BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau
masa depan, pertumbuhan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan.
Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber
daya ekonomi,
yang mungkin dikendalikan dimasa depan dan untuk
mempredikasi kapasitas produksi dari sumber daya yang ada (Aminatuzzahra,
2010). Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, yang merupakan gambaran berbagai aktivitas suatu perusahaan dan dapat digunakan untuk melaporkan atau menginformasikan
kondisi
dan posisi
perusahaan pada pihak - pihak yang berkepentingan. Evalusi kinerja keuangan sangatlah dibutuhkan agar diperoleh keputusan keuangan yang tepat. Dimana evalusi kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan. Dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan akan diperoleh gambaran mengenai kondisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang dapat mengambil keputusan keuangan yang tepat tentunya akan mempunyai prosfek yang bagus dimasa yang akan datang. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola kinerja keuangannya ini terlihat dari laba yang meningkat setiap tahunnya, yang tidak lain juga merupakan tujuan perusahaan. Dan hal ini tentunya akan menjadi sebuah daya tarik bagi para
1
2
investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya ketidak berhasilan perusahaan dalam mendapatkan laba akan
menyebabkan tersingkirnya perusahaan dalam perekonomian.
Laba perusahaan itu sendiri dapat diukur dengan menggunakan rasio
keuangan yaitu rasio profitabilitas, yang salah satunya adalah ROE. Dimana ROE merupakan rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total ekuitas. ROE merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat
pengembalian (return) bagi para pemilik modal. ROE juga digunakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian modal sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang bersangkutan. Besarnya laba perusahaan tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya yaitu aktivitas perusahaan dalam memanfaatkan total assetnya yang dapat diukur dengan menggunakan rasio total assets turnover (TATO). Semakin tinggi rasio ini semakin efektif perusahaan dalam menggunakan total asset nya. Selain itu juga laba perusahaan dipengaruhi oleh struktur pendanaan atau struktur modal. Dimana sumber - sumber pendanaan suatu perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) yang berupa modal sendiri dan dari luar perusahaan (eksternal) yang berupa hutang. Kebijakan struktur modal ini tercermin dalam rasio debt to total equity (DER). Dengan DER yang tinggi perusahaan tidak hanya menaggung resiko kerugian yang tinggi tetapi mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang meningkat pula. Dimana aktivitas perusahaan dalam memanfaatkan total assetnya secara efektif dapat mengahasilkan penjualan yang optimal dan laba yang diperoleh juga
3
akan semakin tinggi. Tetapi hal tersebut pada kenyataanya tidak selalu demikian dikarenakan ada faktor struktur modal perusahaan yang bersangkutan dimana
perusahaan yang menggunakan hutang lebih banyak dibandingkan dengan modal
nya akan timbul biaya modal dari hutang tersebut yang dapat mengurangi laba
perusahaan. Seperti kita ketahui bahwa diakhir tahun 2008 dan tahun 2009 tahun lalu terjadi krisis keuangan global. Dimana
hal tersebut
berdampak pada
perekonomian dalam negeri. Seperti terlihat pada gambar 1.1 dibawah ini pertumbuhan ekonomi dalam negeri mengalami penurunan. Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi 10,00%
6,30%
6,10%
2007
2008
5,00%
4,50%
6,10%
0,00% 2009
2010
Sumber : BPS Gambaran pertumbuhan ekonomi dalam negeri diatas tentunya merupakan cerminan dari kondisi perindustrian dalam negeri. Tentunya sebagian besar indusri dalam negeri terkena imbas dari krisis keuangan tersebut. Mengingat kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan, tentunya dapat mempengaruhi kondisi perusahaan yang dapat dilihat dari labanya. Laba perusahaan yang seharusnya meningkat malah menjadi menurun. Di BEI perusahaan telah di kelompokan kedalam beberapa sektor industri. Dari pengelompokan tersebut sektor konstruksi, merupakan sektor dimana kegiatannya sangat di pengaruhi oleh daya beli
4
masyarakat dan pemerintah. Dimana daya beli masyarakat dan pemerintah dapat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, politik dan hal lainnya.
Ketua Kadin MS Hidayat, menyatakan bahwa semua kredit KPR dihentikan,
karena ada kesulitan mendapatkan likuiditas di perbankan dengan bunga deposito
15% dan lending rate sudah di atas 20% (www.detikFinance.com, 19/11/2008). Dengan penghentian kredit ini, maka industri properti terancam lumpuh. Sebagaimana diketahui terdapat lebih kurang 40 subsektor terkait industri properti
yang akan terpengaruh, seperti pemasok, kontraktor, sub-kontraktor dan semua pekerjaan pendukung. Industri konstruksi yang juga merupakan bagian dari industri properti tentunya akan turut terimbas. (www.propertiIndonesia.com, 01/12/2008). Selain itu juga sebagian besar perusahaan industri konstruksi mempunyai struktur modal dengan pendanaan hutang lebih besar dibandingkan modal sendirinya.
Dikarenakan alasan tersebut maka penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007- 2010. Berikut ini data empiris mengenai variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DER, TATO dan ROE. Tabel 1.1 Rata-rata DER, TATO dan ROE Pada Perusahaan Konstruksi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007 - 2010 Tahun Variabel 2007 2008 2009 2010 2,48 2,98 2,65 2,04 DER (X) 0,96 1,11 1,03 0,86 TATO (X) 13,56 8,68 12,66 14,33 ROE (%) Sumber : ICMD (2009) dan Annual Report 2010
5
Dilihat dari nilai rata-rata, DER perubahan yang tidak konsisten ada
kenaikan dan penurunan. Pata tahun 2008 DER naik sebesar 0,50; sementara pada
tahun 2009 turun sebesar 0,33 begitu pula tahun 2010 turun sebesar 0,61. Bila
dilihat secara keseluruhan, sebagian besar perusahaan konstruksi memiliki jumlah
hutang yang lebih besar dibandingkan dengan modal sendirinya. Semakin tinggi DER menunjukan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal rasio
ini menunjukan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar. Namun
turunnya DER ini tidak sejalan dengan turunnya ROE. Dilihat dari nilai rata-rata, TATO mengalami perubahan yang tidak konsisten ada kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2008 TATO naik sebesar 0,15; sementara pada tahun 2009 turun sebesar 0,08 begitu pula tahun 2010 turun 0,17. Artinya semakin tinggi TATO yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin efisien penggunaan asset yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Akan tetapi naiknya TATO ditahun 2008 tidak diikuti dengan kenaikan ROE. Sementara pada tahun 2009 dan 2010 TATO mengalami penuruan yang berarti penggunaan aset yang dilakukan perusahaan tidak efisien sehigga menyebabkan pengembalian dana dalam bentuk kas lambat atau berkurang. Namun turunnya TATO tersebut tidak sejalan dengan turunnya ROE. Dilihat dari nilai rata-rata, ROE perusahaan konstruksi mengalami perubahan yang tidak konsisten, ada penurunan dan kenaikan. Pada tahun 2008 ROE mengalami penurunan sebesar 4,88%; sementara pada tahun 2009 meningkat sebesar 3,98% begitupula tahun 2010 mengalami peningkatan 1,67%.
6
Selain itu juga ada ketidak konsistenan dari penelitian sebelumnya.
Dimana hasil penelitian terdahulu dari tiga variabel dalam penelitian ini, yang
menunjukan adanya research gap :
1.
Hasil Penelitian Kwan Billy Kwandinata (2005), dan Aminatuzzahra (2010) yang menunjukan adanya pengaruh positif signifikan TATO terhadap ROE
sementara Pieter Leunupun (2003) tidak menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap ROE.
2.
Hasil penelitain Shinta (2011) dimana DER tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan ROE. Sedangkan Kwan Billy Kwandinata (2005) dan Aminatuzzahra (2010) menunjukan adanya pengaruh positif yang signifikan DER terhadap ROE. Sementara penelitian Cyrillius Martono menunjukan bahwa rasio leverage keuangan tertimbang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk untuk menulis tugas akhir
dengan judul “PENGARUH DER (DEBT TO EQUITY RATIO) DAN TATO (TOTAL ASSET TURNOVER) DAN TERHADAP ROE (RETURN ON EQUITY)
PADA
PERUSAHAAN
SEKTOR
KONSTRUKSI
YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2007-2010 ”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan diatas, maka dapat
diuraikan pokok-pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
1.
Bagaimana perkembangan ROE, DER dan TATO pada perusahaan sektor
konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010?
2. Bagaimana dan berapa besar pengaruh DER (Debt To Equity Ratio) dan
TATO (Total Asset Turnover) secara parsial terhadap ROE pada perusahaan
sektor konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007 - 20101? 3. Bagaimana pengaruh DER (Debt To Equity Ratio) dan TATO (Total Asset Turnover) secara simultan terhadap ROE pada perusahaan sektor konstruksi
yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010 ?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ROE, DER dan TATO pada perusahaan sektor konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010
2.
Untuk mengetahui bagaimana dan berapa besar pengaruh variabel DER (Debt To Equity Ratio) dan TATO (Total Asset Turnover) secara parsial terhadap ROE pada perusahaan sektor konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007 2010
3.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh DER (Debt To Equity Ratio) dan TATO (Total Asset Turnover) secara simultan terhadap ROE pada perusahaan sektor konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010.
8
1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemgalaman khususnya dalam bidang manajemen perusahaan. Selain itu juga merupakan aplikasi dari matakuliah yang telah diterima di bangku perkuliahan.
2.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak menajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan – kebijakan yang akan diambil
dalam
mengoperasikan perusahaannya terutama dalam hal pengelolaan modal kerja agar dana yang tersedia bisa dimanfaatkan dengan efektif. 3.
Bagi Investor Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka menilai kinerja perusahaan, karena semakin tinggi ROE akan menarik minat investor atau kreditur untuk melakukan investasi.
1.4
Kerangka Pemikiran Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang semakin tinggi tentunya
akan membuat investor tertarik untuk menanamkan dananya, karena dengan laba perusahaan yang semakin tinggi, maka tingkat pengembalian yang diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Keadaan tersebut mampu memakmurkan para investor dimana hal ini merupakan tujuan utama perusahaan. Kinerja suatu
9
perusahaan dapat diukur dengan rasio-rasio keuangan yaitu : rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, maka digunakan rasio profitabilitas yaitu
ROE. ROE merupakan rasio antara laba bersih dengan total ekuitas. ROE
digunakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari modal sendiri ditanamkan dalam bisnis yang bersangkutan. yang Secara teori, laba perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari aktivitas perusahaan dalam memanfaatkan total assetnya. Rasio aktivitas menunjukan seberapa banyak penjualan yang dapat diciptakan dari setiap rupiah yang dimilikinya (Suad Husnan, 2006 : 74). Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik karena semakin efektif dan efisien dalam pengelolaan asset yang dimilikinya. Rasio ini diukur dengan menggunakan Total Assets Turnover (TATO). Jika perusahaan memiliki nilai TATO yang meningkat, hal ini tentunya dapat meningkatkan ROE perusahaan. Pada kenyataannya tidak selamanya demikian, karena dalam mengembangkan perusahaan terdapat sumber pendanaan yang telah diputuskan oleh perusahaan. Namun untuk memperoleh keuntungan atau laba yang tinggi tentunya diperlukan dana yang besar pula. Tidak semua perusahaan mampu menutupi dana yang diperlukan tesebut, maka perusahaan membutuhkan dana dari pihak luar perusahaan (hutang). Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan akan menimbulkan biaya modal. Untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiaya dengan hutang maka digunakan rasio leverage. Dimana besarnya leverage
10
keuagan ditentukan oleh rasio debt to equity (DER) yang merupakan gambaran dari struktur permodalan.
DER menunjukan proporsi dari total hutang terhadap ekuitas. Semakin
tinggi DER menunjukan semakin besar proporsi total hutang dibanding dengan
total modal sendiri, yang berdampak pada semakin besar biaya modalnya (cost of capital). DER yang tinggi tidak berarti struktur permodalan perusahaan tersebut baik. tidak
Selama hutang dapat memberikan keuntungan dan dimanfaatkan
secara efektif serta laba yang didapat cukup untuk memenuhi biaya modal (cost of capital) secara periodik. Dengan DER yang tinggi perusahaan menanggung resiko kerugian yang tinggi tetapi juga berkesempatan utnuk memperoleh laba yang meningkat. Dalam situasi ekonomi yang membaik, perusahaan lebih baik banyak menggunakan hutang (dengan beban bunga), dimana hal tersebut akan dapat memperbesar rentabilitas modal sendiri (return on equity), sebab tambahan laba yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan tambahan biaya bunga. Sebaliknya bila kondisi ekonomi memburuk, umumnya perusahaan yang mempunyai modal pihak ketiga yang besar akan mengalami penrunan ROE, sehingga keberadaan modal sendiri lebih baik dibandingkan dengan pendanaan hutang. Sebab, kondisi ekonomi yang memburuk dengan beban bunga, tambahan beban bunga akan lebih besar dibandingkan dengan tambahan laba yang diperoleh (Riyanto, 1996 dalam Dionisius, 2008). Berdasarkan uraian diatas maka, kerangka pikiran dapat digambarkan sebagai berikut
11
Gambar 1.2 Kerangka Pikiran
Laporan Keuangan
Neraca
TATO
Laba Rugi Penjualan
Total Aktiva Ekuitas
ROE Laba Setelah Pajak DER
Total Hutang
Sumber : diolah sendiri Besarnya ROE di pengaruhi oleh besarnya nilai laba setelah pajak dan total madal sendiri / ekuitas. Semakin besar perolehan laba setelah pajak semakin besar nilai ROE dengan asumsi modal sendiri tetap. Sementara besarnya rasio DER dipengaruhi oleh besarnya total hutang dan modal sendiri, semakin besar proporsi hutang dibandingkan dengan modal sendirinya maka semakin tinggi rasio ini. Sedangkan rasio TATO dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari pemanfaatan seluruh total aktiva perusahaan yang ada. Dimana hutang mempunyai hubungan positif dengan laba, semakin besar penggunaan hutang semakin besar laba. Tetapi hal ini tidak selamanya dapat dikatakan seperti itu, harus melihat kondisi perekomian terlebih dahulu. Hal ini hanya dapat terjadi bila perekonomian dalam kondisi baik. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang memburuk maka penggunaan hutang yang tinggi dapat menurunkan laba, dikarenan biaya modal dari hutang itu yang tidak
12
tertutupi. Hubungan penjualan dengan laba tentunya berhubungan positif semakin tinggi penjualan maka semakin tinggi laba. Dan penjualan itu sendiri dipengaruhi
oleh kemampuan perusahaan untuk mememanfaatkan aktivanya secara efektif dan
efisien agar dapat memaksimalkan laba. Dimana aktiva tersebut terdiri dari aktiva
tetap dan aktiva lancar.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : Hipotesis pertama H0 : ß1 = 0 : tidak terdapat pengaruh signifikan positif dari TATO terhadap ROE Ha : ß1 > 0 : terdapat pengaruh signifikan positif dari TATO terhadap ROE Hipotesis kedua H0 : ß2 = 0 : tidak terdapat pengaruh signifikan positif dari DER terhadap ROE Ha : ß2 > 0 : terdapat pengaruh signifikan positif dari DER terhadap ROE Hipotesis Ketiga H0 : ß 1= ß 2= 0 : tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan dari TATO dan DER terhadap ROE Ha : ß1 = ß2 ≠ 0: terdapat pengaruh signifikan secara simultan dari TATO dan DER terhadap ROE
13
1.6
Metodologi Penelitian
1.6.1 Populasi dan Sampel
Definisi populasi adalah seluruh subyek atau objek dengan dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti. (Aziz Alimul, 2003). Adapun populasi
untuk penelitian ini adalah perusahaan kategori sektor konstruksi yang terdaftar di BEI periode 2007 - 2010. Dimana perusahaannya terdiri dari 11 perusahaan. Sementara definisi sampel adalah elemen - elemen populasi yang dipilih
atas dasar kemampuan mewakilinya (Sudarwan Danim, 1997). Teknik sampilng yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun kriteria untuk sampel penelitian ini yaitu : 1.
Perusahaan harus terdaftar di BEI selama periode 2007 sampai 2010
2.
Dalam data perusahaan harus terdapat nilai DER, TATO dan ROE selama periode 2007 - 2010 Dimana dari 11 perusahaan yang memenuhi kriteria diatas adalah sebanyak
9 perusahaan saja, yaitu : Tabel 1.2 Sampel Perusahaan Sektor Konstruksi NO KODE NAMA PERUSAHAAN 1. ADHI PT. Adhi Karya (Persero) Tbk 2. DEWA PT. Darma Henwa Tbk 3. DGIK PT. Duta Graha Indah Tbk 4. JKON PT. Jaya Kontruksi Manggala Pratama Tbk 5. PTRO PT. Petrosea Tbk 6. PTPP PT. PP (Persero) Tbk 7. TOTL PT. Total Bangun Persada Tbk 8. TRUB PT. Truban Alam Manuggal Engginering Tbk 9. WIKA PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sumber : ICMD (Indonesia Capital Market Directory)
14
1.6.2 Metode Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis
data deskriptif dan verifikatif. Analisis data deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan data berdasarkan kenyataan
dan fenomena yang ada dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang di teliti kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan, analisis
data verifikatif dilakukan dengan persamaan statistik yaitu metode analisis
korelasi, regresi dan pengujian hipotesis statistik. 1.6.3 Data Penelitian 1.6.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif yang digunakan yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. 1.6.3.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti berupa laporan keuangan, dan juga dari sumber kepustakaan (Study literatur). Dimana data diperoleh dari ICMD tahun 2009 serta annual report. 1.6.3.3 Teknik Pengumpulan Data a.
Metode Dokumentasi Data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik dokumentasi dengan
menyusun data laporan keuangan perusahaan yang termasuk sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berupa neraca dan laba rugi untuk rasio keuangan sebagai
15
variabel independen meliputi Total Assets Turnover, dan Debt To Equity Ratio serta Return To Equity sebagai variabel dependen. Data tersebut berupa angka
yang bersumber dari Indonesia Capital Market Direktory dan Annual Report.
b. Metode Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data yang relevan dengan
penelitian. Dalam hal ini penulis memperoleh data dari buku – buku teori di perupustakaan, dan jurnal yang berhubungan dengan pokok pembahasan.
1.6.4 Alat Analisis Data Pada penelitian ini penulis menggunakan alat analisis data yaitu regresi berganda dengan menggunakan beberapa uji, yang diantaranya : 1.6.4.1 Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi linier berganda. Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi, terlebih dahulu perlu dilakaukan pemeriksaan tehadap beberapa asumsi yang mendasari regresi melalui pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. a.
Uji Normalitas Menurut Imam Gozhali (2011) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakaha residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
16
Pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau histogram dari residualnya. Data
normal dan tidak normal dapat diuraikan sebagai berikut (Imam Gozhali, 2011) :
1.
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukan pola terdistribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya, tidak menunjukan pola terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Menurut Iman Ghazali (2011) uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistic bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan selain menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogrov-Smirov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan memebuat hipotesis : H0
: Data residual berdistribusi normal apabila nilai signifikannya <5% (0,05)
Ha
: Data residual tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikannya >5% (0,05)
b.
Uji Multikolinearitas Menurut Iman Ghozali (2011) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
17
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya mutikolinearitas didalam regresi bisa dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakan yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi varibel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai batasan yang umumnya dipakai adalah 0,1 untuk tolerance
atau sama
dengan 10 untuk VIF . Setiap penelitian harus menentukan batas kolinearitas yang masih dapat diterima. Batas untuk tolerance adalah dibawah 0,1 dan VIF batasnya diatas 10. Jadi jika hasil regresi memiliki nilai tolerance < 0,1 atau VIF > 10, maka dikatakan telah terjadi multikolinearitas diantara variabel - variabel bebasnya. Dimana pada outpus SPSS nilai tolerance atau VIF dapat dilihat pada tabel Coefficients, yakni pada kolom Collinearity Statistic. c.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
18
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011:139).
Menurut Imam Gozhali (2011) cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakuakan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah yang
telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di stndardized. Dasar analisis heteroskedastisitas, sebagai berikut : 1.
Jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik - titik menyebar secara acak diatas dan bawah angaka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik memang
lazim dipergunakan meskipun menimbulkan bias, karena pengamatan antara satu pengamat dengan pengamat lain bisa menimbulkan perbedaan persepsi. Oleh karena itu, dipergunakan uji glejser. d. Uji Autokorelasi Menurut Imam Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelulnya). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi biasanya muncul pada data
19
timeseries, karena observasi yang berututan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang
terjadi. Statistik paling umum dipakai untuk menguji apakah terjadi autokorelasi
atau tidak adalah statistik Durbin-Watson (DW). Kriterianya adalah sebagai
berikut: 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2.
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol berarti ada autokorelasi positip.
3.
Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol berarti ada autokorelasi negatip.
4.
Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau
DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
1.6.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda Untuk menguji pengaruh variabel – variabel independent (DER dan TATO) terhadap ROE, maka dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (ordinary least square – OLS) dengan model dasar sebagai berikut : Y1 = b0 + b1.X1+b2.X2+e Keterangan :
Y1
= Return On Equity
X1
= Debt To Equity Ratio
X2
= Total Assets Turnover
e
= Variabel residual
20
b0 b1-2
= Konstanta
= Koefisien regresi dari masing – masing variabel independen
Untuk mengetahui apakah model regresi benar – benar menunjukan
hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi
uji asumsi klasik regresi. Besarnya kostanta tercermin dalam b0 dan besarnya koefisien regresi dari masing – masing variabel independen ditunjukan dengan b1
dan b2. Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependenya. 1.6.4.3 Uji Hipotesis Dalam uji asumsi klasik dapat dilakukan analisis hasil regresi atau uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan meliputi; uji parsial (t-test), uji pengaruh simultan (F-test), uji koefisien determinasi (R2). a.
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Imam Ghozali (2011) uji statistik t pada dasarnya menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesisnya adalah : 1.
H0 : bi = 0 (artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen)
2.
Ha : bi ≠ 0 (artinya variabel tersebut merupakan variabel penjelas terhadap variabel dependen ) Menurut Dajan (1994) langkah - langkah yang dilakukan untuk uji t adalah
sebagai berikut :
21
1.
Merumuskan hipotesis, Ha artinya ada pengaruh yang signifikan
dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
2. Menentukan tingkat signifikansi, taraf signifikansi adalah 95% atau α = 5 %.
Membandingkan t hitung dan t -tabel
Jika t-hitung > t-tabel (α, n-k-1), maka H0 ditolak; dan
3.
Jika t-hitung < t-tabel (α, n-k-1), maka H0 diterima Berdasarkan probabilitas H0 ditolak apabila P < 0,05 H0 diterima apabila P > 0,05
4.
Melihat pengaruh gubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah bertanda positif atau negatif.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistic) Menurut Imam Ghozali (2011), uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen atau terikat : 1.
H0 : b1=b2=.......=bk = 0 (artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen).
2.
Ha : tidak semua bk = 0 (artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut : Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. 1.
Jika F-hitung > F tabel (a, k-1, n-1), maka H0 ditolak, dan
22
2. c.
Jika F-hiutng < F tabel (a, k-1, n-1), maka H0 diterima
Koefisien Regresi 2
Koefisien determinasi R pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen . Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang terkecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua yang
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2011:97). Menurut Imam Ghozali (2011) kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Ajusted R2, karena Ajusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Menurut Gujarat (2003), jika dalam uji empiris di dapat nilai Ajusted R2 negatif, maka nilai Ajusted R2 dianggap nol.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian ini pada bulan Januari 2012 s/d Mei 2012.
Penulis melakukan penelitian dengan mencari data menggunakan teknik
23
dokumentasi
yang
berdasarkan
laporan
keuangan
periode
2010
yang
dipublikasikan oleh BEI melalui ICMD tahun 2009 dan download di internet
(Annual Report 2010), mengambil dari artikel, jurnal, penelitian terdahulu,
mempelajari buku-buku pustaka yang mendukung penelitian terdahulu dan proses
penelitian.