BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor – faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan- badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan. Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk ke dalam tanah dan sebagian lagi akan tertampung sementara dalam cekungan – cekungan permukaan tanah untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah, untuk selanjutnya masuk ke dalam sungai ( Asdak, 2004 ). Tipe penutupan lahan yang dianggap memiliki peran yang baik dalam pengendalian daur hidrologi adalah hutan. Hutan merupakan kesatuan pengendali fungsi ekologi, ekonomi dan sosial.Pembagian fungsi hutan tersebut diperjelas dengan penggunaan hutan sebagai Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi.Fungsi ekonomi hutan berupa penggunaan hutan sebagai kesatuan produksi yaitu pemanfaatan sumberdaya alam di dalamnya baik kayu dan non kayu. Fungsi konservasi, yaitu pemanfaatan hutan sebagai penghasil air, udara maupunbiodiversitas yang dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh manusia. Fungsi
1
ekologis hutan diantaranya sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengatur tata air, pengendalian erosi, mencegah banjir, memelihara kesuburan tanah, dan mencegah intrusi air laut (Undang – undang Nomor 41 tentang Kehutanan, 1999). Potensi pemanfaatan lahan hutan oleh rakyat sudah mulai berkembang dan bervariasi, seperti halnya di hutan rakyat Kulon Progo tepatnya Dusun Keceme, Kelurahan Gerbosari, Kecamatan Suroloyo telah dilakukan penanaman tanaman obat kapulaga di bawah tegakan tanaman keras. Pemanfaatan hutan tidak lepas dari adanya kesesuaian lahan dan kemampuan tanah untuk bisa meresapkan air dari permukaan ke dalam tanah. Siklus yang terjadi dalam hutan yang erat kaitannya dengan air yakni siklus hidrologi. Keberadaan tanah, air dan vegetasi mempunyai peranan pentinguntuk menunjang proses hidrologi tersebut. Salah satunya yaitu infiltrasi atau peristiwa masuknya air ke dalam lapisan tanah dan merupakan proses penting dalam siklus hidrologi. Infiltrasi sangat bermanfaat bagi tumbuhan di dalam hutan karena air dapat mencapai lapisan tanah yang merupakan daerah perakaran tumbuhan hal ini diperjelas berdasarkan pendapat Asdak (2004),bahwa pemasokan air hujan ke dalam tanah sangat berarti bagi kebanyakan tanaman di tempat berlangsungnya infiltrasi dan di daerah sekelilingnya. Proses Infiltrasi sangat mendukung peran hutan sebagai pengatur tata air.Airyang meresap ke dalam lapisan tanah dan masuk ke lapisan yang lebih dalam akan menjadi air bawah tanah ( ground water ). Peran vegetasi juga penting, karena akar-akar pohon atau tumbuhan lainnya akan memperbaiki sifat 2
porositas tanah dan akan meningkatkan laju infiltrasi sehingga run off dapat dikurangi. Infiltrasi akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maksimum setiap tanah bersangkutan. Arsyad (2000) mengemukakan bahwa kandungan air tanah padasaat mulainya terjadi infiltrasi mempengaruhi laju infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara lain : 1. Dalamnya genangan dipermukaan dan tebalnya lapisan jenuh 2. Kelembaban tanah 3. Pemampatan oleh curah hujan 4. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus 5. Pemanpatan oleh manusia dan hewan 6. Struktur Tanah 7. Tumbuh-tumbuhan, dan 8. Udara yang terdapat dalam tanah. Sosrodarsono dalam Husaini(1997) Tanah di lereng bukit Suroloyo, menurut hasil penelitian merupakan tanah Latosol (Oksisol, oksida). Tanah ini yang paling hebat dilapukkan dalam sistem klasifikasi. Gejala diagnostik yang paling penting, ialah terdapatnya horison permukaan bawah yang dalam, horison yang umumnya tinggi kandungan butir – butir berukuran lempung, dikuasai oleh hidrat oksida dari besi dan aluminium. Pelapukan dan pelindihan yang hebat menghilangkan sebagian besar silikat dari mineral silikat dalam horison ini dan meninggalkan sebagian besar oksida besi dan aluminium. Beberapa kuarsa dan mineral lempung silikat bertipe 1:1 tetap tinggal, akan tetapi hidrat oksida tetap dominan. (Buckman Harry O and Nyle C
3
Brady,1982). Suhu di Keceme mencapai 30o C,dengan kondisi topografi agak curam dan rawan tanah longsor, sehingga terdapat upaya warga masyarakat untuk mengurangi ancaman tersebut yakni menutup lahan dengan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian kapulaga. Penentuan kapasitas infiltrasi dan sifat fisik tanah perlu untuk dilakukan karena dapat digunakan sebagai suatu informasi yang sangat berharga bagi perencanaan pengelolaan hutan dan pemilihan jenis yang tepat untuk ditanam di lahan hutan tersebut. Pengelolaan hutan yang baik sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan tanah. Peningkatan produktivitas hutan dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas tanah dan ketersediaan air tanah melalui infiltrasi.
Sehubungan dengan materi di atas maka penelitian kali ini difokuskan pada kajian kapasitas infiltrasi. Penelitian dilakukan pada beberapa variasi kondisi hutan rakyat di Dusun Keceme Kulon Progo. Penelitian ini membandingkan dengan 3 faktor yakni kelerengan, kerapatan pohon, dan intensitas penutupan lahan oleh tanaman kapulaga yang berbeda. 1.2 Permasalahan Lahan Hutan rakyat yang telah dimanfaatkan untuk tanaman obat kapulaga di Dusun Keceme, Kulon Progoakan berdampak pada kapasitas infiltrasi tanah. Terjadinya penutupan lahan di bawah tegakan tanaman keras akan menyebabkan perbedaan infiltrasi. Dengan kata lain adanya tumbuhan bawah atau penutup tanah akan berdampak pada berubahnya keseimbangan air yaitu kapasitas infiltrasi tanah.
4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui besarnya kapasitas infiltrasi tanah
2.
Membedakan nilai kapasitas infiltrasi tanah
1.4 Manfaat Penelitian Sebagai gambaran mengenai bentuk-bentuk pemanfaatan lahan dan dapat berperan dalam upaya menjaga lingkungan.
5