BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengendalian mutu adalah aktivitas keteknikan dan manajemen yang dengan aktivitas tersebut dapat diukur ciri-ciri mutu dari produk yang ada, membandingkan dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan sebenarnya dan yang standar. Pada perusahaan mutu telah menjadi bagian yang penting dalam setiap proses produksi. Strategi yang dapat menjamin mutu adalah strategi yang dapat menjaga kestabilan proses, sehingga proses dapat dikendalikan dengan tujuan untuk dapat meminimalkan produk cacat. Pentingnya peranan mutu terhadap suatu produk membuat perlunya dilakukan pengendalian mutu. Pada pengendalian mutu ini diidentifikasi permasalahan yang ditemui dalam rangkaian proses produksi dan secara sistematis mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya menggunakan alat bantu yang disebut seven tools. Alat bantu ini berkembang penggunaannya di dalam proses kegiatan peningkatan mutu atau pemecahan masalah yang meliputi: 1) checksheet (lembar data), 2) stratifikasi, 3) histogram, 4) bagan kendali (control chart), 5) diagram pareto, 6) diagram pencar, dan 7) diagram sebab akibat atau diagram Ishikawa. Penggunaan alat bantu ini nantinya dapat diketahui mutu produk sekaligus mengevaluasi suatu proses produksi sehingga mudah dalam melakukan perbaikan.
1
Perusahaan yang sudah berkembang pesat, maju dan memiliki manajemen yang baik tentu saja sudah memiliki perangkat pengendalian mutu yang terpadu. Sehingga nantinya produk akhir yang diterima konsumen adalah produk
yang
benar-benar
berkualitas
tanpa
cacat.
Namun
seiring
berkembangnya dunia perindustrian, terutama industri pengolahan makanan sekarang sudah semakin menjamur industri-industri serupa dengan skala rumah tangga. Industri pengolahan makanan skala rumah tangga merupakan penggerak perekonomian daerah yang turut menopang kehidupan pemilik serta karyawan di dalamnya. Salah satu industri pengolahan makanan yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah pengolahan abon. Abon dinilai cukup potensial karena relatif mudah dalam proses produksinya, bahan baku yang mudah didapat, produk akhir yang diminati konsumen, serta keuntungan yang menjanjikan. Beberapa hal tersebut menjadikan pelaku industri rumah tangga cukup memperhitungkan abon sebagai hasil dari industri mereka. Abon ada beberapa macam tergantung dari bahan baku yang digunakan. Abon yang banyak diproduksi pelaku industri adalah abon sapi dan abon ayam. Namun sekarang sudah bertambah jenisnya seperti abon kambing, ikan tuna, serta abon lele. Penamaan abon disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan. Industri skala rumah tangga biasanya berkembang dengan manajemen seadanya dan belum tertata rapi. Mereka sudah memiliki surat ijin pendirian usaha dari Dinas Perindustrian dan label halal dari LPPOM MUI. Namun tetap saja pengelolaan keuangan, produksi, dan pemasaran masih terbatas pada pemilik. Sementara karyawan yang ada hanya melakukan aktivitas produksi
2
karena terbatas pada jumlah karyawan dan modal yang dimiliki. Hal ini menyebabkan persoalan menjaga mutu produk tidak terlalu diperhatikan karena bagi mereka banyak hal yang masih memerlukan perhatian khusus. Persoalan mutu tidak sesederhana seperti produk yang bersih, sehat, harga yang terjangkau serta memuaskan konsumen tetapi dapat lebih luas lagi. Oleh sebab itu diperlukan sistem pengendalian mutu terpadu agar produk abon yang dihasilkan mempunyai kualitas yang terjaga serta menghindari dari terjadinya produk cacat yang sampai ke konsumen. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah pembahasan mengenai pengendalian mutu produk abon di obyek penelitian Indutsri Rumah Tangga Makanan Kemas Merk “Bu Rejo”. Pembahasan yang diangkat adalah mengenai identifikasi produk cacat pada abon ayam. Menurut data yang ada pengendalian mutu terhadap produk akhir abon ayam belum dilakukan secara keseluruhan. Identifikasi menyeluruh diperlukan untuk meminimalkan kecacatan pada produk abon ayam, sehingga diperoleh produk yang berkualitas sesuai standar yang diharapkan. Hasil dari identifikasi tersebut dapat digunakan untuk meninimalkan kecacatan produk dan dilakukan perbaikan pada produk cacat yang ada. B. Perumusan Masalah Melakukan identifikasi terhadap produk cacat pada proses produksi abon ayam yang dihasilkan, yaitu dengan menggunakan metode seven tools of quality agar abon yang dihasilkan memenuhi standar yang diharapkan.
3
C. Batasan Masalah Aspek-aspek yang terkait pada penelitian ini sangat luas, agar lebih terarah, maka diperlukan suatu pembatasan masalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilaksanakan. Merujuk kepada isi dari perumusan masalah, dan berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan yang dimiliki, peneliti membatasi permasalahan berikut ini: 1. Identifikasi produk cacat di Industri Rumah Tangga Makanan Kemas Merk “Bu Rejo” yaitu produk abon ayam. 2. Perhitungan dan analisa jumlah produk cacat menggunakan alat bantu seven tools, yaitu checksheet, diagram pareto, peta kontrol dan diagram Ishikawa D. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi produk cacat pada abon ayam dan melakukan perhitungan terhadap produk cacat menggunakan alat bantu seven tools. 2. Melakukan analisa terhadap penyebab dari terjadinya produk cacat 3. Memberikan saran perbaikan pada industri agar produk cacat yang dihasilkan dapat diminimalkan
4
E. Manfaat Berdasarkan tercapainya tujuan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut. 1. Bagi Perusahaan. a. Perusahaan dapat mengevaluasi sistem pemilihan bahan baku serta penanganan yang telah dilakukan atau diterapkan untuk perbaikan serta peningkatan di masa yang akan datang. b. Menjamin kelangsungan hidup perusahaan dengan adanya produk yang memiliki kualitas dan kuantitas tinggi,disertai dengan pengembangan produk yang bermutu, karena kualitas bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dari kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. 2. Bagi Mahasiswa. a. Memperluas pengetahuan dan wawasan berpikir mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang dipelajari dan aplikasinya berkaitan dengan bidang ilmu lain. b. Mendapatkan pengalaman kerja sehingga dapat melihat, mengetahui, mempelajari dan memahami secara langsung proses pengolahan pangan di lingkungan industri dengan dasar teori yang telah diperoleh dalam kuliah beserta faktor-faktor yang terkait. c. Melatih keterampilan yang bersifat keilmuan (knowledge) dan keterampilan (skill, psikomotorik) dengan bidang ilmu yang telah diperolah di bangku perkuliahan dan praktikum, sekaligus tempat latihan bermasyarakat.
5