BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan mahkluk individu sekaligus sebagai
mahkluk sosial, manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial karena manusia dapat hidup dengan adanya bantuan kerja sama, bahkan hubungan antar manusia lainnya. Setiap organisasi menyadari akan pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM), untuk dapat tumbuh dan berkembangnya perusahaan, sehingga dari hal seperti itu perusahaan membutuhkan orang-orang yang memiliki keterampilan, serta kemampuan untuk bekerja lebih aktif demi kelancaran dan kemajuan suatu perusahaan atau instansi negara. Dalam ketatnya persaingan dibidang industri, maka perusahaan harus melakukan sebuah perubahan. Perusahaan harus dipersiapkan untuk menyongsong sebuah perubahan, salah satu langkahnya adalah menciptakan struktur yang mendukung kemajuan perusahaan melalui organisasi yang baik, serta membentuk budaya perusahaan. Langkah berikutnya adalah, memberikan perhatian lebih terhadap tindakan untuk mendukung perubahan organisasi, dengan menyusun prencanaan. Selain itu juga, harus dibahas mengenai akuntabillitas, melalu kinerja pegawainya dan pengembangan kapabilitas, melalui pengembangan manajemen. Jika kesemuanya telah siap maka tercapailah kesiapan perusahaan terhadap perubahan,(Pangondian, 2012.) Perubahan juga terjadi dilembaga kesehatan pemerintahan. Disalah satu lembaga kesehatan pemerintahan, yaitu di puskesmas, terdapat perubahan organisasi. Peneliti melihat ada yang berbeda dari sistem kerja yang biasa 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2
diterapkan sebelumnya. Peneliti mengganggap, bahwa perubahan ini, ada kaitannya dengan Reforamsi Birokrasi (RB). Mantan wakil presiden republik indonesia selaku ketua tim pengarah Reformasi Birokrasi (RB) memberikan 4 kunci pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) antara lain; (1). desentralization implementation, (2). cultural dan geografis sebagai pembeda, (3). sentralistik dalam kordinasi, dan (4). orientasi outcome oriented, Boediono (2010). Kebijaksanaan didalam Reformasi Birokrasi (RB) nasional yang digariskan dalam Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 menyatakan bahwa, "Perkembangan aparatur negara dilakukan melalui Reformasi Birokrasi (RB) untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara, serta memberntuk pegawai pemerintahan yang bersih dipusat maupun didaerah, dan dapat mendukung keberhasilan pengembangan dibidang lain". Kebijaksanaan lebih lanjut, dirumuskan dalam Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014, di mana ada sebelas program preoritas pembangunan nasional diantaranya,; "(1) Reformasi Birokrasi (RB) dan pemerintahan; (2) pendidikan, (3) kesehatan; (4) pengurangan dan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim usaha dan investasi; (8) energi; (9) lingkungandan manajemen bencana; (10) daerah terdepan, terluar, serta pasca-konflik; dan (11) budaya, kreativitas, dan inovasi teknologi ". terlihat bahwa, Puskesmas memasuki (3) tiga besar sebagai lembaga kesehatan yang menjadi prioritas Reformasi Birokrasi (RB). Reformasi Birokrasi (RB) ini sendiri adalah, bagaimana menggerakan manajemen organisasi agar semuanya efektif dan bisa menguasai lapangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3
pekerjaannya, Jokowi(detiknews.17.11.2014). Jadi, pemimpin mengerahkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) supaya lebih aktif, lebih bersemangat, dan bisa menguasai lebih banyak kemampuan, khususnya di lingkungan pemerintahan kesehatan, dan puskesmas adalah termasuk didalamnya. Tujuan Reformasi Birorasi (RB) adalah, salah satu cara bagaimana membuat pegawai untuk lebih berkembang, dan bisa menghadapi dunia kerja dengan baik serta bisa bertahan dalam persaingan didunia kerja. Beberapa isu dan agenda mengenai Reformasi Birokrasi (RB) adalah: 1) Modernisasi manajemen kepegawaian; 2). Restrukturisasi 3). Rekayasa dalam proses administrasi pemerintahan; 4). Anggaran berbasis kinerja dan proses perencanaan yang partisipatif; 5). Serta hubungan-hubungan baru antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan,(Prasojo, 2012). Dengan fenomena tersebut terlihat bahwa lembaga pemerintahan, kususnya puskesmas sedang mengalami perubahan organisasi. Perubahan yang terjadi dipicu oleh peristiwa krisis ekonomi, yang terjadi di Indonesia pada akhir orde baru yang banyak disebabkan oleh pelaksanaan pemerintahan yang lekat dengan budaya kolusi, korupsi dan, nepotisme (KKN). Keberadaan birokrasi dalam tatanan praktik sering menimbulkan masalah yang disebabkan oleh, rumitnya proses birokrasi yang menyebabkan, keterlambatan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi birokrasi. Pola pikir serta budaya kerja birokrasi belum mendukung birokrasi yang efisien, efektif, produktif, profesional, dan melyani. Selain itu, proses birokrasi dikenal berbelit-belit sehingga menyebabkan beban anggaran negara yang tinggi. Beberapa permasalahan lain birokrasi di Indonesia adalah penyebaran Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tidak merata, tidak sesuai
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4
kebutuhan, kualitas, dan produktivitas masih rendah, serta penggajian atau pengupahan yang belum adil (Prasojo, 2012). Dari situs metpan.go, Kemajuan suatu negara tidak dapat dipisahkan dari peran birokrasi negara ini. Reformasi Birokrasi (RB) pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan, dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan,
terutama
yang
menyangkut
aspek-aspek
kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business proses), dan sumber daya manusia aparatur. Namun Sistem Reformasi Birokrasi (RB) diera Presiden ke-tujuh ini khususnya didalam hal lingkup pekerjaan memperlihatkan perbedaan yang mencolok, mengenai cara kerja pegawai yang bekerja diera reormasi birokrasi. Bahkan jika diperbandingkan dengan sistem kerja sebelumnya yang masih lebih santai untuk mengerjakan atau melakuan tugas. Tetapi di Reformasi Birokrasi (RB) khususnya pegawai yang bekerja di pemerintahan, harus menjadi pegawai yang lebih aktif, tidak boleh pasif, serta harus menerima tugas yang di berikan oleh atasan mereka. Dengan adanya Reormasi Birokrasi (RB) pegawai pemerintah harus bekerja sesuai dengan KIP (Key Performance Indicators), UU ASN (UndangUndang Aparatur Sipil Negara), Menpan. KPI ini sesuai dengan KPI dalam perusahaan. menurut Warren (2011), key performance indicator merupakan sebuah pengukuran yang menilai, bagaimana sebuah organisasi mengeksekusi visi strategisnya. Visi strategis yang dimaksud merujuk kepada bagaimana strategi organisasi secara interaktif, terintegrasi dalam strategi organisasi secara menyeluruh yang telah di tetapkan di suatu pemerintahan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5
Menurut peneliti berdasarkan uraian tentang KIP (Key Perormance Indocators) dapat disimpulkan, bahwa KIP (Key Performance Indicator) merupakan pengukuran kuantitatif dalam evaluasi kinerja organisasi yang memiliki berbagai perspektif dan menjadi acuan pencapaian target organisasi, serata peran penting di suatu perusahaan atau diinstansi, peran ini sangat penting untuk kemajuan perusahaan. Karena itu perusahaan diharuskan, memiliki visi dan misi yang jelas serta praktis untuk merealisasikan tujuannya. KPI (Key Performance Indicator) juga memiliki peranan memonitor setiap kondisi yang terjadi, melakuakan perubahan yang diperlukan, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan di visi dan misi tersebut. Jadi KPI (Key Performance Indicator) dalam Reormasi Birokrasi (RB) menjadi tujuan untuk merealisasikan setiap kondisi yang terjadi dan melakuakan perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dibiorkrasi atau lembaga pemerintahan. Demikian, hasil observasi dan interview yang dilakukan peneliti kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) khususnya dilingkungan kementrian kesehatan seperti puskesmas kecamatan kalideres, pegawai yang bekerja dipuskesmas banyak yang merasa tugas yang diberikan terlalu banyak. Mereka merasa bahwa beban kerja yang dialami terlalu berlebih, yang mengharuskan pegawai negeri sipil dipuskesmas memberikan pekerjaan mereka kepada pegawai honorer. Penelitian yang sama dilakukan,Sehrish Tahir, 2012. Penelitian ini sangat penting untuk perusahaan, karena dengan kelebihan pekerjaan dan masalah yang genting atau krusial dari setiap organisasi sekarang, permasalahan ini menghasilkan stres dan konflik kerja dalam hidup serta menurunkan moral karyawan dan akhirnya menurunkan kinerja dan mengurangi keterlibatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6
karyawan dalam pekerjaan mereka. Daerah penelitian ini adalah Sektor Publik Universitas Divisi Gujranwala Pakistan, karena karyawan yang mencakup pengajar dan staf non pengajar yang terlibat dalam pekerjaan tambahan atau pekerjaan yang memang diberikan berlebih tetapi tidak ada insentif yang tepat, untuk membayar tenaga karyawan mereka. Beban kerja yang ekstra atau kelebihan beban kerja yang di berikan kepada karyawan, akhirnya menghasilkan kerja dan kepuasan yang rendah. Dibandingkan saat karyawan bekerja diuniversitas yang dapat bersantai atau berfungsi dengan baik beban kerja atau kerjaan tambahan yang diberikan oleh karyawan dibayar sesuai insentif dapat menghasilkan stress emosional dan mental yang baik. Penelitian lainnya didukung dari penelitian yang berhubungan dengan kelebihan beban kerja yang di lakukan oleh suciari, 2006 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan low back pain yang dialami para peramu kamar. Presentase yang mengalami keluhan low back pain dari peramu kamar, dalam katagori beban kerja yang berat sekali atau berlebihan sampai 100%, sedangkan beban kerja berat mencapai 97% dan beban kerja sedang hanya mencapai 30%. Dalam penelitian ini satu konsep kelebihan beban kerja, didefinisikan sebagai permintaan untuk melakukan banyak pekerjaan dan seseorang diminta untuk melakukan pekerjaan yang terlalu sulit. Dengan adanya fenomena yang dialami oleh peramu kamar, peneliti melihat adanya kelebihan beban kerja yang terjadi. Adanya fenomena tersebut, saat ini peneliti menemukan sistem cara kerja yang berbeda, yang dilakukan dilingkungan Puskesmas Kecamatan Kalideres
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
Jakarta Barat, penulis melihat salah satu cirinya ialah, memberikan pekerjaan yang seharusnya di kerjakan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sendiri, tetapi Pegawai Negeri Sipil (PNS) memberikan kembali pekerjaan mereka kepada pegawai yang berstatus honorer, tujuannya sudah di jelaskan sebelunya supaya meringankan beban Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini didukung dengan data wawancara dan observasi yang dilakukan langsung kepada pegawai yang bekerja ditempat itu. hasil dari oservasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa karyawan kurang lebih (8 orang), bahwa setelah adanya KPI (Key Performance Indicator) yang telah diperbarui, karyawan merasa beban kerja mereka semakin bertambah banyak. Oleh sebab itu pegawai melakukan hal yang tidak sewajarnya. Penelitian terdahulu dari Setyawan (2010) dalam Skripsinya yang berjudul (Analisis Kelebihan Beban Keja dan Kebutuhan Sumber Daya Manusia “(Studi Khasus Seksi Main Distribution Frame Bogor Centrum) mengemukakan bahwa persepsi karyawan tentang analisis pekerjaan dan kondisi pekerjaan yang sudah baik. Permasalahannya yang terjadi di Seksi Main Distribution Frame (MDF) adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang terkadang melebihi jam kerja, peralatan yang sering dipinjang oleh unit lain, tugas dari manajemen yang datang bersamaan dengan target kerja yang tinggi dan beberapa permasalahan teknis. Beban kerja diseksi (MDF), dimana perlu adanya penambahan jumlah karyawan. Dalam penelitian ini disebutkan pula adanya peningkatan target perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut perlu dilakukan penembahan jumlah karyawan lebih banyak dibanding dengan tidak ada penambahan target untuk menyeimbangkan beban kerja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
Dewi (2013) dengan judul Hubungan antara Persepsi Terhadap Beban Kerja Dengan Komitmen Organisasi (Studi Pada Karyawan Divisi Pelaksanaan Produksi PT. Solo Kawistara Garmindo). Sampel penelitian berjumlah 84 orang dengan teknik pengambilan sample propotional random sampling. Pengambilan data menggunakan skala komitmen kerja (28 aitem valid dengan
= (0,867) dan skala persepsi terhadap beban = (0,929) yang telah diujicobakan pada 32
karyawan Divisi Pelaksanaan Produksi PT. Solo Kawistara Garmindo. Data yang diperoleh berdasarkan hasil analisis agresi sederhana menunjukan nilai koefisien korelasi antara persepsi terhadap beban kerja dengan komitmen organisasi
=
0,338 dengan p = 0,002 (p 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap beben kerja dan komitmen organisasi pada karyawan Divisi Pelaksanaan Produksi PT. Solo Kawistara Garmindo, dapat diterima. Persepsi terhadap beben kerja memberikan sumbangan effektif sebesar 11,4% pada komitmen organisasi. Dengan apa yang dilakukan oleh pegawai, menunjukkan suatu sikap tidak siap dalam menghadapai perubahan. Hal ini sesuai oleh apa yang disamapaikan oleh Holt (2007), Kesiapan terjadi, ketika lingkungan, struktur, dan organisasi atau sikap anggota dalam artian bagaimana karyawan menerima sebuah perubahan. Adopsi terjadi, ketika anggota organisasi mengubah sikap dan perilaku mereka agar sesuai dengan harapan perubahan itu. kelembagaan terjadi, ketika perubahan menjadi bagian yang stabil dari perilaku karyawan. Dengan penjelasan diatas terlihat, bahwa ketidaksiapan pegawai untuk berubah, menjadi salah suatu alasan bahkan permasalahan dilingkungan pemerintahan kesehatan khususnya Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
Barat, dalam melaksanakan reformasi birokrasi (RB). Dalam fenomena ini membuat peneliti menghubungkan adanya hubungan presepsi kelebihan beban kerja yang berat dengan kesiapan pegawai negeri sipil (PNS) untuk berubah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Holt et al (2007), bahwa perubahan memang sudah dianggap umum dialami oleh organisasi, tetapi proses pengelolaan dan pengimplementasiannya masih merupakan hal yang sangat sulit dihadapi. Studi yang dilakukan menunjukkan kemungkinan keberhasilan perubahan yang diterapkan organisasi, rata-rata hanya berkisar 58% dan 20% keberhasilan tidak berdampak positif ( LeClair & Rao dalam Saruhan, 2013). Ditambahkan oleh Kotter (dalam Saruhan, 2013), biaya yang dikeluarkan untuk perubahan ini sangatlah besar. Hal ini berarti banyak organisasi yang mengalami kegagalan saat mencoba menerapkan perubahan. Studi lain (Choi & Behling dalam Holt et al, 2007) juga mengindikasikan hal serupa dimana lebih dari 75% organisasi yang mengimplementasikan perubahan besar dimanajemen mengalami kegagalan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan harga yang harus dibayar untuk kegagalan ini tergolong tinggi. Salah satu konsep gagalnya menerapkan perubahan oleh perusahaan adalah karena adanya sikap menolak yang ditunjukkan oleh beberapa pegawai (Waddel & Sohal, 1998; Folger & Skarlicki, 1999; Cummings & Worley, 2001; Mabin, Forgeson, & Green, 2001). Bahkan Robbins (2006) menyebutkan bahwa pada dasarnya organisasi bersifat konservatif sehingga secara aktif akan menentang perubahan. Schon (dalam Drenth, 1998) menyatakan adanya kebutuhan untuk berada dalam “keadaan stabil”, keadaan yang dirasa stabil dan aman bagi seseorang, menyebabkan timbulnya ketegangan dan kecemasan saat
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
terjadi perubahan. Usaha untuk kembali menciptakan keadaan stabil dilakukan dengan dua cara: (1) mencari solusi untuk mencapai keadaan yang lebih baik dari sebelumnya (melanjutkan perubahan), atau kembali ke keadaan yang sebelumnya. (2) cara ini lebih mudah dan lebih sering dipilih karena kesiapan untuk berubah akan dengan lebih cepat mengembalikan situasi ke keadaan semula (Drenth, 1998). Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa, perubahan memang sudah dianggap umum dialami oleh organisasi, tetapi proses pengelolaan dan pengimplementasiannya masih merupakan hal yang sangat sulit dihadapi, maka pegawai yang tidak siap akan melakuan penolakan pada perubahan dengan melakukan hal yang salah yang sudah dijelaskan oleh fenomena-fenomena sebelumnya. Dengan fenomena demikian, maka peneliti ingin melihat Persepsi Hubungan Kelebihan Beban kerja dengan Kesiapan Untuk Berubah Pada Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. .
1.2.
Rumusan Masalah Dari uraian diatas tentang latar belakang yang telah penulis paparkan,
maka rumusan masalah yang penulis ingin ungkapkan adalah apakah ada “Hubungan Persepsi Kelebihan Beban Kerja Dengan Kesiapan Untuk Berubah Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Di Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat”
1.3.
Tujuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
11
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Persepsi Kelebihan Beban Kerja Dengan Kesiapan Untuk Berubah Pada Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. 1.4.
Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Diharapkan mampu memperkaya teori-teori yang berkaitan dengan
Persepsi Kelebihan Beban Kerja, maupun yang berkaitan dengan teori-teori Kesiapan Untuk Berubah. Terlebih mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan Psikologi Industri dan Organisasi pada umumnya dan Penelitian ini berguna sebagai referensi bagi kalangan akademis untuk penelitian lebih lanjut.
1.4.2. Manaat Praktis Bagi Instansi, dapat dijadikan referensi dengan melihat variablevariable yang berkaitan dengan kinerja karyawan dalam rangka peningkatan kualitas kinerja organisasinya khususnya pada sumber daya manusia. Dengan adanya persepsi kelebihan beban kerja dalam diri karyawannya, maka pihak perusahaan dapat mengetahui hubungan persepsi beban kerja dengan kesiapan untuk berubah pada pegawai negeri dipuskesmas kalideres jakarta barat tersebut. Universitas Mercubuana Jakarta Barat, dapat memperkaya hasilhasil penelitian khususnya yang berkaitan dengan persepsi kelebihan beban kerja dan kesiapan untuk berubah pada diri pegawai di instansi atau perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
Peneliti lain, hasil penelitian ini tentunya masih terdapat kekurangannya. Oleh sebab itu, peneliti membuka lebar bagi peneliti lain untuk melakukan kajian lanjutan yang lebih spesifik di masa yang akan datang.
1.5.
Sistematika Penulisan. Sistematika dalam penuliasan penelitian ini digunakan agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam setiap pembahasan. Secara garis besar penulisan hasil penelitian ini di bagi menjadi 3 bagian yaitu pada bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir, dimana pada bagian inti terdiri dari 5 bab pembahasan yang disusun secara sistematik, sehingga mempermudah penulis untuk mengklasifikasikan poin-poin dalam penulisan skripsi yaitu: BAB I PENDAHULUAN Pada kajian ini membahas bab pendahuluan yang terdiri dari bab diantaranya latar belekang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau kegunaan penelitian meliputi manfaat teoritis serta manfaat praktis, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada kajian pustaka ini membahas beberapa sub-sub bab di antaranya persepsi kelebihan beban kerja, pengertian persepsi, pengertian kelebihan beban kerja, pengertian persepsi kelebihan beban kerja, dampak kelebihan beban kerja, aspek yang mempengaruhi persepsi, aspek yang memperngaruhi kelebihan beban kerja, aspek yang mempengaruhi persepsi kelebihan beban kerja, dan kesiapan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
beban kerja meliputi pengertian kesiapan untuk berubah, aspek yang mempengaruhi kesiapan untuk berubah, faktor yang mempengaruhi kesiapan untuk berubah, serta kerangka berfikir. BAB III METODE PENELITIAN Pada kajian ini menjelaskan tentang metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari hipotesis penelitian,subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, variable meliputi variable bebas (independen variable) dan variable terkait (dependen variabale), definisi operasional, meliputi persepsi kelebihan beban kerja, kesiapan untuk berubah, strategi penelitian meliputi populasi, sample, teknik sampling, sumber data penelitian, metode pengambilan data, validitas dan reliabilitas, analis data meliputi uji asumsi dan uji hipotesis. BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada kajian ini menjelaskan tentang laporan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang terdiri daripersiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek penelitian, uji asumsi meliputi uji normalitas, dan uji linieritas, uji hipotesis, serta pembahasan. BAB V PENUTUP Pada kajian ini merupakan penutup dari seluruh bab dengan isi kesimpulan dan saran penelitian berikutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z