BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Cetak biru (blueprint) jaringan merupakan arsitektur jaringan salah satu aspek fisik dalam memetakan lokasi dari perangkat jaringan. Jenis perangkat yang akan digunakan pada design arsitektur seperti penempatan lokasi yang aman serta jenis server, kabel, lokasi keamanan fisik. Bagaimana perangkat jaringan saling terhubung, jenis antar muka dan kecepatan, serta spesifikasi perangkat yang digunakan (McCabe,2007). Seperti halnya dengan design konseptual arsitektur jaringan enterprise yang dibangun biasanya sesuai dengan kebutuhan strategi distribusi data, aplikasi serta sharing data antara unit kerja dalam suatu organisasi. Saat ini model desain arsitektur perancangan dan manajemen jaringan merupakan salah satu bentuk dalam membuat panduan / dokumen sebagai pedoman dalam membangun jaringan kedepannya. Dengan dibuatnya rancangan dan pedoman infrastruktur jaringan dapat dijadikan sebagai panduan / dokumen pendukung bagi institusi dalam membangun dan mengembangkan suatu jaringan. Hierarchical network model atau model jaringan hirarki merupakan model desain arsitektur jaringan berbentuk hirarki. Model ini menyediakan cara pandang yang bervariasi mengenai sebuah jaringan (network), sehingga mempermudah kita dalam mendesain dan membangun jaringan yang terskala. Model jaringan hirarkis
1
2
dibagi menjadi tiga layer, yaitu Lapisan Core Layer, Distribution Layer dan Access Layer. Virtual local area network (VLAN) merupakan suatu model dalam manajemen suatu jaringan seperti manajemen user dengan mengatur hak akses di dalam jaringan sesuai dengan yang telah ditentukan. Model desain jaringan vlan yang fleksibel memungkinkan kelompok berpindah-pindah tempat atau lokasi tanpa harus merombak ulang perangkat jaringan. Perancangan dan manajemen infrastruktur jaringan Virtual LAN (VLAN) merupakan aspek sangat penting yang harus dimiliki dalam suatu jaringan, guna untuk meningkatkan flexibility, scalability, dan security jaringan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prabumulih merupakan salah satu institusi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Karyawan serta staff rumah sakit lainnya telah memanfaatkan jaringan internet sebagai sarana dan prasarana dalam kegiatan institusi mereka. Tetapi seiring dengan kebutuhan dan perkembangannya perlu adanya suatu panduan / dokumen. Agar dengan adanya panduan perencanaan pengembangan infrasturktur jaringan kedepan diharapkan menjadi tolak ukur bagi institusi dalam mengambil keputusan sebelum masuk pada tahap implementasi. Sehingga diharapkan dikemudian hari Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih telah memiliki panduan dalam pengembangan jaringan rumah sakit. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengatasi masalah tersebut dengan judul “Perancangan Blueprint Jaringan Virtual Local Area Network (VLAN) pada Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih”.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana Merancang Blueprint Jaringan Virtual Local Area Network (VLAN) pada Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih.
1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan terarah, maka perlu dibuat suatu batasan masalah. Adapun batasan masalah pada penelitian ini terbatas pada : 1) Melakukan pengukuran ketersediaan (availability) sebagai kebijakan/ tolak ukur dalam mengembangkan jaringan kedepan. 2) Penelitian ini hanya merancang blueprint sebagai model perancangan dan manajemen jaringan Virtual Local Area Network (VLAN). 3) Penelitian ini hanya merancang arsitektur berbentuk hirarki model (Hierarchical model), mulai dari lapisan core, distribution dan access.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk memberikan panduan kepada pihak rumah sakit untuk menentukan awal perubahan (transisi) dalam perencanaan pengembangan infrastruktur jaringan kedepan. 2) Merancang blueprint jaringan Virtual Local Area Network (VLAN) sebagai model perancangan dan manajemen jaringan.
4
1.5 Manfaat Penelitian Dengan dirancang blueprint Jaringan Virtual Local Area Network VLAN, maka dapat dihasilkan beberapa manfaat sebagai berikut : 1) Sebagai model perencangan dan manajemen arsitektur jaringan Virtual Local Area Network (VLAN) bagi institusi dalam membangun infrastruktur jaringan. 2) Dapat menjadi dokumen dan panduan dalam pengelolaan infrastruktur jaringan komputer khususnya perencanaan dan pengembangannya.
1.6
Metodologi Penelitian
1.6.1
Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan April 2015 sampai
dengan Juli 2015. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prabumulih yang beralamat di Jalan Lingkar Kel. Gunung Ibul Barat Kec. Prabumulih Timur. 1.6.2
Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan satu unit laptop dengan berbagai aplikasi yang
digunakan untuk berbagai hal seperti simulasi jaringan dan pembuatan laporan. Adapun perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Perangkat keras (Hardware) a. Processor AMD X45U b. RAM 2 GB c. Harddisk 500 GB d. Printer Cannon IP237
5
2) Perangkat Lunak (Software) a. Microsoft Visio b. Cisco Packet tracer c. Opnet Modeler 17.5 d. Sistem operasi Windows 7. 1.6.3
Metode Penelitian Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode
pendekatan sistem (Systems Methodology). Menurut McCabe (2007) Systems Methodology adalah penelitian yang dilakukan untuk analisis jaringan, mengukur ketersedian jaringan sebelum masuk pada proses perancangan arsitektur, dan desain jaringan. Berikut dibawah ini merupakan tahapan yang terdapat dalam metode pendekatan sistem (Systems Methodology): 1) Network Analisys Pada tahap ini, peneliti akan melakukan proses pengumpulan dan analisis pengukuran pada jaringan komputer rumah sakit untuk mengetahui ketersediaan infrastruktur yang ada, serta analisis kebutuhan serta aliran dari perancangan dan pengembangan jaringan. 2) Network Architecture Pada bagian ini peneliti menjelaskan mengenai proses pengembangan struktur model jaringan hirarki, dari level core, distribution, dan access. Mulai dari pemilihan topologi, media tranmisi / teknologi perangkat yang digunakan, pembagian ip address vlan (network addressing) , serta hubungan antara fungi jaringan.
6
3) Network design Pada tahap ini proses akhir dari design, diantaranya penempatan lokasi instalasi jaringan, peralatan serta pemetaan jaringan sesuai pada arsitektur jaringan yang telah dijelaskan sebelumnya. 1.6.4
Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Observasi Merupakan proses melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan di teliti untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Teknik ini digunakan pada pengamatan awal. Dalam hal ini pengamatan dilakukan di lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih.
2.
Interview (wawancara) Merupakan proses pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak rumah sakit guna memperoleh informasi yang akurat. Adapun narasumber yang penulis wawancara adalah staff IT Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih.
3.
Studi Pustaka Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pencarian landasan-landasan teori yang diperoleh dari berbagai buku dan juga internet untuk melengkapi konsep dan teori yang erat kaitannya dengan masalah yang sedang dibahas sehingga memiliki landasan yang kuat dan keilmuan yang baik dan sesuai.
7
1.7
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan menguraikan tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa landasan teori yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi.
BAB III
TINJAUAN UMUM Dalam bab ini akan menjelaskan objek penelitian, meliputi sejarah, visi dan misi organisasi serta struktur pimpinan.
BAB IV
ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan membahas tentang, análisis jaringan (network analisys), dan blueprint arsitektur jaringan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan tentang network design hasil dari penelitian dan pembahasan berbagai masalah yang akan dihadapi.
8
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari keseluruhan bab serta memberikan saran-saran yang mungkin berguna untuk mengatasi
masalah
yang
dihadapi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perancangan Jaringan (Network Design) Menurut McCabe (2007) perancangan jaringan adalah produk akhir dari
analisis, arsitektur, dan desain proses. Desain mana dari keputusan arsitektur anda dalam menentukan mengenai jaringan topologi dan teknologi datang bersamasama dengan pilihan untuk peralatan, vendor, dan penyedia layanan untuk memberikan diagram rinci, cetak biru, dan rencana komponen untuk jaringan yang akan buat. Perancangan jaringan (network design) merupakan proyek yang kompleks. Desain top down memfasilitasi proses dengan membaginya menjadi lebih kecil, agar langkah-langkah nya lebih mudah dikelola. Desain dari atas ke bawah menjelaskan tujuan desain dan memulai desain dari perspektif aplikasi yang diperlukan dan solusi jaringan. Dalam menilai lingkup desain jaringan, Anda harus menentukan apakah desain untuk jaringan baru atau modifikasi dari seluruh jaringan, segmen tunggal atau modul, satu set LAN, WAN, atau jaringan remote akses. Ruang lingkup desain dapat mengatasi fungsi tunggal atau semua model lapisan OSI. Praktek top down desain terstruktur fokus pada membagi tugas desain ke dalam terkait, komponen kurang kompleks atau modul (Cisco, 2007). Berdasarkan pernyataan tentang perancangan jaringan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perancangan jaringan (network design) merupakan
9
10
usulan dalam melakukan perubahan serta pengembangan jaringan pada sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik.
2.2
Cetak Biru ( Blueprint) Menurut McCabe (2007) Cetak biru (blueprint) jaringan merupakan
design architecture dari jaringan yang terdiri dari aspek fisik seperti pemetaan lokasi perangkat, server jenis kabel, keamanan fisik keamanan lokasi. Bagaimana perangkat jaringan saling terhubung, jenis antar muka dan kecepatan, serta spesifikasi perangkat. Cetak biru jaringan dapat terdiri dari diagram tunggal atau beberapa diagram dari jaringan, tergantung pada kebutuhan dan ukuran proyek Anda. Jika jaringan desain besar, Anda mungkin harus memiliki satu atau lebih diagram tingkat tinggi yang menunjukkan seluruh jaringan dalam beberapa detail, bersama dengan diagram yang lebih rinci yang fokus di daerah tertentu dari jaringan, seperti WAN, LAN kampus, individu bangunan. Cetak biru (blueprint) merupakan kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan serta sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja. (Wikipedia, 2013). Menurut Achmad (2012) dalam jurnal Semantik dengan judul Pemodelan Arsitektur Teknologi Infromasi berbasis Cloud Computing menyebutkan bahwa: cetak biru (blueprint) merupakan bagaimana elemen teknologi informasi dan manajemen berkerja sama sabagai satu kesatuan. Dengan tujuan agar implementasi teknologi infromasi mencapai tujuan dan kebutuhan organisasi.
11
Berdasarkan pernyataan tentang perancangan cetak biru (blueprint) di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa cetak biru (blueprint) merupakan pedoman bagi suatu organisasi dalam mencapai kebutuhan dan keinginan dimasa mendatang. Dengan tujuan agar memiliki suatu acuan untuk membangun serta mengembangakan
infrastruktur
jaringan
sesuai
dengan
keadaan
dan
perkembangan organisasi.
2.2.1 Network Architecture Menurut McCabe (2007) Network
architecture merupakan struktur
tingkat tinggi, end-to-end untuk jaringan. Kegiatan ini merupakan termasuk hubungan dalam dan di antara komponen arsitektur utama jaringan, seperti pengalamatan dan routing, manajemen jaringan, kinerja,dan keamanan jaringan dalam menentukan arsitektur jaringan adalah bagian selanjutnya dari proses mengembangkan jaringan dan, seperti yang akan kita lihat, kunci dalam mengintegrasikan
persyaratandan
mengalir
ke
dalam
struktur
jaringan.
Karakteristik utama dari arsitektur jaringan dan desain yang mempengaruhi biaya implementasi pasca meliputi: 1) Jaringan dan keandalan sistem 2) Jaringan dan sistem pemeliharaan 3) Pelatihan operator untuk tetap dalam batasan operasional 4) Kualitas staff yang diperlukan untuk melakukan tindakan perawatan.
2.2.2 Arsitektur Enterprise Menurut Yasmi (2013) dalam jurnal Foristek yang berjudul Perencanaan Arsitektur Enterprise Sistem Informasi menyebutkan bahwa: Arsitektur adalah
12
organisasi fundamental dari sistem yang diwujudkan dengan komponenkomponennya, hubungan satu dengan yang lain terhadap lingkungannya, dan prinsip sebagai pedoman rancangan dan evolusinya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arsitektur merupakan proses rancangan design untuk membuat struktur kontruksi dalam membangun serta mengembangkan suatu infrastruktur yang ada didalamnya.
2.3
Definisi Jaringan Komputer Jaringan komputer merupakan suatu himpuanan interkoneksi sejumlah
komputer autonomous. Dalam bahasa populer dapat dijelaskan jaringan komputer merupakan sekumpulan beberapa komputer (dan perangkat lain seperti printer, hub, dan sebagainya) saling terhubung satu sama lain melaui media perantara. Media perantara ini bisa berupa media kabel ataupun media transmisi (nirkabel). Informasi berupa data akan mengalir dari satu komputer ke komputer lainya atau dari satu komputer ke perangkat lain (Sofana, 2009).
2.3.1 Jenis Jaringan Komputer Menurut Sofana (2008) jenis jaringan komputer berdasarkan tempat atau lokasi, jaringan komuter dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis, yaitu: 1) LAN (Local Area Network) Adalah jaringan (network) lokal yang dibuat pada area tertutup. Misalkan dalam satu gedung atau dalam suatu ruangan. Kadangkala jaringan local disebut jaringan privat. 2) MAN (Metropolitan Area Network) Metropolitan Area Network menggunakan metode LAN namun daerah cakupanya lebih luas. Daerah cakupan MAN bias satu RW, beberapa
13
kantor yang berada dalam komplek yang sama, satu kota, bahkan satu provinsi. Dapat dikatakan MAN merupakan pengembangan dari LAN. 3) WAN (Wide Area Network) WAN lebih luas dari pada MAN. Cakupan WAN meliputi satu kawasan, satu Negara, bahkan satu benua. Metode yang digunakan WAN hampir sama dengan LAN dan MAN. 4) Internet Internet adalah inter-koneksi jaringan-jaringan komputer yang ada di dunia.
Sehingga
cakupan
sudaj
mencapai
satu
planet,
bahkan
kemungkinan mencakup antar planet. Koneksi antar jaringa komuter dapat dilakukan berkat dukungan protocol yang khas, yaitu Internet Protocol (IP).
2.3.2 Local Area Network (LAN) Local Area Network (LAN) berhubungan dengan area network yang berukuran relative kecil. Oleh sebab itu, LAN dapat dikembangkan dengan mudah dan mendukung kecepatan transfer data cukup tinggi. Ada 4 “ bentuk dasar” LAN atau disebut topologi fisik LAN (Sofana, 2009) yaitu: 1) Topologi Bus Topologi bus menggunakan sebuah kabel backbone dan semua host terhubung secara langsung pada kabel tersebut. 2) Topologi Star Menghubungkan semua komputer pada sentral atau konsentrol. Biasanya konsentrol adalah hub atau switch. 3) Topologi Ring
14
Topologi Ring menghubungkan host dengan host lainnya hingga membentuk ring (lingkaran tertutup). 4) Topologi Mesh atau Fully-Mesh Topologi mesh menghubungkan setiap komputer secara point-to-point. Artinya semua komputer akan saling terhubung satu-satu sehingga tidak dijumpai ada link yang terputus.
2.4
Virtual Local Area Network (VLAN) VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada pemetaan
fisik seperti local area network (LAN), suatu jaringan network dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat dibuat segmen bergantung pada organisasi maupun departemen, tanpa bergantung pada lokasi workstation (Deden, 2007).
15
Gambar 2.1 Virtual Local Area Network (VLAN) Virtual Local Area Network (VLAN) merupakan salah satu teknik untuk meningkatkan security dan membagi broadcast domain menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil. Dengan memanfaatkan switch layer 2, bagaimana pun canggihnya tetap memiliki sebuah broadcast domain. Artinya jika frame broadcast domain yang melalui switch maka pastilah semua komputer pada network akan menerima frame tersebut, dan pengguna lain dapat menangkap semua traffic yang lewat termasuk informasi login dan password. Secara garis besar manfaat VLAN dibagi menjadi empat bagian (Sofana, 2009 ) yaitu: 1) Meningkatkan performa network VLAN mampu meningkatkan performa network dengan cara memblok paket/frame yang tidak perlu. 2) Design network yang fleksibel. VLAN memungkinkan anggota berpindah-pindah lokasi tanpa harus merombak ulang perangkat perangkat jaringan. Cukup melakukan konfigurasi secara software. VLAN dapat mengatasi persialan lokasi. 3) Mengurangi biaya instalasi Jika hendak mengubah VLAN maka kita tidak memerlukan biaya instalasi maupun penambahan perangkat baru. 4) Keamanan VLAN dapat membatasi user yang boleh mengakses suatu aplikasi/data berdasarkan access list yang bisa kita tentukan.
2.4.1 VLAN Trunking Protocol (VTP)
16
Vlan Trunking Protocol (VTP) merupakan protocol (proprietary) cisco yang memungkinkan switch-switch cisco (yang terhubung) saling bertukar informasi. VTP memudahkan dalam proses setting dan konfigurasi secara otomatis antar sesama switch. Bayangkan, jika sebuah network memiliki puluhan switch yang saling terhubung. Setiap switch menggunakan minimal sebuah port yang ditempatkan pada satu VLAN (Sofana, 2009). Fungsi dari VTP ialah memudahkan administrator dalam mengelolah semua VLAN yang telah dikonfigurasi pada sebuah internetwork switch. Dengan menggunakan fasilitas VTP, memungkinkan seorang administrator untuk menambah, mengurangi, informasi VLAN tersebut kemudian disebarluaskan ke semua switch lainnya di domain VTP tersebut, VTP mode dibagi menjadi 3 bagian, (Saputro, 2010) yaitu: 1) Server mode Mode server adalah mode default untuk semua switch manageable catalyst. Didalam satu domain, minimal membutuhkan satu server yang berfungsi menyebarkan informasi VLAN ke seluruh switch dalam satu domain dan menyimpan informasi tersebut ke dalam NVRAM. 2) Client mode Dalam Mode Client, switch hanya dapat menerima informasi yang dikirimkan server-server VTP di mana informasi tersebut tidak tersimpan ke dalam NVRAM. 3) Transparent mode Dalam mode ini switch tidak berpartisipasi di domain VTP, tetapi mereka masih mem-forward informasi VTP melalui semua truk link yang
17
dikonfigurasi. Switch dalam mode ini hanya dapat mengubah informasi VLAN untuk dirinya sendiri.
2.5
Hierarchical Network Design Model jaringan secara hirarkis merupakan suatu cara untuk mendesain
infrastruktur jaringan agar fungsinya lebih fleksibel . Model ini menyediakan cara pandang yang bervariasi mengenai sebuah network, sehingga dapat memudahkan kita dalam mendesain serta membangun jaringan yang terskala. Model jaringan hirarkis terbagi menjadi tiga lapisan layer, diantaranya lapisan Core Layer, Distribution Layer dan Access Layer (Icehealer, 2012). Menurut Oppenheimer (2010) Keuntungan menggunakan model hirarkis dapat membantu meminimalkan biaya, dengan membeli perangkat internetworking yang tepat untuk setiap lapisan hirarki, sehingga menghindari pengeluaran uang pada fitur-fitur yang tidak perlu untuk lapisan. Juga, sifat modular dari model desain hirarkis memungkinkan perencanaan kapasitas akurat dalam setiap lapisan hirarki, sehingga mengurangi bandwidth yang terbuang. Berikut dibawah ini ciri-ciri khas topologi hirarki yaitu:
18
Gambar 2.2 Hierarchical Topology 1) Lapisan inti router high end dan switch yang dioptimalkan untuk ketersediaan dan kinerja. 2) Lapisan distribusi router dan switch yang menerapkan kebijakan. Dalam kecil dan organisasi berukuran sedang, inti dan distribusi lapisan dapat dikombinasikan. 3) Sebuah lapisan akses yang menghubungkan pengguna melalui switch sampai end user dan titik akses nirkabel.
2.6
RMA (reliability, maintenance, avalibility) Menurut McCabe (2007) RMA merupakan label untuk kelas karakteristik
yang meliputi kehandalan, pemeliharaan, dan ketersediaan. RMA mengacu kehandalan, pemeliharaan, dan ketersediaan. Apakah sebuah statistik indikator frekuensi kegagalan jaringan dan komponen dan mewakili pemadaman terjadwal layanan, seperti yang dijelaskan dibawah ini :
19
1. Reliability merupakan indikator statistik dari frekuensi kegagalan jaringan dan komponennya dan mewakili pemadaman terjadwal layanan. Salah satu ukuran dari keandalan adalah rata-rata waktu antara kegagalan missioncritical (MTBF), biasanya dinyatakan dalam jam. Ukuran terkait adalah waktu rata-rata antara kegagalan (MTBF), yang menganggap semua kegagalan, terlepas dari signifikansi mereka disaat kegagalan, dan merupakan perkiraan konservatif, yang berguna dalam sistem sederhana. 2. Maintenance adalah ukuran statistik dari waktu untuk mengembalikan sistem untuk sepenuhnya status operasional, setelah mengalami kesalahan. Hal ini umumnya dinyatakan sebagai berarti waktu untuk memperbaiki (MTTR). Memperbaiki kegagalan sistem terdiri dari beberapa tahap: deteksi, isolasi kegagalan untuk komponen yang dapat diganti, waktu diperlukan untuk memberikan bagian yang diperlukan ke lokasi komponen gagal (waktu logistik), dan waktu untuk benar-benar menggantikan komponen, menguji, dan mengembalikan pelayanan penuh. 3. Avalibility Ketersediaan (juga dikenal sebagai ketersediaan operasional) adalah hubungan antara frekuensi kegagalan mission-critical dan waktu untuk memulihkan layanan. Ini didefinisikan sebagai waktu yang berarti antara kegagalan mission-critical (atau berarti waktu antara kegagalan) dibagi dengan jumlah rata-rata waktu untuk memperbaiki dan berarti waktu antara mission-critical kegagalan atau berarti waktu antara kegagalan. Hubungan ini ditunjukkan di bawah, di mana A adalah ketersediaan.
20
A =? MTBCF? /? MTBCF + MTTR? Atau A =? MTBF? /? MTBF + MTTR? Beberapa pertimbangan penting dalam mengevaluasi ketersediaan sering diabaikan. Pertama semua, ketersediaan tidak selalu mencerminkan persentase waktu bahwa system adalah operasional; pemeliharaan terjadwal tidak diperhitungkan dalam perhitungan ini, hanya pemeliharaan terjadwal.
2.7
Cisco Packet Tracer Packet Tracer adalah simulator alat-alat jaringan Cisco yang sering
digunakan sebagai media pembelajaran dan pelatihan, dan juga dalam bidang penelitian simulasi jaringan komputer. Program ini dibuat oleh Cisco Systems dan disediakan gratis untuk fakultas, siswa dan alumni yang telah berpartisipasi di Cisco Networking Academy. (Wikipedia, 2014).
2.8
Systems Methodology Menurut Mccabe (2007) Systems Methodology adalah penelitian yang
dilakukan untuk analisis jaringan, mengukur ketersedian jaringan sebelum masuk pada proses perancangan arsitektur, dan desain jaringan. Berikut dibawah ini merupakan tahapan yang terdapat dalam metode pendekatan sistem (Systems Methodology) :
21
Gambar 2.3 System Methodology
2.9
Penelitian Terdahulu Adapun penelitian-penelitian yang digunakan sebagai referensi dalam
penelitian ini, antara lain : 1) Aris Rakhmadi, Josua M Sinambela, 2013. Perancangan Cetak Biru Infrastruktur Jaringan Komputer untuk Penerapan E-Government di Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu. Pada penelitian ini peneliti berfokus dalam merancang cetak biru infrastruktur jaringan pada pemerintahan
kabupaten
Mukomuko,
dan
menawarkan
solusi
pengembangan infrastruktur jaringan secara bertahap. Cetak biru ini sebagai pedoman dalam perencanaan pengembangan infrastruktur jaringan komputer masing-masing instansi, sebagai pedoman dalam pengelolaan sistem jaringan komputer khususnya keamanan jaringan komputer, serta memberikan landasan berpikir bagi pengembangan infrastruktur jaringan e-Government yang komprehensif, efesien dan efektif. Berdasarkan hasil kondisi riil di lapangan dan dilengkapi dengan hasil kuisioner, penelitian
22
mengusulkan solusi pengembangan
infrastruktur jaringan komputer.
Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Daerah Kabupaten Mukomuko dirancang dengan design
Modern Campus
Network atau jaringan komputer terorganisir yang sudah bersifat modern, memanfaatkan perangkat Router dan Manageable Switch baik yang mendukung layer 2 maupun layer 3 pada layer OSI. 2) Kundang Karsono Juman, 2013. ANALISIS DAN PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK PADA RUMAH SAKIT SITANALA. Penelitian ini lebih difokuskan pada perancangan Virtual Local Area Network (VLAN) pada Rumah Sakit Sitanala dengan menggunakan program simulasi Packet Tracer 5.2 sebelum dibangun dalam bentuk nyata. Peneliti melakukan analisa jaringan yang ada pada Rumah Sakit Sitanala, yang kemudian dibuat model jaringan yang dapat memberikan hasil maksimal baik dari segi Efisiensi maupun peningkatan keamanan jaringan .Untuk dapatmemberikan kemudahan/fleksibelitas dalam
berbagai
pelayanan
informasi.
Untuk
memajukan
kinerja
pemerintah yang maju dan berkembang. Mobilitas yang tinggi, jumlah pengguna komputer yang sangatbanyak, serta kebutuhan akan informasi disetiap bidang bisnis, pemerintah maupun fasilitas umum menjadisebuah alasan pengembangan jaringan VLAN yang lebih luas. Melihat topologi jaringan gedung, area jangkauan serta jarak koneksi yang kompleks menjadi alasan menggunakan jaringan Virtual Local Area Network (VLAN).
BAB III TINJAUAN UMUM
3.1
Sejarah umum Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih Pada tahun 1947 sampai dengan 1955 berdirilah Balai Pengobatan yang
merupakan cikal bakal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prabumulih. Lokasi balai pengobatan tersebut adalah bangunan eks kantor Marga Kapak Tengah (Lokasi Lapangan tenis Dusun Prabumulih sekarang ini). Pada tahun 1955 balai Pengobatan tersebut dikembangkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih, yang lokasinya dari tahun 1955 sampai akhir tahun 2008 di jalan AK. Gani No. 41 Lk. III kelurahan Tugu Kecil Prabumulih Timur, dengan luas tanah I adalah 5.940,56 m², luas tanah II adalah 892,50 m², luas tanah III adalah 354,51 m² dan luas tanah IV adalah 10.000 m². Jadi total seluruh luas tanah RSUD Prabumulih adalah 7.197,57 m² . Sedangkan luas bangunannya adalah 1.508,4446 m². Pada tanggal 15 Nopember 2007, Menteri Kesehatan Republik Indonesia menetapkan bahwa RSUD Kota Prabumulih mendapat status Akreditasi “PENUH TINGKAT DASAR” dengan Nomor SK YM.01.10/III/1329/07. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005 dan Peraturan RI Nomor 61 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dinyatakan Rumah Sakit yang merupakan
71
34
satuan kerja pemerintah dibidang pelayanan kesehatan / pelayanan publik, dapat menerapakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
3.2
Visi dan Misi
3.2.1
Visi Visi RSUD Kota Prabumulih adalah “Menjadi Milik dan Kebanggaan
Masyarakat Kota Prabumulih“. 3.2.2
Misi Misi RSUD Kota Prabumulih adalah:
a. Pengembangan sarana prasarana dan kemitraan pelayanan rumah sakit. b. Meningatkan pelayanan rumah sakit yang berkualitas. c. Mewujudkan pegawai rumah sakit yang professional, beretika dan berakhlak
3.3
Lokasi RSUD Prabumlih Pada tahun 1947 sampai dengan 1955 berdirilah Balai Pengobatan yang
merupakan cikal bakal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prabumulih. Pada tahun 1955 balai Pengobatan tersebut dikembangkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih, yang lokasinya dari tahun 1955 sampai akhir tahun 2008 di jalan AK. Gani No. 41 Lk. III kelurahan Tugu Kecil Prabumulih Timur, dengan luas tanah I adalah 5.940,56 m², luas tanah II adalah 892,50 m², luas tanah III adalah 354,51 m² dan luas tanah IV adalah 10.000 m². 3.4
Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan perwujudan dari suatu pengendalian
didalam Rumah Sakit, maka akan terlihat jelas tugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan oleh setiap bagian-bagian yang ada.
35
DIREKTUR Dr. Hj. RUSMINI, M.KES
KOMITE KEPERAWATAN HAIRULSYAH, SE
KOMITE MEDIK Dr. RAHMAD G, SP.OG
SPI FATONI, SE
KEPALA BAGIAN TATA USAHA ADI KUANTO, S.KEP.,NERS., MARS
KASUBAG HUKUM, HUMAS dan PERLENGKAPAN H. ERNAN, SKM KASUBAG REKAM MEDIS dan INFORMATIKA DENNI KURNIAWAN, SKM., M.SI
KASUBAG KEPEGAWAIAN dan DIKLAT YOLANDA TRIASTUTI, SKM., M.SI
KABID BINA PELAYANAN MEDIK dan PENUNJANG dr. H. YOANDA FALIA CORY
KASI BINA PELAYANAN ASUHAN dan PROFESI MEDIK PENUNJANG Hj. FEPI OKA PRIASNI, SKM
KASI BINA PELAYANAN LOGISTIK MEDIK dan PENUNJANG SRI SEPTIANA, SKM
KABID BINA PELAYANAN dan KEPERAWATAN Hj. RISMA SUMARNI, SKM, M.SI
KASI BINA PELAYANAN ASUHAN dan PROFESI KEPERAWATAN NOVIE AMALIA C, S.KEP. M.Si
KASI BINA PELAYANAN LOGISTIK KEPERAWATAN ASHRI, SKM KABID BINA PROGRAM dan PEMBENDAHARAAN HAIRUDDIN, SE, MM
Sumber: www.rsudprabumulih.co.id
KASI BINA PROGRAM dan ANGGARAN MADALHAM, SKM., M.SI
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
KASIBINA PEMBENDAHARAN dan AKUNTANSI TRI ISNAINI, SE., M.SI
36
3.5 Tugas dan Tanggung Jawab (Job Desc) Tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan pada setiap lingkungan kerja yaitu: 1. Direktur Direktur Rumah Sakit Daerah mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun kebijakan, membina, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan program dan kegiatan Rumah Sakit Daerah sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas pokok direktur Rumah Sakit Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Membuat rencana strategis RSUD. 2) Melaksankan semua program dan kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. 3) Menganalisa,
memberi
petunjuk,
arahan
dan
pembinaan
serta
mengevaluasi pelksanaan pekerjaan bawahan. 4) Memimpin segala kegiatan kedinasan. 5) Melaporkan segala kegiatan kepada atasan. 6) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikn oleh atasan. 2. Komite Keperawatan Komite
Keperawatan
dibentuk
oleh
direktur
rumah
sakit
dan
bertanggungjawab kepada direktur rumah sakit. Susunan organisasi komite Keperawatan rumah sakit terdiri dari ketua komite keperawatan, sekretaris komite keperawatan dan subkomite Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi perawat/bidan yang anggotanya terdiri dari perawat/bidan, adapun tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut:
37
1) Komite Keperawatan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur 2) Komite Keperawatan dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggotanya. 3) Komite Keperawatan mempunyai tugas membantu Direktur menyusun standar keperawatan, pembinaan asuhan keperawatan, melaksanakan pembinaan etika profesi keperawatan. 3. Komite Medik Komite Medik merupakan kelompok tenaga medis yang keanggotaannya terdiri dari Ketua-Ketua Staf Medik Fungsional. Tugas dan tanggung Jawab Komite Medik adalah terkait dengan mutu pelayanan medis, pembinaan etik kedokteran dan pengembangan profesi medis. 1) Komite Medis bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit. 2) Komite Medik berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur 3) Komite Medik dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh anggotanya dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur. 4) Komite Medik mempunyai tugas membantu Direktur dalam menyusun Standar Pelayanan Medik, memantau pelaksanaannya, melakukan pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota staf medik fungsional dan mengembangkan program pelayanan. 4. Satuan Pengawas Intern ( SPI ) Dalam Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dapat dibentuk Satuan Pengawas Intern ( SPI ) dengan tugas membantu Direktur dalam hal pelaksanaan Operasional Pengawasan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
38
Sakit Umum Daerah. Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah unit internal yang bersifat independen dan berfungsi untuk : 1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan Dinas Kesehatan 2) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai hubungan dengan jaringan pelayanan terkait dengan institusi pelayanan kesehatan lainnya. 5. Kepala Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan penyusunan program dan hubungan masyarakat, Umum, perlengkapan, tata usaha, logistik dan kepegawaian serta keuangan Rumah Sakit Umum Daerah. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana dan program kerja Rumah Sakit Umum Daerah. 2. Penyelenggaraan pelayanan administrasi, keuangan, kepegawaian, tata persuratan, perlengkapan, logistik umum dan rumah tangga Rumah Sakit Umum Daerah. 3. Pelaksanaan koordinasi pelayanan administrasi Rumah Sakit Umum Daerah. 4. Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Pimpinan. 6. Kasubang Hukum, Humas dan Perlengkapan Sub Bagian Umum & Perlengkapan melaksanakan tugas meliputi urusan surat menyurat, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga RS, kehumasan dan
39
protokol,ketatalaksanaan dan keamanan RS, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Adapun tugas dan fungsi sebagai berikut: 1) Menyiapkan bahan dan data dalam rangka penyusunan rencana strategis Rumah Sakit. 2) Melaksanakan semua program dan kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. 3) Mempelajari,
menelaah
dan
mempedomani
Peraturan
Perundang-
undangan dan Naskah dinas sesuai dengan tugas Sub Bagian Umum & Perlengkapan. 7. Kasubang Rekam Medis dan Informatika Sub Bidang Rekam medik mempunyai tugas pokok merencanakan, menyelenggarakan,
mengkoordinasikan,
mengevaluasi
dan
melaporkan
pelaksanaan tugas rekam medik. Adapun fungsi dari Sub bidang Rekam Medik mempunyai fungsi : 1. Menyelenggarakan kegiatan penyusunan perencanaan kegiatan dan anggaran pelayanan dan pengendalian mutu rekam medis 2. Menyelenggarakan
dan
mengkoordinasikan
kegiatan
pelayanan
pendaftaran/ admisi pasien rawat jalan dan rawat inap 3. Mengkoordinasikan pemantauan dan penilaian mutu pelayanan rekam medis 8. Kasubang Kepegawawian dan Diklat Kepala Sub Bagian Kepegawaian Dan Diklat adalah seorang yang diberi jabatan untuk mengkoordinir, melaksanakan tugas-tugas di bagian urusan
40
kepegawaian dan urusan diklat dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Adapun tugas dan fungsi : Melaksanakan tugas dibidang Pengelolaan Administrasi Kepegawaian meliputi kenaikan pangkat, gaji berkala, pengajuan pensiun, cuti pegawai, Daftar Urut
Kepangkatan,
kesejahteraan
pegawai
dan
mutasi
staf
pelaksana
dilingkungan RSD serta melaksanakan tugas dibidang pendidikan dan pelatihan meliputi penataran,kursus, bimbingan teknis dan sebagainya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9. Kabid Bina Pelayanan Medik dan Penunjang Sub Bidang Pelayanan Medik mempunyai tugas pokok: merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan medik. Dalam menyelenggarakan tugas Sub Bidang Pelayanan Medik berfungsi : 1. Penyusunan rencana operasional dan program kerja kegiatan pelayanan medik 2. Pengkoordinasian penyusunan prosedur tetap standar pelayanan medik 3. Pengkoordinasian kegiatan penjagaan mutu pelayanan medik 10. Kasi Bina Pelayanan Asuhan dan Profesi Medik Penunjang. Untuk melaksanakan tugas tersebut pada pasal 4, Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan
sebagian
kewenangan
Pemerintah
Daerah
dibidang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan serta melaksanakan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
41
2) Penyiapan bahan koordinasi perumusan kebijakn umum pemerintah daerah dibidang pelayanan kesehatan pada Rumah sakit Umum Daerah 11. Kasi Bina Pelayanan Logistik Medik dan Penunjang Adalah seorang tenaga Keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang
dalam pembinaan
Logistik Keperawatan. Dalam menjalankan
tugasnya Kasubsi Logistik Keperawatan terhadap hal – hal sebagai berikut : 1) Kebenaran dan ketepatan rencana Biaya Subsi Keperawatan 2) Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan peralatan keperawatan. 3) Kebenaran dan ketepatan dalam pendayagunaan peralatan Keperawatan. 4) Kebenaran dan ketepatan laporan berkala dan laporan Khusus tentang pendayagunaan / pemeliharaan peralatan Keperawatan 12. Kasi Bina Pelayanan dan Keperawatan Adalah seorang
Tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab
dalam Pembinaan Asuhan keperawatan. Dalam melaksanakan tugasnya Subsi Asuhan Perawatan bertanggung jawab kepada Kasubsi Asuhan Keperawatan 13. Kasi Bina Pelayanan Asuhan Profesi Keperawatan Menyusun rancangan kerja Kasi Mutu Asuhan Keperawatan.Berperan serta menyusun SOP pelayanan Keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan. Melaksanakan
pengawasan
,
pengendalian
terhadap
pemberian
asuhan
Keperawatan. Koordinasi dengan Karu / Ka. Instansi sesuai standar Asuhan Keperawatan. 14. Kabid Bina Program dan Pembendaharaan Kepala Seksi Perbendaharaan adalah seorang yang diberi jabatan untuk mengkoordinir, dan melaksanakan tugas-tugas urusan mobilisasi dana dan urusan
42
akutansi & verifikasi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Keuangan Dan Perencanaan
Penyusunan
Anggaran.
Tugas
Pokok
melaksanakan
dministratif,koordinatif dan merupakan unsur pelaksana dalam pengelolaan perbendaharaan, penatausahaan keuangan dan barang. 15. Kasi Bina Program dan Anggaran Kepala Seksi Perencanaan Dan Penyusunan Anggaran adalah seorang yang diberi jabatan untuk mengkoordinir, dan melaksanakan urusan perencanaan & program dan urusan evaluasi program & Anggaran bertanggung jawab kepada Kepala bidang Keuangan serta Perencanaan Penyusunan Anggaran 16. Kasi Bina Pembendaharaan dan Akuntansi Kepala Seksi Perbendaharaan adalah seorang yang mendapat jabatan untuk mengkoordinir, serta melaksanakan tugas-tugas urusan mobilisasi dana serta urusan akutansi & verifikasi bertanggung jawab pada bagian Kepala Bidang Keuangan Dan Perencanaan Penyusunan Anggaran.