BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respon-respon
terhadap dan fungsi-
fungsi dari budaya mereka. Dalam hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan-kebiasaan, tradisi serta kebudayaan. Kebudayaan sendiri merupakan hasil karya atau perilaku manusia dalam usahanya untuk mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan. Hal tersebut dilakukan manusia dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmani serta sumber-sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat sebagai hal yang diterima, dipegang teguh dan dijadikan sebagai pegangan hidup. Sebagaimana halnya kebudayaan, manusia pun tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini mempengaruhi terjadinya perubahan serta pergeseran dalam pola hidup masyarakat. Perubahan itu mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, perubahan sikap, tingkah laku, serta perubahan pada pola hidup masyarakat. Budaya menampakan diri
1
dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Edwar T. Hall (dalam Liliweri, 2004:21) mengatakan komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah komunikasi. Hal ini terjadi karena adanya jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok budaya yang terus meluas. Taylor (dalam Nyoman Kutha, 2010:153) pengertian yang paling luas menganggap kebudayaan sebagai semua hasil aktivitas manusia, baik konkret maupun abstrak, baik dengan tujuan negatif maupun positif serta mengemukakan tentang pengertian kebudayaan yakni merupakan keseluruhan kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam ritual adat terlihat bahwa antara komunikasi dan budaya merupakan dua konsep yang memiliki pertalian erat dan tidak dapat dipisahkan, karena budaya merupakan landasan komunikasi. Menurut Michael Beding dan Indah L. Beding (2002:34) perilaku komunikasi antara manusia dan para leluhur juga masih dijalani oleh masyarakat di Kabupaten Sumba Barat dalam upacara adat pasola yang merupakan kekhasan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Upacara adat pasola merupakan upacara yang mempunyai kaitan erat dengan kepercayaan marapu yang diyakini masyarakat
2
setempat sebagai jembatan atau perantara kepada Sang Ilahi. Keseimbangan merupakan konsepsi kepercayaan marapu yang mencakup tata hidup alam semesta. Karenanya perlu di jaga dan dipelihara agar tidak menimbulkan kegoncangan tata hidup. Keseimbangan ini dijaga atau dipulihkan lewat upacara-upacara korban. Dalam kepercayaan masyarakat Sumba Barat,
upacara adat
pasola
mempunyai makna atau nilai yang begitu luas bagi kehidupan masyarakatnya. Berdasarkan pengetahuan melalui buku-buku tentang pasola dan hasil diskusi dari sekelompok masyarakat marapu di Kupang, maka penulis menemukan ada dua nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola sendiri. Nilai yang pertama dalam kaitan dengan kebudayaan, pasola diyakini oleh masyarakat Sumba khususnya masyarakat Sumba Barat sebagai bentuk nilai religius. Dikatakan religius karena masyarakat mempunyai kepercayaan terhadap arwah para leluhur (marapu) yang turut campur tangan dalam kebutuhan hidup mereka. Keyakinan masyarakat bahwa ketika ada darah, baik itu darah manusia ataupun darah hewan yang tercucur dalam upacara adat pasola dipandang sebagai bentuk kesuburan. Kematian yang dialami seorang peserta pasola karena terkena tombakan lawan oleh masyarakat setempat dipandang sebagai upah dosa karena telah melakukan hal-hal buruk seperti mencuri, membunuh, berzinah dan bentuk pelanggaran lainnya. Nilai yang kedua dalam kaitan dengan kebudayaan, pasola merupakan bentuk nilai sosial masyarakat yang dilambangkan dengan nyanyian dan tarian. Nyanyian dipercaya oleh masyarakat sebagai bentuk pemujaan pada arwah leluhur yang menjaga, melindungi sekaligus untuk membangun hubungan dengan leluhurnya.
3
Hal ini berlaku juga dalam tarian yang digelar sebelum upacara pasola dimulai. Tarian menunjukan rasa kebersamaan. Gerakan yang kompak antar sesama sebagai bentuk pemersatu sehingga terjalin hubungan persaudaraan yang harmonis antara sesama masyarakat maupun dengan leluhurnya. Suatu hal yang khas dan menarik dibalik upacara ini adalah bahwa pasola selalu menjadi fokus perhatian masyarakat karena dipandang mempunyai kaitan yang erat dengan upacara sakral marapu. Hal ini yang membuat penulis mengambil fokus penelitian di daerah Wanokaka, dikarenakan perayaan tersebut masih terkesan keaslian budayanya. Berdasarkan dua nilai tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola. Tentunya dalam menjalani upacara adat pasola dari awal hingga sekarang menghadirkan berbagai persepsi diantara masyarakat Sumba Barat kecamatan Wanokaka desa Waihura. Persepsi menurut Rakhmat (2009:51) adalah pengalaman tentang objek, atau hubungan-hubungan
yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi
dan
menafsirkan pesan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam mempersepsi seperti pengalaman masa lalu, kebutuhan, suasana hati, motivasi dan sikap yang disebut dengan faktor fungsional atau personal. Setiap individu dapat memberikan persepsi yang berbeda sesuai dengan pengalaman mereka terhadap obyek. Hal ini dapat ditemui pada masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat tentang persepsi mereka terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola. Berdasarkan uraian
4
serta nilai-nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola sendiri maka penulis terdorong mengadakan penelitian dengan judul : “ Persepsi Masyarakat Desa Waihura Mengenai Upacara adat Pasola” (studi kasus komunikasi budaya mengenai upacara adat pasola kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat dalam tradisi budaya marapu) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah pokok penelitian sebagai berikut : “ Bagaimana Persepsi Masyarakat Waihura Mengenai Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Adat Pasola?” 1.2 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu persepsi masyarakat Desa Waihura, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat mengenai upacara adat Pasola. 1.3 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi akademik bagi ilmu komunikasi khususnya komunikasi budaya dalam melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat mengenai upacara adat pasola. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendapat dari Desiderato tentang persepsi, untuk mengetahui bagaimana masyarakat desa Waihura memandang upacara pasola sebagai bentuk upacara sakral marapu yang di dalamnya terkandung
5
nilai religius dan nilai sosial. Sehingga penulis memperoleh gambaran tentang upacara pasola dan persepsi masyarakat desa Waihura terhadap nilai-nilai dalam upacara adat pasola sendiri. 1.4.2 Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan: 1. Bagi masyarakat khususnya masyarakat desa Waihura, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam memberi tanggapan terhadap upacara adat pasola. 2. Bagi peneliti lain, bahan ini menjadi referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya mengenai upacara adat pasola serta dampak dari pasola terhadap masyarakat. 3. Bagi almamater, hasil penelitian ini dapat berguna dalam melengkapi kepustakaan ilmu komunikasi khususnya di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang kebudayaan. 1.4 Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis 1.4.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian ini adalah penalaran yang dikembangkan dalam memecahkan masalah penelitian ini. Pada dasarnya kerangka penelitian ini menggambarkan jalan pikiran, landasan rasional dan pelaksanaan penelitian tentang
6
persepsi masyarakat Waihura mengenai upacara adat pasola (studi kasus komunikasi budaya mengenai upacara pasola dalam tradisi budaya marapu) Upacara adat pasola merupakan sebuah ritual kebudayaan yang masih dijalankan pada masyarakat Sumba Barat. Oleh karena keyakinan masyarakat terhadap leluhur marapu yang selalu menjaga, melindungi dan memenuhi kebutuhan hidup mereka, maka upacara ini selalu dirayakan secara turun temurun sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap leluhurnya. Dalam upacara adat pasola, terkandung nilai atau makna yang diyakini masyarakat sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hidup. Nilai yang pertama pasola dipandang sebagai bentuk dari nilai religius yang dilambangkan dengan darah dan kematian. Nilai yang kedua pasola sebagai bentuk nilai sosial yang dilambangkan dengan nyanyian dan tarian. Selama menjalani upacara adat pasola ini tentunya menghadirkan berbagai persepsi diantara masing-masing masyarakat. Berdasarkan dua nilai yang terkandung dalam upacara adat pasola tersebut, penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana masyarakat Sumba Barat khususnya masyarakat
desa
Waihura
mempersepsi
upacara adat
pasola,
berdasarkan
pengalaman, kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya yang dapat mempengaruhi mereka untuk berpersepsi. Sesuai dengan pemahaman konseptual yang telah diuraiakan diatas, maka alur
kerangka
pemikiran
7
sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Skema Kerangka Penelitian
Persepsi Masyarakat Waihura
Upacara Adat Pasola
1. Nilai Religius Darah Kematian 2. Nilai Sosial Nyanyian Tarian
1.4.2 Asumsi Asumsi yang dipegang oleh penulis sebelum melakukan penelitian adalah pentingnya upacara adat pasola bagi masyarakat desa Waihura, kecamatan Wanokaka, kabupaten Sumba Barat sebagai bentuk kepercayaan masyarakat terhadap leluhur marapu. Pasola merupakan upacara adat yang mempunyai makna bagi masyarakat adat di desa Waihura. Oleh karenanya, sudah merupakan kewajiban bagi masyarakat desa Waihura untuk melaksanakan upacara pasola setiap tahun. Setiap bentuk upacara adat diyakini mampu menghadirkan manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat karena kepercayaan mereka tentang keharusan berhubungan baik dengan leluhur. 1.4.3 Hipotesis Hipotesis merupakan pendapat atau kesimpulan sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dengan kata lain suatu pendapat yang digunakan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya dari suatu hal yang belum terbukti kebenarannya (Darus, 2009:34) Berdasar pada konsep bahwa setiap ritual adat memiliki makna yang sangat berarti bagi masyarakat adat dan penelitian awal maka peneliti berhipotesis bahwa
8
upacara adat pasola bukan hanya sekedar tontonan yang nampak pada mata atau indera penglihatan belaka, tetapi pasola mempunyai penghayatan dan pemaknaan baik itu dari segi nilai religius dan nilai sosia
9