BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut dan cicit. Kepercayaan yang seperti ini yang sudah sering dilakukan turun menurun hingga anak cucu dalam etnis ini. Jika dihubungkan dengan logika, aturan
aturan, pantangan
pantangan, serta kepercayaan yang ada didalamnya
memang tidak masuk akal dan susah untuk dibuktikan secara nyata. Dengan cara cara yang membuat orang yang melihatnya tidak masuk akal tetapi bagi mereka yang percaya ini sebuah tindakan komunikasi juga terhadap orang yang sudah meninggal. Hal ini berkaitan dengan mitos yang kebanyakan orang menyebutnya dengan seperti itu. Sebelum masuk peti, semenjak terjadinya kematian, anak-cucu sudah harus membakar kertas perak (uang di akhirat) merupakan lambang biaya perjalanan ke akhirat yang dilakukan sambil mendoakan yang meninggal. Mayat dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian tujuh lapis. Lapisan pertama adalah pakaian putih sewaktu almarhum atau almarhumah menikah. Selanjutnya pakaian yang lain sebanyak enam lapis. Sesudah dibaringkan; kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga, diberi mutiara sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain. Di sisi kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka
2
kedua kaca harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain. Upacara adat kematian suku Tionghoa dilatarbelakangi oleh kepercayaan mereka. Mereka mempercayai bahwa dalam relasi seseorang dengan Tuhan atau kekuatan-kekuatan lain yang mengatur kehidupan baik langsung maupun tidak langsung, berlaku hal-hal sebagai berikut :
a.
Adanya reinkarnasi bagi semua manusia yang telah meninggal (cut sie)
b.
Adanya hukum karma bagi semua perbuatan manusia, antara lain tidak mendapat keturunan (ko kut)
c.
Leluhur yang telah meninggal (arwah leluhur) pada waktu-waktu tertentu dapat diminta datang untuk dijamu (
)
d.
Menghormati para leluhur dan orang pandai (tuapekong)
e.
Kutukan para leluhur, melalui kuburan dan batu nisan yang dirusak (bompay)
f.
Apa yang dilakukan semasa hidup (di dunia) juga akan dialami di alam akhirat. Kehidupan sesudah mati akan berlaku sama seperti kehidupan di dunia ini namun dalam kualitas yang lebih baik. 1
Penelitian ini difokuskan pada makna simbol yang ada dalam upacara kematian masyarakat etnis Tionghoa di Pontianak yang upacara kematiannya dilakukan berdasarkan keyakinan dari nenek moyang yang dianut secara turun
1
Xuan Tong, (2006, 1 Febuari). ICCSG Studying Indonesian-Chinese cultur. Adat Kematian. Diakses pada tanggal 11 Mei 2015 20.05 WIB dari https://iccsg.wordpress.com/2006/02/01/tradisi-adat-kematian/
3
temurun. Upacara ini ditujukan sebagai bentuk penghormatan terakhir, besarnya upacara bergantung pada besarnya kolega maupun status sosial. Biasanya, semakin besar kolega atau status sosial yang dimiliki keluarga, upacara kematian dilakukan lebih lama dan lebih meriah.
Gambar 1.1 Proses Pemakaman Adat Etnis Tionghoa (Foto Keluarga Peneliti)
Pada gambar 1.1, merupakan sebuah penghormatan dari seluruh angota keluarga, yakni istri, anak, menantu, cucu setelah peti mati jenazah ditutup. Pada gambar tersebut, tampak masing anggota keluarga mengenakan pakaian yang memiliki artinya masing
masing. Ini merupakan simbol
simbol yang ada
dalam upacara adat kematian. Di dalam gambar, juga terdapat meja altar untuk menempatkan guci dupa serta lilin yang mempunyai artinya masing masing.
4
Demikian juga penggunaan simbol, maupun dekorasi tertentu dilakukan adanya makna dibaliknya. Demikian pada upacara kematian, banyak simbol digunakan dengan tujuan dan maksud tertentu. Secara umum, simbol terebut dapat dibagi dalam simbol material dan non
material.
simbol seringkali diistilahkan sebagai lambang. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasaran kesepakatan sekelompok orang.2 Peirce mengkategorikan simbol sebagai salah satu kategori dari tanda (sign). Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif , terpisah dari hubungan dengan simbol lainnya. Pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:
a. Simbol
simbol universal, berkaitan dengan arketipos, misalnya tidur
sebagai kematian;
b. Simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan tertentu (misalnya keris dalam kebudayaan jawa) c. Simbol individual yang biasanyadapat ditafsirkan dalam konteks keseluruhan karya seseorang pengarang.
2
Alex Sobur . Semiotika Komunikasi. Cetakan ke empat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009. Hal 157.
5
Dalam penelitian ini, alasan peneliti memilih topik penelitian ini adalah adanya kehidupan maka ada kematian, kematian bersumber dari kehidupan, segala makhluk hidup dengan adanya kehidupan maka akan mengalami kematian, tidak adanya kehidupan maka tidak ada juga kematian. Sebaliknya, tidak mengalami kematian apakah mungkin adanya kehidupan? Walaupun kondisi kehidupan dengan kematian itu berbeda, tetapi hubungannya sangat erat. Orang Tionghoa dalam perkembangan sejarah yang sangat panjang, juga terus memikirkan dan menganalisa tentang kematian, dari sini terbentuk pandangan atau konsep kematian yang begitu mendalam.3
Keberagaman Etnis yang ada di Kota Pontianak membuat masyarakatnya menjadi amat perlu untuk menanamkan sikap toleransi antar etnis karena masingmasing memiliki budaya dan latar belakang yang berbeda, sehingga sebagai masyarakat yang baik kita perlu untuk menghilangkan atau setidaknya memperkecil gesekan-gesekan yang mungkin timbul. Salah satunya dengan membuka diri dan mengamati, sehingga kita dapat memahami dan tidak bersikap tertutup dengan apa yang terjadi di sekitar kita sehingga dapat membuat kita menjadi lebih bijak dalam hidup bersosial. Masyarakat Etnis Tionghoa adalah salah satu bagian dari keragaman etnis yang ada di Kota Pontianak, yang pada saat ini telah berkembang dengan cukup pesat dari beberapa aspek yang langsung dapat dilihat oleh masyarakat. Sehingga pada penelitian ini akan dibahas 3
Liu Weilin. (2013, 27 Agustus). Budaya Tionghoa Forum Budaya & Sejarah Tionghoa. Pandangan Orang Tionghoa terhadap Kematian. Diakses 30 Mei 2015 20.44 WIB dari http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/3675-pandangan-orang-tionghoa-terhadapkematian?
6
mengenai tradisi upacara kematian etnis Tionghoa. Masyarakat etnis Tinghoa di Indonesia bukan merupakan minoritas yang homogen. Dari sudut budaya, orang Tionghoa terbagi atas peranakan dan totok.4
Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. Dalam budaya, komunikasi melahirkan sebuah tradisi yang cukup beragam di bangsa ini. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan yang memiliki makna di setiap pesannya, demikian penjelasan umumnya. Sedangkan tradisi merupakan sebuah adat
istiadat yang sudah dilakukan turun
menurun oleh nenek moyang hingga sekarang. Dalam sebuah tradisi terdapat aturan
aturan dan kebiasaan
kebiasaan
yang dipercayakan untuk dilakukan jika sesuatu hal terjadi. Seperti halnya, kelahiran, pernikahan, dan kematian. Fungsi Sosial Komunikasi Budaya Menyatakan identitas sosial: Dalam komunikasi, budaya dapat menunjukkan beberapa perilaku komunikan yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Menyatakan integrasi sosial: Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi dan antarkelompok namun tetap menghargai perbedaan perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur.
Komunikasi dalam konteks budaya pesan baik verbal maupun nonverbal sebenarnya terikat dengan budaya. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal
4
Prof. Dr. Leo Suryadinata. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Kompas. 2010. Hal 183.
7
dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecendenrungan pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk dikomunikasikan. Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya budaya dalam komunikasi: mobilitas, saling kebergantungan ekonomi, teknologi komunikasi, pola imigrasi, kesejahteraan politik. Keyakinan agama dan keyakinan spiritual merupakan bagian integral dari keyakinan budaya seseorang dan dapat mempengaruhi keyakinan sesorang terhadap kehidupannya.
1.2
Fokus Penelitian Pada penelitian ini, sesuai dengan judul topik yang sudah ditentukan,
maka fokus penelitiannya adalah simbol
simbol yang terdapat dalam foto
foto
upacara adat kematian etnis tionghoa. Dalam penelitian ini akan lebih mengkaji makna
makna simbol
simbol yang tedapat dalam proses upacara adat kematian
ini, di dalamnya banyak sekali beberapa kegiatan yang menjadi simbol
simbol
dari sebuah upacara adat kematian menurut tradisi kepercayaan yang melakukannya.
1.3
Identifikasi masalah Dalam penelitian ini, akan di identifikasi apa makna simbol upacara adat
kematian etnis tionghoa yang dimana dalamnya terdapat pakaian yang digunakan, peralatan sembahyang (dupa, lilin, sesajian,buah
buahan, uang kertas dan
lainnya), kegitan penghormatan kepada mendiang yang sudah meninggal yang ada
8
dalam proses upacara adat kematian ini dalam delapan foto yang menjadi data utama yang akan diteliti.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang makna
simbol yang ada dalam kegiatan tradisi upacara kematian etnis Tionghoa.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat positif dan pengetahuan yang
lebih tentang masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
A.
Manfaat Akademis Dalam setiap penelitian memiliki landasan teori untuk menbuktikan
secara fakta di lapangan. Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini, yakni; peneliti dapat memulai risetntya dengan mencari informasi tentang adat istiadat tersebut.
B.
Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini, yakni:
A.
Menjelaskan tata cara adat upacara kematian;
B.
Menjelaskan mitos tersebut.
mitos yang ada dalam upacara adat kematian