BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasma trigliserida merupakan salah satu bentuk lemak yang bersirkulasi dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan kalori
dari
makanan
yang
dikonsumsi.
Hipertrigliseridemia
merupakan
konsentrasi plasma trigliserida yang abnormal dalam sirkulasi disebabkan oleh penyebab primer (genetik dan faktor perkembangan) dan sekunder (lifestyle, termasuk obesitas dan diabetes serta akibat dari pengobatan)(Blackett et al., 2015). Peningkatan plasma trigliserida merupakan salah satu faktor risiko yang independen dengan penyakit kardiovaskuler (Manlhiot et al., 2009; Jacobson et al., 2007; Hegele & Pollex, 2009), serta pada usia muda hipertrigliseridemia sering dikaitkan dengan satu atau lebih komponen sindrom metabolik (SM) (Blackett et al., 2015). Prevalensi SM pada usia muda menunjukkan peningkatan sehingga hal ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler di usia muda. Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey 19992006, prevalensi hipertrigliseridemia usia 12-19 tahun populasi Amerika sebesar 10,2% ( 11,4% laki-laki dan 8,8% perempuan). Sedangkan prevalensi level trigliserida >100 mg/dl pada anak dan remaja Iran sebesar 7,3% (Taheri, 2015) dan Korea sebesar 10,1% (Lim, 2013). Obesitas yang berkolerasi positif dengan peningkatan plasma trigliserida, menunjukkan peningkatan pada level yang perlu diwaspadai di seluruh dunia. Dalam NHANES tersebut ditemukan anak dengan obesitas mengalami hipertrigliserida sebesar 24,1% sedangkan overweight 13,8%.
1
2
Prevalensi keabnormalan trigliserida di Indonesia diperoleh dari penelitian Martuti et al. (2008), ditemukan 45,5% anak obesitas mempunyai level trigliserida di atas cutoff point. Hipertrigliseridemia pada remaja juga merupakan salah satu komponen sindrom metabolik, akibat kondisi resistensi insulin (Blackett et al., 2015). Berdasarkan ulasan di atas, hal tersebut menjadi kewaspadaan karena kadar trigliserida merupakan salah satu faktor risiko independen dengan penyakit kardiovaskuler. Bukti-bukti yang berkembang
menunjukkan konsentrasi
trigliserida berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler khususnya pada populasi Asia (Patel et al., 2004). Berdasarkan Christian et al. (2011) terdapat bukti, peningkatan level trigliserida pada masa anak berhubungan dengan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler saat dewasa. Studi Bogalusa Berenson et al. (1998) menunjukkan bahwa risiko penyakit kardiovaskuler seperti peningkatan IMT, kolesterol total, tekanan darah sistol dan diastol, trigliserida, LDL dan penurunan HDL, bahkan telah muncul di usia muda. Peningkatan risiko tersebut juga disertai dengan keparahan koroner asimtomatik dan aterosklerosis aorta pada usia muda. Diperkuat oleh Taheri (2015) dan Hong (2010) bahwa keabnormalan profil lipid pada usia muda dapat mengakibatkan aterosklerosis prematur. Bahkan hasil studi Taheri (2015) membuktikan setengah dari anak dengan dislipidemia juga akan mengalami dislipidemia saat usia dewasa. Buktibukti juga menunjukkan Severe Hypertriglyceridemia (>500 mg) mengakibatkan kondisi pankreatitis. Third Report of the National Cholesterol Education Program Expert Panel menyatakan faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan trigliserida, yang kemudian dikelompokkan menjadi empat oleh Jacobson et al. (2007) yaitu
3
lifestyle (asupan kalori berlebih, asupan tinggi karbohidrat, asupan alkohol berlebih dan inaktivitas), penyakit dan kondisi tubuh (resistensi insulin, gangguan fungsi ginjal, HIV, dan kehamilan), pengobatan dan faktor genetik. Selain faktor di atas Christian et al. (2011) menambahkan peningkatan IMT dan merokok juga merupakan faktor risiko hipertrigliseridemia. Hasil dari beberapa penelitian membuktikan hubungan sedentary activity dengan peningkatan trigliserida (Crichton & Alkerwi, 2015; Leon-Latre et al., 2014; Aadland et al., 2013; Ekelund et al., 2007; García-hermoso et al., 2015). Penelitian pada tikus tanpa pergerakan kaki selama beberapa waktu menunjukkan penurunan aktivitas LPL serta penurunan ambilan trigliserida ke otot (Bey & Hamilton, 2003). Bukti-bukti menunjukkan terdapat hubungan faktor genetik (Miller et al., 2011; Jacobson et al., 2007; Yuan et al., 2007), serta asupan karbohidrat sederhana (Appel et al., 2016; Hudgins et al., 2000; Bray, 2013), dengan level trigliserida. Berdasarkan penelitian Huriyati (2016) terdapat 50 dari 261 anak dengan trigliserida >130 mg/dl. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan sedentary activity, riwayat DM, dislipidemia dan obesitas keluarga serta asupan tinggi karbohidrat sederhana dengan level trigliserida pada remaja selain karena ulasan di atas. Sejauh pengetahuan penulis hubungan tersebut belum banyak diteliti di Indonesia khususnya pada remaja SMA Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Apakah sedentary activity merupakan faktor risiko peningkatan level trigliserida pada remaja SMA di Kota Yogyakarta? 2. Apakah riwayat DM, dislipidemia dan obesitas keluarga merupakan faktor risiko peningkatan level trigliserida pada remaja SMA di Kota Yogyakarta?
4
3. Apakah asupan tinggi karbohidrat sederhana merupakan faktor risiko peningkatan level trigliserida pada remaja SMA di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sedentary activity merupakan faktor risiko dari peningkatan level trigliserida pada remaja SMA di Kota Yogyakarta. 2. Mengetahui riwayat DM, dislipidemia dan obesitas keluarga merupakan faktor risiko peningkatan level trigliserida remaja SMA di Kota Yogyakarta. 3. Mengetahui asupan tinggi karbohidrat sederhana merupakan faktor risiko peningkatan level trigliserida pada remaja SMA di Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan mengenai faktor risiko yang berhubungan peningkatan level trigliserida. 2. Bagi instansi terkait dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai faktor risiko yang berhubungan peningkatan level trigliserida. 3. Bagi responden penelitian dapat menambah pengetahuan, infromasi dan kesadaran mengenai faktor risiko yang berhubungan peningkatan level trigliserida. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Crichton dan Alkewi tahun 2015 yang berjudul “Physical Activity, Sedentary Behaviour Time and Lipid Levels in The Observation of Cardiovascular Risk Factors in Luxembourg Study” dengan desain cross-sectional bertujuan untuk menguji hubungan durasi sedentary activity dan
aktivitas fisik
moderate-vigorous
dengan
konsentrasi
kolesterol HDL dan LDL, kolesterol total dan trigliserida di Luxembourg pada 1331 subjek usia 18-70 tahun. Sedangkan penelitian penulis hanya
5
mengobservasi
hubungan
perilaku
sedenteri
dengan
trigliserida
menggunakan desain kasus kontrol pada remaja SMA di Kota Yogyakarta.
Selain
itu
penelitian
Crichton
dan
Alkerwi
juga
mengendalikan variabel kebiasaan makan yang dapat mengganggu hubungan sedentary activity dengan profil lipid sedangkan penulis tidak mengendalikan variabel tersebut. Persamaan penelitian pengukuran aktivitas fisik dan sedentary activity menggunakan kuesioner. Hasil penelitian Crichton dan Alkerwi terdapat hubungan signifikan dan positif antara perilaku sedenteri dengan level trigliserida setelah mengendalikan perancu usia, jenis kelamin dan level pendidikan. Hubungan tersebut menjadi tidak signifikan ketika perancu yang lain turut dikendalikan. 2. Penelitian Leon-Latre, dkk tahun 2014 yang berjudul "Sedentary Lifestyle and its Relation to Cardiovascular Risk Factors, Insulin Resistence and Inflammatory
Profile"
dengan
desain
cross
sectional
bertujuan
menganalisis hubungan durasi duduk dengan biomarker resisten insulin dan inflamasi pada 929 pekerja usia 40-55 tahun di Spanyol. Penelitian Leon-Latre dan penulis menggunakan kuesioner pada pengukuran variabel
sedentary
activity
dan
perbedaan
penelitian,
penulis
menggunakan desain kasus kontrol pada subjek remaja SMA di Kota Yogyakarta. Selain itu penulis hanya menganalisis hubungan perilaku sedenteri
dengan
level
trigliserida.
Hasil
penelitian
Leon-Latre
menunjukkan sebagian besar subjek dengan durasi sedentary activity tinggi mempunyai level trigliserida yang tinggi.
6
3. Penelitian Kosova, dkk tahun 2012 yang berjudul “The Relationship between Sugar-sweetened Beverage Intake and Cardiometabolic Markers in Young Children” dengan desain cross sectional bertujuan untuk menguji
hubungan
asupan
minuman
manis
dengan
penanda
kardiometabolik (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, CRP, lingkar pinggang dan IMT) pada 4880 anak usia 3-11 tahun di Amerika. Pada penelitian penulis asupan karbohidrat sederhana tidak terbatas pada minuman namun juga makanan dan snak menggunakan desain kasus kontrol pada remaja SMA di Kota Yogyakarta. Meskipun sama-sama menggunakan kuesioner, pengukuran asupan pada penelitian Kosova menggunakan recall 24 jam sedangkan penulis menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hasil penelitian Kosova tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan minuman manis dengan kolesterol total, LDL dan trigliserida setelah melalui analisis multivariat. Hubungan signifikan ditemukan pada CRP dan lingkar pinggang.