1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan tersebut memiliki laju pertumbuhan cepat, mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang kurang baik dan mudah dibudidayakan, selain itu digemari oleh masyarakat luas karena memiliki cita rasa yang enak, gurih, teksturnya empuk, dan memiliki gizi yang cukup tinggi (Dewi et al., 2013). Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat. Kemudahan dari budidaya ikan lele yaitu dapat dilakukan pada lahan yang relatif sempit atau menggunakan terpal plastik. Pemeliharaan ikan lele dumbo tidak harus di perairan yang tergenang karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan sehingga dapat menghirup oksigen langsung dari udara. Ikan lele dumbo dapat ditebar dengan kepadatan tinggi, sehingga dapat meningkatkan produksi ikan (Estriyani,2013). Kendala yang sering dihadapi oleh para pembudidaya ikan adalah penyakit dan pakan. Salah satu penyebab penyakit utama pada lele dumbo adalah bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri Gram negatif yang sering menyerang dan menginfeksi ikan. Pada umumnya, bakteri A. hydrophila dapat menginfeksi secara luas pada hewan, termasuk mamalia, tetapi yang banyak diketahui dapat menyebabkan penyakit pada ikan air tawar yang dibudidayakan yaitu penyakit MAS (Motil Aeromonas Septicemia) (Mulia, 2012). 1 Pemberian Pakan Bervaksin..., Irma Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
2
MAS adalah penyakit ikan sistemik yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. Infeksi terjadi apabila inang mengalami immunosupressed karena stres atau terinfeksi patogen lainnya dan penurunan kualitas air. Bakteri tersebut menyerang semua jenis ikan air tawar pada semua fase kehidupan (Olga et al., 2007). Pencegahan wabah penyakit MAS harus dilakukan sedini mungkin supaya tidak meluas, agar tidak berdampak pada kerugian ekonomi masyarakat yang membudidayakan ikan air tawar. Di Asia Tenggara, pertama kali wabah penyakit MAS terjadi di Jawa Barat tahun 1980, menyebabkan kematian ikan air tawar sebanyak 82,2 ton dalam sebulan. Di Jawa Tengah tahun 1984, sebanyak 1,6 ton ikan lele mati (Angka, 2011 dalam Mulia, 2012). Di wilayah Banyumas, pada tahun 2003 tercatat 20.000 ekor lele dumbo terserang penyakit MAS. Tahun 2004 sebanyak 15.000 juga terserang penyakit tersebut (Dinas Peternakan dan Perikanan Wilayah Banyumas, 2005). Tahun 2009 setidaknya ada 60.000 (40%) ekor lele dumbo yang mati dari jumlah total 150.000 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Wilayah Banyumas, 2009). Kematian lele dumbo tersebut sebagian besar disebabkan oleh penyakit MAS (Mulia, 2012). Upaya penanggulangan penyakit MAS pada budidaya ikan, umumnya menggunakan obat-obatan dan antibiotik. Penggunaan obat-obatan dan antibiotik secara terus menerus dapat menyebabkan timbulnya patogen yang resisten (Suryantinah, 2005), selain itu dapat menyebabkan terjadinya penimbunan residu obat-obatan di dalam tubuh ikan dan menimbulkan pencemaran lingkungan yang dapat mempengaruhi organisme perairan.
Pemberian Pakan Bervaksin..., Irma Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
3
Usaha untuk mengatasi kondisi pencemaran lingkungan akibat residu antibiotik, salah satunya adalah penggunaan vaksin pada ikan (Suryantinah, 2005). Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien untuk mencegah penyakit MAS karena dengan vaksinasi dapat diperoleh kekekebalan yang cukup lama meskipun hanya dengan 1-2 kali pemberian vaksin. Pemberian vaksin dapat dilakukan pada berbagai ukuran ikan dari benih sampai induk (Mulia, 2012). Vaksinasi adalah salah satu cara pemberian antigen secara sengaja agar ikan dapat memproduksi antibodi terhadap suatu bibit penyakit atau patogen. Vaksin umumnya terdiri dari atas dua tipe yaitu vaksin hidup yang merupakan patogen hidup dan tidak mempunyai tingkat keganasan atau tingkat keganasannya rendah, dan vaksin mati yang merupakan patogen yang telah diinaktifkan. Cara vaksinasi dapat dilakukan melalui injeksi, pakan, rendaman, hiperosmotik, celupan, dan semprotan (Mulia, 2012). Vaksinasi tersebut yang biasa dilakukan adalah melalui pakan. Pakan merupakan komponen penting, bahkan merupakan salah satu kunci keberhasilan dari usaha budidaya. Keberhasilan usaha budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan ikan. Namun penyediaan pakan seringkali menjadi kendala disebabkan harganya yang tinggi karena biaya pembuatannya yang cukup tinggi (hampir 70% dari biaya produksi) (Ningrum, 2010). Hal tersebut perlu adanya upaya untuk mencari bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan sebagai sumber protein baik nabati maupun hewani seperti ampas tahu, bulu ayam dan ikan rucah.
Pemberian Pakan Bervaksin..., Irma Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
4
Pemanfaatan ampas tahu dan bulu ayam masih rendah, karena memiliki kecernaan yang rendah. Salah satu cara untuk meningkatkakan nilai nutrisi dari ampas tahu dan bulu ayam adalah menfermentasikannya menggunakan mikroorganisme yaitu Aspergillus niger
untuk fermentasi ampas tahu dan
Bacillus licheniformis untuk fermentasi bulu ayam. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mudah (2013) menyatakan bahwa fermentasi ampas tahu dapat meningkatkan protein kasar hingga 27,63%. Penggunaan bulu ayam yang difermentasi menggunakan Bacillus licheniformis telah dilaporkan oleh Mulia et al. (2013) mengemukakan bahwa fermentasi menggunakan Bacillus licheniformis B2560 dapat meningkatkan kualitas bahan baku pakan ikan, yaitu meningkatnya kadar protein tepung bulu ayam hingga 84,08%; fermentasi menggunakan Bacillus licheniformis B2560 juga memberikan pengaruh terhadap perubahan sifat organoleptik tepung bulu ayam yang meliputi perubahan warna, tekstur, dan bau (aroma). Oleh karena itu, untuk mengatasi harga pakan yang mahal serta mampu membuat pakan alternatif yang murah dan berkualitas salah satunya dengan memanfaatkan limbah berupa ampas tahu, bulu ayam, dan ikan rucah sebagai bahan baku pakan lele dumbo yang nantinya dicampurkan dengan vaksin menjadi pakan bervaksin. Penelitian pakan bervaksin dalam skala Laboratorium sudah pernah dilaporkan oleh Hayanti (2011) mengemukakan bahwa ada peningkatan antibodi pada ikan lele dumbo dengan perlakuan pakan bervaksin yaitu mencapai 1024. Penelitian pakan bervaksin baru dilakukan dalam skala Laboratorium oleh Hayanti (2011). Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan dalam skala lapang
Pemberian Pakan Bervaksin..., Irma Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
5
yaitu pemberian pakan bervaksin A. hydrophila terhadap pertumbuhan dan respons imun lele dumbo di daerah Banyumas.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pemberian pakan bervaksin A. hydrophila berpengaruh terhadap pertumbuhan dan respons imun lele dumbo di daerah Banyumas ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui keefektifan pemberian pakan bervaksin A. hydrophila terhadap pertumbuhan dan respons imun lele dumbo di daerah Banyumas.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya pembudidaya ikan air tawar dan peneliti antara lain : 1. mengurangi biaya produksi pakan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan; 2. dapat membantu menangani pemanfaatan bulu ayam, ikan rucah, dan ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan; 3. sebagai alternatif penyembuhan penyakit MAS pada ikan melalui pakan bervaksin.
Pemberian Pakan Bervaksin..., Irma Tri Susanti, FKIP UMP, 2015