BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Suatu bahasa tidak terlepas dari pelafalan, kosakata dan tata bahasa.
Pelafalan bisa diandaikan seperti bentuk luar dari bahasa, kosakata adalah seperti bahan konstruksinya, sedangkan tata bahasa adalah peraturan penyusunan bahasa. Dengan mengandalkan kosakata saja tidaklah dapat membentuk suatu bahasa.
Hanya
dengan
menggunakan
peraturan
tata
bahasa
untuk
menggabungkan kata atau gabungan kata, barulah bisa menjadi alat komunikasi. Dengan menggabungkan kata menjadi kalimat serta menggunakan suara untuk menyampaikannya barulah bisa terjadi komunikasi. Inilah yang dinamakan bahasa (Suparto, 2003: 3) Salah satu bahasa yang mulai menunjukkan keberadaan dan peranannya di dunia adalah bahasa Mandarin. Setiap bahasa sangat memungkinkan dapat melahirkan kosakata-kosakata baru yang variatif. Begitupun dalam bahasa Mandarin, kosakata-kosakata yang terdapat dalam bahasa Mandarin tentunya juga tidak lepas dari proses pemendekan kata atau abreviasi. Salah satu proses pemendekan kata yang paling sering muncul dan terus berkembang adalah akronim. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau komponen atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah (Kridalaksana, 2007:162). Chaer (2007:236) berpendapat tentang pengertian akronimisasi sebagai berikut.
xiv Universitas Sumatera Utara
Akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Jadi, sebetulnya akronim adalah juga sebuah singkatan, namun “diperlakukan” sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal. Berdasarkan tata bahasanya, bahasa Mandarin mempunyai struktur akronim yang cukup unik dibandingkan dengan bahasa lain. Akronim dalam bahasa Mandarin tidak dapat ditulis menggunakan alfabet fonetik seperti yang biasanya digunakan oleh bahasa-bahasa Eropa, sistem penulisan pada bahasa Mandarin adalah menggunakan karakter Cina (汉子 hànzi). Bentuk standar yang digunakan saat ini dikenal sebagai 拼音 pīnyīn. Dalam tahun 1958, 拼音 pīnyīn diadopsi sebagai sistem romanisasi resmi negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) (Scurfield & Lianyi, 2000:2). Dalam bahasa Mandarin satu kata biasanya mewakili suatu objek atau gerakan tertentu, suatu perasaan atau pikiran yang khusus atau ucapan dari kata tersebut (Laibun, 2014:1). Dalam proses pembentukan akronim bahasa Mandarin yang disingkat bukanlah hurufnya, melainkan kosakatanya. Cara penyingkatan ialah dengan memakai salah satu kata ataupun beberapa kata yang terdapat pada kosakata yang akan disingkat yang dapat mewakili keseluruhan arti dari kosakata tersebut (Zheng Yangshou: 2000). Beredar luasnya kata singkatan dalam masyarakat luas menyebabkan akronim menjadi salah satu kata yang wajib diketahui untuk memperlancar proses komunikasi dua arah. Akronim dalam bahasa Mandarin semakin hari kemunculannya semakin sering, bentuknya sangat beragam dan biasanya menjadi penghalang bagi para pembelajar bahasa Mandarin sebagai bahasa asing. Akronim sebagai salah satu gejala perkembangan bahasa sering terhambat, bahkan meyumbat jaringan
xv Universitas Sumatera Utara
komunikasi, antara penulis/pembicara dengan pembaca/penyimak (Ana, tanpa tahun: 3). Dwinka (2000:1) berpendapat bahwa singkatan-singkatan yang ada biasanya mempunyai struktur atau pola yang beraneka ragam, yang kadangkadang kepanjangannya tidak dapat ditebak begitu saja tanpa melihat ke dalam kamus atau mencari informasi dari orang lain. Keanekaragaman struktur dan pola pada akronim ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan sebagian besar pengguna bahasa Mandarin tidak mengetahui secara mendalam akronim dalam bahasa Mandarin. Sebagian besar hanya mengetahui akronim yang diketahuinya dari sumber-sumber yang berbeda, bahkan mungkin tidak mengetahui kepanjangan dari akronim yang sering digunakan dan mengganggap satu kata akronim adalah kata yang utuh (Diao Yanbin: 1995). Dwinka (2000:2) mengatakan kesulitan dalam singkatan biasanya muncul jika singkatan jarang digunakan, baru muncul, belum memasyarakat, atau akronim itu digunakan dalam bidang tertentu saja. Media cetak, dalam hal ini surat kabar, merupakan salah satu lahan munculnya gejala bahasa baru. Kemunculan akronim pada berbagai media termasuk koran dikarenakan terdesak oleh kebutuhan berbahasa secara praktis dan cepat sehingga pemakai bahasa tidak merasa kesulitan ketika harus menggunakan akronim. Saat ini, di Indonesia terdapat beberapa koran berbahasa Mandarin yang tersebar hingga ke pelosok negeri. Koran berbahasa Mandarin ini sangat membantu untuk mendapatkan informasi dalam dan luar negeri, sedangkan
xvi Universitas Sumatera Utara
untuk pembelajar bahasa Mandarin sebagai bahasa Asing sangat membantu untuk menambah kosakata. Salah satu koran berbahasa Mandarin yang banyak memuat akronim dalam tulisannya adalah koran GuoJi RiBao. Koran GuoJi RiBao dibuat tersebar di 29 provinsi dan 8 kota di seluruh Indonesia yang mulai beredar pada akhir tahun 2000 serta dicetak di empat kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Pontianak. Survey awal tahun 2011 menunjukkan bahwa koran GuoJi RiBao menguasai 63% market share untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, menyisakan hanya 37% untuk dibagi ke berbagai koran Mandarin lokal lainnya. Oleh sebab itu, peneliti menganggap koran GuoJi RiBao layak untuk dijadikan media dari penelitian skripsi ini. Berikut adalah contoh akronim bahasa Mandarin pada koran GuoJi RiBao. (1) 空中小姐 kōngzhōng xiǎojiě Kepanjangan
空姐 kōngjiě (Pramugari) Proses morfologi
(2) 大学本科 dàxué běnkē
Akronim
大本 dà běn (Sarjana)
Kepanjangan
Proses morfologi
Akronim
Tabel 1. Contoh Pola Pembentukan Akronim Bahasa Mandarin
No. 1.
2.
K.A
S11
S12
S21
S22
Akronim
空中小姐 kōngzhōng xiǎojiě 大学本科 dàxué běnkē
空 kōng
中 zhōng
小 Xiǎo
姐 jiě
空姐 kōng jiě
大 dà
学 xué
本 Běn
科 kē
大本 dà běn
K.A
= Kepanjangan
xvii Universitas Sumatera Utara
S1 S2
= Silabel 1 = Silabel 2
(1) 空姐 kōngjǐe 空 姐
kōngjǐe merupakan kependekan dari kata 空 中 小 姐
kōngzhōngxiǎojiě yang artinya „pramugari‟ yang terbentuk dengan mengekalkan silabel pertama pada komponen pertama dan mengekalkan silabel kedua pada komponen kedua. (2) 大本 dà běn 大本 dà běn merupakan kependekan dari kata 大学本科 dàxué běnkē yang artinya „sarjana‟ yang terbentuk dengan mengekalkan silabel pertama pada komponen pertama dan mengekalkan silabel pertama pada komponen kedua. Selain pola akronim yang terdapat pada contoh (1) dan contoh (2), pola yang digunakan dalam membentuk akronim dalam bahasa Mandarin juga sangat beragam. Berdasarkan penelitian awal penulis tentang pembentukan akronim pada koran GuoJi RiBao, pola pembentukan akronim bahasa Mandarin terbagi menjadi 9 pola pengekalan. Akronim itu dibentuk berdasarkan pengekalan silabel dari masing-masing kata, penghapusan salah satu silabel, serta pengekalan penuh dari salah satu kata. Koran GuoJi RiBao memuat beraneka ragam rubrik, meliputi rubrik nusantara, berita masyarakat keturunan Tionghoa, keuangan dan ekonomi, berita Tiongkok, forum Indonesia-Tiongkok, berita internasional, perdagangan, olahraga dan pendidikan. Keanekaragaman rubrik tersebut akan memunculkan
xviii Universitas Sumatera Utara
akronim dan singkatan yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya masingmasing termasuk dalam rubrik ekonomi dan berita internasional, sehingga penulis memilih dua rubrik tersebut untuk dijadikan objek penelitian. Edisi yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah edisi bulan JanuariApril 2015. Hal ini didasari oleh keterbatasan waktu dan ruang penulis mendapatkan koran GuoJi RiBao tersebut di kota Medan. Oleh karena itu penulis memutuskan hanya menggunakan edisi bulan Januari-April 2015. Koran GuoJi RiBao edisi selama 4 bulan tersebut dianggap mewakili data yang diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti Pola Pembentukan Akronim Bahasa Mandarin pada Koran GuoJi RiBao. 1.2 Batasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan ataupun pokok bahasan, maka peneliti membatasi masalah hanya pada analisis pembentukan akronim bahasa Mandarin pada koran GuoJi RiBao. Edisi yang dipilih untuk penelitian akronim bahasa Mandarin adalah edisi bulan Januari- April 2015. Rubrik yang dijadikan data penelitian adalah akronim bahasa Mandarin pada rubrik ekonomi dan berita internasional.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
xix Universitas Sumatera Utara
1. Pola pembentukan akronim bahasa Mandarin apa sajakah yang terdapat di dalam koran GuoJi RiBao ? 2. Pola pembentukan akronim bahasa Mandarin manakah yang dominan di dalam koran GuoJi RiBao ? 1.4 Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian pasti seorang peneliti mempunyai tujuan mengapa melakukan penelitian tersebut. Sebuah penelitian dilakukan berdasarkan sebuah pertanyaan yang belum diketahui jawabannya. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan pola-pola akronim bahasa Mandarin apa saja yang terdapat di dalam koran GuoJi RiBao. 3. Untuk mendeskripsikan pola akronim bahasa Mandarin yang dominan di dalam koran GuoJi RiBao. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses terbentuknya akronim dalam bahasa Mandarin dengan baik dan benar untuk pembelajaran di kemudian hari. 2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bahasa para pembelajar bahasa Mandarin sebagai bahasa asing tentang akronim dalam bahasa Mandarin.
xx Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya mengenai topik bahasan tentang akronim bahasa Mandarin yang tidak jauh berbeda dalam konteks kebahasaan. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para penulis maupun pembaca tentang kajian morfologi bahasa Mandarin. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi pembaca mengenai jenis-jenis akronim dan proses pembentukannya dalam bahasa Mandarin. Melalui penelitian ini, pembaca dapat membandingkan pola terbentuknya akronim dalam bahasa Mandarin, bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi masukan kepada pembaca yang menyadari pentingnya mengetahui akronim dalam pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Mandarin.
xxi Universitas Sumatera Utara