BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia tengah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA)
2015. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang
permodalan barang dan jasa serta tenaga kerja atau sumber daya manusia . Untuk itu pemerintah harus segera merumuskan dan menetapkan langkah – langkah strategis terpadu dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dan pemangku kepentingan (stakeholder) agar dapat lebih mendorong dan meningkatkan daya saing (competitiveness) dalam bidang infrastruktur dan bidang tenaga kerja atau sumber daya manusia . Dalam bidang sumber daya manusia ,Indonesia masih mengalami kendala talent gap. Data Badan Pusat Statistik( BPS) 2010 menunjukkan sumber daya manusia Indonesia masih didominasi tenaga kerja kurang terampil sebanyak 88 juta orang, Padahal , Boston Consulting Group (BCG ) Data 2013 memperkirakan, pada 2020 akan ada 50 persen kekurangan tenaga kerja dalam mengatasi lowongan jabatan .Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan inovasi pendidikan serta meningkatkan mutu pendidikan karena dilihat dari segi pendidikan dan produkktivitas tenaga kerja Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja dari Malaysia,Singapura dan Thailand serta fondasi industri indonesia sendiri relatif lemah yang membuat Indonesia berada pada peringkat
1
2
keempat diASEAN (Republika online,2013). Oleh karenanya Pemerintah dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi adalah lembaga yang mempersiapkan sumber daya manusia yang berilmu ,kreatif berdisiplin dan berdedikasi tinggi serta mampu menyesuaikan diri
dan bersaing dalam
mengembangkan ilmu
pengetahuan .Untuk mempersiapkan lembaga pendidikan yang bermutu maka dibutuhkan tenaga pendidik yaitu dosen , menurut undang undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (2) mendifinisikan bahwa Dosen adalah pendidik yang profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan ,mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni melalui : pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
(Tri Dharma Perguruan Tinggi). dimana Tri
Dharma Perguruan Tinggi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendaya gunaan Aparatur Negara Nomor: 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 Tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya, pada Pasal 3 disebutkan sebagai tugas pokok dosen. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 60 Menegaskan
bahwa
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan,
dosen
berkewajiban sebagai berikut : 1) Melaksanakan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 2) Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan meng evaluasi hasil pembelajaran. 3) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
3
Secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4) Bertindak obyektif dan tidak diskriminasi atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 5) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika. 6) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Tugas dosen tersebut sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2004) yang menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja yang dihasilkan dosen tidak lepas dari variabel
yang
mempengaruhinya.Gibson, dkk (2007: 15) menjelaskan ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja, yang selanjutnya berakibat kepada kinerja dosen yaitu: variabel individu, psikologis dan organisasi. Lebih lanjut Gibson, dkk (2007) menjelaskan bahwa variabel individu yang mempengaruhi perilaku kerja adalah kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis. Adapun variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Selanjutnya, variabel organisasi terdiri dari sumber daya, komunikasi, kepemimpinan, imbalan, struktur dan rancangan kerja. Rosita (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa kinerja dosen sangat ditentukan oleh variabel psikologis yaitu erat hubungannya dengan kecerdasan
4
intelektual yang dimiliki, seorang dosen yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan kinerja sebagai pendidik yang lebih baik dan lebih mudah menyerap ilmu sehingga dapat menstanferkan ilmu tersebut kepada mahasiswa atau peserta didik.. Ani (2010),mengungkapkan
kinerja dosen tidak hanya dilihat dari
kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan tersebut oleh Goleman disebut dengan Emotional Intelligence atau kecerdasan emosi. Goleman (2000:46) melalui penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80 persen dari faktor penentu kesuksesan seseorang, sedangkan 20 persen yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient).Orang mulai sadar pada saat ini bahwa tidak hanya keunggulan intelektual saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan tetapi diperlukan sejenis keterampilan lain untuk menjadi yang terdepan. Penelitian Boyatzis (2001:2) menyatakan , menemukan orang yang tepat dalam organisasi bukanlah hal yang mudah, karena yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan bukan hanya orang yang berpendidikan lebih baik ataupun orang yang berbakat saja. Ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara sesorang dengan organisasinya. Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada kemampuan seseorang di dalam organisasi diantaranya adalah kemampuan mengelola diri sendiri, inisiatif, optimisme, kemampuan mengkoordinasi emosi dalam diri, serta melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi.
5
Goleman (2001:39) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan, sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan untuk sukses dalam bekerja dan menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Begitu pula yang dikemukakan oleh Mellandy .dkk (2006) bahwa kecerdasan emosi
menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam lingkungan kerja.Saat ini Kecerdasan emosi merupakan hal yang masih banyak dibicarakan dan diperdebatkan. Banyak penelitian yang membahas dan menjawab persoalan mengenai kecerdasan emosi tersebut di dalam lingkungan organisasi. Kehadiran kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang telah mengundang pro dan kontra dikalangan para ahli (Focus Online, 2004:1). Gordon (dalam Focus_Online, 2004:1) adalah salah satu yang menentang pendapat tersebut. Ia berpendapat bahwa kecerdasan emosi lebih banyak berhubungan dengan kepribadian dan mood (suasana hati), sedangkan cara terbaik untuk meningkatkan kinerja para pekerja adalah dengan kemampuan analisis dan kemampuan kognitif dalam hal ini yang berperan adalah kecerdasan intelektualnya.Seperti halnya penelitian Kartini(2012) menunjukkan bahwa EQ berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja dosen wanita pada perguruan tinggi swasta di Balikpapan dimana faktor memotivasi diri sendiri mempunyai pengaruh
6
yang tidak dominan terhadap kinerja dosen wanita pada perguruan tinggi swasta di Balikpapan . Riggio (2000:43) memiliki pendapat yang lain. Penelitian yang pernah dilakukannya menyebutkan bahwa kecerdasan intelektual saja tidak terlalu memadai, karena kecerdasan intelektual hanya suatu alat. Penelitian Anik(2008) mengungkapkan
kecerdasan emosional berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja dosen di program studi ilmu keperawatan universits Sahid Surakarta. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dalam mempengaruhi hubungan orang lain secara positif. Kinerja dosen tidak hanya membutuhkan kemampuan intelektualnya,tetapi dalam menyelesaikan masalah kecerdasan emosi sangat di perlukan . Secara khusus para dosen membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi karena dalam lingkungan kerjanya berinteraksi dengan banyak orang ,baik dalam bentuk moral dan disiplin .Rosita(2012) Salah satu bentuk kecerdasan lain yang saat ini tengah populer adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang untuk berpikir kreatif, berwawasan jauh, membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang tersebut dapat bekerja lebih baik. Secara singkat kecerdasan spiritual (SQ ) mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang sebelumnya telah disebutkan yaitu IQ dan EQ (Idrus, 2002:57). Zohar(2000) mengatakan bahwa kecerdasan spiritual mampu menjadikan manusia sebagai mahluk yang lengkap secara intelektual, emosional dan spiritual.
7
Hal tersebut seperti juga yang ditulis oleh Mudali (2002:3) bahwa menjadi pintar tidak hanya dinyatakan dengan memiliki IQ yang tinggi, tetapi untuk menjadi sungguh-sungguh pintar seseorang haruslah memiliki kecerdasan spiritual (SQ). Penelitian yang dilakukan Wiersma dalam Trihandini (2005:68) memberikan bukti bahwa kecerdasan spiritual mempengaruhi tujuan seseorang dalam mencapai karirnya di dunia kerja,sedangkan penelitiannya menunjukkan bahwa semakin baik kecerdasan spiritual yang dimiliki karyawan maka akan semakin baik kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan Eva (2009) ,menuliskan bahwa SQ (Kecerdasan Spiritual) walaupun mengandung kata spiritual tidak selalu terkait dengan kepercayaan atau agama. SQ lebih kepada kebutuhan dan kemampuan manusia untuk menentukan arti dan menghasilkan nilai melalui pengalaman yang mereka hadapi akan tetapi penelitian menunjukan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan atau menjalankan agama, umumnya memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kepercayaan atau tidak menjalankan agama berbeda dengan karyawan yang memiliki SQ rendah keberhasilan dalam hal karier, pekerjaan, penghasilan, status dan hal hal yang bersifat materi ternyata tidak selalu mampu membuatnya bahagia. Persaingan dan perbedaan kepentingan yang berlangsung begitu ketat seringkali membuat manusia kehilangan arah dan identitas Adlin (2002:2) mengungkapkan pendapat yang sedikit berbeda
Ia
mengemukakan bahwa merupakan kekeliruan menyandingkan terminology spiritual dengan Q ketiga dalam kecerdasan, apalagi mengkaitkannya dengan
8
kinerja. Adlin dalam tulisannya menyebut kecerdasan spiritual cenderung subyektif yang juga tidak terkait dengan agama.Sedangkan pada penelitian Weldy(2014) mengatakan bahwa tiga variabel independen (IQ , EQ dan SQ ) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan ,sedangkan secara parsial IQ dan SQ tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penelitian Mudali (2002) membuktikan tentang pentingnya kecerdasan spiritual.Seseorang haruslah memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi agar dapat benar – benar menjadi pintar . Kecerdasan spiritual tersebut juga dibutuhkan dalam dunia kerja, apabila ketiga kecerdasan tersebut dapat berfungsi secara efektif maka karyawan tersebut akan menampilkan kerja yang menonjol. Berdasarkan kenyataan dilapangan menunjukkan, seorang dosen yang mempunyai IQ tinggi tidak menjamin berhasil dalam pembelajarannya, namun seorang dosen yang IQ nya sedang tetapi EQ dan SQ nya tinggi lebih besar peluang keberhasilannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini juga terjadi di Politeknik negeri Bali dimana dari wawancara peneliti dengan beberapa mahasiswa mereka mengatakan bahwa ada beberapa dosen yang mempunyai IQ tinggi tetapi memiliki emosi yang kurang terkontrol ini mengakibatkan dosen tersebut dalam mentranfer ilmunya kepada mahasiswa tidak dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa ,sesuai dengan pendapat Bambang (2010) yang menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional ( EQ )dan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang , namun kecerdasan emosilah yang lebih berperan untuk menghasilkan
9
kinerja yang cemerlang .Orang yang emosinya paling terkendali akan paling disegani dan dihormati begitu pula sebaliknya. Berdasarkan uraian diatas ,penelitian – penelitian tentang pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ ) dan kecerdasan spiritual (SQ ) terhadap kinerja yang dilaksanakan sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda – beda baik secara simultan maupun secara parsial ,sehingga perlu diadakan penelitian kembali yang menguji tentang pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja. Berdasarkan fenomena
diatas maka peneliti ingin
menguji dan
menganalisa kembali Pengaruh Kecerdasan Intelektual ,Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Dosen Politeknik Negeri Bali, Peneliti memilih Politeknik Negeri Bali karena Politeknik merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri di Bali yang menyelenggarakan pendidikan terapan ( vokasi ) dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus, serta berorientasi pada kebutuhan Industri maka diharapkan dapat mencetak tenaga – tenaga yang terampil dan profesional . 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimana pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) terhadap kinerja dosen di Polieknik Negeri Bali ? 2) Bagaimana pengaruh kecerdasan emosi (EQ) terhadap kinerja dosen di Politeknik Negeri Bali ? 3) Bagaimanakah pengaruh kecerdasan spiritual (SQ) terhadap kinerja dosen di Politeknik Negeri Bali ?
10
1.3
Tujuan Penelitian
1) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) terhadap kinerja dosen di Politeknik Negeri Bali. 2) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosi terhadap kinerja dosen di Politeknik Negeri Bali. 3) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan spiritual terhadap kinerja dosen di Politeknik Negeri Bali. 1.4
Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis, yaitu hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan referensi mengenai pengaruh IQ , EQ , SQ terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bali 2) Kegunaan praktis, yaitu hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi pimpinan dalam membuat kebijakan akan pengaruh dari IQ, EQ dan SQ dalam meningkatkan kinerja dosen Politeknik Negeri Bali