BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Daerah Gunungkidul merupakan daerah dengan batu kapur yang tinggi. Menurut data Bapeda cadangan alam berupa batu kapur lebih tinggi dibandingkan cadangan alam yang lain yaitu sebesar ± 17.450.939.237 m3 (Bappeda, 2002). Untuk desa Siraman sendiri memiliki bahan galian sebesar 3 ton/tahun dan sebagian besar penduduknya memenuhi kebutuhan akan air dengan memanfaatkan air tanah atau sumur sebagai kehidupan sehari-hari. Kandungan kapur dalam air sumur yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat dapat memberikan efek yang kurang baik dalam tubuh. Menurut Afert dan Santika, (1987) kandungan kation (Ca2+) yang dianjurkan pada air minum 75 mg/L dan maksimum yang diperbolehkan 200 mg/L. Masrifah (2003) menyatakan adanya kandungan Ca di air tanah daerah Gunungkidul, selain Ca ada kandungan lain yang ada di air tanah yaitu CaCO3 dan PO4. Untuk CaCO3 sebesar 154 mg/L, kalsium sebesar 58,3 mg/L, phospat sebesar 0,122 mg/L. Desa Kepek dan desa Siraman yang termasuk dalam kabupaten Gunungkidul merupakan beberapa dua desa di Gunungkidul yang sebagian
1
besar penduduknya menggunakan air sumur sebagai sumber air minum. Sumber air minum yang diambil dari sumur tersebut banyak mengandung kapur atau kalsium karbonat (CaO3). Sementara masyarakat tidak mengetahui bahwa air sumur yang mereka konsumsi mengandung kapur yang dapat merusak kesehatan masyarakat setempat dan memiliki pemikiran bahwa kandungan kapur pada air sumur tidak akan mengganggu kesehatan mereka jika tinggal di daerah tersebut dalam kurun waktu lama. Bahwa air amat penting untuk kehidupan bukanlah suatu hal yang baru karena telah diketahui bahwa tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung terus tanpa tersedia air yang cukup. Fungsi air bagi kehidupan manusia sangat tergantung pada berbagai kebutuhan hidup manusia. Bagi kebutuhan biologis, yaitu kebutuhan air untuk menunjang fungsi biologiknya misalnya proses pencernaan, pengatur keseimbangan suhu tubuh, dan mitabolisme, sehingga air mutlak diperlukan. Air dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pelarut dan pembawa zat-zat makanan dan mineral serta sisa metabolisme. Oleh karena itu air menjadi sangat vital bagi manusia (Winarno, 1986). Sementara itu, fungsi air untuk memenuhi kebutuhan cultural antara lain adalah untuk mencuci, tenaga listrik, estetika, berenang, rekreasi, olah raga, transportasi dan lain sebagainya (Wuryadi, 1991). Jumlah kebutuhan air untuk kehidupan, setiap saat cenderung meningkat. Diketahui kemudian bahwa semakin meningkatnya taraf
2
kehidupan, maka semakin meningkat pula jumlah kebutuhan air. Mutu air harus dapat memenuhi dua persyaratan, yaitu harus aman dikonsumsi manusia
dan
harus
memiliki
penampakan
yang
menarik
untuk
penggunaannya. Bila mutu air tidak dapat memenuhi persyaratan standar mutu untuk industri dan air minum, maka air tersebut haruslah mengalami proses penjernihan, yang merupakan proses kombinasi dari cara kimia dan mikrobiologi (Suriawiria, 1993). Air yang dikonsumsi oleh manusia harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan mikrobiologi sesuai ketentuan yang diatur dalam Per. Men. Kes. No. 416/Men. Kes/ Per/ IX/ 90, tentang syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Bersih, dimana kadar CaCO3 memiliki standar 500 mg/L. Air merupakan kebutuhan yang paling vital bagi kehidupan makhluk hidup, sebab tanpa adanya air maka tidak akan ada kehidupan. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, oleh karena itu untuk kelangsungan hidupnya, manusia memerlukan air yang cukup agar dapat tetap hidup. Demi menjaga kesehatan, setiap orang dewasa perlu mengkonsumsi air sekitar 2 liter/hari (Sutrisno, 1991). Dari keadaan ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti sebagai upaya untuk memberikan gambaran kepada penduduk tentang kandungan Ca pada air sumur yang mereka gunakan setiap hari, dan juga melihat hubungan kadar Ca pada air sumur dan urin penduduk dua desa yang
3
saling berdekatan dengan keadaan ketinggian wilayah yang berbeda. Dan menggunakan urin sebagai tolak ukur yaitu untuk mengetahui ekresi Ca dalam urin.
B. Rumusan Masalah 1. Berapa konsentrasi Ca pada air minum di Desa Kepek dan Desa Siraman? 2. a.
Berapa konsentrasi Ca pada urin penduduk Desa Kepek dan Desa Siraman?
b.
Apakah ada perbedaan kadar Ca pada urin laki-laki yang berumur 10-20 th dan
kadar Ca pada urin laki-laki yang
berumur 20-35 th di Desa Kepek dan Desa Siraman? 3. Apakah ada hubungan antara Ca pada air mentah dan air masak dengan urin penduduk Desa Kepek dan Desa Siraman?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui konsentrasi Ca pada air mentah dan air masak di Desa Kepek dan Desa Siraman. 2. a. Mengetahui konsentrasi Ca pada urin penduduk Desa Kepek dan Desa Siraman.
4
b. Mengetahui adanya perbedaan kadar Ca laki-laki yang berumur 10-20 th dengan laki-laki yang berumur 20-35 th di Desa Kepek dan Desa Siraman. 3. Mengetahui adanya hubungan antara Ca pada air mentah dan air masak dengan urin penduduk Desa Kepek dan Desa Siraman. D. Manfaat Penelitian Sebagai informasi awal bagi masyarakat dan pemerintah tentang kandungan Ca yang berada di air minum penduduk dengan perwakilan di desa Kepek dan desa Siraman terhadap efek kandungan Ca pada penduduk.
5