1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ritel atau pasar eceran yang begitu pesat, berdampak semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus memiliki strategi perusahaan yang dapat memahami perilaku konsumen. Perusahaan yang baik adalah yang memahami betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha yang telah melampaui batas negara. Pasar eceran atau pasar ritel di Indonesia merupakan pasar besar dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237.556 jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, total belanja rumah tangga akhir 2010 mencapai 115 triliun rupiah (http://us.detikfinance.com). Belanja tersebut mencakup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti gula, sabun mandi, pakaian, hingga kebutuhan barang tahan lama (durable) seperti kulkas, emas dan mobil. Pasar ritel dapat terus tumbuh sebagai akibat dari perkembangan berbagai bidang. Pasar ritel yang tumbuh secara nasional tidak saja menguntungkan peritel besar atau produsen barang ritel, melainkan juga para peritel kecil yang melayani masyarakat setempat. Bidang pertama yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel adalah perkembangan demografi. Jumlah penduduk yang bertambah
2
menyebabkan semua barang dan jasa meningkat. Komposisi penduduk menurut usia yang berubah, misalnya karena tahapan hidup meningkat, membuat ragam produk pun mengikuti, baik dalam jumlah maupun jenis. Pertumbuhan ekonomi secara umum, dan sektor-sektor ekonomi secara khusus, mempunyai dampak langsung yang segera. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat membuka lapangan kerja baru yang cukup besar. Banyaknya karyawan baru diikuti dengan meningkatnya pasar ritel akibat munculnya permintaanpermintaan baru akan barang dan jasa. Bidang sosial budaya masyarakat turut menjadi faktor pertumbuhan pasar ritel. Masyarakat yang semakin aktif dalam kehidupan sosial akan meningkatkan aktivitas pengadaan barang dan jasa guna memfasilitasi kegiatan mereka. Kebiasaan “dugem” atau “dunia gemerlap” sebagai contoh pola kehidupan sosial yang menuntut untuk selalu tampil fashionable melahirkan tumbuhnya deparment store. Kemajuan teknologi memberi kesempatan kepada produsen untuk menawarkan produk baru yang lebih memikat dengan cepat. Peritel mempunyai kesempatan
menawarkan
produk
baru
sehingga
produk
yang
baru
berusia/berumur 1 tahun atau 6 bulan setelah diluncurkan ke masyarakat kini menjadi kalah daya pikatnya sehingga harganya perlu diturunkan. Produk baru menciptakan permintaan baru, sementara penurunan harga produk model yang kalah bersaing meningkatkan permintaan. Globalisasi juga merupakan faktor utama terciptanya permintaan atau meningkatnya permintaan barang dan jasa ritel. Karena itu, banyak peritel besar mengamati
perkembangan
globalisasi
khususnya
perkembangan
yang
3
berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Infrastruktur yang berkembang akan memperbesar kesempatan tumbuhnya pasar ritel. Bidang terakhir adalah bidang hukum dan peraturan yang mempengaruhi pertumbuhan pasar ritel, baik dalam arti mendorong maupun dalam arti menghambat. Dalam arti mendorong, misalnya peraturan tentang pembuatan atau pembangunan usaha baru yang semakin mudah. Dalam arti menghambat, misalnya peraturan besarnya pajak yang semakin meningkat. Perkembangan dan peluang usaha di bisnis ritel yang sangat besar membuat banyak investor yang tertarik untuk mengembangkan usaha ritel dan hal ini mengakibatkan pesaingan antar ritel yang terjadi di semua tingkat, mulai dari tingkat perusahaan ritel besar bersaing dengan perusahaan ritel besar lainnya, peritel skala menegah bersaing dengan peritel yang sekelas dengannya, hingga pada tingkat mikro antara sebuah warung dan warung lainnya. Bukan hanya itu saja, peritel dari suatu kelas tidak hanya bersaing dengan peritel sesama kelasnya tapi juga dengan peritel dari kelas yang berbeda, misalnya suatu supermarket tidak cuma bersaing terhadap supermarket yang lain, tetapi juga terhadap hypermarket atau minimarket yang kebetulan lokasinya tidak berjauhan. Hanya saja, pelaku bisnis di sektor ini masih belum banyak jumlahnya. Di skala nasional, masih bisa dihitung dengan jari pemain-pemain di sektor ritel ini. Pebisnis ritel skala raksasa masih bisa disebutkan dalam hitungan jari. Meadow Asia Company Limited. dengan kepemilikan Matahari Department Store (MDS), disebut-sebut sebagai pemain ritel yang terus merangsek ke kota-kota di daerah. Menurut Company Profile Matahari Group, tercatat pada tahun 2010, MDS telah berkembang
menjadi
90
outlet
yang
tersebar
di
50
kota
4
(http://majalah.tempointeraktif.com). Tidak hanya Matahari saja yang terus melebarkan sayapnya, sejumlah pebisnis ritel baik lokal maupun asing pun berlomba- lomba untuk menjangkau pasar Indonesia yang sangat besar ini. Pemain lokal seperti Alfa Retailindo, Hero Supermarket, hingga pebisnis asing seperti Giant, Carrefour hingga sejumlah nama asing lain yang berencana masuk ke Indonesia, memang menganggap Indonesia masih sangat potensial untuk dibidik bagi pengembangan usaha di bidang ritel ini. Kota makassar tak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah potensial untuk ekspansi bisnis ritel. Di kota Makassar telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan besar dan modern seperti Mal Ratu Indah, Panakkukang Mal, Makassar Town Square, Graha Tata Cemerlang, Makassar Trade Center, Panakkukang Trade Center, Trans Mal, dan pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu, Panakkukang, Bulu Saraung, Irian, Latimojong, dan lain-lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa kota Makassar yang merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang bisnis itu semakin terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah, dimana sikap pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para investor. Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan birokrasi perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk ke Makassar. Pertumbuhan pusat perbelanjaan semacam ini tentunya akan menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Consumer Goods atau produk-produk konsumsi harus berlomba untuk memantapkan mereknya sekaligus memperoleh
5
ceruk pasar yang lebih besar agar tidak tergilas. Masing-masing pusat perbelanjaan
ataupun
pertokoan
akan
menggunakan
strategi
pemasaran
terampuhnya untuk membuat masyarakat tertarik berkunjung dan akhirnya memutuskan untuk membeli. Jika melihat perkembangan MDS di Kota Makassar, sebenarnya pusat perbelanjaan yang lebih banyak menyediakan produk-produk fashion, aksesoris, dan home appliances ini tidak mengalami pertumbuhan dalam segi jumlah outlet. Pusat perbelanjaan tersebut masih tetap berjumlah empat unit yaitu pada Mal Panakkukang, Mal Ratu Indah, Makassar Mal dan Graha Tata Cemerlang. Terbatasnya luas wilayah Kota Makassar yang diiringi dengan pertumbuhan pusat perbelanjaan serta sentra-sentra perdagangan di kota ini, telah membuat catchment area semakin sempit. Masing-masing pebisnis akan berlomba untuk mengejar konsumen dan menariknya agar mau berbelanja. Persaingan semacam ini tentu saja membutuhkan upaya
strategi pemasaran yang tepat untuk
menjangkau calon-calon konsumen. MDS memang sebuah merek yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia. Dengan outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, telah memantapkan posisinya sebagai penyedia produk-produk fesyen, aksesoris dan home appliance bagi kalangan menengah ke atas. Brand-brand orisinal miliknya seperti Cole, St Yves, Connexion, dan Nevada, telah memiliki tempat tersendiri di tengah masyarakat. Terkait dengan hal di atas, saat ini aplikasi dari konsep-konsep perilaku konsumen yang mulai terkenal di akhir tahun 90-an mulai di pandang penting untuk dilaksanakan, terlebih lagi perkembangan perilaku konsumen semakin lama
6
semakin cepat sehingga masing-masing ritel yang ada berusaha mengoptimalkan potensi yang ada untuk menarik perhatian konsumen. Belum banyaknya penelitian yang mengungkapkan perilaku konsumen ritel dari beberapa sisi yang berbeda tentu saja merupakan sesuatu hal yang menantang dan menarik untuk dikaji. Berdasarkan uraian tersbut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam dan memfokuskan penelitian ini pada: “Pengaruh Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen Pada Matahari Departement Store Mal Ratu Indah”
1.2 RUMUSAN MASALAH Perumusan masalah merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian, hal ini diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah, yaitu: a. Apakah variabel-variabel strategi komunikasi pemasaran
berpengaruh
secara simultan terhadap perilaku membeli konsumen di Matahari Departemen Store ? b. Apakah variabel-variabel strategi komunikasi pemasaran berpengaruh secara parsial terhadap perilaku membeli konsumen di Matahari Departemen Store ? c. Variabel strategi komunikasi pemasaran apakah yang paling dominan mempengaruhi perilaku membeli konsumen di Matahari Departemen Store.
7
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1.3.1
Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel komunikasi pemasaran secara simultan terhadap perilaku membeli konsumen di Matahari Departement Store. b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel komunikasi pemasaran secara parsial terhadap perilaku membeli konsumen di Matahari Departement Store. c. Untuk mengetahui variabel strategi komunikasi pemasaran yang paling dominan mempengaruhi perilaku membeli konsumen di Matahari Departemen Store.
1.3.2
Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan titik tolak bagi peneliti yang ingin mengembangkan teori-teori pemasaran yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran dan public relations. 2) Merangsang munculnya penelitian-penelitian baru dalam bidang pemasaran khususnya tentang komunikasi pemasaran suatu perusahaan,
sehingga
selalu
dapat
menyesuaikan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
dengan
8
b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dan memperkuat aktivitas komunikasi pemasaran yang telah diterapkan sebelumnya oleh Matahari Departement Store yang nantinya akan menjaga eksistensi Matahari Departement Store sebagai salah satu perusahaan ritel pilihan masyarakat di tengah persaingan perusahaanperusahaan ritel yang semakin ketat.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan terdiri dari: Bab I merupakan bab pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II merupakan bab landasan teori yang menguraikan teori-teori yang melandasi penulisan yaitu penelitian terdahulu, retail, strategi pemasaran, konsep dasar komunikasi, strategi komunikasi pemasaran dan perilaku konsumen. Bab ini juga mencakup kerangka pikir dan hipotesis. Bab III merupakan bab metodologi yang menjelaskan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, skala pengukuran penelitian, metode analisis data, alat analisis data dan defenisi perasional. Bab IV merupakan gambaran umum perusahaan yang menggambarkan sejarah singkat perusahaan, visi misi perusahaan, filsofi perusahaan, dan struktur organisasi.
9
Bab V merupakan bab analisis dan pembahasan yang berisi tentang efektivitas komunikasi pemasaran, perilaku konsumen, serta pengaruh strategi komunikasi pemasaran terhadap perilaku membeli pada konsumen. Bab VI merupakan bab penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan penelitian.