terhadap kehidupan keluarganya. Beberapa faktor yang menjadi penyebab partisipasi wanita dalam dunia kerja adalah faktor ekonomi dan non ekonomi. Selain faktor ingin memperoleh pendapatan, wanita yang bekerja didorong pula oleh keinginan untuk berkembang, memperoleh kepuasan dari pekerjaan, dan aktualisasi kemampuan, serta perasaan bangga akan
5
diri dan kemandirian (walaupun penghasilan suami mencukupi). Kondisi dari adanya pasangan karier ganda (two career couple) akan menimbulkan masalah dalam hal mengelola pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Apabila keseimbangan tidak diperoleh maka akan menimbulkan konflik pekerjaan keluarga. Wanita lebih dihadapkan pada posisi yang dilematis antara peran keluarga (family role) dan peran pekerjaan (work role) dibandingkan dengan pria. Hal ini terjadi karena wanita secara alamiah mengandung dan melahirkan anak sehingga tuntutan terhadap kewajiban mendidik dan merawat anak menjadi lebih kuat dibandingkan dengan pria. Tuntutan peran keluarga menyebabkan tenaga kerja wanita mencurahkan sebagian besar perhatiannya kepada anak, suami dan orang tuanya. Di sisi lain tuntutan pekerjaan, memberikan kesempatan yang luas bagi wanita untuk mengembangkan diri pada pekerjaan guna memperoleh jabatan (posisi) yang lebih baik ataupun pendapatan yang lebih baik Ketidakseimbangan dan pencampuran peran yang terjadi secara terusmenerus dengan intensitas yang kuat dapat menyebabkan konflik peran ganda. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya konflik-konflik dalam perusahaan, bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha pencapaian tujuan perusahaan. Konflik yang tidak ditangani secara tepat dan bijaksana, menyebabkan tekanan jiwa atau stress pada diri karyawan. Stress merupakan suatu keadaan wajar yang terbentuk pada diri manusia sebagai respon dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Stress kerja muncul sebagai ketidakmampuan individu dengan lingkungan kerjanya, di
6
mana lingkungan memperlihatkan suatu permintaan yang sulit untuk dipenuhi oleh kemampuan sumber daya yang dimiliki seseorang. Hasil penelitian Chew (2002)
terhadap guru di SMP Kaoshiung, merawat anak merupakan faktor pemicu tertinggi terjadinya konflik pekerjaan keluarga dan adanya campur tangan keluarga dalam urusan pekerjaan merupakan faktor utama terjadinya stress kerja. Berdasarkan penelitian Chew menyatakan bahwa konflik pekerjaan keluarga yang dialami oleh wanita yang telah menikah dan memiliki anak lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang masih lajang. Permasalahan dan gangguan yang timbul akibat faktor psikologis pekerja wanita akan memberikan dampak atas kinerjanya. Berbagai masalah psikologis tersebut antara lain adanya perasaan bersalah telah meninggalkan keluarganya untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban pekerjaan yang tinggi serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Keadaan ini akan mengganggu pikiran dan mental karyawan wanita ketika bekerja. Gitosudarmo dan Sudita (1997) menyatakan bahwa stress mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif stress pada tingkat rendah sampai pada tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja pegawai, sedangkan pada tingkat negatif stress pada tingkat yang tinggi menyebabkan penurunan pada kinerja karyawan yang drastis. Konflik pekerjaan keluarga dapat menurunkan kinerja karyawan, meningkatkan keinginan untuk keluar, meningkatkan absensi, dan menurunya komitmen organisasi (Boles et al, 2001). Keadaan ini harus ditangani oleh organisasi dalam mengolah Sumber Daya Manusia untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
7
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit BaliMed untuk mengatasi dampak negatif konflik pekerjaan keluarga dan stress kerja adalah dengan mengelola sumber-sumber positif yang berada di sekitar individu atau dukungan sosial (social support). Parasuraman et al,(1992) mengartikan dukungan sosial sebagai tersedianya hubungan sosial, baik yang bersumber dari atasan, teman satu profesi maupun keluarga. Muluk (1995) dalam Isnovijanti (2002), dukungan sosial merupakan informasi verbal maupun non verbal berupa suatu tindakan yang diperoleh dari keakraban sosial atau kehadiran orang yang mendukung dan hal ini bermanfaat secara emosional serta perilaku pihak penerima dukungan sosial. Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa dukungan sosial dapat mengurangi beban atau tekanan yang dialami oleh seseorang. Berdasarkan wawancara pendahuluan dengan bagian sumber daya manusia BaliMed Denpasar, diperoleh informasi bahwa tingkat turnover karyawan yang terjadi di Rumah Sakit ini cukup tinggi, terutama pada tenaga paramedis perawat,
Hasil wawancara terhadap 9 (sembilan) orang perawat yang telah keluar dari rumah sakit BaliMed adalah sebagai berikut. 1) 2 (dua) orang menyatakan pindah ke perusahaan lain karena tawaran yang
lebih menarik dari segi kompensasi dan karier yang ditawarkan. 2) 1 (satu) orang menyatakan keluar karena melanjutkan pendidikan. 3) 1 (satu) orang menyatakan keluar karena suasana kerja yang kurang
kondusif dan beban kerja yang melebihi kemampuan yang dimiliki.
8
4) 5 (lima) orang menyatakan keluar dari rumah sakit BaliMed karena
mengurus rumah tangga yang akibat tuntutan suami dan mengurus anak. Perubahan dalam keluarga dan lingkungan kerja bagi perawat wanita yang memiliki anak telah meningkatkan kesadaran akan kewajiban utama keluarga sebagai tanggungg jawab utama dibandingkan dengan pekerjaan.
Konflik peran merupakan faktor pembentuk terjadinya stress di tempat kerja, walaupun terdapat beberapa faktor lain yang menjadi sumber stress perawat BaliMed Denpasar. Faktor pemicu stress lainnya adalah adanya tekanan dari supervisor (kepala ruang) sebagai atasan langsung perawat, tekanan menangani keluhan pasien dan keluarganya, tekanan menghadapi pasien dalam keadaan emergency, tuntutan pelaksanaan standar pelayanan prima, tuntutan menjadi patner dokter dalam setiap kasus (baik penyakit menular maupun tidak menular). Kebijakan rumah sakit atas layanan prima dan tekanan kerja diatas menuntut perawat wanita untuk mencurahkan perhatian, tenaga serta waktu memenuhi tuntutan kerja. Sehingga waktu yang dimilikinya untuk keluarga menjadi terbatas. Rasa stress akan semakin menguat jika hasil kerja yang dicapai oleh perawat wanita tidak sesuai dengan harapan manajemen, dimana tuntutan dan pekerjaan yang diembannya menimbulkan perasaan lelah fisik maupun emosional. 1.2 Rumusan Masalah
Perawat memiliki aspek-aspek tugas yang potensial menimbulkan stress, dimana akibat dari stress yang berkepanjangan dan terus-menerus akan menimbulkan adanya “burn out” seperti mudah emosi, kelelahan secara fisik dan
9
sebagainya. Penelitian dari Russell (1987) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima dari atasan dan rekan kerja dapat mengurangi tingkat stress kerja dan “burn out” pada profesi guru (pada penelitian ini perawat wanita). Dukungan sosial ini mampu untuk mengatasi konflik yang akibat peran pekerjaan dan keluarga yang dialami oleh para guru. Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1) Apakah konflik pekerjaan keluarga mempengaruhi stress kerja perawat
wanita rumah sakit BaliMed Denpasar? 2a) Apakah ada perbedaan stress kerja antara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga yang rendah dengan dukungan sosial yang rendah dibandingkan dengan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga yang rendah dengan dukungan sosial yang tinggi? 2b) Apakah ada perbedaan stress kerja antara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga yang tinggi dengan dukungan sosial yang rendah dibandingkan dengan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga yang tinggi dengan dukungan sosial tinggi? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
diungkapkan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1) Konflik pekerjaan keluarga mempengaruhi stress kerja perawat wanita
rumah sakit BaliMed Denpasar.
10
2a) Ada perbedaan stress kerja antara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga rendah dengan dukungan sosial rendah dibandingkan dengan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga rendah dengan dukungan sosial yang tinggi. 2b) Ada perbedaan stress kerja antara kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga yang tinggi dengan dukungan sosial yang rendah dibandingkan dengan kelompok perawat wanita yang memiliki konflik pekerjaan keluarga tinggi dengan dukungan sosial yang tinggi.
Manfaat Penelitian
1.4
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut. 1)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah
sakit BaliMed Denpasar terutama dalam manajemen organisasi yang berhubungan dengan stress kerja, konflik peran pekerjaan keluarga dan dukungan sosial terhadap perawat wanita. Pihak manajemen dapat menciptakan faktor-faktor positif melalui dukungan sosial serta mengetahui efek dukungan sosial yang terbaik bagi perawat wanita rumah sakit BaliMed. 2)
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris tentang
pengaruh
konflik
pekerjaan
keluarga
terhadap
stress
kerja
dengan
mempertimbangkan dukungan sosial sebagai salah satu upaya penyelesaian permasalahan.