BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari suatu bahasa, pemelajar harus dapat menguasai tata
bahasa dan perbendaharaan kata, karena setiap bahasa memiliki tata bahasa dan perbendaharaan kata sendiri yang berbeda dari bahasa lainnya, sehingga pemelajar dapat menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari secara aktif dan produktif. Apabila tata bahasa dan perbendaharaan kata sudah dikuasai dengan baik, maka pemelajar akan sangat mudah berkomunikasi dengan pemelajar lainnya atau bahkan dengan penutur asli bahasa tersebut. Selain itu, pemelajar juga tidak akan kesulitan dalam menyerap berbagai macam informasi tentang negara asal bahasa tersebut, baik itu tentang budaya, kehidupan sosial maupun politik negara tersebut, letak geografisnya, dan sebagainya. Lain halnya apabila pemelajar tidak menguasai tata bahasa maupun perbendaharaan kata bahasa tersebut. Pemelajar tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik. Selain itu, pemelajar juga akan kesulitan dalam menyerap informasi berharga tentang negara asal bahasa tersebut. Tentu hal ini akan sangat merugikan pemelajar itu sendiri. Begitu pula dalam pemelajaran bahasa Jerman. Pemelajar dituntut untuk menguasai tata bahasa dan perbendaharaan kata bahasa Jerman. Hal ini dapat membantu pemelajar dalam menguasai empat keterampilan dalam berbahasa Jerman. Keempat keterampilan itu adalah keterampilan menyimak (Hörverstehen)
1
keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit), keterampilan membaca (leseverstehen) dan keterampilan menulis (Schreibfertigkeit). Keempat keterampilan ini tidak akan dapat dikuasai dengan baik apabila tata bahasa dan perbendaharaan katanya belum dikuasai oleh pemelajar. Ada begitu banyak aturan dalam bahasa Jerman, salah satunya adalah Tempus atau kala. Dalam tata bahasa bahasa Jerman terdapat enam bentuk waktu/ kala, yaitu: Präsens (bentuk waktu saat ini), Perfekt (waktu yang sudah lewat), Präteritum (bentuk masa lampau), Plusquamperfekt (kejadian yang telah dan tidak terjadi lagi saat ini), Futur I (bentuk waktu yang akan datang) dan Futur II (kejadian yang diduga akan atau telah terjadi di masa yang akan datang). Setiap kalimat tentunya membutuhkan subjek dan kata kerja sehingga orang dapat mengerti kalimat tersebut. Dalam kalimat bahasa Jerman terdapat beberapa kata kerja yang mengalami perubahan bentuk sesuai dengan Tempus atau kala ketika kejadian itu berlangsung. Contohnya dalam kalimat: ich gehe in die Schule (saya pergi ke sekolah). Bentuk kata kerja pada kalimat tersebut benar apabila kalimat tersebut dalam bentuk Präsens. Apabila kalimat tersebut diubah ke dalam bentuk Präteritum, bentuk kata kerja tersebut akan mengalami perubahan menjadi: ich ging in die Schule. Dari contoh di atas diketahui bahwa vokal “e” pada kata “gehe” berubah menjadi “i” yaitu “ging”. Contoh lainnya seperti pada kalimat: er arbeitet in einer Firma (Präsens). Apabila kalimat tersebut dirubah menjadi bentuk lampau atau Präteritum menjadi: er arbeitete in einer Firma. Dalam kalimat ini tidak terjadi perubahan vokal pada kata dasar kata kerjanya karena dalam Präteritum kata kerja dibagi menjadi dua kelompok kata
2
kerja, yaitu starke Verben (kata kerja kuat) atau biasa disebut juga unregelmäßige Verben (kata kerja tidak beraturan) dan schwache Verben (kata kerja lemah) yang biasa disebut juga regelmäßige Verben (kata kerja beraturan). Contoh kalimat pertama merupakan contoh kata kerja tidak beraturan (unregelmäßige Verben). Pada bentuk kata kerja ini tidak ada aturan tertentu dalam perubahan bentuk kata kerjanya, sedangkan pada contoh kalimat kedua tidak terjadi perubahan vokal pada kata dasar kata kerjanya. Hal ini disebabkan karena kata kerja pada contoh kalimat kedua termasuk ke dalam kelompok kata kerja beraturan (regelmäßige Verben). Pada kelompok kata kerja ini terdapat aturan tertentu dalam perubahan bentuk kata kerjanya. Kesulitan yang dialami oleh penulis adalah dalam menggunakan unregelmäßige Verben (kata kerja tidak beraturan) dalam bentuk Präteritum, seperti pada contoh kalimat yang pertama. Penulis mengalami kesulitan karena dalam penggunaannya terdapat perubahan vokal pada kata dasar (Stammform) kata kerjanya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini lebih dalam lagi untuk mengetahui penyebab dari kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa dalam penggunaan unregelmäßige Verben dalam bentuk Präteritum.
I.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Apakah pemahaman mahasiswa terhadap penggunaan unregelmāβige Verben dalam Prāteritum masih kurang, sehingga menimbulkan kesalahan dalam penggunaannya?
3
2.
Apakah kesalahan penggunaan unregelmāβige Verben dalam Prāteritum yang dilakukan oleh mahasiswa disebabkan oleh kesulitan yang ditemui oleh mahasiswa dalam menghafalkan bentuk unregelmāβige Verben dalam Prāteritum?
3.
Apakah cara belajar seseorang dapat berpengaruh terhadap penguasaan penggunaan unregelmāβige Verben dalam Prāteritum, sehingga dia melakukan kesalahan dalam penggunaannya?
4.
Apakah intensitas penggunaan unregelmāβige Verben dalam Prāteritum berpengaruh,
sehingga
mahasiswa
melakukan
kesalahan
dalam
penggunaannya? 5.
Apakah kesalahan mahasiswa dalam penggunaan unrergelmāβige Verben dalam Prāteritum dapat disebabkan oleh kurangnya penguasaan mahasiswa terhadap perbendaharaan kata bahasa Jerman?
6.
Apakah perbedaan tata bahasa antara bahasa Jerman dan bahasa Indonesia memiliki
peranan
yang
penting
terhadap
kesalahan
penggunaan
unregelmāβige Verben dalam Prāteritum, sehingga berpengaruh pula terhadap kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa?
I.3
Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah yang
akan dibahas pada kesalahan penggunaan unregelmäßige Verben dalam bentuk Präteritum.
4
I.4
Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini, yaitu kesalahan apakah yang sering dilakukan mahasiswa dalam penggunaan unregelmäßige Verben dalam bentuk Präteritum?
I.5
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesalahan yang
sering dilakukan oleh mahasiswa dalam penggunaan unregelmāβige Verben dalam bentuk Prāteritum.
I.6
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam penggunaan unregelmäßige Verben dalam bentuk Präteritum. 2.
Dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan mahasiswa dalam penggunaan unregelmäßige Verben dalam bentuk Präteritum, sehingga mahasiswa dapat mengurangi kesalahan penggunaan unregelmäßige Verben dalam bentuk Präteritum.
3. Dapat memberikan masukan bagi para pengajar dalam mengajarkan unregelmäβige Verben dalam bentuk Präteritum.
5