BAB I PENDAHULUAN Biogas atau Gas-bio Biogas atau sering disebut gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia atau sampah direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Biogas ini sebenarnya dapat pula terjadi pada kondisi alami. Namun untuk mempercepat dan menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya gas tersebut. Jika kotoran ternak yang telah dicampur air atau isian dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka terjadi proses pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerob dan proses anaerob. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya berupa karbon dioksida. Proses ini berkahir setelah oksigen di dalam alat ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut dengan tahap kedua (proses anaerob). Pada proses yang kedua inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas, alat ini harus tertutup rapat, tidak berhubungan dengan udara luar sehingga tercipta kondisi hampa udara. Walaupun proses kimia terbentuknya gas ini cukup rumit, tetapi cara menghasilkannya tidak sesulit proses pembentukannya. Dengan teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat pedesaan, gas ini dapat dihasilkan dengan baik. Dengan demikian, teknologi sederhana ini sangat tepat jika dikembagkan di pedesaan karena selain teknologinya mudah, bahan bakunya pun cukup tersedia. Unsur biogas terdiri dari gas metana (CH4) 50-70%, gas karbon dioksida (CO2) 30-40%, hydrogen (H2) 5-10% dan gas lainnya dalam jumlah sedikit. Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan dengan udara dan mempunyai suhu pembakaran antara 650-750 derajat Celsius. Nilai panas pembakaran antara 4800-6700 kkal/m3. Nilai ini sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang mencapai 8900 kkal/m3.
1
Pupuk Kompos Akar tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah dengan bantuan energi sinar matahari. Unsur hara dari dalam tanah bersamasama dengan hasil fotosintesis akan diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk daun, batang, akar, buah, umbi, maupun bulir-bulir biji. Biji-bijian, buah-buahan, atau umbi selanjutnya akan dipanen dan dibawa ke tempat lain. Tidak jarang seresah tanaman sisa panen juga ikut terangkut dari sawah atau dibakar. Proses ini telah berlangsung lama, bahan organik tanah terus mengalami penguraian, sehingga semakin menipis dan unsur hara tanah semakin habis. Selama ini kekurangan unsur hara lebih banyak diimbangi dengan menambahkan pupuk kimia. Kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di Pulau Jawa menurun hingga kurang lebih tinggal 1%. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Hal ini dapat mengakibatkan kesuburan tanah menurun secara drastis. Kekurangan bahan organik dapat menimbulkan banyak masalah, antara lain : kemampuan menahan air rendah, efisiensi penyerapan pupuk rendah, dan struktur tanah yang kurang baik, akibatnya produktivitas tanah cenderung turun, sementara kebutuhan pupuk terus meningkat. Salah satu solusi penting untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menambahkan bahan organik yang cukup ke dalam tanah, hingga lebih dari 2%. Kompos adalah jenis bahan organik yang dapat digunakan untuk menambah dan memperbaiki kesuburan tanah. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Sampai saat ini pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk belum dilakukan petani secara optimal, kecuali di daerah-daerah sentra produksi sayuran. Sedangkan di daerah-daerah yang banyak ternak dan bukan sentra produksi sayuran, kotoran ternak banyak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk non organik seharusnya dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos.
2
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos adalah kotoran ternak (sapi) yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos seperti serbuk gergaji, sekam, jerami padi, abu atau kalsit/kapur. Umumnya dipilih kotoran ternak (sapi) karena selain tersedia banyak di petani juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium dan merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos.
3
BAB II BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK Usaha peternakan selain menghasilkan produk-produk peternakan yang dikonsumsi oleh masyarakat juga menghasilkan limbah peternakan. Limbah peternakan yang paling banyak berupa kotoran dan air kencing. Limbah ini bisa menimbulkan masalah berupa pencemaran lingkungan terutama bau yang tidak sedap, mengganggu pemandangan dan bisa menjadi sumber penyakit. Misalnya seekor sapi dengan berat badan 300 kg, maka kotoran yang dihasilkan setiap hari bisa mencapai 25 kg. Jika dalam satu kelompok ternak sapi terdapat 100 ekor, maka 2,5 ton kotoran sapi yang dihasilkan setiap hari. Hal ini bisa menimbulkan masalah lingkungan terutama dengan masyarakat sekitar lokasi peternakan. Pemanfaatan kotoran ternak selama ini telah dilakukan oleh petani antara lain untuk memupuk lahan pertanian meskipun dengan teknologi sederhana. Teknologi untuk mengolah kotoran ternak menjadi bermanfaat untuk kesejahteraan petani telah banyak dikembangkan dan hasilnya perlu disosialisasikan ke petani. Dari pengolahan kotoran ternak ini dengan teknologi yang telah dikembangkan akan dihasilkan biogas, pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Untuk mengolah kotoran ternak menjadi produk-produk yang bermanfaat diperlukan instalasi biogas atau reaktor biogas (digester). Usaha peternakan terutama dalam skala besar harus mempunyai system pengolahan limbah yang baik salah satunya reactor biogas yang ukuran dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Lokasi pembuatan reactor biogas perlu ditentukan dengan menyesuaian lokasi peternakan dan pemanfaatannya.
2.1. Sumber Biogas Biogas dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku limbah pertanian antara lain kotoran ternak, jerami padi, enceng gondok, limbah industri tahu, bungkil jarak pagar, limbah kelapa sawit dan sampah organik Kotoran ternak merupakan bahan baku sumber biogas yang tersedia dalam jumlah banyak dan pemanfaatannya belum optimal. 4
Hampir semua jenis kotoran ternak dapat dijadikan bahan baku menghasilkan biogas, hanya faktor jumlah dan ketersediaan secara terus-menerus yang dapat dimanfaatkan.Hasil kotoran dari seekor ternak dewasa perhari dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Kotoran dari Seekor Ternak Dewasa (kg/hari). No
Jenis ternak
Kotoran padat
1.
Sapi
15-25
2.
Kuda
16,10
3.
Babi
2-7
4.
Domba
1-2
5.
Ayam
0,05-0,1
Bahan baku pembuatan biogas pada umumnya hanya satu macam namun secara teknis, beberapa bahan baku dapat digunakan sebagai penghasil biogas dengan cara mencampurnya dengan perbandingan tertentu. Akan tetapi persyaratan untuk menghasilkan biogas harus dipenuhi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pangisian digester apabila bahan-bahan yang tersedia dalam jumlah terbatas dan terdapat bahan alternatif yang lain.
2.2. Reaktor Biogas Reaktor biogas adalah konstruksi bangunan atau alat yang digunakan untuk mengolah berbagai bahan baku untuk dijadikan biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada dua jenis rekator biogas(digester) yaitu batch feeding dan continues feeding. Batch feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organik (campuran bahan organik dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan. Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau produksinya rendah, maka isian digesternya dibongkar lalu diisi kembali dengan bahan organik yang baru. Continues feeding adalah jenis digester yang pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu. Pada pengisiana awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas diproduksi. Setelah biogas diproduksi pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari dengan jumlah tertentu. Setiap pengisian bahan organik yang baru akan diikuti 5
dengan pengeluaran bahan sisa (sludge). Oleh karena itu digester ini didesain dengan membuat lubang pengisian dan lubang pengeluaran.
Gambar reaktor bio gas
Secara umum, konstruksi reaktor biogas (digester) tersebut memiliki 3 bagian penting yaitu (1) unit pencampur yang berfungsi untuk menampung campuran bahan baku yang akan dimasukkan ke dalam digester, (2) bagian utama digeser yang merupakan tempat berlangsungnya proses fermentasi secara anaerob untuk menghasilkan biogas, (3) bagian pengeluaran campuran padatan dan air proses yang langsung dapat digunakan sebagai pupuk organik. Reaktor skala individu dibuat dari drum baja dengan kapasitas tampung 150 liter dengan retention time (waktu tinggal) antara 18-20 hari. Sedangkan reaktor skala kelompok yang dibuat dengan konstruksi beton berlapis bahan kedap air memiliki volume 18m3. Waktu tinggal biomassa dalam reactor 40-50 hari. Padatan akan menghambat aliran gas yang terbentuk di bagian bawah digester saat menuju penampungan gas. Biogas yang dihasilkan ditampung dalam beberapa buah bekas ban dalam mobil atau truk. Reaktor telah banyak dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia dengan memanfaatkan bahan yang tersedia dan disesuaikan dengan potensi yang ada. Jenis reaktor yang dikembangkan antara lain : • Tipe kubah yang dibuat dari batu bata merah atau batu kali. • Tipe silinder yang terbuat dari tong atau drum baja. 6
• •
Tipe plastik tebal yang terbuat dari plastik. Tipe fiberglass yang terbuat dari fiberglass.
Reaktor tipe kubah dibuat pertama kali di Cina tahun 1930-an dan sejak itu berkembang menjadi berbagai model. Reaktor ini dibuat dengan menggali tanah yang kemudian dipasang bahan-bahan bangunan untuk membentuk reactor sesuai dengan model yang diinginkan. Ukuran bangunan disesuaikan dengan kotoran ternak yang dihasilkan pada usaha peternakan yang dikelola. Pada reactor ini bagian pertama yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentuk gas metana. Bagian ini dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu kali, batu bata merah atau beton. Struktur bangunan harus kuat untuk menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian kedua disebut kubah tetap karena bentuknya seperti kubah yang merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak. Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan dalam kubah. Keuntungan dari reactor ini adalah biaya kontruksi murah karena bahan baku mudah didapat dan murah harganya. Kerugian dari reactor ini adalah apabila terjadi gempa bumi bisa terjadi keretakan sehingga menimbulkan kebocoran dan jika sudah bocor, maka sulit untuk memperbaiki. Pembuatan yang tidak sempurna bisa meninbulkan pori-pori yang bisa mengkibatkan kebocoran. Tipe silinder yang terbuat dari tong atau drum baja terkenal dengan nama reactor terapung dan pertama kali dikembangkan di India pada tahun 1937 sehingga dinamakan juga reactor India. Reaktor ini memiliki digester yang sama dengan reactor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas menggunkan peralatan bergerak dari drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gashasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan. Keuntungan dari reactor ini adalah dapat dilihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Kerugian reactor ini adalah biaya material dari konstruksi drum lebih mahal. Korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reactor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan dengan tipe kubah. Kontruksi bangunan reactor ini berada di atas 7
permukaan tanah. Ukuran kontruksi disesuaikan dengan bahan untuk membuat reaktor yang tersedia dan kotoran ternak yang dihasilkan peternakan. Reaktor tipe silinder yang sederhana bisa dibuat dari drum bekas aspal dengan kapasitas 150 liter. Reaktor tipe plastik tebal yang terbuat dari plastik dengan bentuk balon sehingga dinamakan juga reactor balon yang banyak digunakan untuk skala rumah tangga. Reaktor ini menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester sekaligus penyimpan gas yang masing-masing bercampur menjadi satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak di bagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang mengisi pada rongga atas. Kelemahan reactor ini adalah mudah bocor terutama jika terkena benda-benda tajam dan kelebihannya haarganya lebih murah. Reaktor tipe fiberglass yang terbuat dari fiberglass juga banyak digunakan untuk skala rumah tangga dan skala industri. Reaktor ini menggunakan bahan fiberglass sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini memiliki satu bagian yang befungsi sebagai digester sekaligus penyimpanan gas yang masing-masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Reaktor ini efisien karena kedap, ringan dan kuat. Jika terjadi kebocoran mudah dipebaiki atau dibentuk kembali seperti semula. Karena ringan, maka dengan mudah dapat dipindahkan ke tempat yang diinginkan peternak.
2.3. Hal-hal yang mempengaruhi Produksi Biogas 1. Rasio C/N dalam kotoran ternak sangat menentukan kehidupan dan aktifitas midroorganisme untuk membentuk gas. Rasio C/N yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 25-30. Misalkan kotoran dan urine sapi perah mempunyai rasio C/N sebesar 18, maka perlu penambahan bahan baku dari jenis lain yang mempunayai rasio C/N lebih besar seperti limbah pertanian yang mempunyai rasio C/N lebih dari 30. 2. Suhu merupakan faktor penting sebagai satu syarat aktifnya bakteri penghasil biogas. Suhu yang paling baik untuk berlangsungnya proses pembentukan biogas adalah 25-35 derajat C, dimana bakteri metanogen akan tumbuh optimal pada 8
3.
4.
5.
6.
7.
kisaran suhu mesofilik. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi kurang baik. Suhu di bawah 15 derajat C kecil kemungkinan akan terbentuk biogas dan suhu di bawah 10 derajat C produksi biogas akan terhenti. Untuk mengantisipasi perubahan suhu, maka sebaiknya instalasi biogas ditempatkan dalam tanah. Derajat keasaman (pH) juga sangat berpengaruh pada kehidupan organisme. PH dengan kisaran 6-7 pada campuran bahan baku yang dimasukkan ke dalam reaktor biogas akan menghasilkan produksi biogas optimal. Pada tahap awal fermentasi bahan organik akan terbentuk asam (asam organik) yang akan menurunkan pH, maka untuk mencegah penurunan pH ini dapat dilakukan dengan menambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau kapur (CaCO3). Laju pengumpanan campuran bahan baku ke dalam reaktor biogas yang berlebihan akan mengakibatkan akumulasi asam dan produksi gas metana akan terganggu, dan sebaliknya jika pengumpanan rendah akan mengakibatkan produksi gas menjadi rendah. Reaktor biogas dijaga agar tidak terjadi kebocoran gas. Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob sehingga instalasi biogas harus kedap udara (keadaan anaerob). Kadar air, kandungan total padatan dan ukuran kotoran ternak perlu diperhatikan sehingga produksi biogas bisa optimal. Pengenceran biasa dilakukan dengan perbandingan 1 : (1-2) tergantung kondisi kotoran ternak. Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang telah dijual komersial. Bisa juga menggunakan Lumpur aktif organik atau cairan isi rumen.
2.4. Proses Produksi Biogas Teknologi produksi biogas diawali dengan mengencerkan kotoran ternak. Kotoran ternak dicampur air dengan perbandingan 1 : 1, namun apabila kotoran ternak sudah mongering, maka jumlah air yang harus ditambahkan lebih banyak sampai batas kekentalan yang diinginkan (biasanya 1 : 2). 9
Reaktor dengan kapasitas kecil, bahan baku biogas dan air dapat dicampur secara manual dalam ember plastik. Sedangkan untuk kapasitas besar, proses pencampuran dilakukan dengan alat pencampur. Alat pencampur dengan kapasitas maksimum 0,15 m3 per proses, maka lama pencampuran 5-15 menit tergantung karakteristik limbah yang digunakan. Kotoran yang sudah dicampur air dimasukkan kedalam reactor biogas sampai menutup saluran pemasukan dan pengeluaran. Kemudian dibiarkan sampai gas yang dihasilkan stabil. Waktu untuk membentuk gas yang stabil 14-25 hari. Setelah itu pengisian dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali tergantung pada kondisi lingkungan dan jenis bahan bakunya. Untuk meningkatkan proses fermentasi bakteri anaerob pada pengisiaan pertama perlu menambahkan starter (berupa starter komersial yang banyak dijual di pasar) sebanyak 1 liter dan isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5-5,0 m3. Gas yang dihasilkan pertama kali perlu dibuang karena didominasi CO2 kurang lebih pada hari ke-8. Pada hari selanjutnya akan terbentuk gas CH4 semakin meningkat dan CO2 semakin menurun dan pada saat komposisi CH4 54% dan CO2 27%, maka biogas akan menyala. Biogas langsung dapat dihubungkan dengan kompor gas atau generator listrik. Secara sederhana biogas yang dihasilkan bisa ditampung dalam beberapa buah bekas ban dalam mobil atau truk, selanjutnya biogas dapat langsung dialirkan ke dalam kompor untuk digunakan sebagai sumber panas pembakaran. Setiap 1 reaktor drum skala individu dengan bahan baku 1-2 kg kotoran ternak mampu menghasilkan 0,48 m3 biogas setiap hari. Dilihat dari nilai kalor pembakarannya, 1m3 biogas setara dengan kalor pembakaran minyak tanah sebanyak 0,50-0,60 liter. Satu drum biogas dapat mensubstitusi setengah dari kebutuhan minyak tanah 0,75 liter per hari. Untuk dapat mengganti minyak tanah secara penuh , idealnya mempunyai 2 drum reactor dengan jumlah kambing 5 ekor atau 1 ekor sapi. Potensi produksi biogas beberapa jeis kotoran ternak dapat dilihat pada tabel 2.
10
Tabel 2. Potensi Produksi Biogas beberapa Jenis Kotoran Ternak. Jenis kotoran Sapi dan kerbau Babi Ayam
Produksi gas (m3/kg) 0,023 – 0,040 0,040 – 0,059 0,065 - 0,116
2.5. Pemanfaatan Biogas Biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas menggantikan peran gas LPG. Caranya dengan memodifikasi kompor gas sehingga bisa disambungkan dengan instalasi biogas yang tersedia. Kran dipasang untuk membuka dan menutup aliran gas ke kompor. Kran dibuka perlahan sehingga gas mengalir ke kompor lalu nyalakan penyulut api dan dekatkan dengan kompor sehingga kompor menyala kemudian atur api sesuai dengan yang diinginkan. Jika telah selesai memasak kompor dimatikan dan pastikan kran gas tertutup sehingga aman. Untuk menghidupkan mesin generator, maka pastikan persediaan gas cukup untuk waktu dan kapasitas listrik yang digunakan. Pastikan saluran gas yang menuju generator sudah terpasang dengan baik. Kemudian kran gas dibuka sehingga gas mengalir ke generator. Mesin generator dihidupkan dengan menarik tali starter. Setelah mesin generator hidup stabil dan normal tunggu beberapa menit sampai lampu indicator menyala , kemudian masukkan kabel ke colokan untuk mendapatkan aliran listrik. Setelah selesai matikan generator dengan cara menutup kran gas yang menuju generator. Mesin generator hanya dapat digunakan 5 jam, setelah mesin dingin geneator dapat didihupkan lagi.
2.6. Membuat Alat Penghasil Biogas Sederhana Bahan yang Diperlukan adalah: a. 4 buah drum bekas, tiga ukuran 200 liter dan satu buah ukuran 120 liter. b. Pipa besi dengan garis tengah 1 – 1,5 cm yang dilengkapi dengan kran untuk saluran gas. 11
c. Pipa besi dengan garus tengah 5 cm untuk saluran isian dan buangan. d. Seng tebal atau plat besi setebal 1 -2 mm untuk membuat corong pemasukan isian, dapat pula digunakan corong yang telah jadi. e. Slang karet atau slang plastik untuk mengalihkan gas.
Cara Pembuatan Cara pembuatan alat penghasil biogas dapat dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu pembuatan tabung penampungan isian (tabung pencerna) dan pembuatan tabung pengumpul gas. Untuk proses pengerjaannya diperlukan alat-alat yaitu martil pahat baja, alat pengelas dan lain-lain.
a. Pembuatan Tabung Pencerna Tabung ini dibuat dari dua buah drum besar (tabung 200 liter) yang dirangkai dengan cara dilas. Setelah tabung dirangkaikan, dilengkapi dengan pipa pemasukan isian dan pipa pengeluaran buangan. Tahap-tahap pembuatanya secara lengkap sebagai berikut: • Drum pertama dibuka salah satu tutupnya (bagian yang ada lubang bekas pemasukan minyak). • Drum kedua dipotong separo salah satunya (bagian yang ada lubang bekas pemasukan minyak) • Drum yang akan digunakan perlu dibersihkan dahulu dari kotoran-kotoran yang menempel. • Lakukan uji kebocoran dengan cara memasukkan air dan diamati seluruh bagian drum. Kebocoran ditandai dengan keluarnya air dari bagian tersebut. • Jika ada kebocoran perlu dilakukan penambalan dengan cara dilas. • Buatlah lubang dengan diameter 5 cm tepat disisi tutup yang masih utuh kedua drum tersebut. • Buatlah lubang berdiameter 1 – 1,5 cm di posisi atas drum yang tutupnya terbuka (berlawanan dengan posisi lubang berdiameter 5 cm). • Kedua drum disambungkan satu sama lain dengan cara dilas. Untuk mempekuat sambungan, sebaiknya digunakan baut dan 12
•
•
•
mur. Sebelum disambung, perlu diperhatikan agar kedua lubang yang telah dibuat tepat pada posisi dasar. Sambungkan pipa pemasukan isian (60 cm) yang telah dilengkapi corong pada salah satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat, kemudian dilas. Untuk memperkuat kedudukannya, perlu ditopang dengan plat baja. Sambungkan pula pipa pengeluaran buangan (60 cm) pada salah satu lubang dengan membentuk sudut 30 derajat, kemudian dilas Untuk memperkuat kedudukannya, perlu ditopang dengan plat baja. Sedangkan pipa pengeluaran gas dengan cara dilas pada lubang berdiameter 1 – 1,5 cm. Dengan demikian, pembuatan tabung pencerna telah selesai.
b. Pembuatan Tabung Pengumpul Gas Tabung pengumpul gas yang akan dibuat ini terpisah dari tabung pencerna. Model ini merupakan penembangan dari model sederhana yang tabung pengumpul gasnya masih bersatu dengan tabung pencerna. Tabung ini terbuat dari dua buah drum yaitu satu buah drum berukuran 200 liter dan satu buah drum berukuran 120 liter. Cara pembuatan tabung ini lebih mudah dari pembuatan tabung pencerna. Proses pembuatannya secara lengkap sebagai berikut : • Drum besar (200 liter) dibuka salah satunya tutupnya (bagian yang ada lubang bekas pemasukan minyak). Demikian pula, drum kecil (120 liter) dibuka salah satu tutupnya (baguan yang ada lubang bekas pemasukan minyak). • Drum yang akan digunakan perlu dibersihkan dahulu dari kotoran yang menempel. • Lakukan uji kebocoran dengan cara memasukkan air dan diamati seluruh bagian drum. Kebocoran ditandai dengan keluarnya air dari bagian tersebut. • Jika ada kebocoran perlu dilakukan penambalan dengan cara dilas. • Buat dya kubang berdiameter 1 – 1,5 cm pada tutup drum kecil. • Sambungkan pada kedua lubang tersebut dua pipa berdiameter 1 – 1,5 dengan cara dilas. Salah satu pipa untuk pemasukan gas 13
dari tabung pemasukan gas dari tabung pencerna dan satu lagi yang telah dilengkapi dengan kran untuk penegluaran gas. Dengan demikian pembuatan tabung pengumpul gas telah selesai.
c. Cara Menggunakan Alat Penghasil Biogas Cara mengoperasikan alat ini cukup mudah. Setelah semua perlengkapannya siap digunakan, yang perlu dilakukan yaitu : pembuatan isian dari kotoran ternak. Kebutuhan awal isian untuk alat ini sekitar 380 liter. Isian sebanyak itu terdiri dari 8 ember kotoran sapi atau kerbau yang dicampur dengan sekitar 11 ember air. Ember yang digunakan berukuran 22 liter. Selanjutnya, isian yang telah dibuat dimasukkan ke dalam tabung pencerna. Adapun drum besar tabung pengumpul gas diisi dengan air, kemudian drum kecilnya (penutup) dimasukkan ke dalam drum besar. Cara penggunaan secara lengkap sebagai berikut : • Buat isian dengan mencampurkan kotoran ternak segar dengan air, perbandingannya 1 : 1,5 . Aduklah kotoran sampai merata sambil membuang benda-benda keras yang mungkin ikut tercampur. • Masukkan isiann yang telah siap kedalam tabung pencerna melalui pipa pemasukan isian. Pemasukan isian dihentikan setelah tabung pencerna penuh yang ditandai dengan keluarnya buangan dari pipa buangan. • Buka kran pengeluaran gas yang dihubungkan denganpipa pemasukan gas tabung pengumpul dengan selang karet atau plastik yang telah disiapkan. • Masukan air kedalam drum besar tabung pengumpul gas sampai ketinggian sekitar 60 cm. • Masukkan pula drum kecil ke dalam drum besar yang telah diisi air dan biarkan drum tersebut tenggelam sebagian badannya. • Tutup kran pengeluaran gas tabung pengumpul. Setelah 3 – 4 minggu, biasanya gas pertama mulai terbentuk yang ditandai dengan terangkatnya drum kecil tabung pengumpul gas. Gas pertama ini masih bercampur dengan udara sehingga belum dapat 14
digunakan karena mudah meledak. Gas pertama ini perlu dibuang dengan membuka kran pengeluaran gas tabung pengumpul. Setelah gas pertama terbuang habis yang ditandai dengan turunnya permukaan drum kecil pengumpul gas ke posisi semula, kran pengeluaran gas ditutup kembali. Gas yang terbentuk kemudian sudah dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Pengisian isian selanjutnya dapat dilakukan setiap hari. Kebutuhan isian perhari sekitar 1 ember berukuran 22 liter.
15
BAB III LIMBAH TERNAK SEBAGAI PUPUK KOMPOS 3.1. Pengertian Kompos Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik. Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk ) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran ternak, dan air kencing. Pupuk kompos merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintetis. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N,P,K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk kompos mencegah terjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah dan retakan tanah, mempertahankan kelengasan tanah. Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik. Dengan demikian, kita tak perlu menunggu puluhan tahun jika sewaktu-waktu kompos tersebut diperlukan. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: - Menyediakan unasur hara mikro bagi tanaman - Menggemburkan tanah - Memperbaiki struktur dan tekstur tanah - Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah - Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air 16
-
Memudahkan pertumbuhan akar tanaman Menyimpan air tanah lebih lama Mencegah lapisan kering pada tanah Mencegah beberapa penyakit akar Menghemat penggunaan pupuk kimia dan atau pupuk buatan Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena harganya lebih murah, berkualitas dan akrab lingkungan.
3.2. Karateristik Umum Pupuk Kompos •
•
•
Kandungann hara rendah. Kandungan hara pupuk kompos pada umumnya rendah tetapi bervariasi tergantung pada jenis bahan dasarnya. Kandungan hara yang rendah berarti biaya untuk setiap unit unsur hara yang digunakan nisbi lebih mahal. Ketersediaan unsur hara lambat. Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikroorganisme tanah untuk dirubah dari bentuk ikatan kompeks organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap oleh tanaman. Menyediakan hara dalam jumlah terbatas. Penyediaan hara yang berasal dari pupuk kompos biasanya terbatas dan tidak cukup dalam menyediakan hara yang diperlulkan tanaman.
3.3. Pengaruh Pupuk Kompos Secara garis besar, keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk kompos adalah sebagai berikut: • Mempengaruhi sifat fisik tanah. Warna tanah dari cerah akan berubah menjadi kelam. Hal ini berpengaruh baik pada sifat fisik tanah. Bahan organik membuat tanah menjadi gembur dan lepaslepas, sehingga aerasi menjadi lebih baik serta lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah yang bertekstur berpasir, bahan kompos akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan menngkatkan kapasitas mengikat air. Sifat fisik bahan organik yang baik sangat ideal apabila dicampur terlebih dahulu dengan pupuk kimia sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk. 17
•
•
•
Mempengaruhi sifat kimia tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan hara meningkat dengan penggunaan bahan organik. Asam yang dikandung kompos akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Mempengaruhi sifat biologi tanah. Bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tanah yang kaya bahan organik akan mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikro flora dan mikro fauna tanah lainnya. Mempengaruhi kondisi sosial. Daur ulang limbah ternak akan mengurangi pencemaran dan meningkatkan pnyediaan pupuk kompos. Meningkatkan lapangan pekerjaan melalui daur ulang yang menghasilkan pupuk kompos sehingga akan meningkatkan pendapatan. Pupuk kompos berasal dari kotoran ternak dan tanaman seperti kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik, dedaunan, jeram padi, kulit kopi, sekam padi, dan lain-lain. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi atau ayam merupakan pupuk kompos yang umum digunakan dalam pemupukan tanaman, tetapi hanya mampu memberikan unsur dalam jumlah terbatas. Pupuk organik memacu dan meningkatkan mikroba di dalam tanah jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk kompos harus digunakan sebagai pupuk tambahan yang dikombinasikan dengan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kompos memperbaiki sifat fisik tanah terutama meningkatkan kesarangan tanah.
3.4. Kotoran Ternak sebagai Sumber Pupuk Tanaman Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang berharga. Kandungan unsur hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfos (P) dan kalium (K). Ketiga unsur inilah yang paing banyak dibutuhkan oleh tanaman. Ketiga jenis unsur hara ini sangat penting diberikan karena masingmasing memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. 18
Unsur nitrogen (N) terutaa berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang dan daun. Pembentukan hijau daun juga berkaitan erat dengan unsur nitrogen. Selain itu, unsur ini cukup berpengaruh dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Unsur fosfor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Beberapa jenis protein tertentu memerlukan ansur fosfor sebagai bahan mentahnya. Fosfor juga berfungsi untuk membantu asimilasi dan pernafasan, sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Satu lagi unsur yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah cukup banyak yaitu unsur kalium (K). Kegunaan utamanya adalah untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Pemberian unsur ini akan memperkuat tanaman sehingga dau, bunga dan buah tidak mudah gugur. Seali itu, kalium juga membuat tanaman tahan terhadap kekeringan dan penyakit. 3.5. Kelemahan Penggunaan Pupuk Kompos Penggunaan pupuk kompos juga mempunyai kelemaan yaitu (i) diperlukan dalam jmlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman, (ii) bersifat ruah, baik dalam pengangkutan dan penggunaannya di lapangannya di lapangan, dan (iii) kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum cukup matang. 3.6. Mengumpulkan Kotoran Ternak untuk Pembuatan
Kompos Cara pengumpulan kotoran ternak berkaitan erat dengan sistem perkandangan. Cara ini berbeda untuk masing-masing jenis ternak karena sistem perkandangannya berbeda. Kandang sapi berbeda dengan kandang kambing, apalagi bila dibandingkan dengan kandang ayam. Pada Prinsipnya, kandang yang baik memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik. Kandang yang seperti ini paling tidak memiliki dua keuntungan. Pertama, kandang tersebut akan terjaga kebersihannya, baik dari kotoran maupun limbah lainnya. Kedua, kotorannya dapat 19
dikumpulkan dengan midah sehingga akan memudahkan proses selanjutnya. Berdasarkan kemiripan kandangnya dan untuk memudahkan penanganan selanjutnya, ternak dapat kita golongkan mernjadi empat yaitu : golongan ternak besar, sedang, kecil dan unggas. a. Ternak Besar Ternak besar merupakan penghasil kotoran terbesar dibandingkan golongan ternak lainnya. Pada sistem perkandangan yang baik, cara mengumpulkan kotoran ternak ini cukup mudah. Pada kandang sapi harus dilengkapi dengan saluran pembuangan kotoran berupa selokan kecil atau lantai dibuat agak miring sehingga kotorannya mudah untuk pengumpulannya dan kandang cepat kering. Pengambilan kotoran ternak sapi sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Cara pengambilan kotorannya biasanya dilakukan dengan sekop dan dikumpulkan ditempat penampungan kotoran yang sudah disiapkan. b. Ternak Sedang Sistem perkadangan kambing dan domba ada dua macam. Ada yang menggunakan sistem kandang panggung dan ada pula yang menggunakan sistem kandang tidak panggung. Adapun kandang tidak panggung, lantainya langsung ditanah dengan ditembok atau bahkan langsung beralaskan tanah. Pada kandang lantai tanah, kotoran biasanya bercampur dengan sisa-sisa pakan dan air kencing. Cara pengambilan kotoran pada kandang seperti ini degan menyerok atau menyekop langsung dari lantainya. Sedankan kotoran ternak pada kandang panggung lebih mudah dilakukan. Kotoran telah terkumpul dibawah kandang sehingga pengambilan kotoran tidak mengganggu ternaknya sendiri.
c. Ternak Unggas Sistem perkandangan unggas dalam hal ini dapat diwakili oleh sistem perkandangan ayam. Pada sistem perkandangan ayam dikenal dua jenis kandang, yaitu : kandang liter dan kandang baterai. Pengambilan kotoran ternak pada kandang liter panggung 20
biasanya dilakukan bersamaan dengan saat membersihkan kandang. Pada kandang liter pangggung ini. Kotoran terdapat di dua tempat yaitu dibawah kandang dan dilantai kandang. Biasanya pada kandang liter tidak panggung, lantai dilapisi dengan dedak kasar padi atau serbuk gergaji. Hal ini dimaksudkan untuk menyerap air sehingga lantai tidak becek atau kotor. Dengan demikian, kotoranna berserakan dilantai dan telah tercampur dengan ddak kasar atau serbuk gergaji tersebut. Cara pengambilan kotoran adalah dengan menyerok atau menyekopnya, kemudian disimpan ditempat yang aman. Pengambilan kotoran ternak padan kandang baterai hampir sama dengan pengembilan kotoran pada kandang panggung. Pada kandang ini pun dapat dilakukan dua cara yaitu dengan menampungnya pada penahan dibawah kandang atau mengambilnya dari bawah kandang. 3.7. Mengubah Kotoran menjadi Pupuk Kompos Meskipun kotoran ternak memiliki segudang menfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman, tetapi dalam penggunaannya harus hatihati. Ketika kototan baru keluar dari perut ternak maka namanya masih kotoran ternak bukan pupuk. Jika kotoran ternak ini diberikan ke tanaman maka yang terjadi bukan menyuburkan tanaman, tetapi sebaliknya dapat menyebabkan tanaman layu atau bahkan mati. Hal ini disebabkan kotoran ternak masih mentah atau menurut istailah petani masih panas. Penyebab matinya tanaman karena diberi kotoran ternak mentah secara ilmiah dapat dimengerti. Setiap kotoran ternak mengandung unsur karbon (C) dan nitrogen (N). Pada kotoran yang masih mentah, kandungan karbonnya lebih tinggi dari kandungan nitrogennya. Dengan kata lain perbandingan C dan N (C/N ratio) betnilai tinggi. Jika kotoran ternak dalam kondisi seperti ini diberikan ke tanaman maka akan mengundang jutaan bakteri untuk menguraikan rantai karbon. Proses inilah yang disebut dengan proses dekomposisi (penguraian). Proses ini akan menaikan suhu tanah. Jika pupuk dengan kondisi seperti ini diberikan pada tanaman,akan menyebabkan kelayuan atau bahkan mengakami kematian karena kepanasan. Kerugian lainnya pada proses dekomposisi, bakteri tanah akan bersaing dengan tanaman untuk mengambil nitrogen dari tanah. 21
Bahkan jika nitrogen di dalam tanah kurang maka bakteri akan mengambil nitrogen dari tanaman. Tentunya hal ini akan merugikan tanaman sebab akan mengurangi persediaan nitrogennya. Akibatnya daun tanaman pun akan menguning karena kekurangan nitrogen. Proses dekomposisi akan berhenti setelah karbon dalam kotoran ternak tinggal sedikit atau perbandingan C/N nya sudah rendah. Pada kondisi ini, kotoran ternak telah mengalami kematianatau menurut istilah petani sudah dingin. Kotoran ternak yang telah mengalami kematangan inilah yang baik dijadikan pupuk tanaman. Dengan kata lain, kotoran ternak seperti ini telah berubah menjadi pupuk kompos. 3.8. Prinsip Pengomposan Christopher J. Starbuck, seorang ahli holtikultura dari Universitas of Missouri menjelaskan bahwa kompos merupakan bahan organik yang telah membusuk beberapa bagian (partially decomposed) sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled) dan memiliki aroma seperti tanah (earthy). Kompos dibuat melalui proses biologi, yaitu seperti penguraian pada jaringan tumbuhan oleh organisme yang ada dalam tanah (soil). Dalam kondisi alami, hewan dan tumbuhan akan mati diatas tanah. Makhluk hidup yang telah mati tersebut akan diuraikan bakteri pembusuk, kemudian membentuk suatu material yang dapat menghidupkan dan menyuburkan tanaman. Proses yang terjadi dalam pembuatan kompos ini tidak jauh berbeda dengan proses pada penguraian tersebut. Oleh karena itu, pembuatan kompos sering dianggap sebagai seni dalam merubah kematian menjadi kehidupan. Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak atau bakteri inokulan berupa Effectice Microrganisme (EM4), orgadec dan stardec). Mikroogranisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan Nitogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos. Sebelum membuat kompos, perlu mengetahui proses dasar pembentukan kompos tersebut. Karena dalam proses pembentukan kompos terjadi perubahan-perubahan sehingga zat-zat yang mulanya 22
dalam keadaan terikat akan terurai sehingga dapat diserap oleh akar tanaman. Di dalam timbunan bahan-bahan organik pada pembuatan kompos, terjadi aneka perubahan hayatiyang dilakukan oleh jasad-jasad renik yaitu: • Penguraian hidratarang, selulosa, hemiselulosa, dan lain-lain menjadi C02 dan air. • Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2 dan air. • Penguraian zat putih telur, melalui amida-amida dan asam-asam amino, menjadi amoniak, CO2 dan air. • Terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara di dalam tubuh jasadjasad renik, terutama Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Unsur-unsur tersebut akan terlepas kembali bila jasad-jasad tersebut mati. • Pembebasan unsur-unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman. Akibat perubahan tersebut, berat dan isi bahan kompos menjadi sangat berkurang. Sebagian besar senyawa zat arang akan hilang, menguap ke udara. Kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan mengikat. Peningkatan ini tergantung pada perbandingan C/N bahan asal. Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat. Pada perubahan selanjutnya (diakhir pembuatan kompos), akan diperoleh bahan yang berwarna merah kehitaman. Bahan dengan kondisi semacam itu sudah siap digunakan sebagai pupuk. Adanya perubahan-perubahan hayati jasad renik tersebut akibat banyak hal. Diantaranya adalah terjadinya penguraian bahan-bahan organik di dalam pembuatan kompos. Penguraian itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut: • Kandungan lignin, malam (wax), damar, dan senyawa sejenis dalam bahan asal. Jika bahan asal makin banyak mengandung zat-zat tersebut, akan makin cepat penguraiannya dan makin banyak bagian yang menjadi kompos. • Sifat dan ukuran bahan asal. Makin halus dan kecil bahan baku kompos maka peruraiannya akan makin cepat dan hasilnya lebih banyak. Dengan semakin kecilnya bahan, bidang permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan semakin luas sehingga proses 23
•
•
•
• •
pengomposan dapat lebih cepat. Sebaliknya bila bahan baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga proses pengomposan lebih lama. Itulah sebabnya kita harus memotong-motong atau mencacah-cacah bahan baku yang digunakan. Kandungan Nitrogen (N) bahan asal. Makin banyak kandungan senyawa N, bahan baku akan makin cepat terurai. Hal ini disebabkan jasad-jasad renik pengurai bahan ini memerlukan senyawa N untuk perkembangannya. Bisa dipahami jika dalam pembuatan kompos diperlukan tambahan pupuk kandang atau pupuk N buatan secukupnya. Kadar pH pada timbunan kompos. Makin tinggi kadar pH dalam timbunan kompos maka makin cepat terjadi peruaraian bahan. Untuk memperoleh kadar pH tinggi, timbunan kompos perlu ditambah dengan kapur ataau abu dapur. Air dan udara (O2). Apabila kurang mengandung air, timbunan bahan akan mudah bercendawan. Hal ini jelas mearugikan karena peruraian bahan menjadi lambat dan tidak sempurna. Namun, jika kandungan airnya berlebihan, juga tidak baik karena keadaan menjadi anaerob. Keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi kehidupan jasad renik pengurai. Jadi kelembaban timbunan bahan kompos harus dijaga agar seimbang, tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering. Variasi bahan. Makin bervariasi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kompos, maka peruraiannya relatif lebih cepat dibandingkan bahan baku yang sejenis Suhu. Timbunan bahan kompos akan lebih cepat mengalami peruaraian bila suhunya tepat. Suhu ideal untuk proses pengomposan adalah 30-45ºC.
3.9. Pedoman dalam Membuat Kompos •
Persenyawaan zat arang (C) yang mudah diubah harus secepat mungkin diubah secara sempurna. Untuk itu diperlukan banyak udara dalam timbunan bahan kompos. Proses tersebut bisa dipercepat dalam campuran kapur dan fosfat dan atau dengan campuran zat lemas secukupnya. Zat lemas yang digunakan yaitu yang mempunyai perbandingan C/N kecil, misalnya 24
•
• •
•
•
sampah dedaunan, sampah dapur ampas kopi (termasuk filternya) ampas teh, sampah buah, kotoran kuda dan kotoran sapi. Persenyawaan zat lemas sebagian besar harus diubah menjadi persenyawaan amoniak, tidak hanya terikat sebagai putih telur di tubuh bakteri. Unatuk ini diperlukan perbandingan C/N yang baik. Jika perbandingan C/N besar, maka persenyawaan zat lemak organik di dalam bahan baku itu amat sedikit sehingga tidak akan terjadi pembebasan amoniak. Hanyut atau aliran zat lemas juga mengalami hambatan sehingga amat perlahan-lahan baru bisa tersedia untuk tanaman. Jika perbandingan C/N-nya kecil, maka akan banyak amoniak dibebaskan oleh bakteri. Di sini, NH3 di dalam tanah segera diubah menjadi nitrat yang mudah diserap oleh tanaman. Pengomposan disebut baik jika zat lemas yang hilang tidak terlalu banyak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara yang disebut denitrifikasi dan pembasuhan nitrat. Daeangan cara ini, kemungkinan hilang atau menguapnya zat lemas sebagai gas NH3 atau gas N bisa dicegah atau dikurangi. Sisa-sisa pupuk sebagai bunga tanah harus diusahakan sebanyak mungkin. Ini mengingat kompleks putih telur dan lignin merupakan hasil akhir pembuatan kompos yang sangat penting. Agar kadar bunga tanah bertambah, diperlukan bahan baku kompos yang banyak mengandung lignin, misalnya jerami yang berkadar 16-18%. Pengomposan disebut baik jika persenyawaan Kalium dan Fosfor berubah menjadi zat yang mudah diserap tanaman. Dalam proses pengomposan, sebagian besar Kalium dalam bentk yang mudah larut sehingga sekitar 90-100% Kalium itu mudah diserap tanaman.
3.10. Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Kompos Kecepatan atau keberhasilan dalam pembuatan kompos dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Bahan baku. Kompos menjadi penting sebab memanfaatkan kekayaan alam yang semula terbuang. Alam telah menyediakan bahan bakunya secara berlimpah. Kita dapat memanfaatkan sisa25
sisa tanaman yang terbuang, jerami, dan sampah hijau sebagai pupuk, sesudah dijadikan kompos. Meski hampir semua bahan organik bisa dimanfaatkan, tetapi beberapa diantaranya tidak boleh digunakan dalam pembuatan kompos sebab bisa menimbulkan bau busuk dan mengundang bibit penyakit pes. Berikut ini beberapa contoh bahan yang harus dihindari: • daging, tulang, dan duri-duri ikan • produk-produk yang berasal dari susu • sisa-sisa makanan berlemak, misalnya sampah salah • rumput liar dengan biji yang matang. • Kotoran hewan piaraan misalnya anjing dan kucing • Kuit-kulit keras • Arang, abu arang, abu rokok • Potongan tanaman atau rerumputan yang telah tercemari barang-barang kimia atau terkena hama. b. Suhu. Menjaga kestabilan suhu pada suhu ideal 40-50ºC amat penting dalam pembuatan kompos. Salah satu caranya dengan menimbun bahan sampai ketinggian tertentu, idealnya 1,25-2 m. Timbunan yang terlalu pendek atau rendah akan menyebabkan panas mudah /cepat menguap. c. Nitrogen. Nitrogen adalah zat yang dibutuhkan bakteri penghancur untuk tumbuh dan berkembang biak. Timbunan bahan kompos yang kandungan nitrogennya terlalu sedikit (rendah) tidak menghasilkan panas sehingga pembusukan bahan-bahan menjadi amat terhambat. Oleh karenanya, semua bahan dengan kadar C/N yang tinggi, misalnya kayu, biji-bijian yang keras, dan tanaman menjalar, harus dicampur dengan bahan-bahan yang berair. Pangkasan daun dari kebun dan sampah-sampah lunak dari dapur tepat digunakan sebagai bahan pencampur. d. Kelembaban. Kelembaban di dalam timbunan kompos mutlak harus dijaga. Kelembaban yang tinggi (bahan dalam keadaan becek) akan mengakibatkan volume udara menjadi berkurang. Makin basah timbunan bahan maka kegiatan mengaduk harus makin sering dilakukan. Dengan demikian, volume udara terjaga stabilitasnya dan pembiakan bakteri anaerobik bisa dicegah. Sampah-sampah hijau umumnya tidak membutuhkan air sama sekali pada awal pembuatan kompos. 26
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah substansi organik. Bahan tersebut dapat berupa dedaunan, potonganpotongan rumput, sampah sisa sayuran dan bahan lain yang berasal dari makhluk hidup (kotoran ternak). Kemudian bahan tersebut harus memiliki rasio karbon dan nitrogen yang memenuhi syarat agar berlangsung pengomposan secara sempurna. Organisme yang bertugas dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam porses pengomposan perlu ditambahkan material yang mengandung nitrogen agar berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material tersebut salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen akan bersatu dengan mikroba selama proses penghancuran material organik. Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepas kembali sebagai salah satu komponen yang terkandung dalam kompos. Pada fase berikutnya, jamur (fungi) akan mencerna kembali substansi organik untuk cacing tanah dan actinomycetes agar mulai bekerja. Selama proses tersebut, rantai karbon yang telah terpolimerisasi akan tersusun kembali pada pembentukan humus dengan menyerap berbagai kation seperti sodium, amonium, kalsium dan magnesium. Dalam tahap ini kompos sudah bisa digunakan sebagai pupuk pada tanaman jagung, labu, ketela, melon dan kubis. Pada fase terakhir, organisme mengoksidasi substansi nitrogen menjadi nitrat (nitrates) yang dibutuhkan akan tanaman dan tumbuhan bertunas seperti rebung dan tauge. Keberhasilan dalam pembuatan kompos sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam proses pengomposan, harus dilakukan pengontrolan terhadap kelembaban, aerasi (tata udara), temperatur dan derajat keasaman (pH). Kelembaban antara 50 – 60% merupakan angka yang cukup optimal pada pembuatan kompos. Pengomposan secara aerob membutuhkan udara, sehingga perlu dilakukan pembalikan (turning) pada kompos agar tercipta pergerakan udara. Temperatur akan naik pada tahap awal pengomposan, namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun mencapai suhu kamar pada tahap akhir.
27
3.11. Beberapa Cara atau Langkah-langkah dalam
Pembuatan Pupuk Kompos yang Disesuaikan dengan Ketersedian Bahan Bakunya 3.11.1. Pembuatan Pupuk Kompos dari Kotoran Sapi Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan usaha peternakan khususnya ternak sapi adalah lingkungan hidup utamanya dalam hal pengelolaan limbah. Limbah kandang terutama fases dan urine merupakan masalah yang paling penting karena merupakan sumber pencemaran lingkungan yang paling dominan diareal peternakan sapi. Dalam upaya sanitasi kandang, sistem pembangunan kandang ternak memerlukan konstruksi khusus supaya kotoran ternak tersebut dapat dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan dalam bentuk pupuk organik agar tercipta lingkungan yang sehat. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) 5%, bahan pemacu mikrorganisme (stardec) 0,25%, abu sekam 10% dan kalsit/kapur 2% dan juga boleh menggunakan bahan-bahan yang asal kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25%. Tempat pembuatan kompos adalah sebidang tempat yang beralaskan tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1,2,3 dan 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai kira-kira 60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi pertama tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Sedangkan lokasi pertama bisa dipakai untuk pembuatan pupuk kompos tahap berikutnya. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan 28
biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma. Selanjutnya setelah 1 minggu berikutnya tumpukan dipindahkan lagi ke lokasi ke 3 dan dibiarkan selama 1 minggu untuk selanjutnya dipindahkan ke lokasi ke 4 sambil diayak/disaring untuk dikemas dan dipasarkan.
3.11.2. Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah (fases) Sapi dengan Menggunakan EM-4 dan Stardec Stardec bukannya kompos, melainkan pemacu atau starter mikroba pengompos sampah, khususnya kotoran ternak. Stardec ini diproduksi dari isolasi mikroba rumen (lambung pencernaan pertama sapi), usus besar dan tanah hutan yang diperkaya dengan rhizosphere dalam serta akar rumput Graminae. Stardec ini dapat digunakan untuk mempercepat pengomposan. Proses pengomposan yang biasa berlangsung 3-4 bulan dapat dipercepat menjadi 5 minggu. Bahan utama dalam pembuatan kompos itu biasanya berupa kotoran ternak. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu kotoran ternak 100%, stardec 0,25%, urea 0,25%, SP-36 0,25%, serbuk gergaji 10%, abu 10% dan kalsit 2%. Ada tiga tahap dalam pembuatan kompos ini: 1) Tahap 1. Bahan kotoran ternak disiapkan dengan kelembaban sekitar 60%. Bila terlalu becek atau kelembabannya lebih dari 60% maka kotoran ternak didiamkan beberapa waktu hingga mencapai kelembaban yang diinginkan. Namun bila kotoran ternak terlalu kering maka perlu disiram air agar kelembabannya naik. Setelah kelembaban mencapai 60% kotoran ternak ditambah dengan serbuk gergaji, stardec, urea dan SP-36, lalu dicampur hingga rata. Diamkan bahan ini selama 1 minggu. 2) Tahap 2. Bahan di tahap 1 dibalik dengan cara dipindahkan ke bak yang lain. Pada saat pembalikan ini, dilakukan juga penambahan abu dan kalsit. Proses yang berlangsung sekitar 3 minggu ini perlu dijaga kelembaban dan suhunya dengan cara pembalikan. 3) Tahap 3. Pada tahap yang terakhir ini, bahan kompos akan mengalami penstabilan, yaitu suhu mulai turun ke suhu normal dan bahan sudah berbentuk remah. Kondisi ini menandakan bahwa bahan kompos telah menjadi kompos sehingga sudah dapat digunakan untuk pupuk. Apabila kompos yang dibuat dalam jumlah 29
banyak maka perlu dlakukan penyaringan dan pengemasan sehingga dapat disimpan.
3.11.3. Pembuatan Kompos Kotoran Sapi dengan Menggunakan aktivator Buatan a. Pembuatan Aktivator Kompos Pembuatan aktivator kompos bisa dilakukan oleh petani apabila aktivator buatan pabrik susah didapatkan. Aktivator kompos ini relatif mudah karena bahan dasarnya tesedia di desa dan caranya sangat mudah. Ada beberapa hal yangperlu diperhatikan dalam pembuatan aktivator kompos yaitu : (i) emua peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih, (ii) pemakaian bahan sesuai denan takaran, (iii) proses fermentasi akan berlangsung selama seminggu,(iv) sebelum dimanfaatkan aktivator harus disimpan ditempat teduh, jangan terkena sinar matahari langsung. Bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan aktivator kompos yaitu 1 liter suspensi mikroba, 1,5 kg gula pasir atau gula merah, 10 liter air cucian beras atau air rendaman 1 kg dedak dalam 10 liter air, 20 buah botol bekas sirup, kertas penutup , 20 karet gelang, panci perebus dan kompor. Cara Pembuatan aktivator kompos yaitu air cucian beras dan gula dilarutkan dandirebur sampaimendidih, masukkan selagi panas kedalam botol sebanyak 500 ml, tutup dengan kertas dan diikat dengan karet gelang, dinginkan selama 2 -3 jam, masukkan 5 ml suspensi mikroba, fermentasi atau diamkan selama 1 minggu, siap untuk digunakan. Catatan : aktivator kompos dapat disimpan dalam suhu kamar selama 3 – 6 bulan sebelum dipergunakan. b. Proses Pembuatan Kompos Kumpulkan kotoran sapi sebanyak yang dibutuhkan dan ditimbun ditempat pembuatan kompos yang diberi naungan. Kotoran diratakan setinggi 50 cm. Siapkan larutan aktivator kompos dengan melarutan 1 botol aktivator kompos kedalam 20 liter air dan langsung disimprotkan kekotoran ternak yang akan dibuat kompos tersebut. Setelah itu timbun lagi kotoran ternak setinggi 50 cm lalu disimprot lagi dengan aktivator kompos. Ulangi pekerjaan tersebut sampai bahan 30
kotoran habis. Setelah pekerjaan itu selesai biarkan tumpukan tersebut selama 1 minggu untuk dilakukan pembalikan. Usahakan kelambaban sekitar 70% dan kadar air sekitar 60%, kalau terlalu kering maka dilakukan penyiraman degan air. Pembalikan dilakukan sekali 1 minggu dan proses pengomposan berlangsung selama 21 hari. Setelah proses pengomposan selesai maka dilakukan pengayakan terhadap kompos dan selanjutnya siap untuk digunakan.
3.11.4. Pembuatan Pupuk Kompos dengan Aktivator Probion Cara pembuatan pupuk kompos dengan bahan dasar kotoran sapi dan aktivator probion adalah sebagai berikut : a. Pembuatan bangunan tempat pupuk kompos. Ukuran bangunan 4 x 10 m atau sesuai dengan kebutuhan, dapat dibuat dari bambu atau kayu dengan dasar bangunan dari bahan semen dan atap terdbuat dari genteng atau bahan lainnya yang tersedia di lokasi. b. Cara pembuatan pupuk kompos yaitu : Lantai kandang ternak sapi yang dipelihara secara kereman ditaburi dengan serbuk gergaji sebagai alas kandang. Kotoran ternak dan urine dibiarkan didalam kandang selama periode tertentu (4 Minggu). Selanjutnya kotoran dipindahkan ketempat pembuatan pupuk kompos. c. Kotoran yang telah berada ditempat pembuatan pupuk kompos diberi 2,5 kg probion, 2,5 kg Urea dan 2,5 kg TSP untuk 1 ton kotoran sapi dan langsung dicampurkan dengan menggunakan cangkul atau sekop. Campuran bahan tersebut ditumpuk dengan ketinggian lebih kurang 1 meter. Campuran tersebut dibalik setiap minggu hingga mencapai 3 – 4 minggu, dan selanjutnya pupuk sudah jadi. Untuk mendapatkan pupuk kompos yang sama dan bersih dari sampah, pupuk harus diayak atau disaring dan dimasukkan kedalam karung dan siap digunakan.
3.11.5. Pembuatan Kompos dengan Cacing Tanah (Vermicomposting) Cacing tanah mengandung protein lebih dari 70%. Manfaat cacing tanah cukup banyak, diantaranya untuk bahan pakan (ikan dan ternak lainnya), bahan obat-obatan (antipirin, antipiretik, antidote, dan vitamin), bahan kosmetik serta bahan makanan manusia. 31
Cacing Tanah juga bisa dimanfaatkan untuk membantu proses pengomposan. Jenis cacing yang sering digunakan adalah Lumbricus territis, Lumbricus rubellus, Pheretima deefinger dan Eisenia foetida. Cara membuat kompos dengan bantuan cacing ini disebut vermicomposting. Cacing tanah akan mengurai bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah didekomposisikan oleh mikrorganisme. Hasil dari vermicomposting disebut dengan vermikompos (kasting). Vermkompos mengandung nitrogen, fosfor, mineral, hormon auksin, giberelin dan sitokimin, serta beberapa enzim protease, lipase, selulase san kitinase yang cukup tinggi. Dalam pengomposan, cacing tanah bisa memakan bahan-bahan organik sebanyak dua kali berat tubuhnya dalam waktu 24 jam, membantu aerasi dan mengaduk bahan melalui pergerakannya. Cara membuat kompos dengan bantuan cacing tanah. a. Siapkan media tumbuh cacing berupa bahan organik, jerami, rumput, batang pisang, kotoran ternak dan kapur tembok. b. Jerami, rumput tau batang pisang dicacah menjadi ukuran yang kecil, semakin kecil semakin baik, lalu direndam selama satu malam. Perendaman bertujuan agar bahan baku kompos menjadi lebih lunak dan untuk menghilangkan sisa pestisida. c. Campurkan bahan organik tadi dengan jerami atau batang pisang, lalu fermentasi (diamkan) selama 1 – 2 minggu. Setelah itu, campurkan dengan kotoran ternak (75%) dan kapur tembok sedikit (untuk mengontrol pH), aduk-aduk hingga semua bahan tercampur merata. d. Masukkan media yang telah difermentasikan ke dalam parit, lalu dibiarkan hingga suhnya mulai turun atau dibiarkan sekitar 14 hari. e. Setelah dingin, masukkan acing tanah dengan padat penebaran 11 – 14 gram/kg media. f. Pelihara cacing dengan memberikan makan berupa kotoran ternak. Sebarkan kotoran ternak ini dibagian permukaan media setebal 2 cm dengan frekuensi 3 hari sekali. Kotoran ternak berfingsi juga sebagai media. g. Jika media terlalu kering, lakukan penyiraman hingga media lembab sekali. h. Lakukan pemanenan jika dalam media sudah tampak butiran kotoran cacing atau media sudah lebih halus dan warnanya lebih gelap. Panen dilakukan dengan cara memisahkan cacing tanah 32
dengan media. Kasting yang dihasilkan siap digunakan sebagai pupuk organik.
3.11.6. Kompos yang Dihasilkan dari Sisa Pembuatan Biogas (Sludge) Selain melalui teknik pembuatan seperti yang terla diuraikan diatas, kompos juga bisa dihasilkan dari sisa pembuatan biogas. Pembuatan biogas akan menghasilkan gas (produk utamanya) dan lumpur bahan organik (produk sampingan). Lumpur ini terdiri dari dua bagian yaitu padatan dan cairan. Bagian yang padat dijadikan kompos setelah dikeringanginkan beberapa hari, sedangkan bagian ang cair dijadikan pupuk organik cair. Teknik Pemisahan Lumpur Sisa Pembuatan Biogas (sludge) menjadi Kompos. a. Ambil bagian padatan yang ada dibagian atas tempat pengeluaran lalu keringanginkan selama 7 hari. b. Ambil juga bagian bawahnya, lalu saring menggunakan saringan yang halus. Cairan yang keluar ditampung dalam drum plastik yang selanjutnya akan diolah lagi hingga menjadi pupuk organik cair. c. Padatan yang tertinggal di saringan disatukan dengan bagian padatan, lalu dikeringanginkan. d. Bagian padatan yang kering sudah menjadi kompos dan siap digunakan. 3.12. Pupuk Organik Cair dan Cara Pembuatannya Pupuk organik air adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5%. Karena itu, kandungan NPK pupuk organik car relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu : pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk oganik padat. Dalam bentuk kering, beberapa mikroorganisme mati dan zat tidak bisa aktif. Jika dicampur dengan pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Semua urine ternak bisa digunakan sebagai cair. Berikut ini kandungan hara makro beberapa kotoran padat dan cair ternak.
33
Tabel 1. Kandungan Hara Makro Kotoran Padat dan Cair beberapa Jenis Ternak. Jenis
Jenis
Ternak
Kotoran
Kandungan Hara Makro (%) Nitrogen
Fosfor
Kaliaum
Kalsium
Kuda
Padat Cair
0,56 1,24
0.13 0,004
0,23 1,26
0,12 0,32
Kerbau
Padat Cair
0,26 0,62
0,08 -
0,14 1,34
0,33 -
Domba
Padat Cair
0,65 1,43
0,22 0,01
0,14 0,55
0,33 0,11
sapi
Padat Cair
0,33 0,52
0,11 0,01
0,13 0,56
0,26 0,007
Dari tabel diatas, kelihatan bahwa kandungan nitrogen dan kalium dalam kotoran cair umumnya lebih besar dibandingkan dengan kandungannya dalam kotoran padat. Sementara itu, kandungan fosfor dan kalsium dalam kotoran padat lebih besar dibandingkan dengan kandungannya dalam kotoran cair. Mengumpulkan kotoran cair ternak harus dilakukan dengan baik agar pengaplikasiannya mudah. Pengumpulan dan penggunaan pupuk kandang cair dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Dasar kandang dan tempat memandikan ternak harus terbuat dari semen agar cairan urine atau bekas memandikan tidak terbuang. Cairan ini akan ditampung di dalam bak penampungan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah ternak yang dipelihara. Bak penampungan harus terlindung dari sinar matahari dan air hujan. 3.12.1. Pembuatan Pupuk Cair Urine Sapi (bio urine) Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat Bio Urine yaitu : aerator 1 buah, wadah 1 buah, urine sapi sebanyak 100 liter, 5 liter air cucian beras, 0,5 kg terasi
34
Cara pembuatan Bio Urine Urine sapi sebanyak 100 liter ditambah dengan 5 liter air cucian beras ditambah dengan 0,5 kg terasi. Bahan-bahan tersebut diaduk menggunakan aerator selama 3 minggu.. Bahan yang telah diaduk tersebut lalu disaring dan diendapkan. Bagian atas yang jernih dapat diambil dan disimpan kedalam wadah. Untuk penyemprotan ke tanaman, sebanyak 1 liter bio urine ditambah dengan 10 liter air bersih, lalu siap disemprotkan ke tanaman/sayuran. (cara memperbanyak bio urine selanjutnya ; 25% bio urine ditambah dengan 75% urine sapi, lalu diaduk dengan aerator selama 3 minggu seperti pembuatan sebelumnya). 3.12.2. Pembuatan Pupuk Cair Fases Sapi Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat Pupuk cair feses sapi adalah : wadah/tempat untuk pembuatan pupuk, feses sapi, dedak padi, molases. Cara pembuatannya Fases sapi sebanyak 30% ditambah dedak padi sebanyak 10%, ditambah dengan 1 kg molases lalu diaduk sampai rata. Selanjutnya tambahkan air hingga konsentrasi menjadi 100 liter. Agar perkembangannya merata, setiap hari diaduk sebanyak 4 - 5 kali secara perlahan-lahan lalu ditutup. Setelah 3 minggu adukan disaring dan bagian atas yang jernih dapat diambil dan disimpan kedalam wadah. Untuk penyemprotan pada tanaman, sebanyak 1 liter bahan ditambah dengan 10 liter air bersih, telah siap disemprotkan ke tanaman. 3.12.3. Mengolah Bagian Cair Sludge menjadi Pupuk Organik
Cair a. Cairan sludge yang ditampung dalam drum plastik ditingkatkan mutunya dengan menambahkan tepun tulang, tepung kerabang telur atau tepung darah, lalu biarkan selama 1 minggu. b. Setetal itu, saring kembali menggunakan kain yang halus, lalu tampung dalam drum plastik yang lain dan pasang aerator untuk membuang gas-gas yang tersisa. Biarkan selama 3 – 4 hari.
35
c. Lepaskan aerator, biarkan cairan tadi selama 2 hari agar partikelpartikel mengendap dan air menjadi bening. Cairan ini sudah menjadi pupuk organik cair. d. Masukkan pupuk organik cair tadi ke dalam botol kemasan dan siap digunakan atau dijual.
36
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Laporan Bulanan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. 2006. Damiri. A, dkk. Laporan Akhir Tahun 2008 PRIMATANI Kabupaten Rejang Lebong. 2008 Parnata. Ayub S. Mengenal Lebih Dekat Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. AgroMedia Pustaka, Jakarta. 2004 Sahidu. S, . Kotoran Ternak Sebagai Sumber Energi. Dewaruci Press, Jakarta.1983. Setiawan. A Iwan. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. 2004 Simammora. Suhut, Salundik. Meningkatkan Kualitas Kompos. AgroMedia Pustaka, Jakarta. 2008 Sutanto. R. 2006. Penerapan Pertanian Organik Pemasaran & Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta. Wahyuni,S, Biogas : Penebbar Swadaya, 2008
37