BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya karbohidrat (Price, 2006). Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Smeltzer, 2002). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 dari seluruh kematian pada semua kelompok umur. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF,2007) menyebutkan bahwa sudah ada sekitar 230 juta penderita DM di seluruh dunia. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Laporan yang dikelurkan bertepatan dengan peringatan hari diabetes internasional pada tanggal 14 November 2011 disebutkan 552 juta orang akan menderita diabetes dalam dua dekade mendatang (Maryunani, 2013). Penelitian epidemiologik WHO menyebutkan, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penyandang penyakit diabetes terbesar ke-4 di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat dengan perkiraan jumlah pasien pada tahun 2004 mencapai 8,4 juta orang. Jumlah penderita DM terus meningkat di Indonesia, hal ini dilihat menurut data WHO pada tahun 2000 terdapat 5,6 juta orang, pada tahun
1
2
2004 sebanyak 8,4 juta orang dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 14 juta orang (Maryunani, 2013). Jumlah kasus penderita Diabetes pada tahun 2011 di Bali tercatat 2.210 orang yang tersebar pada semua Kabupaten di Bali (Jaring News, 2012). Jumlah prosentase penderita diabetes di Bali, diperkirakan mencapi 5,9 % dari jumlah penduduk. Wilayah yang paling banyak ditemukan kasus diabetes adalah Legian Kecamatan Kuta prevalensinya mencapai 7,3 % (Dinkes, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh (Swastika, 2000-2010) pada tujuh Desa di Bali dari tahun 2000 hingga 2010 dengan mengambil Desa yang karakteristiknya berbeda-beda, yakni di Sangsit dan Pedawa (Kabupaten Buleleng), Legian ( Kabupaten Badung), Petulu (Kabupaten Gianyar), Tenganan (Kabupaten Karengasam), Penglipuran (Kabupaten Bangli) dan Nusa Ceningan (Kabupaten Klungkung). Penelitian dilakukan secara acak dan menggunakan 2000 sampel (Pena Bali, 2012). Dari hasil penelitian pada tujuh Desa, ternyata wilayah Legian Kuta tertinggi jumlah penderita diabetes di Bali (Jaring News, 2012). Komplikasi yang paling sering adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik atau diabetic foot (Widianti, 2010). Dalam kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan persarafan neuropati, perubahan struktural, tonjolan kulit kalus, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah (Smeltzer Suzanne, 202). Neuropati perifer (kerusakan saraf) merupakan komplikasi serius dari diabetes. Data terbaru menunjukkan bahwa satu dari 5 orang dengan diabetes (20%) memiliki neuropati perifer (Prabowo, 2007). Risiko neuropati perifer
3
adalah sekitar 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Kombinasi neuropati perifer dengan masalah yang terkait dengan suplai darah ke kaki dapat menyebabkan ulkus kaki dan penyembuhan luka lambat. Infeksi ini dapat mengakibatkan luka amputasi, 40–70% dari seluruh amputasi ekstremitas bawah disebabkan oleh diabetes melitus (Prabowo, 2007).
Persoalan kaki
diabetik masih kurang mendapat perhatian dan kurang dimengerti sampai saat ini, sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan kaki diabetik. Akibatnya, banyak penderita harus teramputasi kakinya, padahal komplikasi kaki tersebut dapat diselamatkan secara lebih dini (Maryunani, 2013). Melihat kondisi tersebut penanganan diabetes melitus perlu segera dilakukan setelah dideteksi secara dini untuk mengurangi komplikasi dari diabetes melitus. Berdasarkan sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olahraga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada umumnya. Salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita usia lanjut adalah senam kaki diabetik (Akhtyo, 2009). Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Widianti, 2010). Senam kaki diabetik ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus (Wibisono, 2009). Menurut Nasution (2010) dalam penelitiannya “Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien diabetes mellitus di RSUD Haji
4
Adam Malik” menyimpulkan bahwa senam kaki dapat membantu memperbaiki otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. Instrument penelitian menggunakan sphygmanometer dan stetoskop. Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa ada perbedaan sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki yang menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sirkulasi darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil studi pendahaluan di Puskesmas Kuta I, di informasikan bahwa selama ini belum dilakukan kegiatan senam kaki diabetik pada pasien yang menderita diabetes melitus. Berdasarkan data laporan kunjungan di Puskesmas Kuta I, penderita diabetes selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 penderita diabetes sebanyak 90 orang, pada tahun 2011 sebanyak 116 orang dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 127 orang, data dari bulan Januari sampai November tahun 2013 sebanyak 134 orang. Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam
Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah
Extremitas Bawah Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Kuta I Kabupaten Badung”.
1.2 Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh senam kaki diabetik terhadap sirkulasi darah extremitas bawah pasien DM di Puskesmas Kuta I Kabupaten Badung?
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetik terhadap sirkulasi darah extremitas bawah pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kuta I Kabupaten Badung.
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi sirkulasi darah exstremitas bawah pasien Diabetes Melitus sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetik pada kelompok Intervensi. b. Mengidentifikasi sirkulasi darah exstremitas bawah pasien Diabetes Melitus sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetik pada kelompok kontrol. c. Mengidentifikasi sirkulasi darah exstremitas bawah pasien Diabetes Melitus sebelum diberikan senam kaki diabetik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. d. Mengidentifikasi sirkulasi darah exstremitas bawah pasien Diabetes Melitus sesudah diberikan senam kaki diabetik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. e. Menganalisa pengaruh senam kaki diabetik terhadap sirkulasi darah exstremitas bawah pasien Diabetes Melitus kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
6
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh senam kaki diabetik terhadap perubahan sirkulasi darah extremitas bawah pada pasien diabetes melitus.
1.4.2 Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pasien agar penderita diabetes melitus dapat menjaga gaya hidup dan melakukan senam kaki secara rutin untuk meningkatkan sirkulasi darah extremitas bawah sehingga dapat mencegah terjadinya kaki diabetic atau diabetic foot. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas kesehatan khususnya bagi perawat tentang pengaruh senam kaki diabetik terhadap sirkulasi darah exstremitas bawah pasien diebetes mellitus yang diukur mneggunakan nilai ABPI. c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi para peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam kaki diabetik terhadap sirkulasi darah exstremitas bawah pasien diebetes melitus.
7
1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Nasution, Juliani (2010), Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Medan. Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen with control group dengan teknik purposive sampling menggunakan sampel sebanyak 10 orang yang terdiri dari 5 orang kelompok intervensi dan 5 orang kelompok kontrol. Menggunakan uji paired t-test. 1.5.2 Yunita, Alfiyah Ardhyah (2010), Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus (DM) Di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Desain penelitian ini menggunakan metode one-group pra-post test design. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 responden yaitu penderita Diabetes Mellitus. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan alat sphygmomanometer, stetoskop, dan alroji untuk pre dan post intervensi. Setelah ditabulasi, data dianalisis dengan uji Paired t Test dengan tingkat kemaknaan 0,000. 1.5.3 Endriyanto, Eko (2012), Efektifitas senam kaki diabetik melitus dengan Koran terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien dm tipe 2. Desain penelitian yang digunakan yaitu kuasi eksperimen with control group dengan teknik purposive sampling, sampel yang digunakan 30 orang
8
dimana 15 orang sebagai kelompok kontrol dan 15 orang sebagai kelompok intervensi. Kelompok intervensi diberi perlakuan senam kaki diabetik slama 1 minggu kemudian kelompok intervensi dan kontrol di tes menggunakan manofilamen untuk mengukur sensitifitas pada kaki pasien. Analisa data menggunakan uji paired t-test secara signifikan terdapat pengaruh pada responden dengan nilai p < 0,05 yaitu 0,000.
9