1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak dan peran perempuan dalam paradigma baru kesehatan reproduksi berupaya untuk dipenuhinya hak-hak reproduksi. Salah satu pengaruh besar paradigma baru ini adalah hak dan peran perempuan terhadap pemilihan tempat bersalin. Tersedianya tempat pelayanan dan dimanfaatkannya pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan kedua jenis sarana kesehatan tersebut. Ibu bersalin yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dapat mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB). Salah satu parameter yang dipergunakan untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah AKI. Makin menurun AKI, menunjukkan sudah berhasil meningkatkan tingginya status kesehatan masyarakat (DepKes RI, 2007). Upaya Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati secara nasional bertujuan untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan dengan mengurangi kemiskinan dan kelaparan, pemberdayaan perempuan, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Kementerian Kesehatan mempunyai tanggung jawab 8 tujuan MDGs. Dari 8 tujuan MDGs, pada goal ke 4 mempunyai target menurunkan angka kematian bayi dan, goal ke 5 tentang
2
meningkatkan kesehatan ibu yang diukur dengan AKI melahirkan. Target MDGs memiliki batasan waktu pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011a). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang telah ditetapkan pemerintah pada tahap ke-2 tahun 2010-2014 dibidang kesehatan dengan penurunan AKB menjadi 24/1000 kelahiran hidup (KH) dan, penurunan AKI menjadi 118/100.000 KH. Target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada MDGs tahun 2015 yakni AKI 102/100.000 KH dan AKB 17/1000 KH. Selaras dengan MDGs, derajat kesehatan suatu bangsa diukur dengan tiga indikator utama, yaitu AKB, AKI dan, Usia Harapan Hidup (UHH). Tiga indikator tersebut secara nasional berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan bahwa angka nasional tiga indikator di atas belum mencapai target MDGs. Angka kematian bayi 34/1000 kelahiran hidup (kh) dari target 24/1000 kh, angka kematian ibu 228/100.000 kh dari target 118/100.000 kh, dan usia harapan hidup 70,7 tahun dari target 72,0 tahun (Kemenkes RI, 2011a). AKI di negara-negara berkembang dan khususnya di Indonesia masih sangat tinggi. Indonesia adalah negara yang tingkat kematian ibu melahirkan tertinggi di Asia. Setiap 100.000 ibu melahirkan terdapat 360 kematian. AKI melahirkan di Indonesia masih tinggi dikarenakan masih ada kebiasaan ditolong oleh dukun bayi pada ibu melahirkan (Dikes Prop. NTB, 2011). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), bahwa AKI menurun dari 307/100.000 KH pada tahun 2002 – 2003, kemudian menurun lagi menjadi 265/100.000 KH pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan AKI terus menurun, tetapi angka ini masih tertinggi jika dibandingkan dengan negara
3
ASEAN, seperti Srilangka 58/100.000 KH, Malaysia 62/100.000 KH dan, Philipina 230/100.000 KH. AKB terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1998 sebesar 45/1.000 KH menjadi 35/1000 KH pada tahun 2007, dan 32/1000 KH pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN AKB di Indonesia masih tertinggi yaitu Thailand 20/1000 KH, Vietnam 18/1000 KH, dan Malaysia 10/1000 KH. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa target pemerintah untuk mencapai MDGs tahun 2015 masih jauh dari yang diharapkan. Angka Kematian Neonatal sesuai hasil SDKI dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan kecendrungan penurunan yang sangat lambat dibandingkan dengan kematian bayi dan balita. Pada tahun 1997, AKN sebesar 23/1000 KH dan terjadi penurunan menjadi 20/1000 KH dan 19/1000 KH hasil SDKI tahun 2012. Masa sekitar persalinan menjadi salah satu penyebab kematian ibu maternal dan bayi baru lahir. Hal ini disebabkan karena persalinan yang ditolong oleh tenaga yang tidak kompeten dalam bidang kebidanan (profesional). Pencapaian
persalinan
yang
ditolong
oleh
tenaga
kesehatan
termasuk
pendampingan dalam kurun waktu lima tahun terakhir meningkat sekitar 10%, yaitu dari 60,75% pada tahun 1998 menjadi 71,52% pada tahun 2004 (Depkes RI, 2006). Perbaikan status kesehatan ibu, bayi dan balita serta mencapai target yang diinginkan sehingga dapat menekan AKI dan AKB, telah disepakati kuncinya adalah cakupan pelayanan oleh tenaga terlatih. Secara tidak langsung angka
4
kematian ibu dan perinatal masih tinggi akibat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis atau dukun bayi. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat penurunan ratio kematian maternal antara lain pengadaan sarana pelayanan, dan penempatan bidan di desa serta meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dan ibu bersalin. Upaya yang lain adalah melibatkan masyarakat untuk aktif bersama pemerintah dalam meningkatkan kualitas wanita utamanya dengan mempercepat penurunan AKI (Depkes RI, 2001). Mengutip teori Lawrence Green yang menyatakan ada dua faktor pokok yang mempengaruhi kesehatan individu atau masyarakat. Dua faktor pokok tersebut yaitu behavior causes atau faktor perilaku dan non behavior causes atau faktor di luar perilaku. Kelompok faktor perilaku ditentukan oleh : (1) Faktor predisposisi yaitu mempermudah dan mendasari terjadinya perilaku tertentu. Bentuk dan perwujudannya yaitu pengetahuan dari pendidikan formal, nilainilai, budaya serta beberapa karakteristik individu, sikap, keyakinan ; (2) Faktor pemungkin
(Enabling factor) yakni berbagai hal
memungkinkan
untuk
terjadinya perilaku tertentu terbentuk dan berwujud dalam lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan yaitu ketersediaan, tercapainya fasilitas serta keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan dan ; (3) Faktor memperkuat (Reinforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku tersebut seperti dukungan dari keluarga, kerabat, teman, petugas kesehatan dan lain-lain sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
5
Perilaku yang menguntungkan atau merugikan kesehatan di masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor sosial budaya. Kebudayaan mempunyai peran yang sangat mendasar dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial kesehatan masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Masyarakat pada awalnya dalam praktek/perilaku memang tidak semua sesuai dengan praktek ketentuan medis untuk menjaga kesehatan dirinya (Jahidin et al., 2012). Kognitif atau pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan sikap, dan dari sikap seseorang akan terwujud dalam bentuk tindakan (Over Behavior). Perilaku yang tidak didasari pengetahuan tidak akan langgeng (berlangsung lama) dibandingkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Hal ini telah dibuktikan berdasarkan pengalaman dan penelitian. Tingkat pendidikan ibu bersalin dapat menunjukkan kualitas pengetahuan yang di miliki oleh ibu bersalin tersebut. Pendidikan ternyata memberikan perubahan terhadap perilaku seseorang yaitu baik pengetahuan atau sikap seseorang. Seseorang yang berpendidikan akan mempunyai respek terhadap penjelasan yang rasional, misalnya tentang proses persalinan normal. Tingkat
kepercayaan
masyarakat
terhadap
petugas
kesehatan
dibeberapa wilayah masih rendah. Masyarakat di pedesaan masih percaya dan lebih memilih ke dukun dalam berobat dan meminta pertolongan persalinan di rumah 2012).
karena kharismatik dukun yang sedemikian tinggi (Jahidin et al.,
6
Program terobosan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) periode tahun 2009-2013 yaitu Terwujudnya Masyarakat Nusa Tenggara Barat yang Beriman dan Berdaya Saing (NTB BerSaing). Program ini dengan pencanangan gerakan percepatan penurunan AKI dan AKB yaitu gerakan AKINO (Angka Kematian Ibu Menuju Nol) yang merupakan salah satu bagian dari Gerakan 3 A (ABSANO/Angka Buta Aksara Nol ; ADONO/ Angka Drop Out Nol ; dan AKINO/Angka Kematian Ibu Menuju Nol), (Dikes NTB, 2010). Di tingkat lapangan program ini didukung dalam bentuk pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Puskesmas. Pada kegiatan tersebut ibu hamil bertemu dan belajar bersama secara kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil. Pengetahuan dan keterampilan ditingkatkan untuk
merubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan
tindakan) ibu hamil dan keluarganya tentang berbagai hal yang menyangkut kehamilan dan perubahan tubuh, bagaimana perawatan pada masa hamil, persalinan, perawatan pada masa nifas, merawat bayi, dan lain-lain, atau dengan kata lain memberikan asuhan persalinan bagi ibu dan keluarganya (Depkes RI, 2009). Upaya lain yang dilakukan dan merupakan program Nasional yaitu Jampersal (Jaminan Persalinan). Program ini memberikan pelayanan persalinan gratis bagi ibu hamil yang melahirkan di sarana pelayanan kesehatan pemerintah, periksa kehamilan, pelayanan pada masa nifas baik untuk pemasangan KB setelah bersalin dan pemberian pelayanan bagi bayi baru lahir (Kemenkes, 2011b).
7
Program lain yang sejalan dan sangat menunjang gerakan AKINO (Angka Kematian Ibu Menuju Nol) adalah Pengembangan Desa Siaga dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/ Menkes/ SK/ VII/ 2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan Desa Siaga, dimana didalamnya terdapat bidan siaga. Bidan siaga yaitu bidan desa yang oleh pemerintah/negara diberi kepercayaan yang lebih dan mampu untuk membantu masyarakat dalam memberi konseling, penyuluhan dan pelatihan (Kemenkes, 2006). Pelaksanaan program-program tersebut secara intensif dan terintegrasi diterapkan sejak tahun 2010. Pada tahun-tahun berikutnya yakni sejak akhir tahun 2011 seharusnya semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Namun kenyataannya hal tersebut masih ada persalinan oleh tenaga non kesehatan. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat persalinan oleh tenaga non kesehatan pada tahun 2010 sebanyak 5.514 orang (4,91%), tahun 2011 sebanyak 3.985 (3,56%), dan tahun 2012 sebanyak 2.536 orang (2,26%), (Profil Dikes Prop NTB, 2010-2012). Sementara di Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 sebanyak 327 orang (2,31%), tahun 2011 sebanyak 277 orang (1,86%), dan tahun 2012 sebanyak 183 (1,18%), (Profil Dikes Lobar, 2010-2012). Kondisi di Kecamatan Gunungsari (wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Wilayah kerja Puskesmas Penimbung) persalinan oleh tenaga non kesehatan tahun 2010 sebanyak 62 orang (3,14%), tahun 2011 sebanyak 47 orang (2,4%), tahun 2012 sebanyak 18 orang (0,87%), dan tahun 2013 sebanyak 9 orang (0,43%), (Laporan PWS KIA Puskesmas Gunungsari, Penimbung, 2010-2013).
8
Tidak tercapainya penolong persalinan seluruhnya oleh tenaga kesehatan di Kecamatan Gunungsari (wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Wilayah kerja Puskesmas Penimbung) sampai akhir tahun 2013 dengan intensifnya penerapan berbagai program tersebut sejak 2010, merupakan suatu masalah yang sangat serius. Dengan adanya program Jampersal dimana persalinan tidak dipungut biaya di institusi pemerintah, adanya program Desa Siaga, dimana setiap desa tersedia Bidan Desa dan Polindes (Pos Persalinan Desa) dan adanya pelaksanaan Kelas Ibu Hamil seharusnya persalinan oleh tenaga non kesehatan sudah tidak ada lagi. Pada tahun 2013 pernah dilakukan penelitian pada ibu hamil dalam menentukan penolong persalinannya pada provinsi yang sama namun berbeda kabupaten. Hasil penelitian oleh Karjono menunjukkan faktor yang berhubungan secara bermakna dengan penolong persalinan adalah pengetahuan, sedangkan akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi, peran orang tua dan peran tokoh masyarakat ditemukan hanya berhubungan
pada
analisis
bivariat.
Penelitian tersebut dilakukan di Propinsi yang sama tetapi berbeda pulau dan kabupaten dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan pada prediktornya, dimana pada penelitian terdahulu hanya variabel independen, sementara penelitian yang akan dilakukan ini selain variabel independen juga ada variabel antara. Lebih lanjut dikatakan oleh hasil penelitian Rao et al., (2008), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan kesehatan membawa perubahan pada pengetahuan. Berbeda dengan hasil penelitian lainnya, terbentuknya sikap terlebih dahulu diawali dari domain kognitif yang dimiliki seseorang. Selain itu
9
pengetahuan merupakan suatu faktor kekuatan terbentuknya sikap seseorang (Baron, 2003). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang positif/favorable (Fatusi et al., 2004). Teori lain yang sejalan dengan toeri Lawrence Green, yaitu model; kepercayaan kesehatan (Health Belief Model), Tim Kerja WHO mengatakan ada empat alasan pokok penyebab seseorang berprilaku tertentu. Pemikiran dan perasaan (throughts and feeling), dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek. Situasi pada saat itu menentukan sikap yang diwujudkan dalam suatu tindakan (Sarwono, 2004). Hasil penelitian lainnya dengan topik yang berbeda menunjukkan bahwa pendidikan ibu dan jumlah anak mempengaruhi pengetahuan dengan nilai statistik uji yang lebih besar dari 1,96 pada taraf nyata 5% yaitu 4,57 dan -3,16. Sikap secara signifikan ternyata dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan pengetahuan yang menunjukkan nilai statistik uji masing-masing 3,48 dan 11,45. Hasil analisis jalur, didapatkan pengetahuan dipengaruhi pendidikan ibu dan jumlah anak. Pendidikan ibu dan pengetahuan mempengaruhi sikap secara signifikan (95%CI: ~t<+1,96>t). Pengaruh total pendidikan ibu dan pengetahuan terhadap sikap adalah cukup (Purnama et al., 2008). Dari beberapa studi tersebut, ternyata masih terbatas pada mencari hubungan langsung dari berbagai faktor
terhadap penolong persalinan. Pada
kenyataan di lapangan berbagai faktor tersebut keterkaitan satu dengan yang lainnya dan belum tentu berpengaruh secara langsung terhadap keputusan memilih penolong persalinannya. Sebagai contoh ”pengetahuan” akan diperoleh
10
melalui ”pendidikan”, baik pendidikan formal, pendidikan non formal (kursus,pelatihan, dan lain sebagainya). Contoh lainnya bahwa ”pengetahuan” akan terlebih dahulu membentuk ”sikap” dan baru akan membentuk ”tindakan” berupa keputusan memilih penolong persalinan. Dari sisi lain studi-studi terdahulu hampir seluruhnya terfokus mencari adanya hubungan yang bermakna antar variabel dependen dengan variabel independen secara hubungan langsung dan mengukur faktor risiko nya (berupa besaran nilai Odd-Ratio, atau RatioPrevalensi) dan belum mencari keterkaitan dan pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti berkeinginan untuk tidak saja mencari adanya kemaknaan hubungan saja, tapi lebih jauh yakni mengukur besar pengaruh faktor tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung berbagai prediktor terhadap tindakan pengambilan keputusan memilih penolong persalinannya. Merujuk dari permasalahan dan program tersebut diatas serta didukung oleh hasil penelitian terdahulu maka akan dilakukan penelitian mengenai faktor langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh langsung faktor sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ?
11
2. Apakah ada pengaruh langsung faktor dukungan keluarga terhadap keputusan
pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di
Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ? 3. Apakah ada pengaruh langsung faktor akses ke fasilitas kesehatan terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ? 4. Apakah ada pengaruh tidak langsung faktor pendidikan ibu melalui pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ? 5. Apakah ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil
melalui
pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ? 6. Apakah ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga dan sikap ibu
terhadap keputusan pemilihan
penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ? 7. Apakah ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 ?
12
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui
faktor
langsung
dan
faktor
tidak
langsung
yang
mempengaruhi keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 1.3.2 Tujuan khusus Penelitian ini ingin mengetahui : 1. Pengaruh langsung faktor sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 2. Pengaruh langsung faktor dukungan keluarga terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 3. Pengaruh langsung faktor akses ke fasilitas kesehatan terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 4. Pengaruh tidak langsung faktor pendidikan ibu melalui pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 5. Pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh
13
ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 6. Pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga dan sikap ibu
terhadap keputusan pemilihan penolong
persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 7. Pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat/Tenaga Kesehatan 1. Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk mempraktikkan perubahan prilaku tentang
pemilihan penolong persalinan di
masyarakat khususnya para Bidan pada ibu hamil sehingga perubahan perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinannya. 2. Mengetahui faktor langsung dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. Sehingga dapat dilakukan intervensi program terhadap faktor yang paling berpengaruh. 3. Membantu para pihak pengambil keputusan dan penentu kebijakan untuk lebih tepat menentukan prioritas dari program yang akan di laksanakan dalam mencapai seluruh persalinan di wilayah kerjanya di
14
tolong oleh tenaga kesehatan dalam mewujudkan pencanangan gerakan percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi yaitu gerakan AKINO. 1.4.2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat 1. Sebagai bahan kajian dan literatur penelitian selanjutnya dengan lingkup penelitian yang sama. 2. Terpenuhinya salah satu tugas akhir sebagai persyaratan wajib akademik di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat 1.4.3 Bagi masyarakat Sebagai sumber pengetahuan tentang pemilihan penolong persalinan pada masyarakat terhadap dampak, penyebab langsung maupun tidak langsung di keluarga,
pokok
masalah
di
masyarakat,
serta
akar
masalah
yang
mempengaruhinya. 1.4.4 Bagi Peneliti Ilmu kesehatan masyarakat dapat diterapkan sehingga pengalaman dan wawasan penelitian bertambah.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persalinan Ada beberapa pengertian persalinan yang dikemukakan olah beberapa ahli, antara lain : Menurut Sarwono (2002) dan Evaryni (2007) memiliki definisi hampir sama, yaitu adanya proses penipisan, leher rahim membuka, diikuti oleh janin yang turun ke jalan lahir, dan kemudian adanya kelahiran, yaitu proses bayi keluar dari rahim. Sedangkan menurut Buku Acuan dan Panduan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini (Depkes RI, 2008) : proses bayi, placenta dan selaput ketuban yang keluar dari uterus ibu. Usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit dianggap sebagai persalinan normal. Meningkatkan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan
terlatih
melalui
perencanaan persalinan oleh keluarga sehingga menjamin keselamatan ibu hamil dalam persalinan dan menurunkan angka kematian ibu (AKINO). Perencanaan persalinan merupakan awal dan terus menerus sampai semua persiapan telah tersusun rapi dan lengkap dimulai sejak dini pada saat kunjungan pertama. Perencanaan persalinan, antara lain : Tempat persalinan, Tenaga kesehatan terlatih yang dipilih, Siapa yang menjadi pendamping saat persalinan, Siapa yang mengurus keluarga saat ibu tidak ada di rumah. Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus gawat darurat, meliputi Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga, Siapa yang
16
boleh mengambil keputusan jika pengambilan keputusan utama dalam keluarga tidak di tempat saat terjadi kasus gawat darurat. Merencanakan system transportasi, banyak ibu meninggal karena mengalami komplikasi berat selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan. Pada umumnya hal ini terjadi ibu/keluarga tidak mampu menjangkau alat transportasi yang dapat mengantar mereka ke tempat pelayanan perawatan kesehatan yang memadai, oleh karena itu setiap keluarga harus mempunyai rencana menyiapkan alat transportasi untuk mengangkut ibu hamil jika mengalami komplikasi dan membutuhkan rujukan segera ketempat perawatan yang memadai dan lebih lengkap. Merencanakan persalinan meliputi : dimana Ibu akan melahirkan, bagaimana cara menjangkau tingkat layanan yang lebih lengkap jika terjadi gawat darurat, ke fasilitas kesehatan manakah Ibu harus di rujuk, bagaimana cara memperoleh donor darah yang potensial. Tujuan asuhan persalinan selama persalinan yaitu adanya pemberian asuhan yang memadai sehingga dapat mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Salah satu peran serta suami dalam menurunkan AKI adalah suami dapat memastikan persalinan isterinya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan yang aman. 2.1.1 Penolong persalinan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
17
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan ( UU RI No 23, 1992 ). Tenaga kesehatan yang di maksud dalam hal ini adalah : Bidan, Dokter Umum, Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan. Selain tenaga kesehatan, penolong persalinan juga berupa tenaga non kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah dukun bayi yang melakukan kegiatan menolong persalinan. Tenaga kesehatan non medis yang seringkali melakukan pertolongan disebut sebagai dukun bayi, dukun beranak, paraji atau dukun bersalin. Dukun bayi umumnya adalah perempuan, walaupun dalam berbagai kebudayaan tertentu, dukun bayi adalah laki-laki, dengan usia sekitar 40 tahun ke atas. Kemampuannya sebagai dukun bayi diperoleh dari turun temurun maupun secara khusus belajar pada dukun bersalin yang telah senior (Wikjosastro, 2006). Hasil penelitian di Desa Banjarsari Kecamatan Gerabag Kabupaten Magelang menunjukkan 55,6% ibu memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi dan 44,4% oleh bidan. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, status ekonomi, dan keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan persepsi dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi (Amilda dan Palarto, 2010). Persalinan yang ditolong oleh dukun di Kisau Divsion, Distrik Makueni Kenya oleh Mutea (2010) dengan hasil penelitian bahwa, pemanfaatan yang lebih tinggi dari dukun adalah karena mereka ( dukun bayi ) tinggal lebih dekat dengan
18
perempuan, dikenakan biaya yang lebih rendah dan memungkinkan modalitas pembayaran yang berbeda, termasuk pembayaran dengan barang. Pemanfaatan Dukun Bayi Terampil (SBA) ini terutama disebabkan oleh keamanan yang dirasakan bagi ibu dan bayi. Studi ini juga menetapkan bahwa dukun bayi dan suami untuk wanita menikah mempengaruhi wanita "s" keputusan pilihan penolong persalinan. Penelitian merekomendasikan bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya memperkenalkan program kesadaran intens tentang manfaat bidan terampil dan memperkuat kebijakan layanan bersalin gratis di tingkat bawah. Pemerintah juga harus membawa layanan bersalin dekat dengan masyarakat dan mendukung pemberdayaan perempuan dan perempuan melalui pendidikan. Penelitian tentang persalinan oleh dukun lainnya oleh Armstrong tahun 2011 di Uganda mengatakan bahwa dukun bayi masih membantu perempuan untuk melahirkan di desa-desa dan memainkan peran penting dalam kesehatan banyak ibu, memberikan perawatan yang baik bagi perempuan. Persalinan dengan dukun bayi dapat menimbulkan risiko, tetapi persalinan paling berbahaya terjadi di rumah dengan keluarga dekat atau tanpa bantuan apapun. Bertahannya persalinan di rumah merupakan tantangan terbesar untuk mengubah angka kematian ibu. Dukun beranak dapat memainkan peran penting di masa depan sebagai penggerak untuk mendorong perempuan untuk pergi ke pusat-pusat kesehatan untuk perawatan antenatal (ANC) dan persalinan. Sementara itu, dukun bayi harus dilatih untuk menangani kasus-kasus darurat ketika mengakses sebuah pusat kesehatan tidak memungkinkan. Ada juga kebutuhan untuk pendidikan
19
kesehatan yang lebih dan sensitisasi untuk perempuan untuk mengurangi kesalahpahaman yang mempengaruhi kesediaan mereka untuk melahirkan di puskesmas . 2.1.2 Faktor yang menyebabkan masyarakat masih memerlukan dukun Secara teoritis paraji/dukun masih sangat berperan dalam etno-obstetri masyarakat karena sebagai berikut : 1. Ia tinggal dekat atau membaur dengan warga setempat dan mudah dihubungi. 2. Dalam melakukan pekerjaannya tampil tidak formal dan memiliki hubungan dekat dengan warga desa karena tampil atau pembawaan diri tanpa jarak sosial. 3. Secara psikologis sentuhan-sentuhan tangannya kepada ibu dianggap mampu meminimalkan atau mereduksi gangguan fisik atau sakit mereka pada saat hamil dan bersalin. 4. Mampu tampil menurut peran dan fungsinya yang memberi keuntungan kepada warga masyarakat, serta tetap diyakini keberhasilannya. 5. Dibutuhkan karena merawat para ibu dari masa hamil, bersalin dan setelah bersalin (sampai patokan tradisional, 40 hari pasca persalinan). 6. Menetapkan tarif biaya secara tidak lugas dan biasanya hanya menerima pembayaran
berdasarkan
kemampuan
ekonomi
para
keluarga
yang
dilayaninya (Aswar , 2005). 2.2 Kelas Ibu Hamil Kegiatan kelas ibu hamil dimana ibu bertemu dan belajar bersama secara kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil. Pengetahuan dan keterampilan
20
ditingkatkan untuk
merubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) ibu
hamil dan keluarganya tentang berbagai hal yang menyangkut kehamilan dan perubahan tubuh, perawatan pada masa hamil, persalinan, perawatan pada masa nifas, perawatan bayi, menggali dan meluruskan mitos yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, penyakit menular seperti IMS (Infeksi Menular Seksual), HIV (Human Immunodeficiency Virus), AIDS (Acuired Immunodeficiency Syndrome), (Depkes RI, 2009). Konsultasi perorangan mengenai kesehatan ibu dan anak yang umumnya dilakukan pada waktu ibu memeriksakan kandungan di posyandu memiliki banyak kelemahan. Konsultasi seperti itu menimbulkan banyak kelemahan, antara lain : 1. Ibu hamil hanya memperoleh pengetahuan kesehatan pada saat konsultasi. 2. Pengetahuan yang diperoleh oleh ibu hamil hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas pada saat pemeriksaan kehamilan tersebut, karena penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir. 3. Pemantauan secara lintas sektoral dan lintas program tidak ada , karena tidak ada rencana kerja yang pasti. 4. Penyuluhan yang dilaksanakan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan. 5. Pengetahuan yang diberikan hanya terbatas diketahui oleh ibu hamil yang bersangkutan saja, sedangkan keluarga yang lainnya seperti suaminya tidak mengetahui dan memahami pengetahuan tersebut. Dengan adanya kelas ibu hamil, dimana pada hari pertama pertemuan, ibu hamil hadir bersama keluarganya dalam pertemuan tersebut.
21
Kelompok belajar atau kelas ibu hamil ini diikuti oleh ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan 20 minggu s.d. 32 minggu dan jumlah maksimal peserta 10 orang difasilitasi oleh petugas dari puskesmas. Kelas Ibu Hamil dilaksanakan selama 4 hari, dimana pada : 1. Hari Pertama : Materi yang diberikan adalah Penjelasan umum, Pretest materi pertemuan pertama yakni tentang Kehamilan, Perubahan Tubuh dan Keluhan, dan Perawatan Kehamilan. Peserta hari pertama adalah Ibu Hamil beserta suami/keluarga, serta Postest/evaluasi
materi hari pertama, dan
ditambah dengan senam Ibu Hamil. 2. Hari Ke dua : Pretest materi pertemuan hari ke dua tentang Persalinan, dan Perawatan Nifas, serta Postest/Evaluasi materi pertemuan hari ke dua, dan ditambah dengan senam Ibu Hamil. 3. Hari Ke tiga : Pretest materi pertemuan hari ke tiga tentang cara merawat bayi, mitos seputar kehamilan, penyakit menular, dan pentingnya Akte Kelahiran, serta postest/evaluasi materi pertemuan hari ke tiga, dan ditambah dengan senam Ibu Hamil. 4. Hari ke empat : Materi pertemuan hari ke empat merupakan hari tambahan yang diberikan yang merupakan kesepakatan oleh Dinas Kabupaten Lombok Barat. Materi hari keempat diisi dari Petugas Gizi mengenai domonstrasi cara mengolah makanan yang baik dan benar, serta pemilihan bahan makanan yang baik untuk ibu hamil dan keluarga. Hari keempat kelas ibu hamil juga dilakukan
22
pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan golongan darah, Hb, reduksi urine (protein). Kelas Ibu Hamil merupakan upaya terobosan kearah penurunan Angka Kematian Ibu yang telah dilaksanakan oleh puskesmas di wilayah Kabupaten Lombok Barat. Dengan melaksanakan program kelas ibu hamil banyak kemajuan yang telah dicapai seperti berkurangnya ibu hamil yang melakukan persalinan di tenaga non kesehatan (dukun), para suami dan keluarga lebih siap dan sigap dalam bertindak bila sang istri mau melahirkan. Adanya kelas ibu hamil juga sejalan dengan program desa siaga dimana tersedia di masyarakat ambulan desa berupa angkutan pedesaan, cidomo, ojek, dan lain sebagainya yang siap setiap saat mengantarkan ibu-ibu yang mau melahirkan ke sarana kesehatan terdekat seperti polindes, puskesmas atau rumah sakit terdekat. Keikutsertaan dalam kelas ibu hamil di Puskesmas Air Dingin Padang mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan. Dari hasil penelitian juga didapatkan manfaat yang diterima oleh ibu hamil sangat positif, karena mereka menjadi tahu masalah kehamilan. Selain itu juga ibu hamil yang dulunya mempunyai persepsi mengenai mitos-mitos yang beredar di masyarakat tentang kehamilan dapat dibenarkan keabsahannya setelah mengikuti kegiatan kelas ibu hamil (Sari, 2013). Sama halnya dengan penelitian di Puskesmas Banget Ayu Kota Semarang, ibu hamil juga lebih mengetahui bahaya/resiko apa saja saat
23
kehamilan. Selain itu juga dapat mengurangi angka kematian di Indonesia, karena di Indonesia masih banyak yang meninggal akibat melahirkan (Puspitasari, 2012). Pelaksanaan kelas ibu hamil di Puskesmas di Kota Malang didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan baru 30% kelas ibu hamil sudah dilaksanakan dengan baik, 20% belum baik dan 50% sudah tidak menyelenggarakan kelas ibu hamil. Dari responden yang menyelenggarakan kelas ibu hamil, didapatkan hasil standar dan tujuan kebijakan belum jelas bagi 32% responden, sumberdaya belum memadai bagi 36% responden, komunikasi antar organisasi belum berjalan baik bagi 60% responden, karakteristik badan pelaksana belum baik bagi 72% responden dan disposisi belum baik oleh 32% responden. Ada hubungan bersamasama antara disposisi/sikap implementor serta standar dan tujuan kebijakan dengan implementasi program kelas ibu hamil. Untuk memperbaiki implementasi kelas ibu hamil perlu dilakukan sosialisasi lebih intensif tentang pedoman kelas ibu hamil, menyertakan bidan praktek mandiri untuk menyelenggarakan kelas ibu hamil serta motivasi untuk peningkatan sikap bidan terhadap kelas ibu hamil supaya lebih positif (Kusbandiyah, 2013). Kelas ibu hamil yang pelaksanaannya dikaitkan dengan memilih penolong persalinan di Puskesmas Ambal I Kabupaten Kebumen memperoleh hasil penelitian 95,8% memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya. Variabel lain yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku pemilihan penolong persalinan adalah umur, pengetahuan, jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan, biaya persalinan, pengambil keputusan, peranan petugas kesehatan dan dukungan peserta KIH. Perilaku pemilihan penolong persalinan
24
adalah umur, pengetahuan, jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan, biaya persalinan, pengambil keputusan, peranan petugas kesehatan dan dukungan peserta KIH (Kartini, 2011). Pemilihan penolong persalinan dan untuk tempat persalinan di RW 1,2,5,21 mempunyai pengaruh yang bermakna di Puskesmas Melong Tengah Bandung Jabar. Oleh karena itu edukasi tentang perencanaan penolong dan tempat persalinan yang aman perlu di sosialisasikan kepada masyarakat (Mardela et al., 2012). Sedangkan penelitian tentang Pengaruh Penyuluhan Kelas Prenatal Plus Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Puskesmas Mamboro Sulawesi Tengah, dengan
uji Wilcoxon ada perbedaan signifikan rata-rata skor
pengetahuan responden sebelum dan setelah pelaksanaan penyuluhan kelas prenatal plus. Sikap responden setelah mendapatkan penyuluhan kelas prenatal plus terjadi peningkatan jika dibandingkan sebelumnya, sedangkan dari hasil uji statistic Mann-Whitney U diketahui responden sesudah mengikuti penyuluhan secara signifikan lebih tinggi dibanding sebelum mengikuti penyuluhan. Hal ini membuktikan
bahwa
penyuluhan
kelas
prenatal
plus
efektif
untuk
meningkatkan sikap responden terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (Pani et al., 2013). Gambaran pelaksanaan kelas ibu setelah mendapatkan penyuluhan dan media slide hasilnya menunjukkan ada peningkatan skor sikap secara signifikan (p = 0,001). Hal tersebut dinyatakan oleh hasil penelitian Hutauruk (2009) dalam Widya Pani et al., (2013).
25
Penelitian lain tentang pengaruh kelas ibu hamil terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam kehamilan dan persalinan diteliti oleh Purwarini (2012) di Puskesmas Gurah Kabupaten Kediri. Hasil penelitiannya terdapat peningkatan yang signifikan tentang sikap persalinan (p < 0,001) dan kehamilan (p < 0.001), pengetahuan persalinan (p < 0,001) dan kehamilan (p < 0,001), dari keadaan sebelum ke sesudah mengikuti kelas ibu hamil. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian intervensi berupa kelas lbu hamil mampu meningkatkan sikap persalinan dan kehamilan, pengetahuan persalinan dan kehamilan pada ibu hamil. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dan persalinan. Dari hasil penelitian ini dimana kelas ibu hamil hanya berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan saja, dan pengetahuan tidak membentuk sikap. 2.3 Pendidikan Peningkatan atau kemajuan yang diperoleh secara lahir dan batin dapat diperoleh melalui pendidikan. Tujuan proses belajar dan mengajar dalam pendidikan untuk membina kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku agar memperoleh peningkatan kemajuan lahir dan batin. Pendidikan dalam pelaksanaan dibagi atas : 1. Pendidikan Non Formal Seseorang memperoleh pendidikan seumur hidupnya yang didapat dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.
26
2. Pendidikan Formal Di Indonesia menurut Depdikbud (1997) ada empat tingkatan sekolah yang di dapat dari lingkungan sekolah, yaitu : a. Sekolah Dasar b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas d. Perguruan Tinggi Yang dimaksud dengan pendidikan seorang ibu adalah pendidikan yang pernah ditempuh selama hidupnya. Pendidikan yang diberikan di sekolah ini disebut pendidikan formal. Pendidikan yang ditempuh selama 9-12 tahun disebut pendidikan dasar, sedangkan pendidikan lebih dari 12 tahun disebut pendidikan menengah sampai keatas. Penelitian yang dilakukan oleh Erna (2005) tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemilihan penolong persalinan, penghasilan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan, jarak dengan pemilihan penolong persalinan. Hasil lain dalam penelitian yang sama didapatkan adanya hubungan bermakna umur ibu dengan pemilihan penolong persalinan, paritas dengan pemilihan penolong persalinan, pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan, sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan, nilai/budaya ada hubungan bermakna dengan pemilihan penolong persalinan . Berbeda dengan hasil penelitian yang lain bahwa tingkat pendidikan juga ditemukan menjadi penentu pilihan penolong persalinan dan juga terdapat hubungan yang bermakna antara jarak rumah ke fasilitas kesehatan (Mutea, 2010).
27
2.4 Pengetahuan Pengetahuan
merupakan
pembentukan
pemikiran
asosiatif,
yang
menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pikiran lain, berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang universal. Perencanaan pelaku pendidikan berupaya mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang direncanakan dan diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang merupakan hasil ”tahu” dan disebut dengan pengetahuan. Terbentuknya tindakan seseorang didapatkan dari pengetahuan. Pengalaman yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Hal ini dibuktikan berdasarkan pengalaman dan penelitian (Notoatmodjo, 2003). 2.4.1 Tingkatan pengetahuan Ada enam tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) yang tercakup dalam domain koognitif yaitu : 1. Tahu (know) Pengetahuan pada tingkat ini merupakan pengetahuan dengan tingkatan yang paling rendah. Seluruh bahan, materi atau rangsangan yang telah dipelajari sebelumnya diingat kembali (recall).
28
2. Memahami (komprehenship) Kemampuan untuk menyampaikan dan menjelaskan tentang obyek yang diketahui secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Materi yang telah dipelajari mampu dipergunakan sebagai hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks yang lain sesuai kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Materi atau objek mampu dijabarkan ke dalam komponen yang masih mempunyai kaitan tetapi masih dalam struktur organisasi yang sama. 5. Sintesis (Syntesis) Formulasi-formulasi yang sudah ada dapat disusun, direncanakan, diringkas dan dapat diselesaikan dengan formulasi baru terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ditetapkan. 6. Evaluasi (Evaluation) Mampu melakukan pembenaran atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan. Informasi yang diterima seseorang baik dari petugas kesehatan atau orang disekitarnya akan semakin mudah diterima jika pendidikannya semakin tinggi. Sikap untuk menerima pernyataan atau pendirian merupakan pengetahuan yang didapatkan dari kepercayaan. Berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu seseorang dapat menerima kepercayaan. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, dan nenek. Seseorang menerima
29
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Informasi yang sama dan diperoleh berulangkali dapat menumbuhkan kepercayaan. Tujuan dan kepentingan yang sama membuat kepercayaan berkembang di masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian di Aceh Tenggara didapatkan 78,2% ibu bersalin memilih penolong persalinan pada bidan dan hanya 21,8% pada dukun bayi. Ada hubungan secara signifikan pendapatan keluarga, pengetahuan, sikap dan budaya dengan pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin (Juliwanto, 2009). 2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : 1. Pendidikan Perencanaan yang diharapkan oleh pelaku pendidikan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat mau melakukan apa yang diharapkan. Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah perubahan tingkah laku karena suatu proses penyampaian bahan/materi pendidikan oleh pendidik. Pendidikan formal yang didapatkan di lingkungan sekolah dikelompokkan atau dikategorikan dalam : Tidak Tamat SD, Tamat SD/sederajat, Tamat SMP/sederajat, Tamat SMA/sederajat, Perguruan tinggi (Notoatmodjo, 2003). 2. Sosial Ekonomi Keluarga dengan status sosial ekonomi lebih baik, besar kemungkinan mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi sehingga mempengaruhi pengetahuan, demikian pula sebaliknya.
30
3. Usia Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh umur. Usia produktif yaitu 20-35 tahun, merupakan usia dewasa yang aktif dalam kegiatan, sehingga mendukung responden dalam belajar dan mengingat informasi yang diperoleh (Crofton, 2001). 4. Lingkungan Desa dan kota keduanya memiliki keunikan sendiri, baik dalam masalah geografi dan demografi maupun dalam masalah sosial ekonomi. Pedesaan lebih luas dari perkotaan, namun penduduk di pedesaan lebih jarang dibanding perkotaan yang mempunyai daerah yang sempit dengan penduduk yang rapat/padat. 5. Sarana Sarana dan prasarana juga mempengaruhi mutu pendidikan dan kurangnya sarana akan dapat mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan akan ikut membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan, sosial budaya, dan kebutuhan akan sarana pelayanan kesehatan berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan penolong persalinan. Kebutuhan akan sarana pelayanan kesehatan adalah sub variabel yang paling berpengaruh (Irma, 2012). 2.5 Sikap Stimulus atau objek merupakan akibat dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang yang disebut sebagai Sikap. Sikap menurut Allport (1954)
31
dalam buku Notoatmodjo (2003), bahwa ada 3 komponen pokok dari sikap, antara lain : 1. Kepercayaan (Keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Hasil penelitian yang terkait dengan sikap terhadap pemilihan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dilakukan oleh Almi (2004) di Wilayah kerja Puskesmas Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Hasil penelitiannya didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, pendapatan keluarga, dukungan suami/keluarga, peran kader posyandu, peran petugas kesehatan. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu, budaya, jarak tempuh pelayanan, biaya pelayanan persalinan dengan pemilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Diantara variabel bebas yang dianalisa, variabel peran petugas kesehatan merupakan variabel paling dominan yang mempengaruhi pemilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Untuk dapat meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat disarankan meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan para kader dalam rangka pemberian penyuluhan kepada ibu hamil. Sikap merupakan salah satu variabel yang terbukti signifikan. Yang tidak dapat dianalisis adalah jarak tempuh dan riwayat sakit karena ada sel yang kosong pada tabel silang (Murdiningsih, 2000). Penelitian tentang Perilaku Ibu Bersalin dalam Memilih Penolong Persalinan di Kabupaten Sumedang, menunjukkan umur dan sikap merupakan
32
variabel yang tidak berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan (P>0,05). Sedangkan variabel pendidikan, penghasilan, pengetahuan, ketersediaan pelayanan, kemudahan pelayanan serta dukungan keluarga, terbukti memiliki hubungan dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan (P<0,05). Dilihat dari kekuatan hubungannya, penghasilan, pengetahuan, kemudahan pelayanan, kepuasan pelayanan dan dukungan ke keluarga termasuk kategori cukup erat (cc = 0,417 - 0,487). Alasan ibu bersalin memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang terbanyak karena dukungan keluarga, sedangkan alasan memilih dukun bayi yang terbanyak karena biaya murah (Dadang, 2002). Hasil penelitian lain tentang pemilihan penolong persalinan oleh Simanjuntak, et al., (2012) di Puskesmas Sipahutar Tapanuli Utara yang menunjukkan hasil analisis hubungan sikap dengan pemilihan penolong persalinan diperoleh sebanyak 60 (83,3%) ibu yang bersikap cukup baik memilih bidan sebagai penolong persalinan, sedangkan diantara ibu yang bersikap baik ada sebanyak 58 (98,3%) memilih tenaga persalinan yang sama. Terbukti ada hubungan yang signifikan dari sikap ibu dengan pemilihan penolong persalinan yang menunjukkan chi square (=0,455 dimana p=0,001). Di negara Rusia dilakukan penelitian pemilihan penolong persalinan oleh ibu hamil dalam mendukung Russia yang menunjukkan bahwa, agama dan paritas namun tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pilihan tempat bersalin (Envuladu et al., 2013). Pendidikan untuk perempuan , pemberdayaan
33
perempuan , sikap petugas kesehatan dan jarak fasilitas kesehatan kepada masyarakat di sebagian besar masyarakat, sehingga dapat mencapai tujuan pembangunan millenium (MDGs ) 4 dan 5 ”. 2.6 Dukungan Suami dan Keluarga Perempuan yang usianya relative muda masih bergantung kepada suami dan keluarga karena mempunyai kemampuan mandiri masih rendah untuk mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih siapa penolong persalinannya masih bergantung pada suami dan keluarga yang memang dianggap mempunyai peranan penting. Orang yang lebih tua dianggap lebih berpengalaman dan beranggapaan pilihan orang yang lebih tua yang terbaik. Dengan mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Para penyedia layanan kesehatan reproduksi menyadari bahwa wanita sering menghadapi keadaan-keadaan khusus yang mungkin menyebabkan mereka sulit memperoleh layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Sebagai contoh, di banyak negara dan budaya, wanita kemungkinan tidak memperoleh layanan kesehatan reproduktif tanpa persetujuan suami, atau mungkin tidak mampu menentukan pilihan tertentu tanpa persetujuan suami atau anggota keluarga lainnya. Pada beberapa keadaan ancaman kekerasan dalam rumah tangga yang mungkin menghadapi wanita akan semakin menyebabkan mereka enggan mencari layanan tersebut (Pendit, 2007).
34
Hasil penelitian oleh Hardianti et al., (2013) di Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa, seluruh ibu telah memilih tenaga kesehatan saat persalinan. Ibu multipara merubah tempat persalinannya dari rumah ke fasilitas kesehatan sebesar 16,25%. Hasil analisis bivariat dengan uji Mc. Nemar menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan tempat persalinan dari persalinan sebelumnya kepersalinan terakhir. Sedangkan berdasarkan uji Chi Square menunjukkan bahwa kelompok umur memiliki hubungan dengan perubahan tempat persalinan, sedangkan karakteristik ibu dan suami, dukungan suami, kepemilikan asuransi kesehatan, pengetahuan tentang kebijakan, keberadaan bidan, kunjungan ke tenaga kesehatan dan komplikasi persalinan tidak ada hubungan dengan pemilihan penolong dan tempat persalinan. Lebih lanjut hasil penelitian oleh Sari (2013) tentang dukungan keluarga didapatkan dari 38 orang, 22 orang (57,9%) ibu hamil berpengetahuan tinggi, 16 orang (42,1%) ibu hamil berpengetahuan rendah, 18 orang (47,4%) ibu hamil bersikap positif, 20 orang (52,6%) ibu bersikap negatif, 21 orang (55,3%) ibu hamil dukungan suami tinggi, 17 orang (44,7%) ibu hamil dukungan suami rendah, 23 orang (60,5%) ibu hamil mengikuti kelas ibu, 15 orang (39,5) ibu hamil tidak mengikuti kelas ibu hamil, adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan suami dengan keikutsertaan ibu dalam kelas ibu hamil. Sedangkan Hartono, Dick (1999) dalam Rochayah (2012), status ibu dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dimana pada umumnya dengan tingkat pendidikan rendah mereka memiliki
35
keterbatasan otonomi, antara lain karena sub-ordinasi terhadap suami, mertua, anggota keluarga lainnya sehingga tanpa ijin pihak lain diluar dirinya sangat sulit bagi ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun sedang menghadapi resiko kematian. Hasil penelitian lainnya dalam Siti Rochayah (2012) yaitu Cherawaty (2004), bahwa pengambil keputusan dan keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam memilih penolong persalinan. Suami dan keluarga dapat memberikan dukungan moril dan materil kepada ibu. 2.7 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan Kemudahan masyarakat untuk menjangkau sarana kesehatan (Polindes, Puskesmas, Rumah Sakit, Bidan Praktek, dan lain sebagainya)
dari tempat
tinggalnya, baik dari segi transportasi, jarak dan lama waktu tempuh. Kesulitan untuk mencapai sarana kesehatan sehingga akses pelayanan kesehatan dan informasi yang didapat oleh ibu hamil menjadi berkurang begitu juga dengan jenis dan kualitasnya. Banyak faktor yang dapat diperoleh oleh ibu hamil dengan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan, diantaranya mendapatkan pelayanan KB, memeriksakan kehamilan, pelayanan dasar terhadap kesehatan, serta rujukan yang dibutuhkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2001). Kesulitan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai keterkaitan tiga terlambat. Sosial ekonomi yang rendah menyebabkan tidak ada biaya sebagai keterlambatan ketiga yang berhubungan dengan transportasi. Hal inilah yang kesulitan menjangkau layanan yang berkualitas oleh ibu dan keluarganya. Penelitian di Desa Banjarsari Kecamatan Gerabag Kabupaten Magelang
36
didapatkan 55,6% ibu memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi dan 44,4% oleh bidan. Salah satu variabel yang signifikan yaitu keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi, sedangkan variabel pendidikan tidak signifikan (Amilda dan Palarto, 2010). Di negara Uganda dilakukan studi persalinan ditolong dukun oleh Armstrong pada tahun 2011. Studi ini menemukan bahwa faktor-faktor struktural seperti
kurangnya
transportasi
dan
kemiskinan
sangat
mempengaruhi
kemampuan dan keputusan perempuan untuk mengakses pusat kesehatan. Kesalahpahaman umum seputar komplikasi yang dirasakan keluarga berencana menyebabkan ukuran keluarga besar dan juga menempatkan perempuan pada risiko yang lebih besar terhadap mortalitas dan morbiditas. Banyak wanita juga percaya bahwa pergi ke rumah sakit adalah bagi mereka dengan komplikasi dan bahwa tidak ada kebutuhan untuk melahirkan di sebuah pusat kesehatan jika seorang wanita telah memiliki kehamilan normal atau pengiriman baik di masa lalu. Ada juga banyak keyakinan budaya seperti keberanian terkait dengan persalinan di rumah dan diturunkannya status perempuan dalam masyarakat yang menimbulkan tantangan untuk meningkatkan kesehatan ibu . 2.8 Proses Pengambilan Keputusan Berdasarkan
asumsi
bahwa
masyarakat
membutuhkan
pelayanan
kesehatan sehingga banyak dibangun fasilitas-fasilitas kesehatan. Dibangunnya fasilitas-fasilitas kesehatan tersebut bukan berarti masyarakat mencari pengobatan hanya ke pelayanan kesehatan. Tetapi masyarakat juga mencari pengobatan ke fasilitas tradisional (dukun dan lain sebagainya) yang terkadang juga menjadi
37
pilihan utama. Seringkali kesalahan atau penyebab rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan dilemparkan sebagai akibat dari faktor jarak yang terlalu jauh antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan, tarif yang tinggi, pelayanan tidak memuaskan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Untuk
pemecahan masalah perawatan kesehatannya atau membuat
suatu keputusan, maka seseorang akan menjalani suatu proses. Proses pengambilan keputusan umumnya dilakukan dalam memilih suatu keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif sehingga terbentuk dalam suatu tindakan dalam mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah pemecahan masalah dan pembuatan pilihan dalam hal ini siapa yang akan menolong persalinan ibu bersalin. Kecocokan antara pengetahuan, sikap dan pemilihan penolong persalinan dalam memutuskan siapa yang akan membantu persalinannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, pertimbangan kesehatan, biaya, aksebilitas, dan lingkungan budaya mereka. Keputusan menurut Davis dalam Hasan (2004) adalah ketegasan terhadap solusi dan keputusan akan jawaban pertanyaan dari masalah yang dihadapinya. Sedangkan pendapat Pramuji, dalam Hasan (2004) bahwa pilihan pada suatu alternatif sebagai suatu pengakhiran yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah dan merupakan proses jawaban pertanyaan terhadap problem yang dihadapi. Secara optimal dan rasional dalam pengambilan keputusan menurut Robbins (2001) mengikuti enam langkah model tahapan :
38
1. Penetapan terhadap masalah 2. Keputusan yang dikriteriakan diidentifikasi. 3. Kriteria masalah diberikan bobot. 4. Memperbanyak alternatif. 5. Alternatif yang ada dievaluasi. 6. Pilihan yang terbaik dari alternatif yang ada. Secara umum penetapan keputusan mempunyai tanda-tanda sebagai berikut : 1. Proses dari hasil berpikir dan usaha intelektual. 2. Dari berbagai alternatif yang ada, pilihan selalu dilibatkan. 3. Tindakan nyata selalu dilibatkan walaupun dalam pelaksanaan keputusan boleh dilupakan atau ditangguhkan. Relevansi teori pengambilan keputusan dengan keputusan yang di ambil terhadap pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin menurut Rivai (2003) didasari atas beberapa hal : 1. Berdasarkan pemikiran yang rasional dan tidak menimbulkan masalah lain tentang pentingnya memilih penolong persalinan yang tepat berdasarkan kemampuan berpikirnya dan studi empiris yang ada. 2. Berdasarkan perasaan, yaitu proses tidak sadar yang diciptakan dari pengalaman yang tersaring. Situasi ini berjalan beriringan atau saling melengkapi dengan analisis rasional. 3. Berdasarkan pilihan yang ada, yaitu pertimbangan-pertimbangan dalam membuat pilihan alternatif lain setelah mempertimbangkan untung dan rugi.
39
4. Berdasarkan perbedaan budaya, adanya perbedaan latar belakang budaya yang dipercayai sehingga keputusan yang di ambil didasarkan atas norma kaidah dan adat istiadat yang ada. Hasil penelitian oleh Sodikin, et al., (2009) yang berjudul ”Determinan Perilaku Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri”, didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dalam memilih dan menentukan penolong persalinan adalah pendidikan, biaya persalinan dan dukungan suami. Suami dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesempatan untuk 7,5 kali peningkatan untuk memilih dan menentukan penolong persalinan dibandingkan dengan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ibu bersalin yang didukung suami memiliki kesempatan untuk 7 kali untuk menentukan memilih dan menentukan penolong persalinan dibandingkan dengan mereka yang tidak di dukung suami
untuk mementukan penolong
persalinannya. Biaya persalinan yang mahal akan menjadi 6,7 kali dapat menentukan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dibandingkan dengan biaya persalinan murah.
40
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1.
Kerangka Berpikir Perilaku dikehidupan merupakan suatu yang nisbi dan selalu berubah
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sekitar, baik itu lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Perilaku terdiri dari tiga ranah, yakni : Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan yang merupakan suatu mata rantai dimana pengetahuan membentuk sikap, sikap akan berwujud perilaku yang secara relatif tampak berubah secara terus menerus. Dalam konteks kesehatan seseorang, dipengaruhi oleh faktor perilaku dan diluar perilaku. Ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, yang mendukung (Enabling), dan yang mendorong (Reinforcing). Faktor
predisposisi
terdiri
dari
pengetahuan,
sikap,
ekonomi.
Pengetahuan diperoleh dari proses belajar yakni pendidikan, baik itu pendidikan formal melalui jenjang sekolah formal dimulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, pendidikan non formal seperti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), Kursus-kursus dan lain sebagainya. Pendidikan informal berupa interaksi dengan petugas kesehatan, sebagai kader posyandu, pengurus PKK dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Pembentukan sikap yang positif dalam menanggapi sesuatu karena diperoleh pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang diperoleh akan membetuk sikap dalam menanggapi sesuatu, dimana pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang positip. Pada konteks ini sikap positip sebagai wujud dalam bentuk tindakan memilih penolong persalinannya oleh tenaga kesehatan.
41
Faktor pendukung terdiri dari faktor fisik, tersedia atau tidaknya sarana dan prasarana
kesehatan
serta
kemudahan
pelayanan (jarak dan waktu) yang
dalam
mengakses
tempat
diperlukan untuk mencapai sarana
kesehatan tersebut. Faktor pendorong berupa kompetensi petugas kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan, yaitu pelayanan berupa tindakan penolong persalinan. Kompetensi yang terjawantahkan berupa keterampilan, keramahtamahan, sikap dalam memberikan pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap rasa nyaman dan aman dari ibu bersalin yang menerima pelayanan. Pelaksanaan kelas ibu hamil, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu hamil berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinannya. Kelas ibu hamil merupakan konsultasi tentang berbagai masalah seputar kehamilan, kehamilan risiko tinggi, penyakit-penyakit organ reproduksi, senam ibu hamil. Kelas ibu tidak saja melibatkan ibu hamil, juga melibatkan suami/keluarga dari ibu hamil dalam pelaksanaannya. Tingkat pendidikan ibu hamil juga memegang peranan yang cukup penting dalam pemilihan tenaga penolong persalinannya, karena pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, maupun tindakan yang dalam hal ini adalah tindakan dalam pemilihan tenaga penolong persalinannya). Perubahan perilaku masyarakat, yaitu ibu bersalin banyak dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas, baik berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam keputusan pemilihan penolong persalinannya. Keputusan pemilihan penolong persalinan seharusnya semua persalinan ditolong oleh tenaga
42
kesehatan, karena keputusan ibu bersalin tersebut merupakan perubahan perilaku masyarakat ke arah yang positif sesuai dengan harapan pencanangan gerakan percepatan penurunan AKI melahirkan dan AKB yaitu gerakan AKINO oleh Pemerintah Propinsi NTB. Program AKINO ini diselaraskan dengan program Jampersal, Pengembangan Desa Siaga, dan Kelas Ibu Hamil yang kesemuanya mempunyai tujuan persalinan yang aman dan ditolong oleh tenaga kesehatan.
43
Faktor Predisposisi 1. pengetahuan 2. sikap, keyakinan
Faktor langsung
3. nilai-nilai, dan budaya
1. sikap, keyakinan
4. karakteristik individu
2. dukungan keluarga 3. akses
Faktor pemungkin (Enabling faktor) 1. ketersediaan sarana prasarana kesehatan 2. tercapainya fasilitas (akses) 3. keterampilan petugas kesehatan 4. jumlah informasi
Faktor memperkuat atau pendorong (reinforcing faktor) 1. dukungan keluarga/peran orangtua 2. dukungan kerabat, teman 3. dukungan petugas kesehatan
Proses Pengambilan Keputusan
Faktor tidak langsung 1. pengetahuan pendidikan 2. sikap, keyakinan 3. jumlah informasi (kelas ibu hamil) 4. dukungan keluarga
Gambar 3.1 Modifikasi kerangka teori Lawrence Green terhadap perubahan perilaku Ibu bersalin dalam keputusan memilih penolong persalinan
Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin
44
3.2.
Konsep Penelitian Berikut ini adalah kerangka konsep penelitian :
Pendidikan Ibu Pengetahuan Ibu Kelas Ibu Hamil
Sikap Ibu
Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
Dukungan Keluarga
Akses Ke Fasilitas Kesehatan
diteliti tidak diteliti
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Penurunan AKI dan AKB
45
3.3.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 8. Ada pengaruh langsung faktor sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 9. Ada pengaruh langsung faktor dukungan keluarga terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 10. Ada pengaruh langsung faktor akses ke fasilitas kesehatan terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 11. Ada pengaruh tidak langsung faktor pendidikan ibu melalui pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 12. Ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil
melalui
pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 13. Ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga dan sikap ibu
terhadap keputusan pemilihan penolong
persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014.
46
14. Ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014.
47
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei cross sectional analitik. Observasi, pengukuran status karakter dan pengambilan data pada setiap subyek penelitian dilakukan secara sekaligus pada saat pemeriksaan (Lwanga, and Lemeshow, 1997). Struktur studinya sebagai berikut : Populasi/sampel Faktor Pengaruh
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung
Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
Pengaruh + Ditolong Nakes
Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
Pengaruh Ditolong Non Nakes
Pengaruh + Ditolong Nakes
Pengaruh Ditolong Non Nakes
Gambar 4.1 Modifikasi struktur studi Cross Sectional (Lwanga, and Lemeshow, 1997).
48
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Gunungsari dengan wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung, Kabupaten Lombok Barat. 4.2.2 Waktu penelitian Waktu penelitian dari bulan Pebruari sampai dengan April 2014. 4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Populasi Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu yang melahirkan tahun 2013 di kecamatan Gunungsari, terdiri atas 2 wilayah kerja puskesmas, yakni Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung. Jumlah ibu yang melahirkan berjumlah 1.353 orang yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari sebanyak 916 orang, dan di wilayah kerja Puskesmas Penimbung sebanyak 437 orang (Laporan PWS KIA Puskesmas Gunungsari dan Penimbung, 2013). 4.3.2 Sampel Jumlah sampel dalam penelitian dibatasi dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Semua ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat sampai dengan bulan Desember tahun 2013. 2. Mampu berkomunikasi dengan bahasa daerah setempat dan atau bahasa Indonesia dan memiliki ingatan yang baik. 3. Terdaftar atau tercatat sebagai warga/berdomisili di wilayah penelitian.
49
4. Bersedia menjadi subjek penelitian (informed consent). 4.3.3 Besar sampel Besar sampel cross-sectional ditentukan berdasarkan tingkat akurasi dengan menggunakan rumus Sample Size dari WHO (Lwanga, and Lemeshow, 1997) dengan rumus sebagai berikut : ( Z1 ) 2 P (1 P ) n d2
Dimana : n = jumlah sampel Z1- = koefisien reliabilitas 95% (Z1-α = 1,96) P = perkiraan kejadian di populasi d 2 = Tingkat Presisi/Efek size
n
( Z1 ) 2 P (1 P ) d2
n
(1,96) 2 0,05(1 0,05) 0,05 2
(1,96) 2 (0,05 0,95) n 0,05 2
n = 72,96 Karena jumlah populasi kurang dari 10.000, maka jumlah sampel yang dihitung dengan rumus di atas harus dikoreksi dan rumus sampel n dengan koreksi adalah sebagai berikut :
50
nk
n 1 n / N
Dimana : nk = jumlah sampel koreksi N = jumlah populasi
nk
72,96 1 72,96 / 1353
nk
72 , 96 1 , 054
nk 69,22 70 4.3.4 Teknik penentuan sampel Teknik penentuan sampel penelitian ini dilakukan secara : 1. Sampel untuk ibu bersalin yang di tolong tenaga non kesehatan sebanyak 27 orang di ambil secara sampel jenuh. Pada tahun 2012 Puskesmas Gunungsari persalinan non tenaga kesehatan 9 orang dan Puskesmas Penimbung 9 orang. Pada tahun 2013 Puskesmas Gunungsari 3 orang dan Puskesmas Penimbung 6 orang. 2. Sampel ibu bersalin yang di tolong oleh tenaga kesehatan di ambil secara proportional systematic random sampling. Sampel ibu melahirkan tahun 2013 dipilih dari Puskesmas Gunungsari sebanyak
916 orang, dan
Puskesmas Penimbung sebanyak 437 orang. Sampel untuk ibu yang melahirkan yang di tolong oleh tenaga kesehatan adalah 70 - 27 orang = 43 orang. Total sampel seluruhnya dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
51
Tabel 4.1 Perhitungan Pengambilan Sampel di Puskesmas Gunungsari dan Penimbung Jumlah Sampel
No
Kriteria Sampel
Perhitungan Proporsi
1
Ibu melahirkan yang ditolong Puskesmas Gunungsari 12 orang Puskesmas Penimbung oleh tenaga non kesehatan 15 orang
27
2
Ibu melahirkan yang ditolong 916/1.353 x oleh tenaga kesehatan Wilayah dibulatkan Kerja Puskesmas Gunungsari
29,21
29
3
Ibu melahirkan yang ditolong 437/1.353 x 43 = 13, 79 oleh tenaga kesehatan Wilayah dibulatkan Kerja Puskesmas Penimbung
14
Jumlah sampel seluruhnya .......................................................................
70
43
=
Setelah di proporsikan berdasarkan wilayah kerja puskesmas masingmasing, dimana Puskesmas Gunungsari sampel ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 29 orang dan Puskesmas Penimbung sebanyak 14 orang. Pengambilan sampel secara sistematik random sampling dimaksudkan agar sampel yang diperoleh sebagai subyek penelitian memiliki sebaran yang merata (Machfoedz et al., 2005). Pengambilan sampel secara sistematik random dari masing-masing puskesmas sebagai berikut : 1. Puskesmas Gunungsari Cara pengambilan sampelnya sebagai berikut : 1) Membuat kerangka sampel dari list populasi. 2) Menghitung interval sampel dengan k=N/n k = 916/43 k = 21,3
52
3) Nomor sampel pertama yang dipergunakan dari k populasi pertama yaitu dari populasi no 21 dan 22 secara random. Misalnya terpilih populasi no 21 sebagai sampel pertama. 4) Nomor sampel kedua dengan menambahkan k yaitu 21 + 21,3 = 42,3 atau kelipatannya dengan membulatkan ke atas sehingga sampel kedua yaitu nomer 43,64,85,106, dan seterusnya sampai mendapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 29 orang. 2. Puskesmas Penimbung Cara pengambilan sampelnya sebagai berikut : 1) Membuat kerangka sampel dari list populasi. 2) Menghitung interval sampel dengan k=N/n k = 437/43 k = 10,1 3) Nomor sampel pertama yang dipergunakan dari k populasi pertama yaitu dari populasi no 10 dan 11 secara random. Misalnya terpilih populasi no 10 sebagai sampel pertama. 4) Nomor sampel kedua dengan menambahkan k yaitu 10 + 10,1 =20,1 atau kelipatannya dengan membulatkan ke atas sehingga sampel kedua yaitu nomer 21,31,41,51, dan seterusnya sampai mendapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 14 orang.
53
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Jenis Variabel 1. Variabel Endogen (tergantung) :
Keputusan Pemilihan Penolong
Persalinan. 2. Variabel Eksogen (bebas) : Kelas Ibu Hamil, Pendidikan Ibu, Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, Dukungan Keluarga, dan Akses ke Pelayanan Kesehatan 4.4.2 Definisi operasional variabel Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel dan Cara Pengukuran Variabel
Variabel Eksogen 1. Kelas Ibu Hamil
2. Pendidikan Ibu
Definisi Operasional
Cara Pengukuran dan hasil ukur
Skala Data
Jumlah hari yang diikuti Ibu dalam pelaksanaan Kelas Ibu Hamil yang penyelenggaraannya dilaksanakan selama 4 hari dan suami/keluarga mengikuti 1 hari.
Dengan cara wawancara Interval dengan berpedoman pada kuisioner, dengan Skala Likert dimana tiap item mempunyai tiga opsi jawaban yakni, jawaban : A= 5, B= 3, C= 1. Dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan (Sugiyono, 2005).
-Tingkat pendidikan formal yang ditamatkan, yaitu pendidikan yang didapat dari lingkungan Tsekolah dari i jenjang SD,SLTP,SLTA, n
Dengan cara wawancara Interval dengan berpedoman pada kuisioner, dengan Skala Likert dimana tiap item mempunyai tiga opsi jawaban yakni, jawaban : A= 5, B= 3, C= 1. Dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan
Nilai tersebut dikonversi dengan Method of Succesive Intervals (MSI) menjadi data Interval (Ali-Muhidin, dan Abdurahman, 2007).
54
Perguruan Tinggi g (Sugiyono, 2005). k Nilai tersebut dikonversi -Tingkat a dengan Method of Succesive pendidikan t non formal yaitu Intervals (MSI) menjadi data pendidikan p yang Interval (Ali- Muhidin dan Abdurahman, 2007). diperoleh sepanjang e hayat, n baik lingkungand keluarga i maupun lingkungand masyarakati sekitar seperti kursus k dan pelatihan a yang pernah diikuti n -Tingkat f pendidikan o informal r adalah aktivitas ibu m dalam mencari a pengetahuan l dalam hal ini berbagai hal tentang kehamilan dan persalinan diluar pendidikan formal dan non formal seperti membaca brosur, media massa, peran aktif ibu dalam kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan kesehatan, seperti menjadi kader posyandu, dll
3. Pengetahuan Ibu
Semua informasi yang diketahui ibu tentang pengertian, perawatan, risiko, penyakit, gizi, ANC pada masa kehamilan dan
Dengan cara wawancara Interval dengan berpedoman pada kuisioner, dimana tiap item mempunyai tiga opsi jawaban yakni, jawaban : A= 5, B= 3, C= 1. Dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan
55
risiko melahirkan di (Sugiyono, 2005). tenaga non Nilai tersebut dikonversi kesehatan dengan Method of Succesive Intervals (MSI) menjadi data Interval (Ali- Muhidin dan Abdurahman, 2007). 4. Sikap Ibu
Respon, reaksi, pandangan atau perasaan penilaian Ibu melahirkan terhadap tenaga penolong persalinannya
Dengan cara wawancara dengan berpedoman pada kuisioner, dengan Skala Likert dimana tiap item mempunyai tiga opsi jawaban yakni, jawaban : A= 5, B= 3, C= 1. Dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan (Sugiyono, 2005). Nilai tersebut dikonversi dengan Method of Succesive Intervals (MSI) menjadi data Interval (Ali-Muhidin dan Abdurahman, 2007).
5.Dukungan Keluarga
Pendapat atau persepsi terhadap keterlibatan keluarga memberikan dukungan dalam keputusan pemilihan tenaga penolong persalinan
Dengan cara wawancara Interval dengan berpedoman pada kuisioner, dengan Skala Likert dimana tiap item mempunyai tiga opsi jawaban yakni, jawaban : A= 5, B= 3, C= 1. Dari seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan (Sugiyono, 2005). Nilai tersebut dikonversi dengan Method of Succesive Intervals (MSI) menjadi data Interval (Ali- Muhidin dan Abdurahman, 2007).
6.Akses ke Kemampuan Ibu Pelayanan hamil dan keluarga Kesehatan untuk dapat mencapai atau menjangkau sarana pelayanan kesehatan
Dengan cara wawancara Interval dengan berpedoman pada kuisioner, dengan Skala Likert dimana tiap item mempunyai tiga opsi jawaban yakni, jawaban : A= 5, B= 3, C= 1. Dari seluruh pertanyaan
56
(Polindes, Puskesmas, Rumah Sakit, Bidan Praktek, dan lain sebagainya) dari tempat tinggalnya, baik dari segi transportasi, jarak dan lama waktu tempuh. Variabel Endogen Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
kemudian dijumlahkan (Sugiyono, 2005). Nilai tersebut dikonversi dengan Method of Succesive Intervals (MSI) menjadi data Interval (Ali- Muhidin dan Abdurahman, 2007).
Keputusan yang Dengan pemberian skore Interval diambil oleh Ibu dummy yakni : bersalin dan atau Skore 0 untuk ibu suami/keluarga bersalin ditolong oleh dalam menolong Dukun/paraji persalinan pada saat Skore 1 untuk ibu ibu bersalin, apakah bersalin ditolong oleh oleh tenaga tenaga kesehatan (Bidan, Kesehatan (bidan dokter, dan Dokter dan tenaga Spesialis Kandungan) kesehatan lainnya) atau oleh Dukun/paraji.
4.5 Instrumen Penelitian Variabel penelitian diukur dengan menggunakan instrumen kuesioner yang menyangkut : identitas ibu melahirkan, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, pelaksanaan kelas ibu hamil, dukungan keluarga,
akses ke pelayanan
kesehatan, dan pemilihan tenaga penolong persalinan. 4.6 Prosedur Penelitian 4.6.1 Pra-pelaksanaan survei 1. Mengurus ethical clearence di Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
57
2. Mengurus surat ijin penelitian/pengambilan data di Bidang Penelitian Pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Surat ijin penelitian juga ditembuskan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung. 3. Meminta kesediaan tiga orang untuk dilatih sebagai petugas wawancara dalam penelitian ini. 4. Meminta kesediaan dan kerelaan seluruh populasi untuk dijadikan sampel penelitian dimana terlebih dahulu diberitahu manfaat dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. 5. Meminta mengisi form kesediaan menjadi responden. 6. Seluruh populasi disesuaikan dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan 7. Untuk memperoleh sampel sesuai kriteria inklusi maka dilakukan wawancara dan pengecekan pada dokumen responden yang ada di puskesmas, seperti pernah atau tidaknya mengikuti kelas ibu hamil. 8. Menjelaskan bahwa kerahasiaan subyek akan di jaga. 4.6.2 Pelaksanaan survei 1. Sebelum dilakukan wawancara dengan responden, dilakukan observasi data responden yang ada dipuskesmas/poskesdes. 2. Sebelum dilakukan wawancara responden dijelaskan manfaat penelitian yang dilakukan.
58
3. Wawancara dilakukan di puskesmas bila responden sedang berkunjung ke puskesmas atau di rumah responden bilamana responden sedang tidak berkunjung ke puskesmas. 4. Kuisioner yang sudah terisi kemudian dilakukan cross-check dengan hasil observasi catatan responden di puskesmas. 4.6.3 Pasca pelaksanaan survei Pasca pelaksanaan survei, dari kuisioner yang sudah terisi dan sudah dilakukan cross-check, dilakukan tabulasi data dengan model tabulasi data yang telah dipersiapkan.
59
4.6.4 Alur penelitian Alur/tahapan penelitian, sebagaimana skema berikut ini. Populasi : semua ibu melahirkan di wilayah penelitian
Kriteria inklusi
Sampel : semua ibu melahirkan di Kecamatan Gunungsari wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Penimbung tahun 2013 Skrining Sampel jenuh ibu melahirkan yang ditolong oleh non nakes dan proportional systematic random sampling untuk ibu melahirkan yang ditolong nakes
Observasi data responden di Puskesmas Bahan untuk cross check hasil wawancara
Hasil wawancara dengan responden
Data awal
Tabulasi data hasil wawancara
Cross-check/verifikasi data
Data akhir
Analisis data
Gambar 4.2 Alur penelitian
60
4.7 Cara Pengumpulan Data 4.7.1 Data primer 1. Wawancara pada ibu dengan berpedoman pada kuesioner melalui wawancara untuk memperoleh data karakteristik responden. 2. Data untuk variabel bebas/eksogen responden (Pendidikan Ibu, Pengetahuan Ibu, Sikap Ibu, Kelas Ibu Hamil, Dukungan Keluarga, dan Akses ke Pelayanan Kesehatan) dengan wawancara yang berpedoman pada kuesioner dengan juga melihat dokumen yang ada seperti ijasah, sertifikat pelatihan, dan lain sebagainya. 3. Data untuk variabel terikat/eksogen (Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan) diperoleh melalui register ibu bersalin. 4.7.2 Data sekunder 1. Nama, dan tanggal lahir, alamat, Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan karakteristik responden diperoleh dari data puskesmas lokasi penelitian. 2. Gambaran umum lokasi penelitian, masyarakat, dan karakteristik wilayah penelitian diperoleh dari Profil, dan laporan tahunan puskesmas di lokasi penelitian. 4.8 Pengolahan dan Analisis Data 4.8.1 Pengolahan data Langkah-langkah yang dilakukan setelah data terkumpul, meliputi tahap : 1. Memeriksa kelengkapan data (editing) yang dikumpulkan. 2. Memberikan kode (coding) terhadap data untuk pengelompokkan jawaban.
61
3. Tabulating : Menyusun data ke dalam tabel-tabel untuk analisis menggunakan komputer. 4. Cleaning : Melakukan validasi data sehingga bebas dari kesalahan. 4.8.2 Analisis data 1. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner survei pendahuluan Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui kesahihan dan keandalan kuesioner dilakukan dengan terlebih dahulu menyebarkan kuesioner pendahuluan kepada 20 responden (survei pendahuluan), yaitu di wilayah kerja Puskesmas lain di Kabupaten Lombok Barat. Uji validitas dimaksudkan untuk menguji keakuratan instrumen kuesioner. Rumus korelasi product moment dipergunakan untuk pengujian validitas kuesioner survei pendahuluan dalam penelitian ini. Dengan demikian maka uji validitas dan reliabilitas data merupakan uji non komparasi dengan menggunakan uji korelasional yakni korelasi product moment. Variabel dinyatakan valid sehingga dapat dipergunakan untuk pengumpulan data apabila semua item pertanyaan menurut perhitungan komputer dengan r hitung korelasi product moment > dari nilai kritis (r tabel) pada tingkat kepercayaan 95%. Sehingga item pertanyaan variabel yang dipergunakan secara keseluruhan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Untuk menguji konsistensi data yang dikumpulkan, maka dilakukan pengujian reliabilitas. Pengujian reliabilitas kuesioner survei
62
pendahuluan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Suatu kuesioner penelitian dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data apabila berdasarkan perhitungan komputer nilai r hitung > dari r tabel (Arikunto, 1993:225 dalam Ali-Muhidin dan Abdurahman, 2007). 2. Analisis deskriptif Melakukan analisis univariat yaitu analisis deskriptif dari masingmasing faktor, baik faktor eksogen maupun faktor endogen. 3. Analisis inferensial Beberapa asumsi yang hendaknya diperhatikan dalam analisis data menggunakan Path Analysis ( Analisis Jalur) sebagai berikut: 1) Linearitas hubungan antar variabel. 2) Tidak ada korelasi pada semua variabel residu. 3) Tidak ada pengaruh timbal balik (rekursif) dalam hubungan antar variabel 4) Skala data masing-masing variabel sekurang-kurangnya interval (Al-Rasyid 2005 dalam Ali-Muhidin dan Abdurahman, 2007). Analisis data dapat menggunakan aplikasi pada SPSS for windows dengan melakukan analisis regresi linier masing-masing jalur langsung, dimana nilai Standardized
Coefficients
merupakan
koefisien
masing-masing
jalur
(Wahana Komputer, 2005). 1) Pengujian kebermaknaan jalur secara sendiri-sendiri dipergunakan uji t 2) Pengujian kebermaknaan jalur secara keseluruhan dipergunakan uji F
63
BAB V HASIL PENELITIAN 4.8 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, yang terdiri atas Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung. Batas-batas wilayah Kecamatan Gunungsari adalah : 1. Sebelah Utara
: Kabupaten Lombok Utara
2. Sebelah Selatan
: Kota Mataram
3. Sebelah Barat
: Kecamatan Batulayar
4. Sebelah Timur
: Kecamatan Lingsar
4.8.1 Gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Gunungsari Puskesmas Gunungsari merupakan puskesmas perawatan dari 17 Puskesmas di Kabupaten Lombok Barat. Luas wilayah mencapai 28,86 Km2. Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari mencakup 7 desa dan merupakan kombinasi antara daerah daratan pegunungan (perbukitan) di wilayah utara, ketinggian wilayah yaitu 0 – 256 m,dpl. Secara demografis, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari tahun 2013 mencapai 53.899 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari meliputi 7 Desa dan 55 Dusun. Di wilayah puskesmas gunungsari terdapat 20 TK, 29 SD/MI, 9 SLTP/ MTs, 7 SMU/MA, 1 SMK dan 6 Pondok pesantren. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Puskesmas Gunungsari didukung oleh sarana dan prasarana yang
64
terdiri dari 3 unit Puskesmas Pembantu dan 7 unit Poskesdes, serta dukungan partisipasi masyarakat dalam bentuk 61 posyandu. Jumlah
ketenagaan Puskesmas Gunungsari tahun 2013 sebanyak 71
orang, yang terdiri atas tenaga dokter umum 2 orang, dokter gigi 1 orang, SKM 2 orang, bidan 27 orang, perawat 33 orang, perawat gigi 2 orang, sanitarian 3 orang, ahli gizi 3 orang, apoteker 2 orang, tenaga laboratorium 4 orang, tenaga administrasi 5 orang dan tenaga lainnya 4 orang. Sedangkan bidan praktek swasta sebanyak 7 orang, dokter praktek umum swasta 2 orang dan dukun beranak terlatih 15 orang (Laporan Tahunan Puskesmas Gunungsari, 2013). 5.1.2 Gambaran umum Puskesmas Penimbung Puskesmas Penimbung merupakan pemekaran dari puskemas Gunungsari. Puskesmas Penimbung secara resmi mulai beroperasi sejak 1 april 2000. Puskesmas Penimbung memiliki wilayah kerja sebanyak 9 desa , yaitu : Desa Penimbung, Bukit Tinggi, Mekar Sari, Kekeri, Mambalan, Jeringo, Gelangsar, Dopang, dan Ranjok. Desa Kekeri, Mambalan, Dopang, dan Ranjok merupakan dataran tendah dan berbatasan langsung dengan Kota Mataram. Sedangkan 5 Desa (Penimbung, Bukit Tinggi, Mekar Sari, Jeringo, Gelangsar) terdiri dari sebagian besar dataran tinggi (perbukitan). Dusun yang terjauh dari puskesmas adalah dusun Murpadang Desa Bukit Tinggi dan Dusun Geripak Desa Gelangsar dengan jarak tempuh > 2 jam dengan jalan kaki atau dengan sepeda motor. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Penimbung adalah : 1. Sebelah Utara
: Hutan (pegunungan)
2. Sebelah Selatan
: Kota Mataram
65
3. Sebelah Barat
: Desa Tamansari
4. Sebelah Timur
: Desa Gegerung dan Dasan Geria
Puskesmas Penimbung secara demografis pada akhir tahun 2013 mempunyai penduduk sebesar 29.037 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 11.181 KK dan jumlah keluarga miskin sebanyak 8.818 KK. Dalam melakukan pelayanan, Puskesmas Penimbung pada tahun 2013 didukung oleh tenaga sebanyak 55 orang. Tenaga tersebut meliputi : PNS 34 orang, tenaga kontrak 7 orang, PTT 3 orang dan tenaga mengabdi 11 orang. Sedangkan bidan praktek swasta sebanyak 2 orang, dokter umum praktek swasta 1 orang dan dukun terlatih 10 orang. Puskesmas Penimbung, mempunyai bidan sebanyak 16 orang, dan bidan tersebut terbagi di puskesmas 7 orang, dan di desa 9 orang. Jumlah bidan tersebut terbagi atas yang di puskesmas terdiri dari D1 4 orang, DIII 2 orang, dan D4 1 orang. Sementara 9 desa hanya memiliki masingmasing 1 bidan desa dan tidak semua tinggal di desa tempatnya bertugas. Dari 9 desa tersebut ada 2 desa yang poskesdesnya sedang dibangun/perbaikan (Laporan Tahunan Puskesmas Penimbung, 2013). 5.2 Karakteristik Responden, Suami dan Keluarga Karakteristik yang diteliti meliputi karakteristik responden (ibu bersalin) maupun karakteristik dari suami responden. Distribusi dari karakteristik responden, suami dan keluarga responden disajikan dalam tabel 5.1 di bawah.
66
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden, Suami dan Keluarga Responden di Wilayah Kecamatan Gunungsari Tahun 2014 Karakteristik Responden Frekuensi (Orang) Persentase (%) No Kelompok Umur 1 < 20 tahun 5 7,14 2 21 – 35 tahun 61 87,14 3 > 35 tahun 4 5,72 Jumlah 70 100,00 No Pekerjaan 1 PNS/Pegawai Swasta 6 8,57 2 Buruh 4 5,71 3 Pedagang 15 21,43 4 IRT 33 47,14 5 Petani/Nelayan 0 0,00 6 Lainnya 12 17,15 Jumlah 70 100,00 No Pendidikan 1 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 12 17,14 2 Tamat SD 24 34,29 3 SMP/Sederajat 10 14,29 4 SMA/Sederajat 8 11,43 5 PT 16 22,85 Jumlah 70 100,0 No Status Perkawinan 1 Kawin 62 88,57 2 Janda 8 11,43 Jumlah 70 100,00 No Umur Suami 1 < 20 tahun 2 2,86 2 21 – 35 tahun 47 67,14 3 > 35 tahun 21 30,00 Jumlah 70 100,0 No Pekerjaan Suami 1 PNS/Pegawai Swasta 8 11,43 2 Buruh 15 21,43 3 Pedagang 13 18,57 4 Petani/Nelayan 12 17,14 5 Lainnya 22 31,43 Jumlah 70 100,00 No Pendidikan Suami 1 Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 4 5,71 2 Tamat SD 23 32,86 3 SMP/Sederajat 19 27,14 4 SMA/Sederajat 13 18,57 5 PT 11 15,72 Jumlah 70 100,00
67
No 1 2 3 4 5 No 1 2 No. 1 2 3
Jumlah Anggota Keluarga Sedapur 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang > 5 orang Jumlah Jumlah Balita dalam 1 keluarga 1 orang > 1 orang Jumlah Paritas Pertama Kedua Ke tiga dan seterusnya Jumlah
4 10 32 17 7 70
5,71 14,29 45,71 24,29 10,00 100,00
14 56 70
20 80 100,00
15 36 19 70
21,43 51,43 27,14 100.00
5.2.1 Karakteristik responden Dari Tabel 5.1 tersebut di atas, dari 70 responden diketahui sebagian besar responden berada pada usia 21 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 61 orang (87,14%). Kelompok umur paling sedikit >35 tahun yaitu sebanyak 4 orang (5,72%). Pekerjaan responden terbanyak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak
33 orang (47,14%) dan yang paling sedikit adalah bekerja
sebagai buruh 4 orang (5,71%). Dilihat dari tingkatan pendidikan formal responden sebagian besar berpendidikan tamat SD sebanyak 24 orang (34,29%) sedangkan yang paling sedikit adalah tamatan SMA/sederajat sebanyak 8 orang (11,43%). Status perkawinan dari responden sebagian kawin (bersuami) yakni sebanyak 62 orang (88,57%) dan 8 orang (11,43%) yang berstatus janda.
68
5.2.2 Karakteristik suami responden Karakteristik suami responden meliputi kelompok umur, pekerjaan dan pendidikan suami respoden. Diketahui bahwa sebagian besar suami responden berada pada usia 21 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 47 orang (67,14%), dan yang paling sedikit pada kelompok umur kelompok umur < 20 tahun hanya 2 orang ( 2,86%) saja. Distribusi pekerjaan dari suami responden yang paling sedikit adalah sebagai PNS/pegawai swasta 8 orang (11,43 %), dan yang terbanyak pekerjaaan lainnya sebanyak 22 orang (31,43%). Dilihat dari segi pendidikan, para suami rata-rata berpendidikan sedikit lebih tinggi dari para responden. Pendidikan formal para suami responden masih sebagian besar tamat SD sebanyak 23 orang (32,86%), sementara yang paling sedikit adalah para suami yang tidak sekolah/tidak tamat SD hanya 4 orang (5,71%). 5.2.3 Karakteristik keluarga Karakteristik keluarga mencakup jumlah anggota keluarga sedapur, jumlah balita dalam 1 keluarga, dan paritas. Jumlah anggota keluarga responden yang sedapur, terbanyak adalah yang 4 orang sedapur yakni 32 responden (45,71%), dan yang paling sedikit adalah jumlah anggota keluarga sedapur yang 2 orang dalam sedapur hanya 4 responden (5,71%). Dilihat dari jumlah balita dalam keluarga, yang mempunyai balita >1 orang sebanyak 56 responden (80%), sedangkan yang punya balita dalam keluarga 1 orang sebanyak 14 responden (20%).
69
Distribusi paritas, yang terbanyak adalah pada paritas ke dua yakni sebanyak 36 responden (51,43%) dan yang paling sedikit adalah paritas pertama sebanyak 15 orang (21,43%). 5.3 Pengaruh Masing-masing Jalur Untuk mengetahui apakah masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak maka dilakukan analisis kemaknaan jalur untuk masingmasing variabel. Terdapat tujuh variabel yang akan di analisis pengaruh jalurnya masing-masing, yakni Pendidikan Ibu, Kelas Ibu Hamil, Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Sikap Ibu, Akses, dan Pemilihan Penolong Persalinan. Ada delapan jalur yang dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya antar variabel yang disajikan pada tabel 5.2 tabel di bawah. Tabel 5.2 Pengaruh Jalur Terhadap Masing-masing Faktor di Kecamatan Gunungsari Tahun 2014 Faktor Koefisien t-sig Keterangan P Pendidikan Ibu – Pengetahuan Ibu 0,248 0,000 Signifikan Kelas Ibu Hamil – Pengetahuan Ibu 0,746 0,000 Signifikan Kelas Ibu Hamil – Dukungan Keluarga 0,975 0,000 Signifikan Pengetahuan Ibu-Sikap Ibu -0,086 0,910 Tidak Signifikan Dukungan Keluarga -Sikap Ibu 1,015 0,187 Tidak Signifikan Sikap Ibu- Pemilihan Penolong Persalinan -0,264 0,640 Tidak Signifikan Dukungan Keluarga - Pemilihan Penolong 0,534 0,033 Signifikan Persalinan Akses - Pemilihan Penolong Persalinan 0,413 0,419 Tidak Signifikan
70
Secara skematis koefisien masing-masing jalur adalah sebagai berikut : Pendidikan Ibu 0,248
Pengetahuan Ibu -0,086
0,746 -0,264
Kelas Ibu Hamil
Sikap Ibu 0,975
1,015
Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
Penuruna n AKI dan AKB
0,534
Dukungan Keluarga 0,413
Akses Ke Fasilitas Kesehatan
Faktor Koefisien jalur yang signifikan Koefisien jalur yang tidak signifikan
Jalur signifikan Jalur tidak signifikan
Gambar 5.1 Koefisien Masing-masing Jalur
71
Dari Tabel 5.2 dan Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa tidak semua jalur antar variabel yang di analisis mempunyai hubungan yang bermakna, baik dengan uji-t secara sendiri-sendiri maupun dengan uji-F secara bersama-sama dengan koefisien yang berbeda-beda. Pengaruh masing-masing faktor terhadap faktor lainnya adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh pendidikan ibu terhadap pengetahuan ibu uji-t nilai p = 0,000 koefisien 0,248 artinya bahwa, ada pengaruh yang signifikan pendidikan ibu terhadap pengetahuan ibu. Koefisien 0,248 menunjukkan bahwa pendidikan ibu mempunyai pengaruh yang lemah untuk terbentuknya pengetahuan ibu. 2. Pengaruh kelas ibu hamil terhadap pengetahuan ibu uji-t nilai p = 0,000 koefisien 0,746 artinya bahwa, ada pengaruh yang signifikan kelas ibu hamil terhadap pengetahuan ibu. Koefisien 0,746 menunjukkan bahwa kelas ibu hamil mempunyai pengaruh yang cukup kuat untuk terbentuknya pengetahuan ibu, dimana ibu semakin penuh mengikuti sesi kelas ibu hamil dan ditambah dengan mengajak suami/keluarga mengikuti kelas ibu hamil maka akan mempertinggi
pengetahuan
ibu
tentang
persalinan.
Keikutsertaan
suami/keluarga juga dapat menunjang pemahaman ibu tentang materi yang diterima dengan berdiskusi atau tukar pendapat dengan suami/keluarga, baik sewaktu pelaksanaan kelas ibu hamil maupun di rumah setelah usai pelaksanaan kelas ibu hamil. 3. Pengaruh kelas ibu hamil terhadap dukungan keluarga uji-t nilai p = 0,000 koefisien 0,975 artinya bahwa, ada pengaruh yang signifikan kelas ibu hamil
72
terhadap dukungan keluarga. Koefisien 0,975 menunjukkan bahwa kelas ibu hamil mempunyai pengaruh yang sangat kuat untuk terbentuknya dukungan keluarga yang positif, dimana keluarga akan mendorong ibu untuk melahirkan di tenaga kesehatan. Semakin ibu mengikuti penuh sesi kelas ibu hamil dan ditambah dengan mengajak suami/keluarga, maka akan mempertinggi pengetahuan ibu tentang persalinan yang dapat ditularkan kepada keluarga yang lain sehingga pemahaman keluarga tentang berbagai hal persalinan terutama risiko persalinan akan semakin baik. Keikutsertaan suami/keluarga juga dapat menunjang pemahaman keluarga/suami tentang kehamilan dan persalinan. Diharapkan juga dapat ikut menjelaskan dan memberikan pemahaman kepada keluarga lainnya. 4. Pengaruh pengetahuan ibu terhadap sikap ibu uji-t nilai p = 0,910 artinya bahwa, tidak ada pengaruh yang signifikan pengetahuan ibu terhadap pembentukan sikap ibu. 5. Pengaruh dukungan keluarga terhadap sikap ibu uji-t nilai p = 0,187 artinya bahwa, tidak ada pengaruh yang signifikan dukungan keluarga terhadap pembentukan sikap ibu. 6. Pengaruh sikap ibu terhadap pemilihan penolong persalinan uji-t nilai p = 0,640 artinya bahwa, tidak ada pengaruh yang signifikan sikap ibu terhadap pemilihan penolong persalinan. 7. Pengaruh dukungan keluarga terhadap pemilihan penolong persalinan uji-t nilai p = 0,033 dan koefisien 0,534 artinya bahwa, ada pengaruh yang signifikan dukungan keluarga terhadap pemilihan penolong persalinan.
73
Koefisien 0,534 menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang cukup terhadap pemilihan penolong persalinan. Dukungan keluarga yang positip akan menentukan pemilihan penolong persalinan yang positip pula, dimana dalam hal ini adalah persalinan oleh tenaga kesehatan. 8. Pengaruh akses terhadap pemilihan penolong persalinan uji-t nilai p = 0,419 artinya bahwa, tidak ada pengaruh yang signifikan akses terhadap pemilihan penolong persalinan. 5.4 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Pengaruh langsung dan tidak langsung dari berbagai faktor terhadap pemilihan penolong persalinan di Wilayah Kecamatan Gunungsari tahun 2014 disajikan pada tabel 5.3 dibawah.
74
Tabel 5.3 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Faktor Terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kecamatan Gunungsari Tahun 2014 Dari Variabel
Sikap Ibu – Pemilihan Penolong Persalinan Dukungan Keluarga – Pemilihan Penolong Persalinan
Koefisien Jalur Direct Indirect Effect Effect (Pengaruh (Pengaruh Langsung) Tidak Langsung) -
Koefisien Jalur Total
Zero Order Korelasi (b)
Pengaruh Total /%
-
-
-
(a x b)
(a)
0,534
-
0,534
0,6656
35,54
Akses – Pemilihan Penolong Persalinan
-
-
-
-
-
Pendidikan Ibu melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Pemilihan Penolong Persalinan
-
-
-
-
-
Kelas Ibu Hamil melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Pemilihan Penolong Persalinan
-
-
-
-
-
Kelas Ibu Hamil melalui Dukungan Keluarga dan Sikap Ibu - Pemilihan Penolong Persalinan
-
-
-
-
-
Kelas Ibu Hamil melalui Dukungan Keluarga -Pemilihan Penolong Persalinan
0,975x0,534
0,520
0,6689
34,78
Pengaruh Total
70,32
75
Penjelasan Tabel 5.3 sebagai berikut : 8. Faktor sikap ibu tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. 9. Faktor dukungan keluarga mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin dengan koefisien sebesar 0,534. Hal ini berarti bahwa dukungan keluarga
yang positif terhadap
permasalahan seputar persalinan akan melahirkan keputusan yang positip pula dalam keputusan pemilihan penolong persalinan yang dalam hal ini adalah oleh tenaga kesehatan. Sumbangan efektif dari jalur ini adalah sebesar 35,54% yang artinya secara sendiri faktor dukungan keluarga mempunyai pengaruh sebesar 35,54% terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin untuk ditolong oleh tenaga kesehatan. 10. Faktor akses tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. 11. Faktor pendidikan melalui pengetahuan ibu dan sikap ibu tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. 12. Faktor kelas ibu hamil
melalui pengetahuan ibu dan sikap ibu tidak
berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. 13. Faktor kelas ibu hamil
melalui dukungan keluarga
dan sikap ibu tidak
berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin.
76
14. Faktor kelas ibu hamil
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap
keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin melalui dukungan keluarga dengan koefisien sebesar 0,520. Hal ini berarti bahwa faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga akan melahirkan keputusan yang positip pula dalam keputusan pemilihan penolong persalinan yang dalam hal ini oleh tenaga kesehatan. Sumbangan efektif dari jalur ini adalah sebesar 34,78% yang artinya faktor kelas ibu hamil
mempunyai pengaruh secara tidak
langsung melalui dukungan keluarga sebesar 34,78% terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin untuk ditolong oleh tenaga kesehatan.
77
BAB VI PEMBAHASAN 4.9 Pemilihan Penolong Persalinan Berdasarkan data di lapangan bahwa, untuk wilayah kecamatan Gunungsari yang terdiri dari wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung, masih terdapat 27 orang yang melahirkan ditolong tenaga dukun dalam tahun 2012 dan 2013 yang lalu. Hal ini mencerminkan bahwa masih adanya perilaku ibu bersalin ataupun keluarganya yang memilih tenaga dukun walaupun telah dicanangkannya program Jampersal. Program Jampersal, dimana ibu bersalin tidak dipungut biaya jika melahirkan di pelayanan kesehatan pemerintah. Juga dengan dicanangkannya program Desa Siaga dan penempatan bidan di seluruh desa dan dibangunnya pustu dan poskesdes, kenyataan di lapangan masih terdapat juga ibu bersalin di tolong oleh tenaga dukun. Hal ini perlu diwaspadai mengingat persalinan oleh tenaga dukun sangat berisiko, baik bagi bayi maupun ibunya. Penelitian tentang pemilihan penolong persalinan pernah dilakukan di Desa Banjarsari Kecamatan Gerabag Kabupaten Magelang oleh Amilda dan Palarto (2010) mendapatkan hasil penelitian
bahwa 55,6%
ibu
memilih
pertolongan persalinan oleh dukun bayi dan 44,4% oleh bidan. Kenyataan di lapangan tersebut sesuai dengan hasil penelitian di Uganda yang diungkapkan oleh Armstrong (2011), yang mengatakan bahwa dukun bayi masih membantu perempuan untuk melahirkan di desa-desa dan memainkan
78
peran penting dalam kesehatan banyak ibu, memberikan perawatan yang baik bagi perempuan. Secara teoritis paraji/dukun masih sangat berperan dalam etno-obstetri masyarakat karena sebagai berikut : 7. Ia tinggal dekat atau membaur dengan warga setempat dan mudah dihubungi. 8. Dalam melakukan pekerjaannya tampil tidak formal dan memiliki hubungan dekat dengan warga desa karena tampil atau pembawaan diri tanpa jarak sosial. 9. Secara psikologis sentuhan-sentuhan tangannya kepada ibu dianggap mampu meminimalkan atau mereduksi gangguan fisik atau sakit mereka pada saat hamil dan bersalin. 10. Mampu tampil menurut peran dan fungsinya yang memberi keuntungan kepada warga masyarakat, serta tetap diyakini keberhasilannya. 11. Dibutuhkan karena merawat para ibu dari masa hamil, bersalin dan setelah bersalin (sampai patokan tradisional, 40 hari pasca persalinan). 12. Menetapkan tarif biaya secara tidak lugas dan biasanya hanya menerima pembayaran
berdasarkan
kemampuan
ekonomi
para
keluarga
yang
dilayaninya (Aswar, 2005). Program percepatan penurunan AKI melahirkan dan AKB di provinsi NTB melalui gerakan AKINO merupakan gerakan yang berlandaskan pada kesetaraan, tanggung jawab dan ketergantungan yang saling membutuhkan dengan mengembangkan tujuan, nilai dan visi bersama.
79
Dengan demikian, upaya AKI dan AKB menuju Nol sebagai suatu keniscayaan
yang
harus
dilakukan
serentak,
serempak,
terpadu
dan
berkesimbungan seperti upaya ke arah peningkatan jumlah kunjungan ANC, Kelas Ibu Hamil, Jampersal, Desa Siaga, Pembangunan Poskesdes, penempatan Bidan Desa dan lain sebagainya. 4.10 Pengaruh Langsung Faktor Sikap Ibu Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014 Stimulus atau objek merupakan akibat dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang disebut sebagai sikap. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa, sikap ibu tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap pemilihan penolong persalinan uji-t nilai p = 0,640. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Almi (2004), di wilayah kerja Puskesmas Muara Bulian Kabupaten Batanghari bahwa antara tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, pendapatan keluarga, dukungan suami/keluarga, peran kader posyandu, peran petugas kesehatan mempunyai hubungan dengan pemilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan. Penelitian ini juga tidak sama
dengan hasil penelitian tentang
pemilihan penolong persalinan oleh Simanjuntak et al., (2012), yang menunjukkan hasil analisis hubungan sikap dengan pemilihan penolong persalinan diperoleh ada sebanyak 60 (83,3%) ibu yang bersikap cukup baik memilih bidan sebagai penolong persalinan. Diantara ibu yang bersikap baik ada sebanyak 58 (98,3%) memilih tenaga persalinan yang sama dan terbukti ada hubungan yang signifikan dari sikap ibu dengan
80
pemilihan penolong persalinan yang menunjukkan chi square ( =0,455 dimana p=0,001). Sikap ibu bersalin yang tidak berpengaruh langsung terhadap pemilihan penolong persalinan dikarenakan besarnya pengaruh keluarga dalam
mengambil
keputusan.
Keputusan
untuk
memilih
penolong
persalinan lebih banyak diambil oleh pihak suami dari ibu bersalin terutama ibu bersalin yang tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga). Ibu bersalin tidak mempunyai penghasilan dalam keluarga dan seluruh biaya dalam keluarga di tanggung/dinafkahi oleh suami, sehingga ibu bersalin harus menurut terhadap keputusan suami. Persalinan dari ibu bersalin yang di tolong oleh tenaga non kesehatan sebanyak 27 orang (Gunungsari 12 orang dan Penimbung 15 orang) semuanya berstatus sebagai ibu rumah tangga, dalam arti tidak bekerja atau tidak mempunyai penghasilan dalam menunjang ekonomi keluarga. 4.11 Pengaruh Langsung Faktor Dukungan Keluarga Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014 Perempuan yang usianya relative muda masih bergantung kepada suami dan keluarga karena mempunyai kemampuan mandiri masih rendah untuk mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih siapa penolong persalinannya masih bergantung pada suami dan keluarga yang memang dianggap mempunyai peranan penting. Orang yang lebih tua dianggap lebih berpengalaman dan beranggapan pilihan orang yang lebih tua yang terbaik. Dengan mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk maka seluruh keluarga dan
81
terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hartono, Dick (1999) , dalam Rochayah (2012), status ibu dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dimana pada umumnya dengan tingkat pendidikan rendah mereka memiliki keterbatasan otonomi. Hal tersebut antara lain karena sub-ordinasi terhadap suami, mertua, anggota keluarga lainnya sehingga tanpa ijin pihak lain diluar dirinya sangat sulit bagi ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun sedang menghadapi resiko kematian. Dari hasil penelitian, faktor dukungan keluarga
mempunyai pengaruh
langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin (p=0,033) dengan koefisien sebesar 0,534. Hal ini berarti bahwa dukungan keluarga yang positif terhadap permasalahan seputar persalinan akan membuat keputusan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. Sumbangan efektif dari jalur ini adalah sebesar 35,54% yang artinya secara sendiri faktor dukungan keluarga mempunyai pengaruh sebesar 35,54% terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin untuk ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Murdiningsih (2000), di Palembang bahwa dukungan orang lain signifikan terhadap orang yang dipilih dalam persalinan ibu. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Cherawaty (2004) dalam Rochayah (2012), pengambil keputusan dan keluarga mempunyai peran yang
82
sangat besar dalam memilih penolong persalinan. Suami dan keluarga dapat memberikan dukungan moril dan materil kepada ibu. Dukungan keluarga di Kecamatan Gunungsari dalam memutuskan pemilihan penolong persalinan memang mempunyai pengaruh yang sangat dominan. Dukungan keluarga pada ibu bersalin ini cukup besar yaitu 64, 29%. Disamping suami sebagai kepala keluarga, peran mertua baik dari pihak ibu bersalin maupun pihak suaminya masih cukup dominan dalam pengambilan keputusan
dalam rumah tangga anaknya. Peran keluarga dalam pemilihan
penolong persalinan maupun hal-hal lainnya. Peran mertua yang cukup dominan di beberapa rumah tangga ibu bersalin ini, dari hasil wawancara banyak terjadi pada ibu bersalin yang menikah pada usia dini, dimana biaya rumah tangganya masih ditanggung/menjadi beban orang tua. Hal ini yang banyak mewarnai keputusan dalam pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin yang di dominasi oleh keputusan suami, mertua atau orang tua. 4.12 Pengaruh Langsung Faktor Akses ke Fasilitas Kesehatan Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014 Kemudahan masyarakat untuk menjangkau Sarana Kesehatan (Polindes, Puskesmas, Rumah Sakit, Bidan Praktek, dan lain sebagainya)
dari tempat
tinggalnya, baik dari segi transportasi, jarak dan lama waktu tempuh. Kesulitan untuk mencapai sarana kesehatan sehingga akses pelayanan kesehatan dan informasi yang didapat oleh ibu hamil menjadi berkurang begitu juga dengan jenis dan kualitasnya. Banyak faktor yang dapat diperoleh oleh ibu hamil dengan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan, diantaranya
83
mendapatkan pelayanan KB, pemeriksakan kehamilan, pelayanan dasar terhadap kesehatan, serta rujukan yang dibutuhkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2001). Faktor akses tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin (p=0,419). Hal ini berarti bahwa Faktor akses tidak menjadi masalah dalam keputusan pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Gunungsari tahun 2014. Program penempatan bidan di desa-desa dan pembangunan poskesdes adalah upaya pemerintah mempermudah akses masyarakat, khususnya ibu hamil dalam menjangkau pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dalam pelayanan Antenatalcare (ANC) dan pertolongan persalinannya. Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung adalah dua Puskesmas di Kecamatan Gunungsari yang sudah mempunyai bidan desa. Beberapa wilayah dusun di Desa Penimbung yaitu Murpadang Desa Bukit Tinggi dan Dusun Geripak Desa Gelangsar dengan jarak tempuh > 2 jam dengan jalan kaki atau dengan sepeda motor masih menjadi kendala yang cukup berarti untuk menjangkau pelayanan kesehatan terlebih pada malam hari. Penelitian ini terdapat hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Karjono (2013) di KSB. Tidak ada hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan keputusan memilih penolong persalinan. Berbeda dengan penemuan penelitian oleh Amilda, dan Palarto (2010) di Desa Banjarsari Kecamatan Gerabag Kabupaten Magelang. Penelitian tersebut mendapatkan tingkat pengetahuan, status ekonomi, dan keterjangkauan sarana
84
kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemilihan pertolongan persalinan. Kecamatan Gunungsari adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Mataram yang merupakan ibu kota Provinsi NTB. Dengan demikian hampir semua akses jalan menuju desa maupun dusun di wilayah kerja Kecamatan Gunungsari dapat dilalui kendaraan, minimal dengan sepeda motor. Begitu juga dengan listrik penerangan jalan di seluruh desa atau dusun sudah terjangkau oleh penerangan listrik, sehingga walaupun pada malam hari akan mudah menjangkau instalasi pelayanan kesehatan terdekat seperti Pustu, Poskesdes atau Puskesmas bahkan ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota atau Rumah Sakit Provinsi. Untuk wilayah kerja Puskesmas Gunungsari, seluruh desanya dengan mudah dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat, dan ada 3 dusun yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua. Di wilayah kerja Puskesmas Penimbung ada 2 dusun yang cukup jauh jaraknya dari puskesmas yakni Dusun Murpadang Desa Bukit Tinggi, dan Dusun Geripak Desa Gelangsar. Kedua dusun tersebut bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua, dan jika berjalan kaki jarak tempuh sekitar 2 jam sampai di puskesmas. Tetapi hal tersebut bukan merupakan hambatan yang berarti dalam mencapai puskesmas. 4.13 Pengaruh Tidak Langsung Faktor Pendidikan Ibu Melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014
Peningkatan atau kemajuan yang diperoleh secara lahir dan batin dapat diperoleh melalui pendidikan. Tujuan proses belajar dan mengajar dalam
85
pendidikan untuk membina kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku agar memperoleh peningkatan kemajuan lahir dan batin. Pendidikan seorang ibu adalah pendidikan yang pernah ditempuh selama hidupnya secara formal maupun nonformal. Pendidikan yang diberikan disekolah ini disebut pendidikan formal. Pendidikan yang ditempuh selama 9-12 tahun disebut pendidikan dasar, sedangkan pendidikan lebih dari 12 tahun disebut pendidikan menengah sampai keatas. Pada penelitian ini ada pengaruh pendidikan ibu terhadap pengetahuan ibu dengan koefisien 0,248. Hal ini menunjukkan bahwa, pendidikan ibu mempunyai pengaruh yang lemah untuk terbentuknya pengetahuan ibu, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang persalinan. Sebaliknya, pengetahuan ibu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap ibu (p = 0,910). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak membentuk sikap dalam pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin. Perencanaan pelaku pendidikan berupaya mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang direncanakan dan diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Dari hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Pada penelitian ini, faktor pendidikan ibu ke pengetahuan ibu mempunyai pengaruh yang signifikan, sementara dari faktor pengetahuan ibu ke sikap ibu, dan dari sikap ibu ke pemilihan penolong persalinan tidak berpengaruh secara signifikan, artinya ada jalur yang terpotong/tidak signifikan.
86
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa dari pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan. Informasi yang diterima seseorang baik dari petugas kesehatan atau orang disekitarnya akan semakin mudah diterima jika pendidikannya semakin tinggi. Sikap untuk menerima pernyataan atau pendirian merupakan pengetahuan yang didapatkan dari kepercayaan. Berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu seseorang dapat menerima kepercayaan. Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Kepercayaan yang sering diperoleh membuat seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Informasi yang sama dan diperoleh berulangkali dapat menumbuhkan kepercayaan. Tujuan dan kepentingan yang sama membuat kepercayaan berkembang di masyarakat. Cukup banyaknya ibu bersalin yang berpendidikan SMA 8 orang dan Perguruan Tinggi (DI dan DIII) sebanyak 16 orang dari 70 orang responden, maka dapat dimaklumi bahwa pengetahuan ibu tentang berbagai hal menyangkut kehamilan, persalinan, nifas dan lain sebagainya cukup tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi tersebut maka berbagai informasi yang didapatkan oleh ibu bersalin akan mudah diserap, baik melalui media televisi, koran, majalah ataupun informasi dari puskesmas. Informasi yang didapat berupa bahan cetakan dan dialog langsung dengan petugas kesehatan. Hal ini juga didukung karena ibu bersalin yang pernah mengikuti kursus, sebagai kader posyandu, pengurus PKK di desa, dan aktif dalam kegiatan keagamaan. Ibu hamil akan lebih mudah
87
menyerap dan mengadopsi berbagai informasi bila mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Tetapi peningkatan pengetahuan ini belum dapat membentuk sikap yang positif, karena masih dominannya peran keluarga dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga ibu bersalin, dalam hal ini keputusan pemilihan penolong persalinannya. Hal ini menjadikan sikap ibu yang pasrah dan menyerahkan keputusan pemilihan penolong persalinannya kepada pihak suami atau keluarga lainnya. Ini banyak terjadi pada ibu bersalin yang menikah dini yang masih ditanggung oleh orang tua, ibu bersalin yang tidak bekerja dan ibu bersalin yang berpendidikan rendah. Pada penelitian ini hasilnya juga tidak sejalan dengan penelitian Mutea (2010) bahwa, tingkat pendidikan juga ditemukan menjadi penentu pilihan penolong persalinan dan juga terdapat hubungan yang bermakna antara jarak rumah ke fasilitas kesehatan. 4.14 Pengaruh Tidak Langsung Faktor Kelas Ibu Hamil Melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014 Kegiatan kelas ibu hamil dimana ibu bertemu dan belajar bersama secara kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil. Pengetahuan dan keterampilan ditingkatkan untuk
merubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) ibu
hamil dan keluarganya tentang berbagai hal yang menyangkut kehamilan dan perubahan tubuh, bagaimana merawat pada masa hamil, persalinan, merawat pada masa nifas, merawat bayi, menggali dan meluruskan mitos yang berhubungan
88
dengan kesehatan ibu dan anak, penyakit menular seperti IMS (Infeksi Menular Seksual), HIV (Human Immunodeficiency Virus), AIDS (Depkes RI, 2009). Pengetahuan dan sikap merupakan dua dari tiga ranah perilaku kesehatan, disamping tindakan. Pengetahuan yang baik dan positip akan membentuk sikap yang baik sehingga terwujud menjadi tindakan yang positip dalam hal ini adalah persalinan ditolong tenaga kesehatan. Pengetahuan merupakan hasil ”tahu” dan ini setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau koognitif merupakan domain koognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas ibu hamil
mempunyai
pengaruh terhadap pengetahuan ibu dengan koefisien 0,746. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kelas ibu hamil berpengaruh yang cukup kuat terhadap pengetahuan Ibu. Tetapi
pengetahuan ibu tidak berpengaruh yang
signifikan terhadap sikap ibu, dan sikap ibu juga tidak berpengaruh yang signifikan terhadap pemilihan penolong persalinan. Dari hasil wawancara masih ada 19 orang ibu bersalin yang kurang paham, baik dari segi cara penyampaian oleh fasilitator maupun memahami materi yang disampaikan pada pelaksanaan kelas ibu hamil yang diselenggarakan. Dengan demikian jalur dari kelas ibu hamil ke pengetahuan ibu (signifikan), dari pengetahuan ibu ke sikap ibu dan dari sikap ibu ke pemilihan penolong persalinan tidak signifikan. Dengan demikian tidak ada pengaruh tidak
89
langsung dari kelas ibu hamil melalui pengetahuan dan sikap terhadap pemilihan penolong persalinan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian dari Pani et al., (2013) dengan uji Wilcoxon ada perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan responden sebelum dan setelah pelaksanaan penyuluhan kelas prenatal plus. Sikap responden setelah mendapatkan penyuluhan kelas prenatal plus terjadi peningkatan
jika
dibandingkan
sebelumnya.
Dari
hasil
uji
statistic
Mann-Whitney U diketahui responden sesudah mengikuti penyuluhan secara signifikan lebih tinggi dibanding sebelum mengikuti penyuluhan. Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan kelas kelas prenatal plus efektif untuk meningkatkan sikap responden terhadap Kesehatan Ibu dan Anak. Hasil pada penelitian ini berbeda dengan yang dihasilkan oleh Hutauruk, (2009) dalam Pani et al., (2013), hasilnya menunjukkan bahwa ada peningkatan skor sikap secara signifikan (p = 0,001) dalam gambaran pelaksanaan kelas ibu setelah mendapatkan penyuluhan dan media slide. Pelaksanaan kelas ibu hamil yang diikuti oleh ibu-ibu secara nyata meningkatkan pengetahuan ibu bersalin tentang berbagai hal menyangkut kehamilan, persalinan dan nifas juga risiko dan penyakit–penyakit IMS (Infeksi Menular Sexual). Pelaksanaan kelas ibu hamil ini telah mempunyai suatu kurikulum, silabus dan metode penyampaian yang khas, dan dapat secara mudah diterima oleh ibu bersalin dan keluarganya, seperti penggunaan bahasa daerah setempat, suasana kelas yang tidak terlalu formal, penggunaan alat-alat peraga dalam penyampaian materi pembelajaran.
90
Disamping itu secara psikologis sudah kenal dan akrab dengan fasilitatornya (bidan puskesmas, bidan desa dan kader posyandu setempat) sehingga ada rasa ”menerima” dikalangan peserta yang membuat materi yang disampaikan mudah diserap dan diadopsi. Sama halnya dengan peningkatan pengetahuan yang diakibatkan karena semakin tingginya jenjang pendidikan, peningkatan pengetahuan sebagai akibat dari pelaksanaan kelas ibu hamil ini pun belum dapat membentuk sikap yang positif. Hal ini disebabkan masih dominannya peran keluarga dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga ibu bersalin, termasuk pemilihan penolong persalinannya. Walaupun pengetahuan ibu bersalin sudah bagus berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan berbagai risikonya yang diperoleh pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil, belum tentu dapat meyakinkan pihak keluarga untuk mengambil keputusan bersalin di tenaga kesehatan. Beberapa hal disebabkan karena : 1. Suami/keluarga tidak ikut pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil sehingga tidak mengerti serta tidak memahami berbagai permasalahan kehamilan, persalinan, dan berbagai risikonya. Tidak ikut sertanya suami/keluarga dalam pelaksanaan kelas ibu hamil karena berbagai sebab. Salah satu penyebabnya karena waktu pelaksanaan dipagi hari yang berbarengan dengan waktu kerja. 2. Ibu hamil tidak menyampaikan pengetahuannya yang diperoleh pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil, sehingga pihak keluarga tidak mengetahui berbagai permasalahan kehamilan, persalinan, dan berbagai risikonya.
91
3. Ibu hamil kurang mampu untuk menyampaikan kembali pengetahuan yang diperolehnya pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil, sehingga pihak keluarga tidak dapat memahaminya. 4. Ibu bersalin mempunyai posisi yang lemah di keluarga dalam mengambil keputusan dalam arti tidak dipercaya oleh pihak keluarga karena berbagai sebab seperti usianya masih muda, masih di tanggung oleh orang tua, pendidikannya rendah dan berbagai sebab lainnya. Hasil penelitian Purwarini (2012), menunjukkan terdapat peningkatan yang secara statistik signifikan tentang sikap persalinan (p < 0,001) dan kehamilan (p < 0.001), pengetahuan persalinan (p < 0,001) dan kehamilan (p < 0,001), dari keadaan sebelum ke sesudah mengikuti kelas ibu hamil. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian intervensi berupa kelas ibu hamil mampu meningkatkan sikap persalinan dan kehamilan, pengetahuan persalinan dan kehamilan pada ibu hamil. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap tentang kehamilan dan persalinan menjadi meningkat dengan telah mengikuti kelas bumil. Dari hasil penelitian ini dimana kelas ibu hamil hanya berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan saja, dan pengetahuan tidak membentuk sikap. 4.15 Pengaruh Tidak Langsung Faktor Kelas Ibu Hamil Melalui Dukungan Keluarga dan Sikap Ibu Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014 Kelas ibu hamil
mempunyai pengaruh terhadap
dukungan keluarga
dengan koefisien 0,975, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan kelas ibu hamil
terhadap dukungan keluarga. Dukungan keluarga
tidak mempunyai
92
pengaruh terhadap sikap ibu dan sikap ibu juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan penolong persalinan. Hasil dari penelitian ini, tidak ada pengaruh tidak langsung kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga dan sikap terhadap pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014. Tidak semua jalur mempunyai pengaruh yang signifikan, pelaksanaan kelas ibu hamil ke dukungan keluarga (signifikan), dari dukungan keluarga ke sikap dan dari sikap ke pemilihan penolong persalinan (tidak signifikan). Dengan demikian faktor kelas ibu hamil
tidak mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan. Pada penelitian ini hasilnya tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Dadang (2002). Umur dan sikap merupakan variabel yang tidak berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan (P>0,05), sedangkan pendidikan, penghasilan, pengetahuan, ketersediaan pelayanan, kemudahan pelayanan serta dukungan keluarga, terbukti memiliki hubungan dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan (P<0,05). Dilihat dari kekuatan hubungannya, penghasilan, pengetahuan, kemudahan pelayanan, kepuasan pelayanan dan dukungan ke keluarga termasuk kategori cukup erat (cc = 0,417 - 0,487). Pelaksanaan kelas ibu hamil berpengaruh nyata terhadap dukungan keluarga. Di dalam pelaksanaannya banyak pihak keluarga/suami yang aktif mengikutinya, dan ada 22 ibu hamil yang pihak keluarga/suami tidak mengikutinya. Pihak suami inilah yang berperan banyak dalam pengambilan
93
keputusan untuk memilih penolong persalinan istrinya. Dengan mengikuti kelas ibu hamil para suami ini menjadi lebih paham berbagai hal seputar kehamilan, persalinan, nifas, IMS dan berbagai risikonya yang bisa berakibat fatal bahkan kematian bagi istri dan anak yang akan dilahirkan. Pelaksanaan kelas ibu hamil tidak saja meningkatkan pengetahuan ibu bersalin, tetapi juga mampu meningkatkan pengetahuan suami yang diwujudkan dalam bentuk dukungan keluarga, tentunya memilih tenaga kesehatan dalam menolong persalinan istrinya. Pengetahuan suami yang diwujudkan dalam bentuk dukungan keluarga, tidak berpengaruh nyata terhadap sikap ibu hamil. Kondisi ini amat sangat wajar dan logis karena pengambilan keputusan didominasi oleh pihak suami dan keluarga. Bilamana suami sudah meningkat pengetahuannya tentang kehamilan, persalinan, nifas dan IMS, maka ibu bersalin sudah merasa aman tentang perencanaan persalinannya yang akan diputuskan oleh pihak suami. 4.16 Pengaruh Tidak Langsung Faktor Kelas Ibu Hamil Melalui Dukungan Keluarga Terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014 Hasil penelitian menghasilkan bahwa kelas ibu hamil
mempunyai
pengaruh terhadap dukungan keluarga dengan koefisien 0,975, artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan kelas ibu hamil terhadap dukungan keluarga. Dukungan keluarga juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan penolong persalinan dengan koefisien 0,534. Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang cukup terhadap pemilihan penolong persalinan. Dukungan keluarga yang positip akan menentukan
pemilihan penolong persalinan yang positip pula,
dimana dalam hal ini adalah persalinan oleh tenaga kesehatan.
94
Dengan demikian maka semua jalur mulai dari pelaksanaan kelas ibu hamil ke dukungan keluarga, dari dukungan keluarga ke pemilihan penolong persalinan semuanya mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil pada penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang dikemukakan oleh Dadang (2002) bahwa alasan ibu bersalin memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang terbanyak karena dukungan keluarga, sedangkan alasan memilih dukun bayi yang terbanyak karena biaya murah. Sejalan juga dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Sodikin et al., (2009) menunjukkan bahwa, variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dalam memilih dan menentukan penolong persalinan adalah pendidikan, biaya persalinan dan dukungan suami. Suami dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesempatan untuk 7,5 kali peningkatan untuk memilih dan menentukan penolong persalinan dibandingkan dengan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ibu bersalin yang di dukung suami memiliki kesempatan untuk 7 kali untuk menentukan memilih dan menentukan penolong persalinan dibandingkan dengan mereka yang tidak di dukung suami
untuk
mementukan penolong persalinannya. Di wilayah kerja puskesmas Gunungsari dan Penimbung, sebagian besar ibu bersalin mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan hanya sebagai ibu rumah tangga serta tidak mempunyai penghasilan dalam menopang ekonomi keluarga. Dengan demikian maka posisi tawar ibu dalam berbagai pengambilan keputusan yang strategis dalam keluarga sangat lemah, sehingga dukungan suami
95
dan keluarga lain sangat besar intervensinya, termasuk dalam menentukan berbagai keputusan, termasuk keputusan dalam memilih penolong persalinannya. Dalam keluarga di daerah penelitian, keputusan-keputusan penting dalam keluarga masih didominasi oleh siapa yang membiayai keseharian keluarga tersebut. Banyak ibu bersalin di wilayah penelitian yang kawin muda, suaminya juga tidak bekerja, biaya rumah tangganya masih ditanggung oleh mertua, maka keputusan-keputusan penting masih didominasi oleh mertua dari ibu bersalin. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah populasi ibu bersalin yang dijadikan sampel yaitu populasi tahun 2013. Sedangkan pengambilan sampel ibu bersalin oleh tenaga non kesehatan diambil secara jenuh pada ibu bersalin tahun 2012 dan 2013. Pengambilan populasi ibu bersalin diambil hanya pada tahun 2013 disebabkan karena beberapa hal ; 1) karakteristik ibu bersalin yang sama walaupun berbeda pada tahun bersalinnya, 2) untuk lebih memudahkan dalam pencarian sampel yang terpilih. Diharapkan pada penelitian berikutnya untuk memperluas daerah penelitian sehingga jumlah sampel ibu bersalin oleh tenaga non kesehatan diambil pada tahun yang sama.
96
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 4.17 Simpulan 1. Tidak ada pengaruh langsung faktor sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 2. Ada pengaruh langsung faktor dukungan keluarga
terhadap keputusan
pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 3. Tidak ada pengaruh langsung faktor akses ke fasilitas kesehatan terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 4. Tidak ada pengaruh tidak langsung faktor pendidikan ibu melalui pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 5. Tidak ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil
melalui
pengetahuan dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari tahun 2014. 6. Tidak ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga dan sikap ibu terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014.
97
7. Ada pengaruh tidak langsung faktor kelas ibu hamil melalui dukungan keluarga terhadap keputusan pemilihan penolong persalinan oleh ibu bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat tahun 2014. 4.18 Saran 1. Untuk petugas puskesmas yang belum menyusun jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil bersama-sama dengan ibu hamil, agar membuat kesepakatan jadwal pelaksanaannya, sehingga suami atau keluarga yang bekerja dapat hadir. 2. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat melalui Puskesmas Gunungsari dan Penimbung secara terus-menerus melakukan koordinasi, monitoring, dan evaluasi pada pelaksanaan kelas ibu hamil. Kelemahan pada hasil evaluasi, yang harus diintervensi pada pelaksanaan berikutnya. 3. Perlu adanya pendidikan dan pelatihan Bidan Puskesmas dan Bidan Desa untuk selalu memperbaharui pengetahuan tentang teknis kebidanan maupun tentang promosi kesehatan terutama bagi tenaga baru, melalui lokakarya dan pembelajaran berkelanjutan atau refreshing setiap bulannya. 4. Monitoring dan evaluasi bidan puskesmas dan bidan-bidan poskesdes sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada ibu hamil agar terus ditingkatkan secara berkala dan berkesinambungan oleh Bidan Koordinator. Monitoring untuk lebih memantau situasi dan kondisi ibu-ibu hamil di wilayah kerjanya. Pemantauan lebih ditekankan lagi menjelang waktu perkiraan persalinan, sehingga seluruh ibu hamil bersalin di tenaga kesehatan. 5. Diharapkan para peneliti berikutnya untuk melakukan kajian yang lebih mendalam, menyeluruh dan komprehensif terhadap topik yang sama dengan
98
menentukan faktor penyebab lainnya yang lebih spesifik di masing-masing lokasi penelitian.
99
DAFTAR PUSTAKA Ali-Muhidin, S., dan Abdurahman, M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian (Dilengkapi Aplikasi Program SPSS). Pustaka Setia. Bandung. Almi, C. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Tenaga Kesehatan Sebagai Tenaga Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Bulian Kabupatan Batang Hari Tahun 2003. Undergraduate thesis. Diponegoro University. [serial online],[dikutip pada 16 Oktober 2013]. Available from:URL: http://eprints.undip.ac.id/5409/. Aprima-Sari, D. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu dalam Kelas Ibu Hamil di Puskesmas Air Dingin Padang Tahun 2013. Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013. Prodi D III Kebidanan Stikes Mercubaktijaya Padang.[serial online],[dikutip pada 13 Oktober 2013].Available from:URL:http://midwifedilla.wordpress.com/2013/09/28/faktor-faktoryang-berhubungan-dengan-keikutsertaan-ibu-dalam-kelas-ibu-hamil-dipuskesmas-air-dingin-padang-tahun-2013/. Armstrong, A. 2011. The Impact of Traditions and Traditional Birth Attendants on Maternal Mortality: A Case. Department of International Affairs. Thesis Advisor: Dr. Melinda Cain. Committee Members: Dr. Elisabeth Root & Vicki Hunter. University of Colorado Study of Nyakayojo sub-County, Mbarara District, Uganda. Aswar, A. 2005. Angka kematian Ibu Masih Bisa Dicegah. Retrieved at 28 Maret 2010. [serial online], [dikutip pada 16 Oktober 2013]. Available from: URL: http://www.jurnalperempuan.com. Baron, and Byrne. 2003. Social Psycology Tenth Edition. Boston. Pearson Education Inc. Dadang, R. 2002. ”Perilaku Ibu Bersalin dalam Memilih Penolong Persalinan di Kabupaten Sumedang” (thesis), Universitas Gadjah Mada.[serial online],[dikutip pada 13 Maret 2014 ]. Available from:URL: http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=20403&obyek_id=4 Depdikbud, 1997. Pendidikan Formal dan Non Formal di Indonesia. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Depkes RI, 2001, Rencana Strategi Nasional Making Prenancy Safer di Indonesia 2001-2010, Depkes RI, Jakarta.
100
Depkes RI, 2006. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 2007. Survey Dasar Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 2008. Buku Acuan dan Panduan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta. Depkes RI, 2009. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta. Dikes Lobar, 2011. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010. Gerung-Kabupaten Lombok Barat. Dikes Lobar, 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011. Gerung-Kabupaten Lombok Barat. Dikes Lobar, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012. Gerung-Kabupaten Lombok Barat. Dikes NTB, 2010. Strategi AKINO (Angka Kematian Ibu Menuju Nol). MataramNTB. Dikes NTB, 2011. Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2010. MataramNTB. Dikes NTB, 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2011. MataramNTB. Dikes NTB, 2013. Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2012. MataramNTB. Envuladu-E.A, Agbo-H.A, Lassa-S, Kigbu-J.H, Zoakah-A.I. 2013. Factors determining the choice of a place of delivery among pregnant women in Russia village of Jos North, Nigeria: achieving the MDGs 4 and 5. Department of Community Medicine, Jos University Teaching Hospital, Plateau state. Doctors on the Move-Africa International. International Journal of Medicine and Biomedical Research Volume 2 Issue 1 January – April 2013.[serial online],[cited 2013 October.16].Available from:URL: www.ijmbr.com. Evaryni, A. 2007. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit. Edisi Revisi. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer. Fatusi, Ijadunola, Ojofeitimi, Odumabo, Adewuyi, Akinyemi, Omideyi, and Aderounmu. 2004. The Influence of siodemografic factor on awareness,
101
knowledge and attitude toward andropause among health professionals in ile-ile nigeria. The Aging Male 7 : 269–279. Hardianti, A., Ansariadi, dan M.Thaha, I.L. 2013. Analisis Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros Tahun 2013. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas HasanuddinMakassar (
[email protected]/085255304943).[serial online],[dikutip pada 13 Oktober 2013]. Available from:URL:http://222.124.222.229/bitstream/handle/123456789/5515/JURN AL.pdf?sequence=1 Hasan, I. 2004. Teori Pengambilan Keputusan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Irma, N. 2012. Pengaruh Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung dan Faktor Kebutuhan Terhadap Pemanfaatan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Serbangan Kabupaten Asahan.Adviasor : Lubis, Arlina Nurbaity Girsang, Dinaria. [serial online],[dikutip pada 13 Oktober 2013]. Available from:URL: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34115. Jahidin A, Hakim B, H, A, Bahar B. 2012. Faktor Determinan yang Mempengaruhi Alternative Pemilihan Persalinan Dukun Beranak di Kecamatan Limboro Kabupaten Pole Wali Mandar. Stikes Bina Generasi Polewali Mandar Jurusan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. [serial online], [dikutip pada 3 Januari 2014] Available from:URL:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/459d992bbe0693464e756a2f f86dfafc.pdf. Juliwanto, E. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong Persalinan Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Advisors: Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG; Asfriyati, SKM, M.Kes.[serial online],[dikutip pada 13 Oktober 2013]. Available from: URL: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6753. Karjono, M. 2013. ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Memilih Penolong Persalinan pada Ibu Hamil di wilayah Kerja Puskesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat”(tesis). Denpasar:Program Pascasarjana Universitas Udayana. Kartini, 2011. Hubungan Kelas Ibu Hamil terhadap pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Ambal I Kabupaten Kebumen tahun 2011. Deskripsi.http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20321575&l Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Skripsi okasi=lokal (Open).[serial online],[dikutip pada 16 Oktober 2013].Available from:
102
URL:http://www.google.com/#q=KELAS+IBU+HAMIL+TERHADAP+PE NOLONG+PERSALINAN+. Kementerian Kesehatan RI. 2011a. Buku Saku MDGs. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2011b. Informasi Jampersal. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta. Kusbandiyah, J. 2013. Analisis Implementasi Program Kelas Ibu Hamil oleh Bidan Puskesmas di Kota Malang.Masters thesis, Universitas Diponegoro.[serial online],[dikutip pada 13 Oktober 2013].Available from:URL:http://eprints.undip.ac.id/39890/. Latifah-Amilda, N., Palarto, B. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.[serial online],[dikutip pada 13 Oktober 2013]. Available from:URL: http://eprints.undip.ac.id/23628/1/Nur_Latifah.pdf. Lwanga, S.K and Lemeshow, S.1997. Sample Size Determination in Health Studies. Geneva. WHO. Mahfoedz, I., Martianingsih, E., Margono, dan Wahyuningsih, H.P. 2005. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya. Mardela, A.P., Widiasih, R., dan Trisyani, M. 2012. Rencana Pemilihan Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Hamil Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Persiapan Persalinan Aman . Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. [serial online], [dikutip pada 13 Oktober 2013]. Available from: URL: http://www.journals.unpad.ac.id/index.php/ejournal/article/viewFile/781/827 Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/ Menkes/ SK/ VII/ 2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan Desa Siaga. Murdiningsih. 2000. Hubungan Antara Faktor Ibu, Fasilitas Pelayanan dan Dukungan Orang Lain dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus Palembang, tahun 2000. Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Deskripsi Dokumen: http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=71709&lokasi=lokal .[serial online],[dikutip pada 11 Maret 2014]. Available from:URL: http://http://www.google.com/#q=pengaruh+dukungan+keluarga+terhadap+ pemilihan+penolong+persalinan
103
Nduku-Mutea, L. (BSCN). 2010.Assessment Of Factors Determining The Choice of Birth Attendant In Kisau Division,Makueni District,Kenya. A Thesis submitted in Partial fulfillment for the degree of Master of Public Health in the School of Health Sciences of Kenyatta University. June, 2010. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Asdi Mahasatya. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Pani , W., Masni, dan Bahar, B. 2013. Pengaruh Penyuluhan Kelas Prenatal Plus Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.Deskripsi http: // pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/533c77187d305944329066432e78534a.pdf. [serial online],[dikutip pada 13 Maret 2014]. Available from: URL: http://www.google.com/#q=Pengaruh+penyuluhan+kelas+prenatal+plus+ter hadap+pengetahuan+dan+sikap+ibu+hamil+di+Wilayah+Kerja+Puskesmas +Mamboro+Kecamatan+Palu+Utara+Kota+Palu+Provinsi+Sulawesi+Tenga h+Tahun+2013.+ Pendit, U. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta P-Simanjuntak, H., Heru-Santosa, H., Fitria, M. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.[serial online],[dikutip pada 11 Maret 2014]. Available from: URL: http://www.google.com/#q=pengaruh+dukungan+keluarga+terhadap+pemili han+penolong+persalinan Purnama, Y., Fadlyana, E., dan Sekarwana, N. 2008. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Sikap Ibu Mengenai Imunisasi Ulangan Difteria- Tetanus. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Sari Pediatri Vol.10, Nomor.2. Agustus 2008, hal:119. Purwarini, D. 2012. ”Pengaruh Kelas Ibu Hamil terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Kehamilan dan Persalinan di Wilayah Puskesmas Gurah Kabupaten Kediri”(tesis). Surakarta:Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
104
Puskesmas Gunungsari. 2010-2013. PWS KIA Puskesmas Gunungsari tahun 2010-2013. Gunungsari-Kabupaten Lombok Barat. Puskesmas Gunungsari. 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Gunungsari tahun 2013. Gunungsari-Kabupaten Lombok Barat. Puskesmas Penimbung. 2010-2013. PWS KIA Puskesmas Penimbung Tahun 2010-2013. Gunungsari-Kabupaten Lombok Barat. Puskesmas Penimbung. 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Penimbung tahun 2013. Gunungsari-Kabupaten Lombok Barat. Puspitasari, L. 2012. Gambaran Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Di Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.1.No.2.Tahun 2012. Halaman 1054-1060. Rao, R., Lena, A., Nair, S., and Kamatth, V. 2008. Effectiveness of reproductive health among rural adolescent girl a school based intervention study in udupi taluk karnakata. Indian Journal of Medical Sciences Vol. 62 No. 11, hal :439. Rivai, V. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Kedua. Rajawali Press. Jakarta. Robbin, S. P. 2001. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 1. Prenhallindo. Jakarta. Rochayah, S. 2012. ”Hubungan Kelas Ibu Hamil Dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Bruno Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Tahun 2012” (skripsi). Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia-Program Studi Sarjana Kesehatan MasyarakatPeminatan Kebidanan Komunitas. Sarwono, P. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan Ketiga. Bina Pustaka. Jakarta. Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Serta Aplikasinya. Jogjakarta:Gajah Mada University. Sodikin, Emilia, O., dan Koentjoro. 2009. Determinan Perilaku Suami yang Mempengaruhi Pilihan Penolong Persalinan Bagi Istri. Sodikin , Ova Emilia, Koentjoro.2009.Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.Program Magister Ilmu Kesehatan Ibu dan Anak - Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berita Kedokteran
105
Masyarakat No.25 Nomor 1 Maret 2009.[serial online],[dikutip pada 12 Oktober2013].Availablefrom:URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/14729/1/08E00942.pdf. Sri-Erna, R. 2005. ”Hubungan Faktor Predisposing dan Faktor Enabling dalam Pemilihan Penolong Persalinan di Daerah Pantai Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Tahun 2005”. Undergraduate thesis, Diponegoro University.[serial online],[dikutip pada 12 Oktober 2013].Available from:URL: http://eprints.undip.ac.id/4921/. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta.Bandung. Wahana Komputer, 2005. Pengembangan Analisis Multivariate. Edisi Pertama. Salemba Infotek:Jakarta. Wikjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Jakarta:Yayasan Pustaka Sarwono Pramirohardjo.
106
Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Partisipasi dalam Penelitian (Informed Consent)
FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (Informed Consent)
NASKAH PENJELASAN Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar : Nama
: Ni Nyoman Aryaniti
NIM
: 1292161001
Bermaksud mengadakan penelitian di Kecamatan Gunungsari terbagi atas wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung dengan Judul
penelitian
”Faktor
Langsung
dan
Tidak
Langsung
yang
Mempengaruhi Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin di Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014”. Penelitian ini sebagai syarat wajib untuk menyelesaikan studi di Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Umum
akan melakukan penelitian tesis yang dilakukan di Kecamatan Gunungsari meliputi wilayah kerja Puskesmas Gunungsari dan Puskesmas Penimbung. Penelitian tesis ini merupakan penelitian individu yang terfokus kepada perilaku Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan Reproduksi. Data yang dikumpulkan mencakup data demografi ibu bersalin, keikutsertaan ibu dan keluarga dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, sikap, pengetahuan, pendidikan ibu bersalin, akses ke fasilitas kesehatan, pengambil keputusan, serta dukungan keluarga pada ibu bersalin.
107
Adapun sasaran dari penelitian ini adalah ibu bersalin pada tahun 2013 di Gunungsari sebanyak 916 orang yang terpilih menjadi sampel 41 orang, dan ibu bersalin di Puskesmas Penimbung sebanyak 437 orang dan terpilih menjadi sampel 29 orang. Penelitian dilakukan dengan wawancara yang dibantu oleh enumerator dan menggunakan alat bantu kuesioner terdiri atas beberapa item pertanyaan tentang pelaksanaan kelas ibu hamil, pendidikan ibu, dukungan keluarga, akses ke pelayanan kesehatan, pengetahuan ibu tentang penolong persalinan, sikap, pengambil keputusan, serta keputusan dalam pemilihan tenaga penolong persalinan. Waktu yang tersedia untuk wawancara diperkirakan sekitar 30-60 menit untuk masing-masing responden, tergantung dari kesiapan, kelancaran komunikasi dan pemahaman terhadap pertanyaan pada kuesioner. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah diketahuinya besaran pengaruh faktor langsung dan tidak langsung yang mempengaruhi ibu bersalin dalam memutuskan pemilihan penolong persalinannya. Faktor yang berpengaruh dapat dipergunakan oleh pengambil keputusan dan penentu kebijakan untuk lebih tepat menentukan prioritas dari program yang akan dilaksanakan dalam mencapai seluruh persalinan di wilayah kerjanya ditolong oleh tenaga kesehatan. Sehingga diharapkan dapat mewujudkan pencanangan gerakan percepatan angka kematian ibu melahirkan dan bayi menuju nol yaitu AKINO. Partisipasi Ibu bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila tidak berkenan Ibu dapat menolak, atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa sangsi apapun. Semua informasi dan hasil penelitian yang peneliti dapatkan akan dijaga kerahasiaannya dan akan disampaikan/dituangkan dalam hasil penelitian tesis sebagai penerapan pengembangan ilmu pengetahuan semata. Semua data yang dikumpulkan peneliti tidak akan dihubungkan dengan identitas Ibu.
108
Apabila ibu memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat menghubungi : Ni Nyoman Aryaniti no tlp/hp 087865991789. Peneliti berharap Ibu bersedia untuk ikut ambil bagian dalam penelitian ini dan juga menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada Ibu yang ikut berperan serta dalam penelitian ini dan permohonan maaf bila ada yang kurang berkenan.
Denpasar, Peneliti
109
Lampiran 2 : Formulir Persetujuan Menjadi Responden
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Penelitian
FAKTOR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2014
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: ....................................................................
Umur
: ....................................................................
Alamat
: .................................................................... ....................................................................
Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian ini, maka saya
Bersedia / Tidak Bersedia *) Untuk berperan serta sebagai responden. Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya dan tidak akan menuntut dikemudian hari. Lombok Barat ,...................... 2014 Responden, Keterangan : *) Coret yang tidak dipilih.
_______________________
110
Lampiran 3 : Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2014
A. IDENTITAS RESPONDEN
A. Kode Keluarga 1.
No ID
3.
Kelurahan/Desa
4.
Kampung/Dusun
5.
RT/RW
6.
Tgl. Wawancara
7.
Enumerator
Tgl/bln/thn
B. Karakteristik Keluarga 1
Nama Ibu
:
2
Umur Ibu
:
3
Pekerjaan Ibu
:
1. PNS/Pegawai Swasta
2. Buruh
3. Pedagang
4. IRT
Tahun
5. Petani/nelayan 6. 6. Lain-lain
111
4
Pendidikan Ibu
:
5
Status Ibu
1 Kawin
6
Nama Suami
:
7
Umur Suami
8
Pekerjaan Suami
2. Janda
Tahun
1. PNS/Pegawai Swasta
2. Buruh
5. Petani/nelayan
3. Pedagang
4. IRT
6. Lain-lain
9
Pendidikan Suami
:
10
Jumlah Anggota Keluarga (1 dapur)
Orang
11
Jumlah Balita (0 – 59) dalam 1 keluarga
Orang
12
Paritas
13
Tempat persalinan terakhir
14
Pengeluaran Keluarga/bln
Rp. ....................
B. PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL I. Pertanyaan terbuka 1. Pada
saat
hamil
keberapa
ibu
pernah
mengikuti
kelas
ibu
hamil............................................................................................................... 2. Setiap
kehamilan,berapa
kali
ibu
pernah
mengikuti
kelas
ibu
hamil............................................................................................................... 3. Setiap pelaksanaan kelas ibu hamil, selama 4 kali pertemuan kelas ibu hamil
apakah
ibu
selalu
mengikuti
penuh
setiap
sesi.................................................................................................................. Apakah mengikuti 4 kali/3 kali/2 kali/1 kali................................................ Dicatat setiap kelas ibu hamil yang diikuti 4. Setiap
kehamilan
bersama
siapa
ibu
mengikuti
kelas
ibu
hamil............................................................................................................. Dicatat setiap kelas ibu hamil yang diikuti
112
5. Apakah suami/keluarga selalu mengikuti penuh pada sesi kelas ibu hamil yang diikuti..................................................................................................... Dicatat setiap kelas ibu yang diikuti selama hamil........................................ 6. Apakah ibu memahami materi yang disampaikan pada setiap pelaksanaan kelas ibu hamil.............................................................................................. Jawaban ibu juga dicocokkan dengan nilai pada saat post test 7. Bagaimana pendapat ibu terhadap cara penyampaian oleh fasilitator pada pelaksanaan
kelas
ibu
yang
diselenggarakan
oleh
puskesmas..................................................................................................... 8. Bagaimana pelaksanaan
pendapat
ibu
terhadap
kelas
ibu
hamil
materi/bahan yang
pelajaran
diselenggarakan
pada oleh
puskesmas...................................................................................................... Dari jawaban setiap pertanyaan terbuka kemudian dikonversikan oleh peneliti untuk memilih salah satu jawaban pertanyaan tertutup. II. Pertanyaan Tertutup 9. Apakah ibu pernah mengikuti Kelas Ibu Hamil yang diselenggarakan oleh Puskesmas ? A. Pernah dan lebih dari 2 kali B. Pernah, 2 kali C. Pernah, 1 kali 10. Bersama siapa ibu mengikuti Kelas Ibu Hamil yang diselenggarakan oleh Puskesmas ? A. Bersama Suami/keluarga dan suami/keluarga mengikuti penuh B. Bersama Suami/keluarga tapi suami/keluarga tidak mengikuti penuh C. Sendiri, tidak bersama suami/keluarga 11. Dalam mengikuti setiap pelaksanaan Kelas Ibu Hamil diselenggarakan oleh Puskesmas, apakah ibu mengikuti ..... A. Sepenuhnya dari seluruh sesi dan hari pelaksanaan B. Mengikuti dua hari dan atau tiga hari C. Mengikuti hanya satu hari saja
yang
113
12. Bagaimana kepuasan ibu terhadap cara penyampaian oleh fasilitator pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil yang diselenggarakan oleh Puskesmas ? A. Sangat Puas B. Puas C. Kurang Puas 13. Bagaimana kepuasan ibu terhadap materi / bahan pelajaran pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil yang diselenggarakan oleh Puskesmas ? A. Sangat Puas B. Puas C. Kurang Puas Data Sekunder : 14. Sampai berapa persen ibu memahami materi yang disampaikan pada pelaksanaan Kelas Ibu Hamil yang diselenggarakan oleh Puskesmas ? A. > 75 % B. Sekitar 50 – 75 % C. Kurang dari 50 % C. PENDIDIKAN IBU 15. Sampai jenjang apa pendidikan formal yang ibu tamatkan ? A. Diploma/PT B. SMP-SMA C. TT SD sampai SD 16. Disamping pendidikan formal, apakah ibu pernah mengikuti kursus atau pelatihan-pelatihan ? A. Sering B. Pernah satu atau dua kali C. Tidak pernah 17. Apakah ibu sekarang sebagai kader Posyandu ? A. Ya, saya kader Posyandu B. Pernah sebagai kader Posyandu, tapi sekarang sudah berhenti C. Tidak pernah sebagai kader Posyandu 18. Apakah ibu sebagai pengurus PKK di desa ? A. Ya, sebagai pengurus PKK B. Pernah, tapi sekarang sudah tidak lagi C. Tidak
114
19. Apakah ibu sebagai pengurus LMD/LKMD di desa ? A. Ya sebagai pengurus B. Pernah, tapi sekarang sudah tidak lagi C. Tidak 20. Apakah ibu aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat seperti pengajian, atau kegitan sosial lainnya ? A. Ya sebagai pengurus B. Pernah, tapi sekarang tidak lagi C. Tidak D. DUKUNGAN KELUARGA 21. Apakah ibu sudah mempunyai anak laki-laki ? A. Semua laki-laki B. Sudah ada laki dan ada perempuan C. Semua perempuan 22. Apakah pada saat melahirkan yang terakhir ini sudah direncanakan sebelumnya ? A. Ya, direncanakan bersama suami B. Kemauan saya atau suami saya C. Tidak direncanakan 23. Apakah ibu bekerja atau mempunyai pekerjaan (berdagang atau kegiatan lain ) yang dapat menunjang ekonomi keluarga ? A. Ya, saya bekerja dan memperoleh penghasilan tetap B. Ya, kadang-kadang bekerja C. Tidak bekerja dan hanya sebagai Ibu Rumah tangga saja 24. Dalam memutuskan sesuatu dalam rumah tangga, apakah........................... A. Di musyawarahkan antara ibu, suami dan keluarga lain B. Di musyawarahkan antara ibu dan suami saja C. Tidak di musyawarahkan, diputuskan oleh suami atau diputuskan oleh keluarga 25. Bagaimana bentuk dukungan suami terhadap kehamilan ibu ? A. Ya didukung suami sejak hamil dan dianjurkan periksa kehamilan di tenaga kesehatan B. Kadang-kadang didukung suami sejak hamil dan jarang dianjurkan periksa kehamilan di tenaga kesehatan C. Kurang didukung suami sejak hamil dan di diamkan saja
115
26. Bagaimana bentuk dukungan keluarga terhadap kehamilan ibu ? A. Ya didukung keluarga sejak hamil dan sering dianjurkan periksa kehamilan di tenaga kesehatan B. Kadang-kadang didukung keluarga sejak hamil dan jarang dianjurkan periksa kehamilan di tenaga kesehatan C. Kurang didukung keluarga sejak hamil dan di diamkan saja 27. Bagaimana bentuk dukungan suami terhadap rencana persalinan ibu ? A. Ya didukung suami dan sering dianjurkan melahirkan di tenaga kesehatan B. Kadang-kadang didukung suami dan jarang dianjurkan melahirkan di tenaga kesehatan C. Kurang didukung suami dan di diamkan saja 28. Bagaimana bentuk dukungan keluarga terhadap rencana persalinan ibu ? A. Ya didukung keluarga dan sering dianjurkan melahirkan di tenaga kesehatan B. Kadang-kadang didukung keluarga dan jarang dianjurkan melahirkan di tenaga kesehatan C. Kurang didukung keluarga dan di diamkan saja 29. Apakah selama kehamilan ibu, suami memberikan dukungan seperti pemberian makanan yang bergizi, membantu pekerjaan-pekerjaan rumah, dan lain sebagainya ? A. Ya di dukung sepenuhnya B. Ya, hanya dari segi diringankan pekerjaan-pekerjaan rumah saja, atau pemberian makanan yang lebih baik saja C. Kurang di dukung/di diamkan saja 30. Apakah suami/keluarga melakukan persiapan dalam menghadapi persalinan ? A. Ya,menyiapkan calon donor darah,menyiapkan kendaraan/ambulan dan menabung B. Salah satu dari jawaban di atas C. Tidak ada persiapan 31. Apakah suami/keluarga memberi dukungan untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam proses persalinan ? A. Memberi dukungan dan mempersiapkan kebutuhan persalinan B. Hanya mempersiapkan kebutuhan persalinan C. Dibiarkan saja
116
32. Menjelang hari-hari melahirkan, apakah suami/keluarga siap mengantar ke fasilitas/tempat pelayanan kesehatan ? A. Ya, siap B. Tidak selalu siap C. Tidak siap 33. Menjelang hari-hari melahirkan, apakah pihak desa / lingkungan dari program desa siaga siap mengantar ke fasilitas/tempat pelayanan kesehatan ? A. Ya, siap B. Tidak selalu siap C. Tidak siap E. AKSES KE PELAYANAN KESEHATAN I.
Pertanyaan terbuka 34. Berapa jauh jarak rumah ibu dengan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan terdekat(Pustu,Polindes,Puskesmas,Bidan/dr praktek swasta........................ 35. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fasilitas/tempat pelayanan kesehatan tersebut........................................................................ 36. Apakah membutuhkan biaya dan berapa biaya untuk mencapai fasilitas/tempat pelayanan kesehatan tersebut............................................... 37. Pada saat waktunya akan melahirkan, apakah memungkinkan ibu dapat pergi/diantar ke fasilitas/tempat pelayanan kesehatan terdekat ? .............. Dari jawaban setiap pertanyaan terbuka kemudian dikonversikan oleh peneliti untuk memilih salah satu jawaban pertanyaan tertutup.
III. Pertanyaan Tertutup 38. Seberapa jauh rumah ibu dengan tempat pelayanan kesehatan terdekat (Pustu, Polindes, Puskesmas, Rumah Sakit, Bidan/dr praktek swasta : A. Dekat (kurang dari 500 meter) B. Cukup jauh (500 meter-1 km) C. Jauh (lebih 1 km)
117
39. Apakah lokasi rumah ibu dengan tempat pelayanan kesehatan terdekat (Pustu, Polindes, Puskesmas, Rumah Sakit) secara topografi dapat dilalui oleh kendaraan seperti motor/mobil ? A. Ya, bisa dengan cidomo, motor dan mobil B. Bisa, hanya bisa dengan motor C. Tidak bisa, hanya dengan berjalan kaki saja 40. Bagaimana kondisi jalan yang ibu lalui untuk mencapai layanan kesehatan tersebut A. Bagus, menggunakan jalan aspal B. Cukup bagus, dengan pengerasan jalan C. Tidak bagus, jalan tanah. 41. Berapa lama waktu yang ibu butuhkan untuk mencapai layanan kesehatan tersebut A. Kurang dari 5 menit B. 5 sampai 10 menit C. Lebih dari 10 menit 42. Berapa biaya yang ibu keluarkan untuk mencapai layanan kesehatan tersebut A. Tidak bayar (ada ambulans desa) B. Kurang dari tigapuluh ribu rupiah C. Lebih dari tigapuluh ribu rupiah 43. Pada saat waktunya akan melahirkan, apakah memungkinkan ibu dapat pergi/diantar ke fasilitas/tempat pelayanan kesehatan terdekat ? A. Ya pasti ada yang bisa mengantar ke pelayanan kesehatan terdekat atau ke Puskesmas / Rumah Sakit B. Yang bisa mengantar tidak pasti C. Tidak bisa ke unit pelayanan kesehatan terlebih waktunya malam hari F. PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN PERSALINAN 44. Menurut pendapat ibu apakah merencanakan persalinan itu penting ? A. Penting sekali B. Biasa-biasa saja C. Tidak penting
118
45. Menurut pendapat ibu, selama kehamilan kemana saja sebaiknya memeriksakan kehamilan ? A. Tenaga kesehatan (bidan/dokter umum/dokter spesialis) B. Dukun C. Tidak periksa 46. Menurut ibu apa yang dikatakan proses persalinan (melahirkan)..... A. Adanya pembukaan dari jalan lahir dan disusul kelahiran bayi B. Proses kelahiran bayi dari jalan lahir C. Tidak tahu 47. Menurut ibu usia kehamilan berapa bulan seorang ibu akan melahirkan...... A. Usia kehamilan cukup bulan ( 36-40 minggu ) B. Usia kehamilan kurang dari 36 minggu C. Tidak tahu 48. Sebelum ini apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang tandatanda akan melahirkan. A. Setiap pemeriksaan (kelas ibu) B. Jarang C. Tidak tahu 49. Dari siapa ibu mendapatkan informasi itu A. Tenaga Kesehatan (dari bidan/Dokter dll) B. Dukun, keluarga, tetangga, toga, toma C. Media cetak, media elektronik 50. Menurut ibu apa saja tanda-tanda akan melahirkan A. Rasa sakit/mules perut yang kuat disertai keluar darah bercampur lendir B. Keluar darah bercampur lendir C. Ketuban pecah 51. Menurut ibu, pada saat melahirkan sebaiknya ibu ditolong oleh........ A. Tenaga Kesehatan (Bidan/Dokter) B. Tenaga Dukun C. Suami/keluarga
119
52. Menurut ibu apa saja tanda-tanda bahaya pada persalinan (melahirkan) A. Bayi tidak lahir dalam 12 jam disertai panas, keluar air ketuban dan perdarahan dari jalan lahir dengan tidak di tandai tanda-tanda melahirkan. B. Bayi tidak lahir dalam 12 jam, keluar air ketuban dan ibu mengalami perdarahan dari jalan lahir C. Bayi tidak lahir dalam 12 jam dengan tidak di tandai tanda-tanda melahirkan G. SIKAP Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat anda! No Pertanyaan Jawaban S RR TS (A) (B) (C) 1 Menurut ibu sebaiknya ibu mendapatkan informasi tentang persalinan (melahirkan) setiap mendapatkan pemeriksaan/pada saat kelas ibu hamil 2
3
4
5
6
Menurut ibu apakah melahirkan di tenaga kesehatan akan aman dari pada ditolong dukun.. Menurut ibu apakah melahirkan dirumah bersalin/layanan kesehatan lebih baik dan bila ada masalah saat ibu melahirkan dapat diatasi? Menurut ibu bila melahirkan di tenaga kesehatan terlatih (Bidan/dokter) biayanya tidak mahal Menurut ibu tanda-tanda bahaya pada persalinan (melahirkan) keluar air ketuban dan perdarahan dari jalan lahir dengan tidak di tandai tanda-tanda melahirkan. Apakah jika ibu melahirkan di tenaga kesehatan tidak akan mengalami penyulit.....
H. Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan Penolong persalinan pada saat melahirkan : a. Nakes b. Non Nakes
120
Lampiran 9 : Hasil Analisis Data 1. Uji Homogenitas Variabel
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Pendidikan Ibu 70
Kelas Ibu Hamil 70
Pengetahuan Ibu 70
Dukungan Keluarga 70
Akses 70
Sikap Ibu 70
2,2967 ,98000 ,150
2,3057 ,95517 ,143
2,3061 ,96538 ,141
2,3071 ,96556 ,141
2,2980 ,98021 ,150
2,2969 ,98093 ,150
,150 -,093
,143 -,115
,141 -,114
,141 -,114
,150 -,093
,150 -,093
1,255 ,086
1,194 ,115
1,176 ,126
1,177 ,125
1,256 ,085
1,253 ,086
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Pendidikan ibu dan Kelas Ibu Hamil (KIH) terhadap Pengetahuan Ibu Regression Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Kelas Ibu Hamil, Pendidika a n Ibu
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pengetahuan Ibu
Model Summary
Model 1
R ,977a
R Square ,955
Adjusted R Square ,954
Std. Error of the Estimate ,20705
a. Predictors: (Constant), Kelas Ibu Hamil, Pendidikan Ibu
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 61,432 2,872
df 2 67
Mean Square 30,716 ,043
64,305 69 a. Predictors: (Constant), Kelas Ibu Hamil, Pendidikan Ibu b. Dependent Variable: Pengetahuan Ibu
F 716,527
Sig. ,000a
121
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Pendidikan Ibu Kelas Ibu Hamil
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,007 ,066 ,244 ,062 ,754 ,064
Standardized Coefficients Beta ,248 ,746
t ,113 3,905 11,758
Sig. ,910 ,000 ,000
a. Dependent Variable: Pengetahuan Ibu
3. Kelas Ibu Hamil terhadap Dukungan Keluarga Regression Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered Kelas aIbu Hamil
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Dukungan Keluarga Model Summary
Model 1
R ,975a
R Square ,950
Adjusted R Square ,950
Std. Error of the Estimate ,21675
a. Predictors: (Constant), Kelas Ibu Hamil
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 61,135 3,195 64,330
df 1 68 69
a. Predictors: (Constant), Kelas Ibu Hamil b. Dependent Variable: Dukungan Keluarga
Mean Square 61,135 ,047
F 1301,338
Sig. ,000a
122
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Kelas Ibu Hamil
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,035 ,068 ,985 ,027
Standardized Coefficients Beta
t
,975
,513 36,074
Sig. ,609 ,000
a. Dependent Variable: Dukungan Keluarga
4. Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga terhadap Sikap Ibu Regression Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered Dukungan Keluarga, Pengetahu a an Ibu
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Sikap Ibu Model Summary
Model 1
R ,929a
R Square ,862
Adjusted R Square ,858
Std. Error of the Estimate ,36948
a. Predictors: (Constant), Dukungan Keluarga, Pengetahuan Ibu
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 57,248 9,146 66,394
df 2 67 69
Mean Square 28,624 ,137
a. Predictors: (Constant), Dukungan Keluarga, Pengetahuan Ibu b. Dependent Variable: Sikap Ibu
F 209,680
Sig. ,000a
123
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,121 ,115 -,088 ,774 1,031 ,774
(Constant) Pengetahuan Ibu Dukungan Keluarga
Standardized Coefficients Beta -,086 1,015
t 1,049 -,113 1,332
a. Dependent Variable: Sikap Ibu
5. Sikap Ibu, Dukungan Keluarga dan Akses terhadap Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Regression Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered Akses, Dukungan Keluarga,a Sikap Ibu
Variables Removed
Method Enter
.
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan Model Summary
Model 1
R ,672a
R Square ,452
Adjusted R Square ,427
Std. Error of the Estimate ,37124
a. Predictors: (Constant), Akses, Dukungan Keluarga, Sikap Ibu
ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 7,490 9,096 16,586
df 3 66
Mean Square 2,497 ,138
69
a. Predictors: (Constant), Akses, Dukungan Keluarga, Sikap Ibu b. Dependent Variable: Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
F 18,115
Sig. ,000a
Sig. ,298 ,910 ,187
124
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Sikap Ibu Dukungan Keluarga Akses
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,183 ,117 -,132 ,281 ,271 ,207
Standardized Coefficients Beta
,125 ,254
-,264
t -1,565 -,469
Sig. ,122 ,640
,534 ,413
2,174 ,814
,033 ,419
a. Dependent Variable: Keputusan Pemilihan Penolong Persalinan
6. Zero Order Korelasi P A R T I A L - -
C O R R E L A T I O N
C O E F F I C I E N T S
Zero Order Partials TOLSAL PDDK
,6407 ( 68) P= ,000
KIH
,6689 ( 68) P= ,000
PENGTH
,6643 ( 68) P= ,000
DUK
,6656 ( 68) P= ,000
AKSES
,6404 ( 68) P= ,000
SIKAP
,6384 ( 68) P= ,000
TOLSAL
1,0000 ( 0) P= .
(Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance) " , " is printed if a coefficient cannot be computed _
125
REKAPITULASI – I Variabel
Koefisien P 0,248
t-sig
Keterangan
0,000
Signifikan
Kelas Ibu Hamil – Pengetahuan Ibu
0,746
0,000
Signifikan
Kelas Ibu Hamil – Dukungan Keluarga
0,975
0,000
Signifikan
Pengetahuan Ibu-Sikap Ibu
-0,086
0,910
Tidak Signifikan
Dukungan Keluarga -Sikap Ibu
1,015
0,187
Tidak Signifikan
Sikap Ibu- Pemilihan Penolong Persalinan
-0,264
0,640
Tidak Signifikan
Dukungan Keluarga - Pemilihan Penolong Persalinan Akses - Pemilihan Penolong Persalinan
0,534
0,033
Signifikan
0,413
0,419
Tidak Signifikan
Pendidikan Ibu – Pengetahuan Ibu
REKAPITULASI – II Dari Variabel
Pendidikan Ibu melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu - Pemilihan Penolong Persalinan Kelas Ibu Hamil melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Pemilihan Penolong Persalinan Kelas Ibu Hamil melalui Dukungan Keluarga dan Sikap Ibu - Pemilihan Penolong Persalinan Kelas Ibu Hamil melalui Dukungan Keluarga -Pemilihan Penolong Persalinan Sikap Ibu – Pemilihan Penolong Persalinan Dukungan Keluarga – Pemilihan Penolong Persalinan Akses – Pemilihan Penolong Persalinan
Koefisien Jalur Direct Indirect Effect Effect -
Koefisien Jalur Total -
-
-
-
-
-
-
0,975x0,534
0,520
-
-
-
0,534
-
0,534
-
-
-
126
REKAPITULASI - III KOEFISIEN ZERO ORDER KORELASI
Korelasi variabel dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Koefisien
Pendidikan Ibu - Pemilihan Penolong Persalinan
0,6407
Kelas Ibu Hamil - Pemilihan Penolong Persalinan
0,6689
Sikap Ibu – Pemilihan Penolong Persalinan
0,6384
Dukungan Keluarga – Pemilihan Penolong Persalinan
0,6656
Akses – Pemilihan Penolong Persalinan
0,6404
REKAPITULASI – IV (AKHIR) Dari Variabel
Pendidikan Ibu melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Pemilihan Penolong Persalinan Kelas Ibu Hamil melalui Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu Pemilihan Penolong Persalinan Kelas Ibu Hamil melalui Dukungan Keluarga dan Sikap Ibu - Pemilihan Penolong Persalinan Kelas Ibu Hamil melalui Dukungan Keluarga -Pemilihan Penolong Persalinan Sikap Ibu – Pemilihan Penolong Persalinan Dukungan Keluarga – Pemilihan Penolong Persalinan Akses – Pemilihan Penolong Persalinan Total pengaruh
Koefisien Jalur Direct Indirect Effect Effect -
Pengaruh Total (%) -
-
-
-
-
-
-
0,975x0,534 = 0,520 (0,6689)
0,3478 (34,78 %)
-
-
0,534 (0,6656) -
-
0,3554 (35,54%) 70,32