BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut dengan frekwensi tertinggi . Berdasarkan Riskesdas 2007-2008 menunjukan bahwa 70 % anak-anak menderita karies gigi dan gingivitis. Karies merupakan
penyakit gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan keras gigi. Terbentuknya karies karena adanya empat faktor yang berinteraksi , faktor-faktor tersebut adalah substrat/makanan, bakteri, host/gigi dan waktu . (Houwink,1993, Quivey, 2006.) Streptococcus mutans (S mutans) merupakan bakteri penyebab karies karena mampu dengan segera menghasilkan asam(sifat asidogenik) dari karbohidrat yang dapat difermentasikan. Bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam(sifat asidurik) dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini, terutama terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. S mutans dan bakteri lain dapat dengan mudah untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain
(Kidd,
& Joyson S,1992). Perubahan kondisi rongga mulut, misalnya perubahan pH atau perubahan pertumbuhan bakteri mulut, adalah sangat penting termasuk pertumbuhan S mutans yang merupakan penyebab utama penyebab karies
1
2
gigi. Untuk menjadi kariogenik, bakteri seperti Streptococcus mutans harus mampu melekat pada plak, terutama pada saat awal pembentukan plak. Karies terjadi pada pH asam yang dibawah pH 5, terutama pada kondisi asam yang berkepanjangan. Streptococcus mutans umumnya memiliki kisaran toleransi asam pada nilai pH 4 – 5,7, (pH optimal untuk pertumbuhan Streptococcus mutans menurut Lamoont 2006) tetapi dapat melakukan glikolisis pada pH dibawah 4, bila dibandingkan dengan kelompoknya lebih aktif melakukan glikolisis (Marsh dan Martin,2009) . Burnett dan Schuster, 1980 bakteri golongan Streptococcus dapat hidup pada pH antara 4,0 – 4,4 Penggunaan bakteri probiotik adalah konsep yang relative masih baru dalam kedokteran gigi pencegahan. Dewasa ini terus dikembangkan probiotik yang berfokus untuk pencegahan karies gigi, pendekatan ini diperoleh melalui mekanisme antibakteri plak, kemampuan melekat pada oral mucins(pelikel) dan plak gigi serta kompetisi nutrisi lokal dan reaksi metabolit lainnya. (Tahmourespour A, 2010) Probiotik adalah suatu produk yang mengandung bakteri hidup yang dapat membantu memulihkan dan memelihara keseimbangan bakteri pada sistem pencernaan yang penting bagi pemeliharaan kesehatan termasuk didalam rongga mulut (Stegman CA, 2005) probiotik sebagian besar adalah bakteri asam laktat/ LAB (Lactic acid bacteria) golongan Lactobacillus dan Bifidobacterium. Produksi asam laktat oleh Lactobacillus menghasilkan pH rendah sekitar 3-4,5. dan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen). Asam laktat dan asam organik lain yang dihasilkan bakteri asam laktat (Lactic Acid Bacteria) dapat memberikan efek bakterisidal untuk bakteri lain karena pH lingkungan menjadi 3-4,5. Pada kondisi pH tersebut, bakteri asam laktat tetap dapat hidup sedangkan bakteri yang merugikan akan mati (Marsh dan Martin, 2009). Lactobacillus reuteri diakui sebagai probiotik yang memiliki pengaruh positif bagi
3
kesehatan tubuh manusia, dan telah diteliti dan menunjukkan efek penghambat pertumbuhan yang signifikan terhadap S mutans.(Nikawa et all ,2004.).
Bakteri
tersebut merupakan koloni alami didalam tubuh manusia, sejak manusia lahir dan ditemukan juga didalam ASI, dan mudah beradaptasi yaitu didalam pencernaan dan rongga mulut manusia serta berinteraksi dengan manusia secara simbiosis. Laktobacillus juga terdapat di sebagian makanan yang difermentasikan misalnya pada yoghurt dan dalam suplement asupan makanan lain. Suplementasi dari Lactobacillus reuteri Prodentis mempengaruhi mikroflora rongga mulut bersaing dengan bakteri pathogen. Lactobacillus reuteri Prodentis menghasilkan
reuterin yang secara
langsung menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. (Vivekananda ,2010) Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan bakteri-bakteri asam laktat yang akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat. Yoghurt merupakan sumber iodine, kalsium, phosphor, dan vit.B2, sumber protein. Kasein yang terkandung dalam produk susu seperti keju dan yoghurt dapat menetralkan asam akibat glikolisis karbohidrat dan mempunyai efek buffer, lemak yang terkandung akan menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri kariogenik (Sterod, 1991. Cit Reynolds et,al., 1995). Produk yoghurt dengan kandungan probiotik Lactobacillus reuteri juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans(Nikawa H dkk,2004). Penelitian ini diperkuat oleh Nugraha (2011) yang membuktikan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus reuteri Prodentis dalam 1 minggu dan 2 minggu dapat menurunkan jumlah koloni S mutans. Pemberian probiotik Lactobacillus reuteri Prodentis 1 minggu dan 2 minggu memberikan efek berbeda dalam menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans. Yoghurt yang banyak dijumpai mempunyai derajad keasaman yang berbeda, pH berada pada kisaran 3-5 , salah satu penyebabnya adalah lama waktu
4
fermentasi yang berbeda, dengan adanya lama waktu fermentasi yang berbeda ini akan memberikan kesempatan yang berbeda pada bakteri asam laktat untuk memecah laktosa , hal ini menyebabkan keasaman dan rasa yang berbeda (Rahayu1993) .
A. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang , dapat dirumuskan suatu permasalahan: Bagaimana pengaruh derajad keasaman yoghurt dengan Lactobacillus reuteri Prodentis terhadap pertumbuhan S mutans isolate rongga mulut anak . B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh derajad keasaman yoghurt dengan Lactobacillus reuteri Prodentis terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans . C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengatahuan Diharapkan dengan penelitian ini akan memberikan informasi ilmiah dalam ilmu kedokteran gigi mengenai pengaruh derajat keasaman yoghurt yang mengandung Lactobacillus reuteri Prodentis terhadap pertumbuhan S mutans . 2. Bagi Masyarakat Diharapkan dengan hasil penelitian ini
masyarakat umum dapat memahami
bahwa derajat keasaman yoghurt diperlukan untuk menambah khasiat minuman tersebut sehingga orang tua dapat menyarankan anak-anak untuk mulai mengkonsumsi yoghurt sebagai salah satu usaha pencegahan karies.
5
3. Untuk Klinisi Memberikan informasi tentang pH yoghurt yang optimal dalam menghambat pertumbuhan S mutans.
D. Keaslian Penelitian 1. Hasil penelitian Nikawa,2004 yang mengamati yoghurt dengan kandungan probiotik Lactobacillus reuteri yang telah diteliti di Jepang dan terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan penelitian oleh Nugraha P.Y (2011) yang membuktikan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus reuteri Prodentis dalam 1 minggu dan 2 minggu dapat menurunkan jumlah koloni S mutans. Pemberian probiotik Lactobacillus reuteri Prodentis 1 minggu dan 2 minggu memberikan efek berbeda dalam menurunkan jumlah koloni S mutans.
2.
Dalam penelitian ini yang akan dteliti adalah pengaruh
keasaman yoghurt yang mengandung Lactobacillus reuteri Prodentis terhadap pertumbuhan
S mutans yang mengunakan jenis penelitian eksperimental
laboratories murni. Pada penelitian ini yoghurt yang digunakan adalah bakteri asam laktat Lactobacillus reuteri Prodentis yang belum pernah diproduksi di Indonesia. Sebuah perusahaan farmasi telah memproduksi
probiotik mint
flavored lozenges,( dalam bentuk tablet hisap) yang kurang akrab untuk anakanak. Oleh karena itu perlu disediakan variasi bentuk probiotik jenis ini dalam sediaan yoghurt yang memiliki pH optimal dan rasa yang disukai anakanak.