BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Secara umum definisi investasi adalah menanamkan sejumlah dana atau sumber daya pada suatu barang atau jasa, dengan harapan di masa depan dapat menghasilkan keuntungan hasil dari modal yang ditanamkan atau dari sejumlah dana yang pernah digunakan untuk kegiatan investasi tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi merupakan suatu kegiatan penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan tujuan memperoleh keuntungan. Tandelilin (2010) mengemukakan investasi sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Alexander dan Sharpe, 1997 (dalam Munadi, 2013) menyebutkan bahwa investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa datang yang belum dapat dipastikan besarnya. Jones (2010) mendefinisikan investasi adalah suatu komitmen terhadap dana yang dimiliki untuk satu atau lebih asset yang berlangsung selama beberapa periode waktu yang akan datang. Sedangkan menurut Bodie, Kane dan Marcus (2009) investasi merupakan suatu komitmen yang saat ini dilakukan dalam bentuk uang atau sumber daya lainnya dengan harapan menuai manfaat di masa depan.
1
Dari berbagai pengertian tentang investasi tersebut terdapat tiga unsur yang sama antara lain adalah pengeluaran dana ataupun sumber daya pada saat ini, ketidakpastian mengenai imbal hasil atau return di masa yang akan datang dan lalu ketidakpastian mengenai resiko. Tujuan para pelaku investasi adalah untuk mendapatkan imbal hasil yang maksimal di kemudian hari. Ada dua jenis investasi yaitu Financial Assets dan Real Asset. Financial asset merupakan surat berharga yang digunakan untuk membuktikan klaim kepada para emitennya. Sedangkan real asset merupakan aset berwujud atau aset fisik seperti emas, perak, berlian, properti dan sebagainya. Salah satu produk investasi dari pasar modal adalah saham dimana saham tersebut selalu berubah-ubah untuk terus membentuk harga. Menurut Paramita (2011) terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham di bursa efek, salah satunya adalah informasi. Informasi juga merupakan hal sangat yang penting dalam membuat keputusan dalam berinvestasi karena hal ini menyangkut dengan tingkat resiko yang akan dihadapi dan imbal hasil (return) yang sebanding dengan modal investasi dan tingkat resikonya. Informasiinrofmasi tersebut akan digunakan para investor untuk melalukan analisis investasi dalam hal mengurangi risk. Untuk mendukung kegiatan para investor di pasar modal, para investor mengharapakan agar informasi yang diterima di pasar adalah benar, mencerminkan keadaan pasar modal saat itu serta tidak ada manipulasi informasi
2
dari pihak yang berkepentingan. Jika pasar modal mencerminkan keadaan sebenarnya pada saat itu dan cepat bereaksi dengan informasi-informasi baru yang muncul serta menyesuaikan harga yang baru sesuai dengan keadaan pasar dan informasi tersebut, maka pasar tersebut disebut sebagai pasar efisien. Secara umum, pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang saham-sahamnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan dan sesuai dengan keadaan pada saat itu. Pasar modal efisien mempunyai ciri yaitu perubahan harga saham yang mengikuti pola random walk dimana perubahan harga saham dimasa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa depan. Menurut Jones (2010) Efficient Market Hypothesis (EMH) menyatakan bahwa pasar sekuritas dikatakan efisien dimana harga dari sekuritas tersebut mencerminkan nilai ekonomisnya. Efisiensi pasar dibagi menjadi tiga macam berdasarkan informasinya antara lain efisiensi pasar dalam bentuk kuat (strong form), efisiensi pasar dalam bentuk semi kuat (semi strong form) dan yang terakhir adalah efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form). Dalam efisiensi pasar bentuk kuat (strong form), pasar dikatakan efisien dalam bentuk ini jika harga-harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia secara keseluruhan termasuk informasi pribadi. Jika terjadi pasar efisien dalam bentuk kuat akibatnya tidak ada investor yang bisa mendapatkan Abnormal Return karena mempunyai informasi pribadi. Dalam efisiensi pasar bentuk semi kuat (semistrong form), pasar
3
dikatakan efisien dalam bentuk ini jika harga-harga saham mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan secara keseluruhan, termasuk laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan yang menjual saham. Sedangkan dalam efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), pasar dikatakan efisien dalam bentuk ini jika harga-harga saham tercermin dari informasi masa lalu secara keseluruhan. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Dalam pasar yang berbentuk weak form ini, pasar mengikuti pola random walk dimana harga dimasa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saham yang sekarang. Menurut Paramitani (2011), dalam realitasnya sangatlah sulit untuk menemukan kondisi pasar yang efisien secara sempurna. Kondisi yang seperti itulah yang menyebabkan investor dapat memperoleh keuntungan. Hal tersebut bertolak belakang dengan teori random walk yang merupakan karakteristik dari pasar yang efisien. Kondisi inilah yang menandai adanya anomali pasar. Para investorpun memanfaatkan keadaan anomali serta membaca pola pergerakan untuk memperoleh keuntungan. Pola-pola anomali di pasar saham tersebut antara lain adalah January Effect, Monday effect, the day of the week effect, March effect, Holliday Effect, Ramadhan Effect dan lain sebagainya. Prediktabilitas return saham merupakan topik yang menarik di antara peneliti akademis dalam bidang keuangan serta para praktisi di pasar saham selama bertahun-tahun. Saham baru yang terdapat anomali akan menarik minat
4
antara peneliti dan praktisi karena menyediakan prospek abnormal return bagi investor. January effect telah banyak dipelajari untuk investasi yang menguntungkan, strategi dan teori yang berbeda juga telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. January effect merupakan suatu bentuk dari kejadian anomali di pasar modal dimana pada bulan Januari, rata-rata return saham lebih tinggi daripada return di bulan lainnnya. Menurut Balint dan Gica (2012) January Effect adalah anomali kalender terkait di pasar keuangan di mana harga sekuritas meningkat di bulan Januari. Hal ini menciptakan kesempatan bagi investor untuk membeli saham dengan harga yang lebih rendah sebelum bulan Januari dan menjualnya setelah nilai mereka meningkat. Pada penelitian Kardzic dan Vulic (2011), January Effect merupakan akibat dari tax-loss selling yang menyebabkan para investor menjual sahamnya yang merugi pada akhir bulan Desember. Oleh karena itu, karakteristik utama dari January Effect adalah peningkatan pada pembelian saham sebelum akhir tahun pada harga yang rendah, yang bertujuan untuk menjual saham tersebut pada bulan Januari untuk mendapatkan profit atau keuntungan dari perbedaan harga. Salah satu pola yang menarik adalah pola anomali pasar yang terjadi di negara-negara yang bermayoritas muslim, pola tersebut disebut dengan Ramadhan Effect. Bulan Ramadhan merupakan bulan kesembilan pada kalender Islam. Para umat muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Berpuasa
5
berarti tidak diperkenankan makan dan minum dari fajar hingga terbenamnya matahari. Selain tidak diperbolehkan makan dan minum, umat muslim juga tidak diperbolehkan berbuat dosa dan hal tersebutlah yang menyebabkan berkurangnya partisipasi umat muslim di pasar modal selama bulan Ramadhan dikarenakan banyaknya pendapat para tokoh-tokoh agama mengenai pasar saham yang mengkaitkan hal tersebut adalah suatu perjudian yang dilarang dalam agama (Husain, 1998). Menurut Mohsen Alhaji, 2005 (dalam Akrami dkk, 2012) di bulan Ramadhan, kegiatan ekonomi umat Islam menurun, jumlah transaksi di pasar keuangan pun menurun, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena dalam hukum Islam tidak diperbolehkan menjalankan transaksi bisnis yang haram dan illegal seperti perjudian. Pada umumnya pada saat menjelang puasa, para investor memilih menjual sahamnya. Begitupun dengan menjelang lebaran, para investorpun mengambil untung (profit taking) dikarenakan para investor merasa tidak yakin dengan pergerakan saham yang akan terjadi selama hari libur di bulan Ramadhan. Pada satu hari menjelang puasa para investor memilih mengambil untung dengan cara keluar dari bursa saham dikarenakan pada umumnya bursa saham sepi selama bulan Ramadhan. Bialkowski,
Etebari
dan
Piotr,
2010
(dalam
Munadi,
2013)
mengemukakan bahwa terjadi optimisme investor pada awal bulan Ramadhan.
6
Hal tersebut disebabkan munculnya pengaruh spiritual yang terjadi pada awal bulan puasa yang ditandai oleh para umat muslim yang mulai berpuasa dan lebih mementingkan
hal-hal
yang
berbau
keagamaan.
Hal
tersebutlah
yang
mempengaruhi optimisme para investor dan menganggap perekonomian akan berlangsung baik. Pada saat bulan Ramadhan, kebutuhan pokok sehari-hari seperti konsumsi dan komunikasi akan meningkat terutama pada saat menjelang lebaran. Hal tersebut akan mengakibatkan meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok tersebut dikarenakan tingginya belanja masyarakat. Menurut Munadi (2013), pada umumnya saat bulan Ramadhan, sahamsaham di sektor-sektor tertentu seperti sektor konsumsi, telekomunikasi, infrastruktur, konstruksi, semen, alat berat dan otomotif diprediksi akan memberikan keuntungan. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya konsumsi masyarakat selama bulan Ramadhan terutama menjelang lebaran. Begitupun dengan sektor telekomunikasi dikarenakan banyak masyarakat yang beragama Islam yang menggunakan media komunikasi untuk bersilaturahmi dengan kerabatnya yang jauh. Sektor konstruksi dan infrastruktur pun juga meningkat dikarenakan perbaikan jalan menjelang lebaran karena banyaknya masyarakat yang melaksanakan mudik ke kampung halaman. Hal tersebut menyebabkan sektor semen, alat berat serta otomotif juga ikut menerima keuntungan.
7
Namun bulan Ramadhan akan mengakibatkan sedikit berkurangnya transaksi yang dilakukan oleh investor di pasar dikarenakan para investor yang beragama muslim menggunakan modalnya untuk kepentingan selama puasa dan lebaran. Selain itu berkurangnya transaksi di pasar juga disebabkan karena pada umumnya para investor menjadi lebih khusyuk beribadah sehingga akan mempengaruhi transaksi serta aktivitas mereka di pasar. Untuk mengetahui harga saham serta pergerakan saham, para investor biasanya melihat indeks saham yang dikeluarkan oleh Indonesian Stock Exchange (IDX). Ada beberapa indeks yang disediakan oleh IDX antara lain adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Indeks Sektoral, Jakarta Islamic Indeks (JII), Indeks Kompas-100 dan lain sebagainya. Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham secara keseluruhan yang sesuai dengan klasifikasinya masing-masing. Banyak penelitian tentang anomali pasar telah dilakukan oleh para peneliti dan para praktisi.Balint dan Gica (2012) menemukan terdapat January Effect pada pasar modal Romania sebelum krisis keuangan pada tahun 2003-2010. Susanto (2013) menemukan keberadaan January Effect pada saham LQ-45 periode 2007-2009. Muhardani (2000) juga menemukan adanya indikasi January Effect pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 1991-2000. Namun, Fadhila (2011) menemukan tidak terdapat January Effect pada saham LQ-45 periode 2007-2010. Ahsan dan Sarkar (2013) tidak menemukan fenomena
8
January Effect pada pasar saham di Bangladesh pada tahun 1987-2012 melainkan menemukan adanya fenomena June Effect. Aprilia dan Ardhani (2014) juga tidak menemukan fenomena January Effect pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012, namun menurut penulis, penelitian tersebut kurang akurat dikarenakan jangka waktu penelitian yang hanya satu tahun pengamatan. Belum banyak penelitian yang dilakukan tentang Ramadhan Effect di Indonesia. Akrami, Garkaz dan Mehrazin (2012) menemukan adanya fenomena Ramadhan Effect yang terjadi di pasar saham Tehran pada tahun 2005-2010. Ramezani, Pouraghajan dan Mardani (2013) juga menemukan adanya fenomena Ramadhan Effect yang terjadi di Iran pada tahun 2002-2012. Namun, Munadi (2013) tidak menemukan adanya fenomena Ramadhan Effect yang mempengaruhi return saham-saham di Indonesia pada tahun 2005-2011. Dari beberapa penelitian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui tentang anomali yang berkaitan dengan January Effect dan Ramadhan Effect. Penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan pola return yang mungkin terjadi akibat dari anomali dipasar saham. Untuk melihat fenomena tersebut, penulis menggunakan dua indeks saham yaitu saham non-syariah dan saham syariah. Karena selama ini pengujian tentang January Effect banyak yang masih bertentangan hasilnya dengan teori January Effect tersebut, maka penulis melakukan pengujian kembali terhadap anomali yang berkaitan dengan January Effect. Namun karena belum banyak penelitian yang dilakukan tentang Ramadhan
9
Effect jika dilihat lebih khusus mengenai ada atau tidaknya perbedaan Ramadhan Effect pada saham kategori syariah dan non-syariah, maka penulis tertarik untuk menguji apakah terdapat fenomena Ramadhan Effect di pasar saham Indonesia. Untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut maka penulis melakukan penelitian atas “Pengujian KembaliJanuary Effect dan Ramadhan Effect pada Saham Syariah dan Saham Non-syariah”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dilihat bahwa selama ini pengujian tentang January Effect banyak yang masih bertentangan hasilnya dengan teori January Effect tersebut dan masih belum banyak penelitian tentang Ramadhan Effect terutama jika dilihat secara khusus mengenai ada atau tidaknya perbedaan pada saham kategori syariah dan non-syariah. Maka dari itu diperlukan adanya analisis tentang January effect dan Ramadhan Effect pada saham syariah dan saham non-syariah, dengan demikian beberapa masalah yang dapat dirumuskan antara lain : 1. Apakah terdapat fenomena January Effect pada saham non-syariahdan saham syariah? 2. Apakah terdapat fenomena Ramadhan Effect pada saham non-syariahdan saham syariah?
10
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu : 1. Untuk menguji fenomena January Effect pada saham non-syariah dan saham syariah. 2. Untuk menguji fenomena Ramadhan Effect padasaham non-syariah dan saham syariah.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang dapat digunakan oleh para investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan mengasilkan gain dengan memanfaatkan peluang dan membaca pola pada fenomena January Effect dan Ramadhan Effect di Indonesia. 2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi bagi perusahaan terkait dengan anomali pasar yang terjadi di Indonesia. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi empiris dan memberikan kontribusi di dunia akademis sebagai pengembangan pengetahuan sehingga dapat dijadikan referensi seperti penelitianpenelitian sebelumnya.
11
1.5 Sistematika Penulisan Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian ini, maka sistematika penulisan ini akan dibagi menjadi 5 bab yang berisi tentang hal-hal yang akan dibahas yaitu sebagai berikut : Bab I : PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Bab ini akan membahas mengenai landasan teori yang terkait dengan penelitian, penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan pengembangan hipotesis penelitian. Bab III : METODOLOGI DAN PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang data dan sampel, variabel-variabel penelitian dan definisi operasional, metode pengumpulan data serta proses pengujian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian. Bab IV : ANALISA HASIL PENELITIAN Bab ini akan menguraikan hasil analisis data serta pembahasan mengenai hasil penelitian yang diolah dengan metode yang dijelaskan di Bab III.
12
Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini penulis akan membahas tentang kesimpulan dari pengujian data dan analisis atas penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada Bab IV serta saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para akademisi, investor serta untuk penelitian selanjutnya.
13