BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan – hambatan. Dari hasil penelitian diketahui alasan dikemukakan oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi, alasan yang cukup menonjol adalah karena masalah kesehatan yang di timbulkan dari efek samping ber- KB, karena masalah agama dan sosial budaya juga karena alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi (BKKBN, 2010) Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilah, serta menghentikan kesuburan yang digunakan dengan jangka panjang meliputi IUD, implant, dan kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi jangka panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenis metoda yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita), dikenal dengan Long Acting Contraceptive System(LACS)
adalah metoda kontrasepsi
yang penggunannya tidak setiap hari (seperti pil) atau tidak di gunakan setiap melakukan senggama (seperti kondom), dengan demikian suntikan KB dalam hal ini
di
golongkan
sebagai
MKJP.
Long
Acting
Contraceotive
Systen
dikelompokkan menurut Reversible (Kontap pria dan Wanita).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. mempunyai visi dari
Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan
keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis. Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut. Salah satu alat kontrasepsi yang digalakkan pemerintah untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah implant (Hartanto, 2010) Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk Sumatera Utara berjumlah 12,98 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk rata rata 1,1% setiap tahunnya. Persoalan kependudukan yang di hadapi Sumatera Utara dalam satu decade terakhir adalah masih tingginya angka kelahiran total yakni sebesar 3,8/1000 wanita usia subur, penduduk miskin sebesar 11,31% atau 1,41 juta jiwa, angka pengangguran terbuka sebesar 7,43%. Sementara angka kematian bayi berdasarkan riset kesehatan dasar 2010 adalah sebesar 22 per 1000 kelahiran, sementara kematian ibu hamil dan bersalin sebesar 249 per 100.000 kelahiran. Ini
Universitas Sumatera Utara
3
adalah tantangan program keluarga berencana untuk segera dipercepat di semua wilayah dan lini lapangan ( BKKBN Sumut, 2011). Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi implant di seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama di negara-negara berkembang. Persentase pengguna alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2012) Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 2010). Meskipun program KB Implant dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaannya hingga saat ini juga masih mengalami hambatanhambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya. Dari hasil SDKI (2010) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang
Universitas Sumatera Utara
4
banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal. Berdasarkan data dari SDKI 2012, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate atau CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada tahun 2007 angka CPR sebesar 61,4% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 61,9%. Sementara angka TFR (Total Fertily Rate) relative stagnan di angka 2,6 dari tahun 2003 sampai 2012. Survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002 – 2003 memperlihatkan proporsi peserta KB untuk semua tercatat sebesar 60,3%. Bila di rinci lebih lanjut proporsi peserta KB yang terbanyak adalah suntik (27,8%) di ikuti oleh pil (13,2%), IUD (6,2%) implant atau susuk KB (4,3%) sterilisasi wanita (3,7%), Kondom (0,9%) sterilisasi pria (0,4%) (BKKBN, 2006) Dalam pemilihan metode, penggunaan MKJP tercatat sebanyak 10,6% dan penggunaan non MKJP sebanyak 47,3%. Data tersebut terus meningkat dari tahun 2007 sampai 2012. Terlihat bahwa rasio penggunaan non MKJP lebih besar di bandingkan dengan pemakaian kontrasepsi MKJP (DEPKES RI, 2012) Di propinsi Sumatera Utara, perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai akhir Desember 2012 mencapai 1.312.405 pasangan atau 65.19% dari 2.013.452 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan pemakaian metode/alat kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 35,24% menyusul pemakaian
Universitas Sumatera Utara
5
Suntikan mencapai 33,53%, menggunakan IUD mencapai 10,63%, dengan metode medis operasi wanita (MOW) mencapai 8,34%, peserta Implant mencapai 7,41%, pemakaian Kondom mencapai 4,58% dan dengan metode medis operasi pria (MOP) hanya 0,28% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB (Wiratno, 2012) Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Josia Simamora, mengemukakan bahwa faktor – faktor yang memengaruhi pemilihan kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) di Kelurahan Losung Kecamatan Padang Sidempuan adalah pengetahuan, sikap, sarana dan pra sarana serta dukungan suami. Pada tahun 2014 tercatat dari seluruh peserta KB di Kecamatan Medan Denai berjumlah 16.898jiwa , dengan jumlah PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang sebanyak 4694 jiwa yaitu pemakaian IUD 2951 jiwa (18,5%), MOW 649 jiwa (4,1%), Implant 1094 jiwa (6,8%). Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai. Sebagian metode tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontra indikasi. Menurut Green dan Kreuter, determinan perilaku atau tindakan seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, nilai kepercayaan, budaya, dan sebagainya), faktor pendukung (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan), faktor pendorong (sikap, perilaku, keahlian dan dukungan petugas). Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti yang di peroleh langsung dari wawancara oleh petugas kesehatan bagian KB di Kecamatan Medan Denai
Universitas Sumatera Utara
6
mengatakan bahwa jumlah akseptor KB MKJP ini terus meningkat setiap tahunnya, alasannya
beliau mengatakan bahwa sekarang sudah
sering
dilakukannya safari KB ke daerah daerah kecamatan yang menurut beliau sangat efektif untuk mengajak para istri menggunakan kontrasepsi. Selain tidak terlalu banyak biaya, juga mudah di jangkau. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara ke beberapa ibu – ibu yang sudah memakai alat kontrasepsi MKJP, ada yang mengatakan bahwa metode ini membuatnya nyaman karna tidak harus setiap bulan suntik atau setiap hari minum pil. Berdasarkan data yang telah di temukan di atas, maka peneliti berkeinginan melakukan penelitian ini di Kecamatan Medan Denai. Peneliti ingin meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi istri dalam menggunakan alat kontrasepsi MKJP. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), faktor enabling (sarana dan prasarana), faktor reinforcing (peran petugas kesehatan dan dukungan pasangan) berpengaruh dalam pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor – Faktor yang mempengaruhi PUS dalam pemakaian alat kontrasepsi MKJP di Kecamatan Medan Denai.
Universitas Sumatera Utara
7
1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap) yang memengaruhi PUS dalam pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang b. Untuk mengetahui faktor reinforcing (peran petugas kesehatan, dan dukungan pasangan) yang memengaruhi PUS dalam pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. 1.4 Manfaat Penelitian a. Memberikan masukan bagi Kecamatan Medan Denai dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan Keluarga Berencana dan penggunaan alat kontrasepsi. b. Sebagai masukan bagi Badan Kordinasi Keluarga Nasional dalam upaya meningkatkan pelayanan alat kontrasepsi. c. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pengembangan dan pengetahuan tentang faktor yang berpengaruh dalam pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang pada PUS.
Universitas Sumatera Utara