1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Segala yang ada di dunia ini terus mengalami perubahan, bergerak, dan berkembang seiring dengan dinamika budaya dan peradaban suatu masyarakat. Perkembangan peradaban suatu bangsa telah mengantarkan masyarakat kita termasuk pelajar masuk dalam ruang yang sedikitpun kita tidak mampu membendung dan bahkan menghilangkan Budaya itu telah mampu mereduksi kreativitas dan potensi pelajar kita. Di sisi lain, perkembangan itu mengakibatkan munculnya permasalahanpermasalahan baru yang harus dihadapi dan dipecahkan oleh dunia pendidikan. Salah satu permasalahan yang paling esensial dan harus dihadapi sekarang ini adalah adanya pemerosotan moralitas anak bangsa dan sumber daya manusia yang lemah dari segi fisik, mental, material, maupun spiritual. Masalah-masalah itu sudah menghantui manusia sejak adanya peradaban manusia, karena dianggap sebagai hal yang mengganggu kesejahteraan hidup manusia, sehingga merangsang para warga masyarakat untuk mengidentifikasikan, menganalisa, memahami dan memikirkan cara-cara untuk mengatasinya. Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan nakotika dan obat-obatan terlarang, tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, 1
2 dan masih banyak lagi persoalan yang masih menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum bisa diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para guru, dan orang tua, sebab semua itu korbannya adalah kaum remaja, terutama pelajar dan mahasiswa. Sebagai contoh: informasi dalam surat kabar yaitu adanya siswa yang mengabadikan adegan mesum bersama pacarnya di salah satu SLTP di Ngawi1 Informasi lain yaitu seperti di Bakalan, perbuatan ayah kandung yang tega menghamili anaknya sendiri2. Peristiwa lain yaitu puluhan pelajar yang sedang menyaksikan konser musik di stadion Diponegoro Kediri digaruk Polisi, garagara para pelajar tersebut membuat onar ditambah dengan kondisinya yang teler karena mabuk minuman keras.3. Dan yang paling memprihatinkan saat ini adalah sudah banyak anak di bawah umur yang gemar membaca majalah tentang sex, bahkan belum lama ini ditemukan komik porno .4 Dan yang paling dikenal adalah pejabat yang melakukan tindakan korupsi kolusi dan nepotisme yang menampilkan pampangan foto pejabat-pejabat yang korup mulai tingkat nasional
1
Jawa Pos. “Adegan Mesra Siswa SMP Di-Hp-Kan”. 21 Februari 2007. hlm.27 Jawa Pos. “Bapak Gilir 2 Anak kandung”. 23 Juni 2007. hlm.13 3 Jawa Pos. “Mabuk,Puluhan Pelajar Digaruk”. 30 Agustus 2007. hlm.12 4 Jawa Pos. “Lawan Komik Porno dengan Pembinaan Mental”. 29 September 2007. hlm.25 2
3 sampai tingkat desa5. Selain itu banyaknya stasiun televisi yang menayangkan film-film tentang kekerasan, pembunuhan, perampokan dan penayangan film dokumenter tentang kasus hamil di luar nikah, kecanduan obat-obatan berbahaya, naik motor "ugal-ugalan" di jalan raya, kasus "bonek" sepak bola dan masih sederet panjang lagi kasus negatif yang merusak citra bangsa ini; yang dulunya lebih dikenal sebagai bangsa cinta damai dan ramah tamah. Dan, sekarang ini dikhawatirkan akan menjadi bangsa yang diperbudak oleh nafsu angkara. Banyak orang memandang bahwa kondisi demikian diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Mereka yang telah melewati sistem pendidikan selama ini, mulai dari pendidikan dalam keluarga, lingkungan
sekitar, dan pendidikan sekolah, kurang memiliki kemampuan
mengelola konflik dan kekacauan, sehingga anak-anak dan remaja selalu menjadi korban konflik dan kekacauan tersebut. Dalam menjalani kehidupan peran organisasi dalam meningkatkan kualitas belajar banyak memandang sebagai proses atau aktifitas yang bertujuan merubah tingkah laku manusia yang mengalami perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi kecakapan sosial maupun pendidikan organisasi. Kecakapan sosial adalah kemampuan beradaptasi atau kombinasi tentang penggambaran situasi sosial. Agar terwujud kecakapan berfikir dan kerjasama. Sedangkan pendidikan organisasi adalah proses pengajaran yang lebih 5
Jawa Pos. “Foto Koruptor Dipajang Ditempat Umum”. 27 Januari 2007. hlm.30
4 berorientasi pada pendidikan yang bisa menjawab permasalahan dengan bentuk musyawarah yang terkoordinasi. Sejalan
dengan
perkembangan
zaman,
peran
organisasi
dalam
meningkatkan kualitas belajar sangat diharapkan. Karena peran organisasi sangat memberikan kontribusi dalam proses belajar. Fenomena-fenomena yang terus menjadi persoalan bagi kalangan remaja seperti narkoba, pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya saat ini menambah kerja kerasnya organisasi masa Nahdlatul Ulama’ khususnya IPNU, karena IPNU adalah organisasi pelajar, santri dan mahasiswa yang merupakan basisnya para remaja,
ketika remaja (penerus perjuangan NU) lemah dalam hidup
bermasyarakat yang layak, tidak mempunyai rasa gotong royong/kebersamaan, dan tidak bisa menjalin silaturrahmi satu dengan yang lain ini merupakan problem yang segera diatasi. Dari penjajakan awal ditemukan bahwa di PC IPNU Ponorogo sebuah organisasi yang berbasis pelajar telah mempunyai program kerja yang salah satunya yaitu pelatihan analisa sosial, dengan pelatihan tersebut anggota diberi bekal tentang kepekaan sosial, bisa memahami gejala-gejala sosial. Berangkat dengan pemikiran di atas penulis akan mengadakan penelitian di PC IPNU Ponorogo, karena PC IPNU Ponorogo adalah organisasi pengkaderan di Nahdlatul Ulama, dan penulis akan
mengangkat tentang membentuk
kecakapan sosial melalui pendidikan organisasi, dalam hal ini penulis akan
5 mengambil subyek penelitian dengan judul: “Mengembangkan Kecakapan Sosial melalui Pendidikan Organisasi (Studi Kasus Di PC IPNU Ponorogo)”. B. Fokus Penelitian Setelah melakukan penjajakan awal, maka situasi sosial yang ditetapkan sebagai tempat penelitian adalah PC IPNU Ponorogo. Dalam situasi sosial, pada organisasi ini (place) para kadernya (actor) mempunyai program kerja (activity) yaitu pelatihan untuk untuk menunjang kecakapan sosial kader sampai tingkatan paling bawah. Maka fokus penelitian diarahkan pada: 1. Realitas Organisasi PC. IPNU Ponorogo 2. Realisasi pelaksasaan kegiatan pelatihan sosial di PC IPNU Ponorogo 3. Makna kecakapan sosial di PC IPNU Ponorogo
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana
bentuk-bentuk
kegiatan
di
PC
IPNU
Ponorogo
dalam
mengembangkan kecakapan sosial? 2. Bagaimana makna kegiatan PC IPNU Ponorogo dalam mengembangkan kecakapan sosial?
6 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk kegiatan di PC IPNU Ponorogo dalam mengembangkan kecakapan sosial 2. Untuk mengetahui bagaimana makna kegiatan PC IPNU Ponorogo terhadap pengembangan kecakapan sosial
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penyusunan skripsi ini adalah: 1. Secara teoritis Untuk menambah khazanah ilmiah dan memperluas pemikiran khusunya bagi peneliti umumnya bagi pembaca sekalian. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatan kecakapan sosial PC IPNU Ponorogo.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Menurut S Margono ditinjau dari sifat permasalahannya penelitian dapat dibedakan menjadi 8 yaitu penelitian historis, deskriptif, perkembangan, kasus
dan
penelitian
lapangan,
korelasional,
kasual-komparatif,
7 eksperimental, dan tindakan6. Merujuk dari hal tersebut maka penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan deskripstif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menjelaskan fakta-fakta yang aktual secara sistematis tentang populasi tertentu. Ciri-ciri penelitian ini adalah berusaha memecahkan masalah aktual yang sedang dihadapi sekarang dan bertujuan mengumpulkan informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisa. 7 Penelitian ini tergolong pada jenis penelitian Kualitatif. Menurut Bagdan dan Tylor sebagaimana dikutip oleh S Margono Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati8. Sedangkan menurut Sugiono, metode penelitian kualitatf adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi9. Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsep dasar penelitian kualitatif adalah: 6
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan . (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), 7. M. Miftachul Choiri,Pengantar Metode Penelitian, (Ponorogo:Lemaga Penerbitan dan Pengembangan Ilmiah STAIN Ponorogo, 2002), 10. 8 S. Margono, Metodologi. 36. 9 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfa Beta, 2005),1. 7
8 a. Tidak bertujuan menguji/membuktikan kebenaran suatu teori. b. Tidak mengandung pengertian populasi, sehingga tehnik pengembilan sampel bersifat purposive, yaitu tergantung pada tujuan dan fokus pada saat tertentu. c. Analisa data bersifat terbuka dan induktif, yang membuka peluang untuk perubahan, perbaikan, atau penyempurnaan berdasarkan data baru yang masuk. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebagai peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya,10 untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di PC IPNU Ponorogo, dengan pertimbangan IPNU adalah organisasi pelajar yang eksis melaksanakan kegiatan pelatihan yang berhubungan dengan sosial masyarakat.
10
Pengamatan berperan serta adalah, sebagai penelitian yang bercirikan interaksi social yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gannguan
9 4. Sumber Data Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang lebih menekankan aspek makna suatu tindakan yang dilihat secara menyeluruh (holistik), dimana suasana, tempat dan waktu yang berkaitan dengan tindakan itu menjadi faktor penting yang harus dipertahankan. Menurut Lofland dan sebagaimana yang dikutip Lexy J Moleong Sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain11. Sumber data penelitian berupa sumber data deskriptif yaitu sumber data yang berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang berperilaku yang diamati. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu ke dalam hipotesis, tetapi perlu menandainya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Subjek penelitian adalah sumber data utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-veriabel yang diteliti. Data penelitian ini meliputi : a. Data mengenai susunan pengurus dan program kerja PC. IPNU Ponorogo b. Data mengenai kegitan kecakapan sosial di PC IPNU Ponorogo 5. Prosedur Pengumpulan data Untuk mendapatkan data yang valid sebagaimana diharapkan maka beberapa teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini. Teknik tersebut antara lain adalah : 11
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. 112.
10 a. Metode Interview / wawancara Wawancara Percakapan
itu
adalah
dilakukan
percakapan oleh
dua
dengan pihak,
maksud yaitu
tertentu.
pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan12. Interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau responden. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengurus dan anggota PC IPNU Ponorogo terkait dengan kecakapan sosial b. Metode Observasi Metode
observasi
merupakan
pengumpulan
data
yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian.13 Observasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Secara luas observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi dalam pengertian penelitian observasi diartikan dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan14. Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan untuk mengetahui letak greografis PC IPNU Ponorogo dan kegiatan PC IPNU Ponorgo, 12
Lexy J. Moleong. Metodologi. 135. ibid. 14 M. Miftachul Choiri. Metodologi. 55. 13
11 c. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, foto dan seterusnya.15 Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan struktur organisasi, program kerja dan realisasi kegiatan PC IPNU Ponorogo. 6. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif, dengan alur analisis model Mules dan Huberman sebagaimana dijelaskan oleh S. Sugiono dalam Bukunya Memahami Penelitian Kualitatif adalah sebagai berikut: a. Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah yang muncul di lapangan. Dalam hal ini, data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang masih komplek tentang kegiatan pembelajaran dan keseharian para pengurus kemudian direduksi dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang pokok yaitu yang berkaitan langsung dengan kegiatan pelatihan analisa sosial yang di adakan PC. IPNU Ponorogo b. Penyajian data (data display), yaitu proses penyusunan informasi yang komplek ke dalam suatu bentuk yang sistematis, agar lebih sederhana dan 15
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rieneka Cipta,2003),128
12 dapat dipahami maknanya. Setelah makna direduksi, kemudian disajikan sesuai dengan pola dalam bentuk uraian naratif. Dalam penelitian ini adalah penyajian data secara sistematis mengenai kegiatan pelatihan analisa sosial c. Penarikan kesimpulan (Conclusion drawing), yaitu analisis data yang terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data, untuk penarikan kesimpulan
yang dapat menggambarkan pola yang terjadi.
Dalam hal ini dapat diketahui dan disimpulkan mengenai pelatihan analisa sosial manfaat dan kendalanya. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas),16 derajat kepercayaan keabsahan (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1) pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di cari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktorfaktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan kecakapan sosial di PC IPNU Ponorogo. (b) Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga
16
Moloeng,Metodologi Penelitian,171.
13 pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami secara yang biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macm triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik dan teori.17 Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
17
Ibid,178
14 8. Tahapan Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitin ini ada tiga tahapan yang di tambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Studi awal objek penelitian b. Penyusunan Proposal penelitian c. Pelaksanaan penelitian d. Penyusunan Laporan penelitian
G. Sistematika Pembahasan Sebagai rangkaian dalam isi skripsi dimana satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai satu kesatuan yang utuh dan merupakan deskripsi sepintas yang mencerminkan urutan tiap bab, maka sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan berfungsi sebagai pola dasar pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi yang terdiri dari beberapa sub yang meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II
Landasan teoritik meliputi konsep dasar kecakapan sosial yang meliputi pengertian kecakapan sosial (social skill) dan jenis-jenis kecakapan sosial, serta pendidikan organisasi yang meliputi pengertian pendidikan,
15 pengertian
organisasi,
azas-azas
organisasi
dan
macam-macam
organisasi. Bab III Mengembangkan Kecakapan Sosial Melalui
Pendidikan Organisasi
(Studi Kasus Di PC.IPNU Ponorogo) yang meliputi Gambaran umum lokasi penelitian dan Diskripsi data tentang bentuk-bentuk kegiatan kecakapan sosial di PC. IPNU Ponorogo, pelaksanaan kegiatan kecakapan sosial di PC. IPNU Ponorogo dan makna kegiatan kecakapan social di PC IPNU Ponorogo Bab IV
Pembahasan yang meliputi analisis bentuk-bentuk kegiatan kecakapan sosial di PC. IPNU Ponorogo, Analisis pelaksanaan kegiatan kecakapan sosial di PC. IPNU Ponorogo dan analisis makna kegiatan kecakapan sosial bagi PC IPNU Ponorogo
Bab V
Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.
16 BAB II KECAKAPAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN ORGANISASI
A. Konsep Dasar Kecakapan Hidup (Life Skill) Kecakapan yang berasal dari kata “cakap” yang berarti pandai, mahir, sedangkan yang dimaksud kecakapan adalah kepandaian atau kemahiran seseorang melakukan suatu pekerjaan.18 Kecakapan/keterampilan dapat diuraikan dalam hal kecepatan, ketelitian, efisiensi, dan kemampuan beradaptasi atau kombinasi tentang penggambaran derajat tingkat kesuksesan yang konsisten dalam
suatu
sasaran
dengan
daya
guna,
dengan
tepat
guna.
Kecakapan/keterampilan terdiri dari sesuatu yang spesifik memisahkan respon tertentu di dalam situasi tertentu.19 Kecakapan cenderung pada kemampuan khusus dalam melakukan sesuatu yang lebih spesifik dengan cepat, akurat, efisien dan adaptif dengan memerankan gerakan tubuh dan atau menggunakan alat. Begitu pula kecakapan berhubungan dengan ukuran keahlian seseorang tentang keseluruhan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
18 19
W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakata: Balai Pustaka,1987),179 Maryudi, Kemampuan, Kecerdasan, dan Kecakapan Bergaul (Jakarta : Restu Agung,
2006), 129.
16
17 akhirnya mampu mengatasinya.20 Pendapat lain mengatakan bahwa kecakapan hidup adalah kecakapan sehari-hari yang diperlukan oleh orang agar sukses dalam menjalankan kehidupan. Brolin mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan seseorang untuk berfungsi secara independent dalam kehidupan 21 Meskipun terdapat perbedaan dalam pengetahuan kecakapan hidup namun pada dasarnya sama, yaitu kecakapan hidup adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan seseorang untuk menjalankan kehidupan. Dalam menjalani kehidupan seseorang harus mampu dan sanggup menghadapi perubahan dan bahkan mampu dan sanggup menjadi agent of change. Perubahan ada yang diinginkan dan ada yang tidak diinginkan. Perubahan yang tidak diinginkan akan mengusik kelangsungan hidup manusia dan perubahan yang diinginkan akan mendukung perkembangan manusia. Agar seseorang mampu, sanggup dan terampil menjalin kehidupan mereka harus membekali diri dengan kecakapan hidup. Kecakapan hidup dapat dikategorikan menurut kualitas fisik, akal kalbu dan spiritual 22. Kecakapan hidup yang dimiliki seseorang tersebut dapat dilihat melalui gejala-gejala yang nampak pada diri seseorang, kecakapan akal dapat 20
Tim Board Based Education. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2002), 11. 21 Slamet PH Pendidikan Kecakapan Hidup (Konsep Dasar) http://ww.lifeskill-stl.org/page 2 html, diakses 25 Januari 2008. 22 Ibid.
18 diukur dari kecerdasan fantasi daya fikirnya (deduktif, induktif, ilmiah, nalar, rasional, kritis, kreatif, literal, discoveri, explanatory dan system). Kecakapan kalbu dapat diukur dari daya rasanya dan daya emosinya (rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin diri, komitmen dan integritas dan kecakapan spiritual dapat ditunjukkan oleh derajat keiman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tim Broad Based Education, memilah kecakapan hidup menjadi 4 jenis yaitu: Kecakapan personal (personal sklill), kecakapan social (social skill), kecakapan akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional (vocasional skill)23 . Kecakapan personal mencakup: kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thingking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai mahkuk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga Negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya, sedangkan kecakapan berfikir rasional mencangkup: a. Kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching) b. Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skills)
23
Tim Board, Pendidikan Berorientasi, 11-12.
19 c. Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creatif problem solving skill)24. Kecakapan social atau kecakapan nalar personal (interpersonal skill), mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill)25 Kecakapan akademik (academic skill) yang sering kali disebut kemampuan berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional, jika kecakapan berfikir rasional lebih bersifat umum, kecakapan
akademik
lebih
mengarah
kepada
kegiatan
yang
bersifat
akademik/keilmuan. Kecakapan akademik antara lain kecakapan melakukan identifikasi variable dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing relationship among chem) merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (contructing hypotheses) serta merangsang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan (designing and implementing a research)26. Kecakapan vokasional (vocasional skill) seringkali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat27.
24
Ibid, 12. Ibid, 13. 26 Ibid, 14. 27 Ibid, 14. 25
20 Meskipun dalam kehidupan nyata antara kecakapan personal, kecakapan social, kecakapan akademik serta kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-pisah atau tidak terpisah secara eksklusif, namun dalam penelitian ini pembatasan lebih ditekankan pada kecakapan social(social skill)
B. Kecakapan Sosial (Social Skill) 1. Pengertian Kecakapan Sosial (Social Skill) Manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) harus mengadakan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat, maka itulah Islam mengajarkan tentang persaudaraan, gotong royong, dan bermusyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu persekutuan yang utuh28. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujarat ayat 10
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat29. Kecakapan sosial sangat berkaitan erat dengan kecerdasan sosial. Dalam hal ini kecerdasan sosial dapat diartikan sebagai suasana hati yang
28 29
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, 24 Al-Qur’an: 49:10
21 digunakan untuk memahami dinamika social sebagai pengetahuan yang berisi gaya dalam berinteraksi dengan orang lain, strategi dalam membantu dan mendorong orang lain untuk berpartisipasi, menilai dengan objektif saat berhubungan dengan orang lain dan suatu kombinasi keterampilan yang ditunjukkan oleh kesiapan dalam mempelajari perilaku dan menafsirkan akibat-akibat dari perilaku yang berhubungan dengan orang lain30. Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan sosial apabila orang tersebut mampu untuk menunjukkan kecakapan sosial (social skill). Profil dari kecakapan social akan memunculkan variasi perilaku mengenai lima kategori ketrampilan yaitu: a. Situational Awareness atau Social Awareness (kesadaran situasional atau sosial) adalah kemampuan individu dalam mengobservasi, melihat, mengetahui pada konteks situasi untuk dapat menemukan diri sendiri31. Kesadaran sosial merupakan pengetahuan sebagai jalan menguasai atau mengelola orang-orang atau peristiwa dalan suatu situasi sosial. b.
Presence (Kehadiran), yaitu pengetahuan untuk menangkap impresi dan pesan secara menyeluruh atas perilaku orang lain32. Kehadiran ini menyangkut kemampuan individu dalam membuat kesimpulan yang menggunakan kepribadian, kecakapan, dan kesadaran untuk melihat orang lain.
30
Hadi Suyono, Social Intelegence (Jogjakarta : Ar-Ruuz Media, 2007),103. Ibid, 109. 32 Ibid. 31
22 c. Authenticity (Kebenaran) adalah perilaku atau perbuatan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan kejujuran, dorongan etika dan perilaku yang lurus dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya33. d. Clearity (Jernih), yaitu kemampuan untuk menunjukkan kecakapan ide, efektivitas dan pengaruh yang kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok34. e. Empathy (Empati), merupakan kemampuan untuk mencapai hubungan dengan orang lain pada tingkat yang lebih personal dan keluesan untuk berhubungan dengan orang lain35. Empati di sini diartikan menciptakan perasaan saling menguntungkan atau memberi manfaat antara satu orang dengan orang yang lain dalam melakukan hubungan. 2. Jenis-Jenis Kecakapan Sosial (Social Skill) Kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu (1) kecakapan berkomunikasi, dan (2) kecakapan bekerjasama36. a. Kecakapan berkomunikasi Komunikasi menurut Shannon dan Weaver sebagaimana dikutip oleh Hafied Cangara adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak
33
Ibid. Ibid. 35 Ibid. 36 Slamet PH Pendidikan Kecakapan Hidup (Konsep Dasar) http://ww.lifeskill-stl.org/page 2 html, diakses 25 Januari 2008 34
23 terbatas pada bentuk komunikasi manggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi37. Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat tempat tinggal maupun tempat kerja, peserta didik sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam realitasnya, komunikasi lisan ternyata tidak mudah dilakukan. Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaiannya yang kurang berkenan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana memilih kata dan cara menyampaikan agar mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Karena komunikasi secara lisan adalah sangat penting, maka perlu ditumbuhkembangkan sejak dini kepada peserta didik. Lain halnya dengan komunikasi secara tertulis. Dalam hal ini diperlukan kecakapan bagaimana cara menyampaikan pesan secara tertulis dengan pilihan kalimat, kata-kata, tata bahasa, dan aturan lainnya agar mudah dipahami orang atau pembaca lain. Fakta menunjukkan melakukan komunikasi lisan dengan empati ternyata tidak mudah. Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan bicaranya, bukan karena isi atau gagasannya tetapi karena
37
21.
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2007),
24 penyampaiannya tidak jelas atau karena cara menyampaikannya tidak berkenan. Orang tidak senang berkomunikasi dengan kita, karena kita tidak menunjukkan sebagai pendengar yang berempati. Oleh karena itu, berkomunikasi lisan perlu dikembangkan sejak dini. Kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh lawan bicara dan bersikap sopan serta menunjukkan perhatian kepada lawan bicara sangat penting dan oleh karena itu perlu ditumbuhkan dalam pendidikan. Komunikasi secara tertulis kini sudah menjadi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, setiap orang perlu memiliki kecakapan membaca dan menuliskan gagasannya secara baik. Kecakapan menuangkan gagasan melalui tulisan yang mudah difahami orang lain dan membuat pembaca merasa dihargai ,perlu dikembangkan pada siswa. Menyampaikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis, juga memerlukan keberanian. Keberanian seperti itu banyak dipengaruhi oleh keyakinan diri dalam aspek kesadaran diri. Oleh karena itu, perpaduan antara keyakinan diri dan kemampuan berkomunikasi akan menjadi modal berharga bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menuliskan gagasan dan menyampaikan gagasan secara lisan, tidak semata-mata tugas mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, tetapi juga mata pelajaran lain, misalnya melalui tulisan atau presentasi hasil observasi, hasil praktikum, dan sebagainya. Mata
25 pelajaran Fisika, Matematika, Geografi dan lainnya juga dapat menjadi sarana pengembangan kecakapan komunikasi, misalnya melalui diskusi, presentasi hasil praktikum, dan menuliskan laporan hasil praktikum atau kerja lapangan. Melalui kegiatan seperti itu, kecakapan menjadi pendengar yang berempati, menjadi pembicara yang santun, dan menjadi penulis yang baik dapat dipupuk. Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain: manusia dapat mengontrol lingkungannya, beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada, serta melakukan transformasi warisan social kepada generasi berikutnya. Dalam komunikasi dibagi atas empat macam, yaitu komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi antar pribadi
(interpersonal
communication),
komunikasi
public,
dan
komunikasi massa38. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi untuk mengembangkan kreativitas
imajinasi,
memahami
dan
mengendalikan
diri,
serta
meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengabil keputusan. Adapun fungsi komunikasi antar pribadi, ialah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dengan orang lain. 38
Ibid, 29.
26 Komunikasi public berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan(solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Sedangkan komunikasi massa, ialah untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Akan tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar (audiovisual), menyebabkan fungsi media masa telah mengalami banyak perubahan. Pada era iptek ini, komunikasi sudah banyak menggunakan teknologi, misalnya telepon, internet, tele-conference dan sebagainya. Oleh karena itu dalam kecakapan komunikasi juga tercakup kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan teknologi. b. Kecakapan bekerjasama Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dielakkan sepanjang manusia hidup. Salah satu hal yang diperlukan untuk bekerja dalam kelompok adalah adanya kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu dikembangkan agar peserta didik terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya agak kompleks. Kerjasama yang dimaksudkan adalah
bekerjasama adanya saling pengertian dan
membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar
27 peserta didik terbiasa dan dapat membangun semangat komunitas yang harmonis39. Kecakapan kerjasama tidak hanya antar teman kerja yang “setingkat” tetapi juga dengan atasan dan bawahan. Dengan rekan kerja yang setingkat, kecakapan kerjasama akan menjadikan seseorang sebagai teman kerja yang terpercaya dan menyenangkan. Dengan atasan, kecakapan kerjasama akan menjadikan seseorang sebagai staf yang terpercaya, sedangkan dengan bawahan akan menjadikan seseorang sebagai pimpinan tim kerja yang berempati kepada bawahan. Seorang akan menjadi rekan kerja yang menyenangkan, jika mau “mengambil tanggung jawab” (take responsibility) dari tugasnya, menghargai pekerjaan orang lain dan ringan tangan membantu teman yang memerlukan. Seseorang akan menjadi staf yang terpercaya, jika mampu menunjukkan tanggung jawab, dedikasi, kemampuan, inisiatif dan kreativitas kerja sesuai dengan tugas yang diberikan. Seseorang akan menjadi pimpinan tim kerja yang menyenangkan jika memiliki kecakapan membimbing bawahan dan memperhatikan kesulitan yang dialami dengan penuh empati, serta dapat menyelesaikan konflik secara bijak.
39
Slamet PH Pendidikan Kecakapan Hidup (Konsep Dasar) http://ww.lifeskill-stl.org/page 2 html, diakses 25 Januari 2008
28 C. Pendidikan Organisasi a. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif. Pendidikan lebih bersifat dari pada pengajaran, yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan “tukang-tukang” atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit, kerana itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis Pendidikan merupakan bimbingan atau usaha secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama40. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 31:
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”41
40 41
Abudin Nata,Paradigma Pendidikan Islam (Jakarta:PT. Gramedia,2001),01 Al-Qur’an, 2:31
29 Pendidikan
Islam
merupakan
pengembangan
potensi,
proses
kewarisan budaya serta interaksi antara potensi dan budaya sehingga pengembangan potensi tugas pendidikan Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.42 Hal ini mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan gejala kahidupan alam sekitarnya.43 Dalam rangka menjawab berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia dewasa ini, Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan berbagai
kebijakan
dan
upaya,
antara
lain
dengan
terus-menerus
mengusahakan pemerataan/perluasan akses terhadap pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta mengembangkan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat, sejalan dengan era desentralisasi pendidikan. Khusus berkenaan dengan mutu dan relevansi, di samping mengembangkan kurikulum pendidikan yang berbasis kompetensi, juga mengarahkan sistem pendidikan di berbagai
jalur, jenis dan jenjang
pendidikan pada pendidikan kecakapan hidup (life skills) melalui pendekatan pendidikan yang berbasis kepada kebutuhan masyarakat luas44.
42
Samsul Nizar,Fiosafat Pendidikan Islam(Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis) (Jakarta,CV. Ciputat Pers,2002),37 43 Nur Uhwiyati,Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia),103 44 Tim Board, Pendidikan Berorientasi,8.
30 Di bidang pendidikan luar sekolah dan pemuda (selanjutnya disebut PLSP), kebijaksanaan penyelenggaraan pendidikan berorientasi kecakapan hidup (selanjutnya disebut PBKH) terutama ditujukan untuk membantu warga masyarakat agar memiliki bekal kemampuan untuk bekerja yang dapat mendatangkan penghasilan yang layak guna memenuhi kehidupannya. Program PBKH menjadikan kecakapan vokasional sebagai entry point dalam menggarap segmen masyarakat miskin dan menganggur untuk dibekali dengan berbagai kecakapan hidup yang dibutuhkan. Pelembagaan PBKH melalui jalur PLSP dilaksanakan melalui berbagai lembaga penyelenggara PLSP yang membentuk kelompok belajar keterampilan pilihan/tertentu yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik. b. Pengertian Organisasi Dalam realitas manusia oleh Allah diciptakan berbeda-beda, baik dalam jenis bentuk, suku, bangsa, ideologi dan sebagainya agar diantara mereka saling mengenal (saling memahami). Dari sini maka akan melahirkan kesepakatan-kesepakatan, kesepahaman dalam rangka mencapai suatu tujuan. Adanya kesepakatan ini merupakan salah satu dasar terbentuknya suatu organisasi. Secara eksplisit dalam agama Islam terdapat landasan bagi umat Islam (manusia secara umum) untuk membentuk suatu organisasi yang baik yang berorientasi kapada ketaqwaan, yaitu perintah Allah kepada umat manusia
untuk
menyelesaikan
suatu
persoalan
dengan
muyawarah
31 sebagaimana yang berkaitan dengan muamalah (organisasi). Firman Allah Swt tersebut tertuang dalam dalam Surat Asy syura 38
Artinya : Dan (bagi orang-orang yang menerima (mamatuhi seruan TuhanNya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka45.
Secara terminologi terdapat beberapa tokoh yang mendefinisikan organisasi, diantaranya oleh Malayu S.P Hasibuan yang menyebutkan organisasi adalah sesuatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang berkerja sama dalam mencapai tujuan46. Selain itu Malayu juga mengutip pendapat James D. Moory mendefiniskan organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dari definisi diatas, maka secara umum organisasi ini mempunyai 4 ciri, yaitu: 1) adanya sekelompok orang 2) adanya aktifitas yang terencana/terprogram 3) antar hubungan terjadi dalam suatu kerjasama
45 46
Al Qur’an 42: 38. Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi (Bandung ,Bumi Aksara, 1996), 25
32 4) kerjasama didasarkan atas hak, kewajiban atau tanggung jawab masingmasing orang untuk mencapai tujuan. Dengan keempat ciri yang dikemukakan di atas, jelas apa yang dimaksudkan kedalam pengertian organisasi dan apa yang tidak dimasukkan kedalamnya, sehingga suatu organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut: 1) organisasi dalam arti badan adalah: sekelompok orang yag bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan tertentu. 2) organisasi dalam arti struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungn kerjasama dari orang-orang yang ada dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan. c. Asas-asas organisasi Untuk mewujudkan suatu organisasi yang baik, efektif, efisien, serta sesuai dengan kebutuhan, secara selektif harus didasarkan pada asasasas(prinsip-prinsip) organisasi. Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan prinsipprinsip organisasi tesebut meliputi : 1) Principle of Organizational Objective (asas tujuan organisasi). Menurut asas ini tujuan organisasi harus jelas dan rasional, apakah bertujuan untuk mendapatkan laba (business organization), ataukah untuk memberikan pelayanan (public organization). Hal ini merupakan bagian penting dalam menentukan strutur organisasi.
33 2) Principle of Unity of Objective (asas kesatuan tujuan). Menurut asas ini, didalam organisasi (perusahaan) harus ada kesatuan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi akan kacau, jika tidak ada kesatuan. 3) Principle of Unity of Command ( asas kesatuan perintah). Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun memberikan pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan, tetapi seorang atasan dapat memerintah beberapa orang bawahan. 4) Principle of the Span of Management (asas rentang kendali). Menurut asas ini, seorang menejer hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah bawahan tertentu, misalnya 3 sampai 9 orang. 5) Principle of Delegation of Authority (asas pendelegasian wewenang). Menurut asas ini, hendaknya pendelegasian wewenang dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain jelas dan efektif, sehingga mengetahui wewenangnya. 6) Principle of Parity of Authority and responsibility (asas keseimbangan wewenang dan tanggungjawab). Menurut asas ini, hendaknya wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. 7) Principle of Responsibility (asas tanggungjawab). Menurut asas ini, hendaknya pertanggungjawaban dari bawahan terhadap atasan harus
34 sesuai dengan garis wewenang (line authority) dan pelimpahan wewenang; seseorang hanya bertanggungjawab kepada orang yang melimpahkan wewenang tersebut. 8) Principle of Departmentation (principle of devision of work = asas pembagian kerja). Menurut asas ini, pengelompokan tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sama ke dalam satu unit kerja (departeman) hendaknya didasarkan atas eratnya hubungan pekerjaan tersebut. 9) Principle of Personal Placement (asas penempatan personalia). Menurut asas ini, hendaknya penempatan orang-orang pada setiap jabatan harus didasarkan atas kecakapan, keahlian dan keterampilannya(the righ men, in the right job). Efektifitas organisasi yang optimal memerlukan penempatan karyawan yang tepat. 10) Principle of Scalr Chain (asas jenjang berangkai). Menurut asas ini, hendaknya saluran perintah/wewenang dari atas kebawah harus merupakan mata rantai vertical yang jelas dan tidak terputus-putus serta menempuh jarak terpendek. 11) Principle of Efficiency (asas efisien). Menurut asas ini, suatu organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat mencapai hasil yang optimal dengan pengorbanan yang minimal.
35 12) Principle
of
Continuity
(asas
keseimbangan).
Organisasi
harus
mengusahakan cara-cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya. 13) Principle of Coordination (asas koordinasi). Asas ini merupakan tindak lanjut dari asas-asas organisasi lainnya. Koordinasi dimaksudkan untuk mensinkronkan dan mengintegrasikan segala tindakan, supaya terarah kepada sasaran yang ingin dicapai.47 d. Macam-macam Organisasi. Berdasarkn proses pembentukannya organisasi dibagi menjadi 2, yaitu Organisasi Formal, Organisasi informal48: 1. Orgnisasi Formal: organisasi yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula yang diatur dengan ketentuanketentuan formal dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya, kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalamnya adalah kegiatankegiatan formal, jabatan sebagaimna diatur dalam ketentuan-ketentuan tertulis. Ikatan-katan yang terdapat dalam organisasi adalah berdasarkan ikatan-ikatan formal. 2. Organisasi
informal:
organisasi
yang
terbentuk
tanpa
disadari
sepenuhnya, tujuanya juga tidak jelas, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya juga tidak ada, dan hubungan-hubungan terjalin secara pribadi. Menurut Lous A. Allaen: organisasi informal sebagian besar 47
Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Bandung, Bumi Aksara,1996), 29
48
Ibid, 57
36 berhubungan dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang, sebab mereka adalah individu-individu terhadap tindakan-tindakan mereka dipandang dari sudut kebutuhan-kebutuhan emosi dan tingkah laku, bukan dipandang dari sudut cara bekerja dan peraturan. Jadi pendidikan organisasi adalah system belajar menjalankan kehidupan dengan berkelompok serta mempunyai tujuan hidup yang efektif. Sehingga metode belajar dengan organisasi memberikan motivasi sebagai suatu usaha yang positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar berhasil mencapai tujuan49. D. Pembelajaran Pengembangan Diri 1. Pengertian Pembelajaran Pengembangan diri Proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetapka melalui pengalaman yang berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian) mengenai suatu perlakukan tertentu 2. Tujuan Pembelajaran Pengembangan diri Pembelajaran pengembangan diri bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu menjadi manusia yang mampu menatadiri dan menjawab berbagai tantangan diri dalam diri dan juga lingkungan secara adaptif dan konstruktif, baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
49
Ibid, 96.
37 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pengembangan diri a). Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa b). Kesadaran mengikuti aturan c). Kesadaran akan kemandirian d). Kesadaran untuk bersosialisasi e). Kesiapan menuju kematangan f). Pengorganisasian tugas-tugas fisikal sehari-hari g). Kematangan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam suasana formal h). Keterampilan pemecahan masalah-masalah kehidupan50
50
Departemen Agama, Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri, Jakarta:2005
38 BAB III MENGEMBANGKAN KECAKAPAN SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN ORGANISASI (STUDI KASUS DI PC.IPNU PONOROGO)
A. Sajian Data Umum Pimpinan Cabang IPNU Ponorogo 1. Sejarah Berdirinya IPNU Munculnya organisasi IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) adalah bermula dari adanya jam’iyah yang bersifat lokal atau kedaerahan. Wadah yang berupa kumpulan pelajar dan pesantren yang semua dikelola dan diasuh para ulama jam’iah atau perkumpulan tersebut tumbuh di berbagai daerah hampir di seluruh wilayah Indonesia, misalnya jam’iyah diba’iyah. Jam’iyah tersebut tumbuh dan berkembang
banyak dan tidak memiliki jalur tertentu
untuk saling berhubungan. Hal ini disebabkan karena perbedaan nama yang terjadi di daerah masing-masing mengingat lahir dan adanya pun atas inisiatif atau gagasan sendiri-sendiri. Di Surabaya putra dan putri NU mendirikan perkumpulan yang diberi nama Tsamrotul Mustafidin pada tahun 1936. Tiga tahun kemudian yaitu tahun 1939 lahir persatuan santri Nahdlatul Ulama’ atau PERSANU. Di Malang pada tahun 1941 lahir Persatuan Murid NU. Pada saat itu bangsa Indonesia sedang mengalami pergolakan melawan penjajah Jepang. Putra dan putri NU tidak ketinggalan ikut berjuang mengusir penjajah. Sehingga
39 terbentuklah IMNU atau Ikatan Murid Nahdlatul Ulama di kota Malang pada tahun 1945.51 Di Madura berdiri perkumpulan dari remaja NU yang bernama Ijmauttolabiah pada tahun 1945. Meskipun masih bersifat pelajar, jamiyah atau perkumpulan tersebut di atas tidak berdiam diri. Mereka ikut berjuang dan berperang melawan penjajah Belanda dan Jepang. Hal ini merupakan aset dan andil yang tidak ternilai harganya dalam upaya merebut kemerdekaan. Tahun 1950 di Semarang berdiri Ikatan Mubaligh Nahdlatul Ulama dengan anggota yang masih remaja. Pada tahun 1953 di Kediri berdiri persatuan pelajar NU (PERPANU). Pada tahun yang sama di Bangil berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPENU) dan pada tahun 1954 di Medan berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, dan masih banyak lagi yang belum tercantum dalam naskah ini. Seperti tersebut di atas masing-masing organisasi masih bersifat kedaerahan, dan tidak mengenal satu sama yang lain. Meskipun perbedaan nama, tetapi aktifitas dan haluannya sama yaitu melaksanakan faham atau ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah. Titik awal inilah yang merupakan sumber inspirasi dari para perintis IPNU untuk menyatukan langkah dalam membentuk sebuah perkumpulan.
51
Pimpinan Pusat IPNU, Pedoman Pengkaderan IPNU, (Jakarta: PP IPNU:2004), 3
40 Gagasan untuk menyatukan langkah dan nama perkumpulan / organisasi tersebut diusulkan dalam Muktamar Ma’arif pada tanggal 24 Februari 1954 H bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H di Semarang. Usulan ini dipelopori oleh pelajar-pelajar dari Yogyakarta, Solo dan Semarang yang diwakili oleh Sofwan Cholil Mustahal, Abdul Ghoni, Farida Ahmad, Maskur dan M. Tholchah Mansyur. Muktamar tidak menolak atas inisiatif serta usulan tersebut, akhirnya lahirlah organisasi yang badan otonom Nahdlatul Ulama yaitu Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’(IPNU) 52 IPNU merupakan sebuah organisasi yang tidak terpisahkan dari generasi muda Indonesia dan senantiasa berpedoman pada garis-garis besar perjuangan NU dalam menegakkan syariat Islam dan komit terhadap nilainilai pancasila sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, dalam rangka tercapainya tujuan IPNU sebagai Badan Otonom Nahdlatul Ulama’ maka sangat perlu adanya sebuah Peratuan Dasar / Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) yang harus ditaati bersama-sama demi tercapainya tujuan yang dimaksud. Untuk mengenal IPNU secara rinci sesuai apa yang telah tertuang dalam PD/PRT adalah sebagai berikut: a. Sifat
52
Pimpinan Pusat IPNU, Peraturan Organisasi dan Administrasi IPNU, (Jakarta: PP IPNU:2004)1
41 IPNU adalah organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekeluargaan, kemasyarakatan dan keagamaan. b. Fungsi Keberaradan IPNU berfungsi sebagai: 1) Wadah berhimpun pelajar Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilai-nilai nahdliyah 2) Wadah komunikasi pelajar Nahdlatul Ulama untuk menggalang ukhuwwah islamiyah 3) Wadah aktualisasi pelajar Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan dan pengembangan syariat Islam 4) Wadah kaderisasi pelajar Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader bangsa. c. Aqidah/Asas 1) IPNU beraqidah islam menurut faham Ahlussunnah Wal Jamaah dengan mengikuti salah satu madzhab : Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. 2) Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara IPNU berpedoman kepada azas ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
42 d. Tujuan IPNU Tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar-pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berilmu, berakhlaq mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunnah Wal Jamaah yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945.53 2. Letak Greografis PC. IPNU Ponorogo terletak di JL. KH. Ahmad Dahlan No. 60 Ponorogo, tepatnya di Kelurahan Bangunsari Kecamatan Ponorogo, menjadi satu dengan organisasi induknya yaitu PC. Nahdatul Ulama Ponorogo. Lokasi sangat strategis bagi perkembangan organisasi. Hal ini dikarenakan lokasi ini berada di wilayah perkotaan yang dekat dengan sarana dan fasilitas umum di antaranya perkantoran, sekolah, pertokoan, sarana ibadah 3. Struktur Organisasi IPNU merupakan sebuah organisasi yang tidak terpisahkan dari generasi muda Indonesia dan senantiasa berpedoman pada garis-garis besar perjuangan NU dalam menegakkan syariat Islam dan komit terhadap nilai-nilai pancasila sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, dalam rangka tercapainya
tujuan IPNU sebagai Badan
Otonom(BANOM) NU maka sangat perlu adanya sebuah Peratuan Dasar / 53
Ibid,11-12
43 Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT) yang harus ditaati bersama-sama demi tercapainya tujuan yang dimaksud. Merujuk Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) IPNU hasil kongres XIII di Surabaya (2003), maka diperlukan kesamaan struktur dan tata kerja pengurus untuk menjamin terciptanya kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan program di setiap jenjang kepengurusan. Sesuai dengan ketentuan yang ada perangkat organisasi IPNU terdiri dari Departemen dan Badan / Lembaga. Peran dan fungsi setiap departemen, lembaga dan badan ditetapkan sebagai berikut: a. Departemen Untuk mewujudkan kesatuan pola dan integrasi program, maka diperlukan kesamaan departemen di tingkat PC. IPNU Ponorogo. Sedangkan untuk tingkat Pimpinan Anak Cabang dan atau pimpinan ranting serta komisariat disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Adapun untuk tingkat PC. IPNU sedikitnya dibutuhkan 5 (lima) departemen, yaitu: 1) Departemen Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan operasional program yang berkaitan dengan Pembinaan dan Pengembangan Organisasi, serta memiliki hak dan wewenang menyusun dan merumuskan langkah-langkah operasional program
44 hasil konferensi cabang
yang berkaitan dengan pengembangan
organisasi, menetapkan kebijaksanaan organisasi secara operasional, serta
mengembangkan
alternatif
program
pembinaan
dan
pengembangan organisasi disektor formal, informal dan non formal yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi secara berkala selama dua tahun masa khidmat. 2) Departemen Dakwah dan Pengembangan Lingkungan Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan operasionalisasi program yang berkaitan dengan pendidikan dan pengembangan kader, serta memiliki hak dan kewenangan
menyusun
dan
merumuskan
operasional program pendidikan,pembinaan
langkah-langkah
dan pengembangan
kader, menetapkan kebijaksanaan organisasi secara operasional, serta mengembangkan alternatif program pendidikan dan pembinaan kader disektor formal, informal dan non formal yang lebih menyentuh dan terarah pada kebutuhan organisasi secara berkala selama dua tahun masa khidmat. 3) Departemen Dakwah dan Pengembangan Lingkungan Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan operasionalisasi program yang berkaitan dengan fungsi dakwah, pengembangan lingkungan dan pengabdian masyarakat, serta
45 memiliki hak dan kewenangan mengusulkan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan program bidang dakwah dan pengembagan lingkungan. 4) Departemen Pengelolaan Data dan Informasi Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan operasionalisasi program yang berkaitan dengan fungsi pengelolaan data sekaligus pencarian informasi-informasi yang berkaitan dengan pengembangan dan kemanfaatan organisasi, menginventerasisir data anggota organisasi dan aset organisasi sekaligus memiliki kewajiban dan kewenangan mengusulkan program yang berkaitan dengan departemen pengelolaan data dan informasi. 5) Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Adalah perangkat organisasi yang memiliki tugas dan kewajiban melaksanakan operasionalisasi program yang berkaitan dengan minat dan bakat, serta memiliki hak dan kewenangan mengusulkan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan program di bidang bakat dan minat kader. b. Lembaga Untuk mewujudkan kesatuan pola, maka diperlukan kesamaan lembaga di tingkat PC. IPNU . Adapun status lembaga bersifat semi otonom, dan masing-masing lembaga memiliki struktur yang meliputi: 1
46 (satu) orang ketua, 1 (satu ) sekretaris, dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota, lembaga yang ada di PC IPNU Ponorogo saat ini adalah Lembaga Corp Brigade Pembangunan(CBP). c. Badan Untuk melaksanakan program IPNU yang memerlukan penanganan khusus, maka perlu dibentuk badan pelaksana di tingkat PC. IPNU sesuai dengan kebutuhan. Adapun status badan bersifat semi otonom, dan masing-masing badan memiliki 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris, dan sebanyak-banyaknya 7 orang anggota. Dua badan yang dipandang perlu untuk ditetapkan dan mendesak untuk dibentuk sebagai komitmen hasil kongres adalah sebagai berikut: 1) Students’ Crisis Center (SCC) Adalah perangkat organisasi yang bertugas melaksanakan program khusus organisasi di bidang advokasi hak-hak anak dan pelajar. Dalam operasional kegiatannya, badan ini memiliki hak dan kewenangan untuk mengusulkan kegiatan dan kerjasama dengan pihak terkait, setelah mendapatkan persetujuan dari pimpinan di tingkat masing-masing. 2) Badan Usaha Mandiri Adalah perangkat organisasi yang bertugas melaksanakan program khusus organisasi dibidang pengembangan jaringan usaha
47 dan penguatan kemandirian organisasi. Dalam operasionalisasi kegiatannya, badan ini memiliki hak dan kewenangan untuk mengusulkan dan kerjasama dengan pihak terkait, setelah mendapat persetujuan dari pimpinan organisasi di tingkat masing-masing. Sesuai dengan Perturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ponorogo maka susunan Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ponorogo periode 2006/2008 adalah terdiri dari pengurus harian, departemen, lembaga dan badan sebagaimana lampiran. 4. Sarana dan Prasarana. Sebuah organisasi akan berjalan secara maksimal ketika terpenuhinya sarana dan prasarana, dan yang tidak kalah penting adalah tersedianya perlengkapan administrasi. Sampai saat ini PC IPNU Ponorogo mempunyai sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan setiap saat, yaitu: Kantor yang mudah terjangkau yang terletak di JL. KH. Ahmad Dahlan 60 Ponorogo, dan berbagai inventaris sebagaimana lampiran. 5. Keadaan Pengurus Pengurus adalah figur yang menjadi uswah dan teladan bagi anggota. Pengurus harus bisa memenuhi kebutuhan anggota dalam menciptakan kreatifitas, mendorong, serta membantu tercapainya tujuan, sehingga terdapat kesatuan langkah dan tindakan yang tepat guna berdaya guna dan berhasil guna bagi anggota.
48 Pengurus PC IPNU Ponorogo terdiri dari beberapa utusan terbaik dari Pimpinan-pimpinan Anak Cabang IPNU se Kabupaten Ponorogo, dari tingkat pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari SMA, Mahasiswa, santri pondok pesantren dan bahkan sudah banyak yang bekerja. Pengurus PC IPNU Ponorogo terdiri dari 43 orang dengan keadaan sebagai berikut: Tabel 3.1 Kualifikasi Pendidikan Pengurus Cabang IPNU Ponorogo Periode 2006/200854
No
Kualifikasi Pendidikan
Jumlah
1.
SD
-
2.
SMP/MTs
1
3.
SMA/MA/SMK
16
4.
DIPLOMA
3
5.
SARJANA
22
6.
PASCA SARJANA
1
Tabel 3.2 Kualifikasi Status Perkawinan Pengurus Cabang IPNU Ponorogo Periode 2006/200855
54 55
Dokumentasi PC IPNU Ponorogo Periode 2006/2008, dikutip tanggal 22 Maret 2008 Dokumentasi PC IPNU Ponorogo Periode 2006/2008, dikutip tanggal 22 Maret 2008
49 No
Kualifikasi Status Perkawinan
Jumlah
1.
Kawin
5
2.
Belum Kawin
38
Tabel 3.3 Kualifikasi Pekerjaan Pengurus Cabang IPNU Ponorogo Periode 2006/200856
No
Kualifikasi Pekerjaan
Jumlah
1.
Pelajar
1
2.
Santri
9
3.
Mahasiswa
18
4.
PNS
5.
swasta
17
B. Paparan Data Khusus di PC IPNU Ponorogo 1. Bentuk-bentuk kegiatan dan pelaksanaan kegiatan kecakapan sosial di PC IPNU Ponorogo Dalam penulisan data ini, penulis akan menyampaikan paparan tentang kegiatan-kegiatan kecakapan sosial di PC IPNU Ponorogo dan pelaksanaannya. Pengurus Cabang IPNU Ponorogo dalam meningkatkan kecakapan sosial mempunyai beberapa bentuk program kerja diantaranya adalah: a. Makesta (Masa Kesetian Anggota)
56
Dokumentasi PC IPNU Ponorogo Periode 2006/2008, dikutip tanggal 22 Maret 2008
50 Kegiatan ini bersifat orientasi bagi calon kader IPNU. Harapannya adalah dapat menjadi motifasi dalam mengikuti kegiatan IPNU baik secara structural maupun cultural. Dalam pelaksanaanya kegiatan ini dilimpahkan kepada Pimpinan Anak Cabang disetiap Kecamatan, karena kegiatan ini hanya berseifat orientasi, sedangkan untuk tindak lanjutnya diserahkan kepada PC IPNU Ponorogo57 Dalam periode 2006-2008 yang telah melaksanakan Makesta adalah:
57
Lihat transkip wawancara dengan kode 01/WA/27/03/08
51 Tabel 3.4 Data pelaksanaan Makesta PC IPNU Ponorogo periode 20062008 Pelaksana Pelaksanaan Tempat No. 1 PAC Kota 12-15 Juni 2006 SMP Ma’arif 1 Ponorogo 2 PAC Babadan 20-23 Juni 2006 MTS Sukosari Babadan 3 PAC Kauman 22-25 Juni 2006 SDN Kuman 4 PAC Kota 02 -05 Juli 2007 SMP Ma’arif 1 Ponorogo 5 PAC Sampung 03-06 Juli 2007 MTs. Al-Azhar Sampung 6 PAC Jetis 20-25 Juli 2007 SDN Karanggebang b.
Diklat Utama Corb Brigade Pembangunan (Diklatama CBP) Kegiatan ini dilaksanakan untuk mempersiapkan kader IPNU menjadi anggota Lembaga Corp Brigade Pembangunan (LCBP) IPNU. Kegiatan ini dilaksanakan dengan format out bound dan pecinta alam. Kegiatan ini melibatkan kader-kader IPNU yang ada di tingkatan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Ranting, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 September 2007 di Kecamatan Ngebel.58 c. Pelatihan Analisa Sosial Ini adalah merupakan kegiatan setiap satu periode, kegiatan ini menggunakan konsep pelatihan penuh yang melibatkan anggota IPNU Ponorogo dari utusan beberapa Pimpinan Anak Cabang. Pelatihan semacam ini sangat memberikan kontribusi sangat besar sekali bagi seluruh anggota, karena bagaimanapun seorang anggota IPNU adalah merupakan kader masyarakat yang harus paham dan tahu tentang tatanan sosial masyarakat. Format kegiatan adalah work shop dan pelatihan penuh di ruangan maupun di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari, karena sesuai dengan juklak pengkaderan bahwa pelatihan analisa sosial dilaksanakan minimal empat hari. Kegiatan ini diikuti oleh Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Ponorogo dan dilaksanakan pada tanggal 10-14 Januari 2007 di Penginapan Songgolangit Kecamatan Ngebel 59 d. Seminar Reproduksi Remaja dan bahaya sex bebas Seminar ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa selama ini banyak kasus asusila, pelecahan sexual, hamil di luar nikah yang rata-rata kasusnya dialami oleh kaum pelajar yang seharusnya duduk manis di bangku sekolahan. Keprihatinan dan kekuatiran PC IPNU Ponorogo tersebut diwujudkan dengan mengadakan seminar Reproduksi Remaja dan bahaya sex bebas.
58 59
Lihat transkip wawancara dengan kode 13/WA/05/04/08 Lihat transkip wawancara dengan kode 04/WA/02/04/08
52 Kegiatan ini melibatkan seluruh anggota IPNU Ponorogo, yang pada waktu itu dilaksanakan di Hall Tambak Kemangi Resort pada tanggal 20 Desember 2006 dengan pembicara Bapak H. Dr. Ahmad Sunarno dan Ibu Lia Amalia dosen STAIN Ponorogo, dengan peserta seminar adalah pelajar tingkat SLTP/SLTA dan generasi muda di Ponorogo.60 e. Seminar dan Deklarasi Pelajar Anti Narkoba Narkoba adalah musuh masyarakat, IPNU sebagai generasi NU harus lantang untuk menolak narkoba, karena narkoba adalah penyakit yang bisa merusak berbagai aspek manusia, PC IPNU pada awal kepengurusan berusaha semaksimal mungkin untuk memerangi narkoba, salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah Seminar dan deklarasi pelajar anti narkoba Seminar anti narkoba yang di laksanakan di Kantor PCNU Ponorogo pada tanggal 07 Mei 2007 dihadiri oleh ketua BND Kab. Ponorogo Bapak Amin dan Kapolres Ponorogo Bapak Muklis, setelah acara tersebut dari perwakilan pelajar Ponorogo mengadakan deklarasi pelajar anti narkoba yang disaksikan oleh ketua BND Ponorogo dan tokoh masyarakat Ponorogo.61 f. Bakti Sosial Dalam kegiatan ini kader terjun di masyarakat secara langsung, sehingga akan terjadi proses interaksi sosial dengan masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah yaitu hari raya qurban, sekaligus untuk membagikan daging qurban kepada masyarakat yang ditempati. Dalam kepengurusan PC IPNU Ponorogo 2006-2008 sudah dua kali mengadakan Bakti Sosial, yang pertama di desa Dayakan Badegan dan yang terakhir dilaksanakan di Kecamatan Sambit.62 g. Posko Peduli Bencana IPNU adalah organisasi social masyarakat yng harus peduli dengan persoalan bencana alam yang telah melanda bangsa ini, terutama di Ponorogo dan sekitarnya, sebagai wujud peduli kepada para korban bencana alam PC IPNU Ponorogo mendirikan posko peduli korban bencana alam, dengan cara mendirikan posko dan mengkoordinir sumbangan dari masyarakat yang akhirnya disalurkan kepada para korban yang membutuhkan bantuan.
60
Lihat transkip wawancara dengan kode 01/WA/27/03/08 Lihat transkip wawancara dengan kode 07/WA/02/04/08 62 Lihat transkip wawancara dengan kode 08/WA/02/03/08 61
53 Dalam periode kepengurusan 2006-2008 PC IPNU Ponorogo sudah tiga kali mendirikan posko peduli bencana alam, yang pertama posko peduli gempa Yogyakarta, yang kedua Posko peduli tanah longsor di Kecamatan Sawoo dan yang terakhir Posko Peduli banjir yang telah melanda sebagian kawasan Ponorogo63 h. Safari Ramadhan Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan Ramadhan dengan cara mengadakan dialog dan kajian yang bersama dengan Pimpinan Anak Cabang IPNU se Ponorogo.64 i. Badan Studi Crisis Center (BSCC) Badan ini adalah salah satu follow up dari pelatihan analisa sosial, yang bertugas melaksanakan program khusus organisasi di bidang advokasi hak-hak anak dan pelajar. Dalam operasional kegiatannya, badan ini memiliki hak dan kewenangan untuk mengusulkan kegiatan dan kerjasama dengan pihak terkait, setelah mendapatkan persetujuan dari pimpinan di tingkat masingmasing.65 j. Rapat Rutin Rapat Rutin yang diadakan oleh PC IPNU Ponorogo melibatkan seluruh pengurus pimpinan cabang, dalam rapat tersebut membahas tentang isu dan program kerja yang telah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan Kegiatan ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali di akhir pekan. Sedangkan rapat yang diadakan setiap satu tahun sekali adalah untuk mengevaluasi program PC IPNU Ponorogo selama satu tahun kepengurusan yang di sebut Rapat Pimpinan(Rapim)66 2. Makna Kegiatan di PC IPNU Ponorogo Dalam Menumbuhkan Kecakapan Sosial a. Makesta (Masa Kesetian Anggota) Kader mampu berkiprah dalam kegiatan organisasi maupun di masyarakat, dapat saling berinteraksi dengan kader yang lain dan terjalinnya sebuah kerjasama antar kader.67 b. Diklat Utama Corb Brigade Pembangunan (Diklatama CBP) Harapan dari kegiatan ini kader bisa memahami persoalan lingkungan terutama akibat dari bancana alam. Dan lebih ditekankan 63
ibid ibid 65 Lihat transkip wawancara dengan kode 09/WA/28/03/08 66 Lihat transkip wawancara dengan kode 16/WA/28/03/08 67 Lihat transkip wawancara dengan kode 01/WA/27/03/08 64
54 kepada kader agar mempunyai kecakapan bergaul, kecakapan sosial, memahami persoalan sosial, tolong menolong dan bekerjasama.68 c. Pelatihan analisa Sosial Dari kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran diri bahwa manusia sebagai makhluk sosial akan mendorong yang bersangkutan untuk berlaku toleran kepada sesama, suka menolong dan menghindari tindakan yang menyakiti orang lain. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai awal pembentukan kecakapan sosial PC IPNU Ponorogo.69 d. Seminar Reproduksi Remaja dan bahaya sex bebas Dengan seminar ini pemahaman sex pada masa puber awal tidak disalahgunakan dengan melaksanakan kasus-kasus seperti hamil di luar bikah, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Para pelajar harus tahu dan paham akan bahaya sex bebas, sehingga persoalan sosial bisa diselesaikan.70 e. Seminar dan Deklarasi Pelajar Anti Narkoba Pelaksanaan kegiatan tersebut turut didukung oleh seluruh kader IPNU, tokoh masyarakat, politisi dan pemerintah daerah. Wujud dukungan tersebut berupa ikut peran sertanya para politisi tokoh masyarakat dalam mengisi kegiatan-kegiatan yang tersebut, sehingga kepercayaan terhadap kualitas kader dalam membentuk kecakapan sosial di tengah-tengah masyarakat bisa dirasakan dan narkoba yang merusak moral generasi muda bisa hilang.71 f. Bakti Sosial Dengan diadakannya bakti sosial tersebut diharapkan kader-kader IPNU bisa mengimplementasikan Ilmunya di masyarakat secara langsung, seperti memimpin rapat di masyarakat, menjadi khotib di masjid, membantu masyarakat yang memerlukan bantuan, membersihkan masjid, dan lain sebagainya. Sehingga dengan kegiatan tersebut proses kerjasama, gotong royong dengan masyarakat bisa terjalin.72 g. Posko Peduli Bencana
68
Lihat transkip wawancara dengan kode 13/WA/05/04/08 Lihat transkip wawancara dengan kode 04/WA/02/04/08 70 Lihat transkip wawancara dengan kode 07/WA/02/04/08 71 Lihat transkip wawancara dengan kode 23/WA/06/04/08 72 Lihat transkip wawancara dengan kode 01/WA/27/03/08 69
55 Dengan kegitan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan rasa social pengurus dan untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan saling tolong menolong.73 h. Safari Ramadhan Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan maksud untuk menambah wawasan keilmuan dan sebagai sarana komunikasi antar pimpinan cabang dan pimpinan anak cabang IPNU se Ponorogo74 i. Pembentukan Badan Studi Crisis Center (BSCC) Untuk meingkatkan kecakapan sosial bagi pengurus PC IPNU Ponorogo dan sebagai upaya menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan yang ada di Ponorogo75 j. Rapat Rutin Dengan rapat rutin tersebut dimaksudkan untuk mempererat komunikasi antar pengurus Cabang IPNU Ponorogo, mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan merencanakan kegiatan yang akan datang.76 Upaya dalam membangun kecakapan sosial dalam pendidikan organisasi diselenggarakan dengan bentuk-bentuk kegiatan, kegiatan-kegiatan itu mencakup: a. Kemampuan Dasar (kepribadian) 1. Penanaman idiologi 2. Penelusuran minat bakat 3. Bersosialisasi dengan masyarakat b. Kemampuan umum 1. Menguasai pendidikan organisasi 2. Menguasai pengembangan organisasi 3. Adanya pembinaan dan pengembangan kader 4. Dakwah dan pengembangan lingkungan
73
Lihat transkip wawancara dengan kode 08/WA/02/03/08 Lihat transkip wawancara dengan kode 20/WA/01/04/08 75 Lihat transkip wawancara dengan kode 09/WA/28/03/08 76 Lihat transkip wawancara dengan kode 09/WA/28/03/08 74
56 5. Pengelolaan data dan informasi Upaya dalam mengembangkan kecakapan sosial dalam organisasi dilakukan melalui inovasi pendidikan dengan dua jenis, yaitu: 1. Pendidikan Pra Organisasi Pendidikan pra organisasi merupakan pendidikan persiapan dalam berorganisasi untuk mengetahui sejauh kemampuan kader. Menurut Page dan Thomas(1978), pendidikan pra organisasi merupakan sebuah istilah yang paling lazim digunakan organisasi dalam merujuk pada pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh organisasi. Fungsi esensialnya menuntut atmosfir yang kondusif dalam organisasi untuk menciptakan kader yang handal serta mempunyai kemampuan sebagaimana diisaratkan untuk calon kader organisasi. 2. Pendidikan Dalam Organisasi Pendidikan
dalam
organisasi
sering
disebut
pelatihan
dan
pengembangan. Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa kader organisasi telah menjalani proses orientasi, sudah lama mengabdi dan memahami seluk beluk organisasi. Dalam prakteknya tidak jarang muncul kebiasaan buruk dan priduktivitas yang rendah. Kegiatan pengembangan
tidak hanya peningkatan
kemampuan dan keterampilan, melainkan bermanfaat jangka panjang untuk menjawab tanggung jawab social yang diembannya dalam menghadapi masa depan. 3. Pembinaan dan Peningkatan Profesionalitas Kader Organisasi
57 Dalam meningkatkan kopetensi profesionalitas kader dapat dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan kader organisasi dalam suatu kegiatan yang diselenggarakan. Supervise merupakan usaha menstimulsi mengkoordinasi dan membimbing secara continue pertumbuhan kader di organisasi baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi organisasi.
58 BAB IV ANALISIS MENGEMBANGKAN KECAKAPAN SOSIAL MELALUI PENDIDIKAN ORGANISASI DI PC.IPNU PONOROGO
A. Bentuk-bentuk Kegiatan PC IPNU Ponorogo Kecakapan dalam kehidupan harus mampu dan sanggup menghadapi perubahan yang diinginkan akan mendukung perkembangan manusia. Agar seseorang mampu dan sanggup serta terampil menjalani kehidupan haruslah membekali diri dengan keckapan hidup atau Life Skill. Kecakapan hidup yang dimiliki seseorang tersebut dapat tampak pada kecakapan akal, daya fakir dan daya emosinya. Kecakapan hidup sangat erat dengan kecerdasan sosial yang dapat diartikan sebagai suasana hati yang dapat digunakan untuk memhami dinamika sosial sebagai pengetahuan yang berisi gaya dalam berinteraksi, strategi dalam membantu dan mendorong orang lain. Sehingga dapat dinilai secara obyektif saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini sangat erat degan system menjalankan organisasi. Program kerja yang ada di PC Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ponorogo lebih mengarah kepada kebutuhan masyarakat, yang dimaksud masyarakat di sini adalah pelajar dan generasi muda secara umum. Kegiatan yang dilaksanakan lebih banyak berhubungan langsung dengan gaya hidup masyarakat, karena
59 bagaimanapun IPNU adalah garda terdepan dalam generasi Nahdlatul Ulama yang akan datang. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ merupakan salah satu organisasi social kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pengkaderan khususnya pelajar dan generasi muda yang perlu mengaktualisasikan diri pribadi maupun sebagai organisatoris yang mengemban tugas sebagai mahkluk Tuhan, dalam suatu bentuk aktifitas nyata. Aktifitas nyata yang dapat diwujudkan dalam hal ini adalah dengan adanya kegiatan yang lebih diarahkan kepada pembentukan kecakapan sosial bagi Pengurus Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Ponorogo. Sampai saat ini kegiatan yang dilakukannya PC IPNU Ponorogo dalam upaya membina kecakapan sosial antara lain: a. Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) Kegiatan ini berorientasi pada pengenalan organisasi dari segi idiologi, cultural dan structural yang sesuai dengan aturan-aturan organisasi. Sehingga peserta dapat melihat dan mengetahui situasi organisasi serta mampu mengopservasi kehidupan sosial dalam organisasi IPNU. b. Diklat Utama Corb Brigade Pembangunan (Diklatama CBP) Berorientasi pada bentuk pengkaderan yang berbentuk kepanduan, pencinta alam maupun PMR (Palang Merah Remaja). Sehingga kader IPNU mampu berhubungan dengan orang lain pada tingkat personal secara luwes
60 serta
mempunyi
rasa
empati
sehingga
menciptakan
proses
saling
menguntungkan dan membutuhkan. c. Pelatihan Analisa Social Proses pemahaman terhadap budaya masyarakat, gaya hidup sosial dan teori-teori sosial. Sehingga kader dapat menemukan kesadaran diri serta berinteraksi sosial dan dapat mengelola masyarakat dengan berbagai bentuk situasi sosial. d. Bakti Sosial Wujud kegiatan pengabdian kepada masyrakat baik secara kultur maupun structural, yang dapat menunjukkan kecakapan, efektivitas dan pengaruh yng kuat dalam masyarakat. Sehingga kader mampu menempatkan diri sebagai orang yang dibutuhkan masyarakat atau yang dapat menolong masyarakat. e. Pendirian Posko Peduli Korban Bencana Alam Kegiatan yang bertujuan untuk bertoleransi dan saling peduli antar sesama manusia, dan menunjukkan rasa social yang tinggi. Serta menumbuhkan peduli kesadaran lingkungan. Sehingga kader dapat melaksanakan interaksi sosial yang berkaitan langsung dengan kejujuran, prilaku dan dorongan etika yang mempunyai nilai-nilai kehidupan sosial sebagai dorongan yang empati terhadap orang lain. f. Safari Ramadhan
61 Pelaksanaan kegiatan bersifat menggugah kader dalam mempertebal iman dan taqwa baik secara si’ar di masyarakat maupun pribadi. Sehingga dapat menumbuhkan semangat kebersamaan mempengaruhi orang lain (si’ar) dan bekerjasama antar kader serta mampu menunjukkan tanggungjawab, dedikasi di masyarakat. g. Seminar Bahaya Sex Bebas dan deklarasi Pelajar Anti Narkoba Wujud kegiatan yang menyadarkan pelajar dan generasi muda tentang bahaya budaya sex bebas dan narkoba. Sehingga kader dapat menyaring budaya-budaya yang membahayakan pergaulan. h. Pembentukan Badan Student Crisis Center(BSCC) Sebagai tindak lanjut pelatihan analisa sosial dengan mengadakan pendampingan kepada pelajar dan masyarakat. Yang bertujuan pada kesadaran diri dalam mentaati peraturan dan hokum, serta terbentuknya proses komunikasi antar kader dan pelajar. B. Pelaksanaan Kegiatan Organisasi Dalam Meningkatkan Kecakapan Sosial di PC. IPNU Ponorogo Dalam pelaksanaan program kerja PC IPNU Ponorogo untuk membentuk kecakapan social pengurus, sampai saat ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan, ini bisa dilihat dari peran serta lapisan masyarakat, dan dari out put yang dihasilkan bisa diterima di berbagai kalangan, ada yang menjadi guru, tokoh masyarakat, politisi dan lain sebagainya.
62 Pelaksanaa kegiatan tesebut lebih diarahkan kepada pembentukan karekter, proses kerjasama dan proses komunikasi sehingga pengurus bisa mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Hal ini merupakan proses persiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan mempunyai tujuan hidup. Dengan demikian generasi muda lebih berorientasi pada masa depan yang menuju kapada kepribadian yang mampu mengembangkan potensi budaya serta dapat menjalankan pendidikan yang berbasis umum maupun agama, agar terjalin system kecakapan hidup yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat luas. Untuk mewujudkan organisasi yang baik, efektif, efisien serta mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Hal ini kader harus mampu menjalankan asas dan tujuan organisasi, agar mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat menyamakan persepsi organisasi. Akan tetapi yang sering menjadi kendala adalah tingkat pendidikan yang beragam, di PC IPNU Ponorogo ada yang sarjana, mahasiswa, SMU, santri dan bahkan yang putus sekolah sehingga terjadi perbedaan Sumber Daya Manusia(SDM). Hal ini kadang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan methode belajar organisasi yang berfariasi serta memberikan motivasi agar mengarah pada penyamaan persepsi dan mengarah kepada pengembangan Sumber Daya Manusia demi terwujudnya tujuan organisasi.
63 C. Makna Kegiatan Organisasi Dalam Meningkatkan Kecakapan Sosial Bagi Anggota IPNU Ponorogo Organisasi sebagai alat untuk bersilaturrahmi dalam upaya pencapaian tujuan dan terciptanya komunikasi dalam suatu kelompok, PC IPNU Ponorogo sebagai organisasi yng mengedepankan kecakapan sosial mempunyai makna: 1). Mampu mengatasi masalah sosial Untuk mempersiapkan suatu generasi yang berkelanjutan demi terwujudnya organisasi yang memiliki daya tahan dan pengorbanan yang tinggi maka PC. IPNU melakukan perubahan-perubahan agar mampu mengatasi masalah sosial, sehingga memiliki kontribusi yang signifikan bagi kemampuan organisasi yang didasari pada loyalitas kecakapan bermasyarakat dalam berbagai situasi. 2). Cakap Bermasyarakat Begitu banyaknya kegiatan yang harus dilakukan dalam organisasi sehingga menuntut para pengurus untuk dapat memilah dan memilih mana yang penting dan harus segera dilaksanakan dan mana yang bisa ditunda atau mungkin diabaikan. Sehingga dapat dinilai oleh masyarakat akan hubungan antara PC.IPNU Ponorogo dengan organisasi masyarakat yang lain. Hal ini diwujudkan dengan bentuk-bentuk
kegiatan yang sesuai
dengan kondisi masyarakat. Bentuk-bentuk kegiatan tersebut antara lain:
64 mengadakan penyuluhan, dialog, serta pendampingan masalah sosial di tengah masyarakat. 3). Memiliki keberanian dan komitmen Saat ini kader dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah-ubah, yang menuntut keberanian dari para kader
untuk melakukan perubahan-
perubahan agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang ada. Selain itu, pengurus harus dapat memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan agar kehadiran pengurus dapat benar-benar diterima masyarakat dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan organisasi yang didasari pada realitas sosial. 4). Memiliki kemampuan organisasi yang tinggi Kegiatan organisasi adalah kegiatan yang melibatkan banyak komponen, yang di dalamnya membutuhkan upaya pengorganisasian secara tepat dan memadai, mengoptimalkan sumber daya manusia, program kerja yang telah disusun, sumber dana, dan mengoptimalkan lingkungan,
hal
tersebut penting dalam organisasi yang harus direalisasikan sedemikian rupa.. 5). Mempunyai kepekaan berfikir organisatoris Kecakapan hidup sangat komplek yang tidak mungkin direalisasikan secara parsial, sehingga perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak baik dari dalam (internal) maupun dari luar(eksternal), masalah tersebut menuntut
65 terhadap organisasi agar memiliki keyakinan diri yang kuat serta memiliki kemampuan berfikir yang proposional dan beragam. Cara pandang dan pola fikir seorang organisatoris harus dapat bekerjasama dan menyusun prioritas kerja organisasi agar efektifitas dan efisiensi kerja dapat meletakkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Sehingga terdorong terjalinnya hubungan yang inovasi dalam mengatasi masalah dan tantangan dalam organisasi. Secara umum makna kecakapan sosial adalah adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema sosial dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan terhadap orang lain akan berkurang dan kemandirian yang paling diutamakan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.
66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Program kerja yang dilakukan oleh PC IPNU Ponorogo banyak menunjang terbentuknya kecakapan sosial bagi Pengurus dan anggota, ini bisa dilihat dari bentuk kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. 2.
Pelaksanaan kegiatan dalam menunjang
kecakapan social di PC IPNU
Ponorogo banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, karena kecakapan social sangat diperlukan oleh masyarakat, walaupun masih ada kendala terkait dengan tingkat pendidikan bisa diminimalisisir dengan cara penyelarasan pemahaman. 3. Makna dari kegiatan PC IPNU Ponorogo dalam meningkatkan kecakapan sosial di antaranya adalah: a. Mampu mengatasi masalah sosial b. Cakap Bermasyarakat c. Memiliki keberanian dan komitmen d. Memiliki kemampuan organisasi yang tinggi e. Mempunyai kepekaan berfikir organisatoris B. Saran-Saran 1. Kepada PC IPNU Ponorogo untuk terus meningkatkan kegiatan yang dapat menunjang kecakapan sosial dalam usaha mengatasi persoalan sosial dan agar
67 mampu berinteraksi dengan masyarakat secara langsung maupun menambah kepercayan masyarakat kepada IPNU. Sehingga muncullah apa yang menjadi cita-cita organisasi menjadikan generasi penerus perjuangan Islam yang tangguh dalam IMTEK dan IMTAQ yang berhaluan Ahlussunnah wal jama’ah. 2. Kepada semua anggota IPNU dimanapun berada tetap berjuang, belajar, serta bertaqwa dan membina watak nusa dan bangsa demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.
68 RIWAYAT HIDUP Edi Setiono dilahirkan pada tanggal 03 Februari 1985 di Desa Ngrogung Kec. Ngebel Ponorogo, putra dari Bapak Bikin almarhum dan Ibu Sinem almarhum. Pendidikan SD ditamatkan pada tahun 1996 di SDN Ngrogung I Ngebel Ponorogo. Pendidikan berikutnya dijalani di MTs. Putra Ma’arif Ponorogo tamat tahun 1999 dan melanjutkan di MA Putra Ma’arif Ponorogo tamat tahun 2002. Selama menjalani pendidikan di MTs dan MA Putra Ma’arif juga menjadi anak asuh di Yayasan Al-Iklas Ponorogo. Dan pada tahun 2002 ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, dengan mengambil program studi Pendidikan Agama Islam sampai sekarang. Di tengahtengah melaksanakan studi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN) Ponorogo, ia juga aktif diberbagai organisasi seperti PMII dan PC IPNU Ponorogo sampai saat ini.