BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Buah-buahan termasuk dalam jenis tanaman holtikultura yang hasilnya
dapat dikonsumsi langsung dalam kondisi mentah ataupun masak di pohon dan dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan kualitas dan kauntitas yang baik sangat bergantung pada proses budidaya yang diterapkan, pemilihan sumber bibit/benih, pemeliharaan tanaman, dan penanganan pascapanen yang baik. Konsumsi buah-buahan mengalami peningkatan baik itu buah-buahan impor maupun lokal seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan populasi penduduk. Selain itu dengan adanya trend gaya hidup sehat yang mempromosikan konsumsi buah dan sayur secara teratur guna mengurangi resiko obesitas, produk alami, dan rendah kalori. Berbagai
penelitian1
tentang
konsumsi
pangan
secara
umum
mengungkapkan bahwa konsumsi sayuran dan buah per kapita memiliki elastisitas pendapatan lebih besar dibandingkan konsumsi bahan pangan karbohidrat dan nilai elastisitas tersebut semakin besar pada rumah tangga dengan tingkat pendapatan semakin tinggi. Artinya, pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan rumah tangga akan menyebabkan peningkatan
1
Puji, Sinta.2010.perencanaan persediaan dan pengendalian mutu buah di supermarket.pdf
1
2
konsumsi per kapita yang lebih tinggi pada komoditas sayuran dan buah dibandingkan bahan pangan karbohidrat. 10 9 8 7 6 5
2006
4
2007
3
2008
2 1 0
Gambar 1.1 Konsumsi buah per kapita tahun 2006-2008 berdasarkan jenis buah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa konsumsi buah-buahan dari tahun 2006-2008 mengalami peningkatan yang cukup berarti. Tahun 2006 total konsumsi buah per kapita adalah 22,6 kg dan mengalami kenaikan pada tahun 2007 sebesar 32,5 kg. Meskipun total konsumsi buah perkapita tetap mengalami peningkatan pada tahun 2008, namun peningkatannya hanya sebesar 0,04 kg dari tahun 2007. Jenis buah-buahan yang sering dikonsumsi dalam rumah tangga adalah pisang, pepaya, rambutan, jeruk dan alpukat. Peningkatan konsumsi per kapita tersebut diperkirakan lebih cepat di daerah kota daripada daerah pedesaan karena elastisitas pendapatan konsumsi buah-buahan dan perubahan pola konsumsi yang terkait dengan dinamika sosial seperti pemahaman tentang gizi makanan secara umum lebih baik di daerah kota.
3
Konsumsi buah cenderung lebih tinggi di daerah kota. Di pasar dunia perdagangan bahan pangan juga semakin bergeser pada produk hortikultura akibat terjadinya pergeseran preferensi konsumen yang semakin menghindari bahan pangan berkolesterol tinggi. Dengan adanya kecenderungan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa pasar produk hortikultura akan semakin besar dimasa yang akan datang, baik dipasar domestik maupun dipasar dunia. Berdasarkan kenyataan tersebut, tidak mengherankan apabila bisnis buahbuahan merupakan salah satu bisnis yang sangat menggiurkan dan sangat menjanjikan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Bisnis buah-buahan dianggap sangat menguntungkan karena adanya pola perubahan konsumsi konsumen yang beralih pada konsumsi buah-buahan yang alami dan bermutu tinggi demi tercapainya kepuasan konsumen meskipun harus membayar dengan harga yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan buah-buahan segar yang alami dan berkualitas tinggi diperlukan penanganan yang baik sampai buahbuahan tersebut di tangan konsumen. Perusahaan ritel merupakan salah satu pelaku distribusi yang paling dekat dengan konsumen, baik perusahaan ritel lokal maupun ritel asing yang ada di Indonesia saat ini. Dalam persepsi konsumen bahwa ritel modern memberikan penanganan produk segar untuk buah dan sayuran lebih baik daripada pasar tradisonal dengan variasi dan jenis produk buah-buahan lebih banyak dan beragam. Merujuk pada penelitian yang dilakukan di Kroasia (Reardon dkk, 2003), pertumbuhan supermarket berimplikasi pada sektor pertanian dan daya saing
4
agribisnis Negara tersebut. Supermarket telah berperan dalam mesin pertumbuhan dalam pengembangan sektor pertanian dan daya saing agribisnis, meningkatkan volume, kualitas, diversifikasi produk, nilai tambah, perluasaan dan jangkauan konsumen baru. Kesuksesan ritel modern dalam mengekspansi pasar, disebabkan oleh kemampuan mereka dalam menawarkan produk berkualitas secara konsisten dengan harga yang kompetitif. Hal ini dicapai dengan konsolidasi pengadaan produk adopsi logistik modern serta peningkatan kualitas dan keamanan produk sesuai dengan standar yang berlaku. Salah satu ritel asing yang ada di Indonesia adalah perusahaan Lotte Mart. Lotte Mart membuka beberapa cabang di beberapa kota besar Indonesia seperti Jakarta, Medan, Makasar, Surabaya, Bandung dan Bali. Lotte Mart yang berlokasi di Bandung ada dua buah, di pusat hiburan dan belanja City Link dan di Jalan Soekarno-Hatta. Lotte Mart Indonesia memiliki dua konsep bisnis yaitu : hypermart dan wholesale. Sama seperti konsep Lotte Mart di Negara asalnya Korea Selatan dan beberapa perusahaan ritel asing yang mengutamakan konsep hypermart dan supermarket. Konsep hypermart sendiri memiliki artian pedagang eceran (dalam konsep toko) yang langsung melayani konsumen end user (misalnya ibu rumah tangga) sebagai konsumen utama mereka. Sedangkan konsep Lotte Mart yang kedua yaitu wholesale memiliki konsep dagang yang hampir sama dengan hypermart namun konsumen utama wholesale adalah konsumen professional atau biasa disebut HOREKA (Hotel, Restoran, dan Katering) tetapi tetap melayani konsumen akhir. Konsep dagang wholesale juga sangat sensitif terhadap perubahan harga buah-buahan. Karena
5
konsumen professional mereka sangat mamperhatikan harga yang ditawarkan yang akan berhubungan dengan biaya produksi mereka. Berikut ini adalah presentasi pembelian hotel, restoran, katering dan lainnya seperti ibu rumah tangga. Tabel 1.1 Presentasi Pembelian Buah Segar di Lotte Mart Bandung Buah Apel Anggur Jeruk Pir Pisang Semangka Pepaya Salak Sumber : Lotte Mart Bandung
Hotel 25 30 20 30 10 20 15 25
Pembelian (%) Restoran Katering 25 25 30 25 20 50 30 20 30 50 15 50 20 55 20 25
Lainnya 25 15 10 20 10 15 10 30
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan HOREKA terhadap buah-buahan yang berkualitas baik cukup tinggi. Total pembelian katering merupakan yang paling tinggi dibandingkan hotel, restoran dan lainnya. Dengan keberadaan wholesale Lotte Mart dapat membantu konsumen profesional mendapatkan buah-buahan segar dengan kualitas baik dengan harga yang lebih rendah daripada pasar tradisional. Jika harga buah-buahan lebih murah di pasar tradisional maka para HOREKA akan cenderung memilih berbelanja ke pasar tradisional. Tingkat kebutuhan buah-buahan segar HOREKA lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen akhir. Oleh Karena itu, tingkat kebutuhan buahbuahan wholesale Lotter Mart juga lebih tinggi. Tingkat penjualan yang tinggi juga akan sangat berhubungan dengan tingkat persediaan buah-buahan segar.
6
Berdasarkan penelitian AC Nelsson (2003), produk segar (fruit, vegetables, meat, bread) menyumbang sepertiga dari total penjualan di ritel modern. Untuk dapat bersaing dengan ritel modern lainnya, wholesale Lotte Mart harus memiliki strategi agar mampu menjadi market leader dalam bisnis buahbuahan segar ini. Salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan perusahaan adalah terkait dengan ketersediaan produk (buah-buahan) secara tepat waktu, jumlah dan biaya agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen tepat saat dibutuhkan dan efisiensi penjualan bagi perusahaan. Dalam hal ini diperlukan pengendalian persediaan barang agar didapat keseimbangan atau tercapai tingkat persediaan yang tepat yaitu tingkat persediaan yang tidak mengalami kekurangan (under stock) ataupun kelebihan (over stock) . Persediaan buah merupakan permasalahan yang dihadapi pengusaha buah segar terutama wholesale dengan tingkat permintaan yang tinggi dari para HOREKA. Karena buah memiliki karekteristik produk pertanian yang mudah rusak dan daya simpan terbatas. Permintaan konsumen yang secara umum dipengaruhi oleh harga, selera, musim dan mutu buah yang cenderung berubahubah setiap waktunya harus menjadi pertimbangan perusahaan dalam melakukan pembelian persediaan buah. Persediaan yang berlebih (over stock) akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena buah yang disimpan terlalu lama akan cepat mengalami kerusakan. Sedangkan persediaan yang kurang akan mempengaruhi kepuasan konsumen. Selain untuk menjaga ketersedian buah-buahan segar, manajemen persediaan yang juga bermanfaat dalam menjaga fluktuasi harga buah-buahan
7
segar yang terus berubah sesuai dengan musim. Mengingat penting untuk memperhatikan manajemen persediaan produk pertanian terutama buah-buahan segar, diperlukan rencana-rencana matang seperti memperhatikan kontinuitas pengadaan barang (kerjasama dengan beberapa pemasok ataupun dengan petani secara langsung), kuantitas dan kualitas barang (pemeliharaan mutu yang baik) dengan mempertimbangkan permintaan dan orientasi pasar tujuan perusahaan. Sistem dan kebijakan manajemen persediaan untuk buah-buahan segar yang diterapkan setiap ritel modern berbeda-beda dan setiap saat dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar dan internal ritel modern tersebut. Jadi penelitian ini memiliki keterbatasan waktu karena hanya berlangsung selama satu bulan yaitu dari bulan Maret-April tahun 2012. Berdasarkan fenomena tersebut, menarik untuk
diteliti
mengenai
bagaimana
ritel
modern
seperti
“wholesale”
memanajemen persediaan produk segar seperti buah-buahan guna meminimalisir kerugian akibat kelebihan atau kekurangan persediaan. 1.2
Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana manajemen persediaan buah-buahan segar yang dilaksanakan “wholesale” Lotte Mart Bandung? 2. Bagaimana model persediaan yang digunakan oleh “wholesale” Lotte Mart Bandung jika dibandingkan dengan model EOQ ? 3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi “wholesale” Lotte Mart Bandung dalam pelaksanaan manajemen persediaan buah-buahan segar dalam satu bulan?
8
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskrifsikan kegiatan
manajemen persediaan yang dilakukan di “Wholesale” Lotte Mart. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengidentifikasi kegiatan manajemen persediaan buah-buahan segar di “wholesale” Lotte Mart
2.
Mengidentifikasi dan menganalisis perbandingan model persediaan yang digunakan oleh Lotte Mart dengan model EOQ
3.
Mengidentifikasi dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi selama kegiatan manajemen persediaan buah-buahan segar selama penelitian berlangsung.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Aspek pengetahuan dan pemgembangan ilmu Dapat dijadikan sebagai sumber informasi agar dapat memperkaya dunia pustaka dan sebagai sumber penelitian lanjutan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan persediaan barang. 2. Bagi aspek guna laksana Sebagai
masukan dan
pertimbangan dalam
pelaksanaan manajemen
persediaan barang agar lebih optimal dan menguntungkan.