BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial, ekonomi, politik, sosialbudaya, kriminalitas dan lain sebagainya (Hawari, 2005). Penyalahgunaan narkoba menjadi masalah yang memperihatinkan, karena terutama menimpa generasi muda sehingga berpengaruh terhadap masa depan bangsa. Menurut Laporan Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) di Jakarta, dari penderita yang umumnya berusia 15-24 tahun, banyak yang masih aktif di SMP dan SMA, bahkan perguruan tinggi (Lydia Dan Satya, 2008). Berdasarkan data dari World Drug Report (WDR) tahun 2013, terdapat 167 hingga 315 juta orang yang berusia 16-64 tahun diperkirakan telah menggunakan zat terlarang tersebut pada tahun 2011. Angka tersebut sama dengan 3,6-6,9% dari populasi orang dewasa di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) Pada tahun 2012, terdapat sekitar 162-324 juta orang di dunia yang berusia antara 15-64 tahun yang pernah mengonsumsi narkoba.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Sementara itu pengguna narkoba teratur dan pecandu yang sudah ketergantungan diperkirakan mencapai angka 16 sd 39 juta orang (BNN, 2015). Badan Narkotika Nasional (BNN) 2012, mencatat pengguna Narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta orang, atau sekitar 1,5 persen dari jumlah penduduk negeri ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.000 orang menggunakan Narkotika dengan alat bantu berupa jarum suntik, dan 60 persennya terjangkit HIV/AIDS, serta sekitar 15.000 orang meninggal setiap tahun karena menggunakan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain) (BNN, 2012). Data di Provinsi Sumatra Utara berjumlah 1.252 kasus, dan yang paling tertinggi yaitu di Provinsi Jawa Timur dengan kasus 7.448 kasus (BNN & POLRI, 2013). Menurut Kemenkes RI 2014, data pasien RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) Jakarta pada tahun 2012-2013, di tahun 2012 jumlah pasien laki-laki 511 orang (87,95%), sedangkan pasien perempuan 70 orang (12,05%), dan pada tahun 2013 jumlah pasien laki-laki 436 orang (85,32%) dan pasien perempuan 75 orang (14,68%). Penelitian Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) 2012, Menemukan bahwa hampir satu dari delapan dari 95 juta kunjungan ke bagian gawat darurat rumah sakit di Amerika Serikat pada tahun 2007 adalah karena kesehatan mental dan penyalahgunaan NAPZA. Alasan paling umum untuk kunjungan ini adalah gangguan mood (42,7%), diikuti oleh gangguan kecemasan (26,1%), masalah yang berhubungan dengan alkohol (22,9%), dan gangguan obat (17,6%).
Universitas Sumatera Utara
3
Survey Kesehatan Masyarakat Kanada-Kesehatan Mental (CCHS MH) Pada tahun 2012, total 2,8 juta warga Kanada berusia 15-24 tahun, atau 10,1%, melaporkan gejala yang konsisten dengan setidaknya salah satu
gangguan mental atau penggunaan zat berikut: episode depresi mayor, gangguan bipolar, gangguan kecemasan umum, dan penyalahgunaan atau ketergantungan pada alkohol, ganja atau obat-obatan lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vaeroy 2010, yang berjudul Depresi, kecemasan, dan sejarah penyalahgunaan zat pada narapidana di preventif penahanan Norwegia, Skala HADS (Hemilton Axiety Depression Scale) mengungkapkan bahwa 12 dari 26 narapidana (46,1%) untuk depresi ringan. Sebaliknya, 5 dari 26 responden sebesar (19,2%) depresi berat. Untuk kecemasan di dapat mayoritas responden cemas berat(30,7%) dari tahanan, pada skala HADS kecemasan yang menunjukkan gejala kecemasan ringan (34,6%). meskipun menerima obat psikotropika. Dari semua narapidana ini, dan lebih dari 80% dari mereka yang dihukum karena kejahatan seks, memiliki sejarah alkohol dan penyalahgunaan obat. Yaputra (2012), Dalam peneltiannya tentang Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Residen Penyalahgunaan Napza Di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta Tahun 2012, menunjukkan bahwa dari 36 responden terdapat 15 responden (41,7%) yang mengalami kecemasan ringan, dan sebanyak 9 responden (25,0%) mengalami tingkat kecemasan dalam kategori sedang.
Universitas Sumatera Utara
4
Latar belakang penggunaan Narkoba adalah agar dapat diterima oleh lingkungan, mengurangi stress, megurangi kecemasan, agar bebas dari murung, mengurangi keletihan (kejenuhan/kebosanan), dan untuk mengatasi masalah pribadi. Dan mereka juga memakai narkoba karena narkoba memmbuatnya merasa nikmat, enak, dan nyaman pada awal pemakaian. Perasaan yang dihasilkan oleh narkoba itulah yang awalnya di cari oleh pemakai, mereka tidak melihat dampak buruk mengunakan narkoba, akibat buruk itu baru dirasakan setelah beberapa kali pemakaian dan saat itulah terjadi kecanduan dan ketergantugan (Lydia & Satya, 2008). Jika terjadi ketagihan dan ketergantungan, Apabila yang bersangkutan menghentikannya, maka ia dapat jatuh dalam keadaan kecemasan dan atau depresi (Hawari, 2013).
Jenis-jenis Napza yaitu Opiat, Ganja Kokain, Sedatif Hipnotik, Amfetamin, Halusinogen, Alkohol, Inhalasia, Nikotin Dan Kafein. Yang sering di salah gunakan di Indonesia adalah Opiat (misalnya heroin atau putau), Ganja (Cimeng, Gelek), Sedatif Hipnotik (Benzodiazepin, Misalnya Lexo, Pil BK), Alkohol (Misalnya Wisky, Arak) dan Amfetamin (Ekstasi, Sabu-Sabu) (Sumiati DKK, 2009). Data dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) di Dunia saat ini terdapat 348 Jenis New Psychoactive Substance (NPS) atau yang lebih dikenal dengan narkoba jenis baru. Di Indonesia sudah masuk kurang lebih 29 jenis narkoba jenis baru yang harus kita waspadai. Bukan hanya bentuknya yang semakin dimodifikasi agar tidak mudah dikenali tapi
Universitas Sumatera Utara
5
efeknyapun semakin berbahaya dan mematikan. Salah satu contoh narkoba jenis baru adalah Krokodile. Pada bulan Oktober dan November 2013 ditemukan Tiga jenis narkoba baru dalam bentuk kertas turunan dari Phenethylamine yang bersifat menimbulkan halusinasi (BNN, 2015). Efek samping penyalahgunaan Narkoba dapat berupa gangguan fisik, psikologis, dan sosial. Efek fisik dapat berupa penyakit HIV AIDS, hepatitis B dan C, gangguan lambung, penyakit paru-paru, hati dan ginjal (sumiati DKK, 2009). Efek psikologisnya yaitu depresi, mudah tersinggung, cemas,
menarik
diri
dari
pergaulan,
meningkatkan
khayal,
stress
hilang,senang berlebihan (Lydia & satya, 2008).
Penyalahgunaan
NAPZA
Secara
sosial
juga
mengakibatkan
meningkatnya angka kejahatan seperti merampok/mencuri, suka berbohong, kecelakaan saat mengendarai kendaraan, dan juga bahaya-bahaya sosial lainnya dan juga dapat menyebabkan kematian mendadak akibat dosis yang berlebihan (Karofi, 2005).
Menurut Kristianingsih (2009) Narapidana Narkoba merupakan bagian dari narapidana dengan kondisi yang berbeda dan spesifik, yaitu mempunyai
karakter atau perilaku yang cenderung berbeda
akibat
penggunaan narkoba yang dikonsumsi mereka selama ini, seperti kurangnya tingkat kesadaran akibat rendahnya kemampuan penyerapan, keterpurukan kesehatan dan sifat over reaktif dan over produktif. Akibatnya narapidana narkoba perlu penanganan khusus dari pada narapidana kasus lain selama berada di lapas ataupun rutan.
Universitas Sumatera Utara
6
Kepala Lapas Klas II B Lubukpakam, Setia Budi Irianto mengatakan ada 1.351 warga binaan pemasyarakatan kita, terdiri dari 1.308 laki-laki dan 37 perempuan serta anak-anak 6 orang. Sedangkan kapasitas Lapas sebenarnya 350 napi. Jadi ada 65 % napi kasus narkoba dari jumlah napi yang ada (BNNK Deli Serdang, 2015). Berdasarkan dari survey awal di lapas kelas IIB lubuk pakam, 30 mei 2015. Di dapatkan data kasus narkotika 780 orang, psikotropika
01
orang.
dari
jumlah
keseluruhan
Warga
Binaan
Pemasyarakatan (WBP).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa penting untuk meneliti tentang “tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di AlKamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di AlKamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015.
1.3.1 Bagi Institusi Rehabilitasi Barkoba
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pengetahuan petugas dan dalam memberikan pelayanan yang lebih bermutu sehingga tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba menurun.
Universitas Sumatera Utara
7
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa/i Fakultas Keperawatan USU, dan juga sebagai bahan kajian bagi yang tertarik untuk meneliti tentang tingkat kecemasan pada pasien rehabilitasi narkoba. 1.3.3 Bagi penelitian selanjutnya
Peneliti dapat mengetahui lebih dalam tentang tingkat kecemasan pada pasien rehabilitasi narkoba serta menambah kepustakaan dan hal-hal yang berkaitan dengan tingkat kecemasan pada
pasien rehabilitasi
narkoba.
Universitas Sumatera Utara