BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Status gizi anak pra sekolah di Indonesia masih membutuhkan banyak perhatian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, prevalensi gizi kurang anak usia pra sekolah (4-6 tahun) sebesar 17,9% dan gizi buruk sebesar 4,9% dilihat dari berat badan per umur (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Padahal status gizi yang kurang atau buruk dapat mempengaruhi kecerdasan anak dan daya tahan anak terhadap penyakit sehingga menentukan kesehatan anak dimasa dewasa (Azwar, 2004). Akhirnya status gizi yang kurang ini akan berpengaruh pada kualitas generasi penerus Indonesia. Salah satu faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak pra sekolah adalah asupan makan. Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya dengan asupan makan
yang
cukup
(Khomsan,
2006).
Namun
pada
kenyataannya
berdasarkan RISKESDAS tahun 2010, secara nasional, sebanyak 33,4% anak usia 4–6 tahun asupan energinya dibawah kebutuhan minimal dan 24,8% asupan protein di bawah kebutuhan minimal (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010). Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap asupan makanan anak pra sekolah adalah diadakannya program penyediaan makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). Program ini diselenggarakan pada pendidikan dasar dan pendidikan usia dini yaitu Taman Kanak-kanak dan
1
Kelompok Bermain.Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 18 tahun 2011, program ini mempunyai 6 tujuan salah satunya adalah meningkatkan kecukupan asupan gizi peserta didik (Fauzi, 2011). Program PMT-AS sudah terlaksana di berbagai daerah di Indonesia dengan tujuan meningkatkan kualitas anak sekolah namun pelaksanaannya masih belum optimal. Sebagai contoh adalah SD (Sekolah Dasar) di Bogor yang dievaluasi oleh Asmari (1999), yang menunjukkan bahwa pelaksanaan PMT-AS belum sesuai dengan petunjuk teknis. Kandungan energi kudapan berkisar antara 24%-77% dan kandungan protein berkisar antara 10%-138% dari nilai yang ditentukan. Kendala yang dihadapi adalah jumlah dana yang tidak cukup, proses pengolahan yang lama, pelatihan penyelenggara yang belum terlaksana dan sarana penunjang yang tidak cukup. Hal yang sama terjadi di daerah Jawa Tengah dimana tidak ada perbedaan asupan energi dan protein harian antara anak sekolah dengan tambahan makanan dan sekolah tanpa tambahan makanan (Sukendro dan Sunarti, 2012). Evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data komparatif, interpretasi dan analisis secara sistematis yang bertujuan untuk memberikan penilaian tentang manfaat dan dampak suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan dari suatu program, kelebihan maupun kekurangan dari program (Tayibnapsis, 2000). Evaluasi program PMT-AS Taman Kanak-kanak perlu dilakukan. Selama ini PMT-AS di Sekolah Dasar lebih banyak dievaluasi melalui penelitian daripada PMT-AS TK (Taman Kanak-kanak). Padahal masa pra
2
sekolah adalah masa emas (golden age) yang akan menentukan kualitas anak dimasa sekolah (Hawadi, 2012). Evaluasi berdasarkan prosesnya ada tiga jenis yaitu pada awal, saat pelaksanaan dan akhir program (Azwar, 1996). Agar lebih mudah, evaluasi dapat dilakukan pada komponen input, proses, output dan dampak. Pada penelitian ini evaluasi yang dilakukan adalah pada komponen output yaitu kandungan energi dan unit cost makanan kudapan. Tingkat keberhasilan penyelenggaraan PMT-AS di Taman Kanak-kanak dalam usaha pemenuhan asupan gizi anak dapat dinilai dengan melihat kandungan energi dan protein serta unit cost. Tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat dari efektivitas pelaksanaan program dalam mencapai output yang telah ditentukan sebelumnya. Analisis biaya sangat penting untuk mengetahui efisiensi penggunaan dana terutama untuk negara yang masih berkembang. Alasannya adalah makanan untuk anak sekolah sebenarnya tidak dapat dijadikan pelengkap untuk mendukung peningkatan pendidikan namun lebih berfungsi untuk membantu mendukung alokasi pengeluaran untuk pangan di rumah tangga (Bundy et al, 2009). Selain itu tujuan PMT-AS untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan absensi dinilai kurang tepat karena makanan diberikan pada siswa yang dapat hadir ke sekolah yang artinya anak tersebut sehat dan dapat beraktivitas. Oleh karena itu program tersebut perlu dievaluasi seharusnya berlanjut atau tidak. Sebagai contoh menggantinya dengan program lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti bantuan buku, seragam atau pelatihan bagi guru (Tan, et al., 1999; Miguel & Kremer, 2004; Evans, Kremer & Ngatia, 2008).
3
B. Rumusan Masalah Berapa rata-rata kandungan energi dan protein makanan kudapan dan unit cost makanan tambahan sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rata-rata kandungan energi dan protein makanan kudapan dan unit cost makanan tambahan sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui rata-rata kandungan energi kudapan untuk anak sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul. b. Mengetahui rata-rata kandungan protein kudapan untuk anak sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul. c. Mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan makanan kudapan anak sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul. d. Menganalisis efektivitas program untuk menghasilkan makanan kudapan sesuai dengan tujuan yang ditentukan. e. Menganalisis efisiensi biaya untuk menghasilkan makanan kudapan sesuai dengan tujuan yang ditentukan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian
ini
dapat
memberikan
pengalaman
dan
mengembangkan wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah dan memberikan gambaran tentang pelaksanaan program Penyediaan
4
Makanan Tambahan Anak Sekolah dalam usaha meningkatkan gizi anak usia pra sekolah. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Bantul Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah Taman Kanak-kanak Kecamatan Bantul dalam upaya perbaikan program. 3. Bagi Pihak Sekolah Taman Kanak-kanak Penelitian ini diharapkan memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah sehingga menjadi lebih baik lagi dalam upaya meningkatkan gizi anak didiknya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang evaluasi program penyediaan makanan tambahan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mayasari (2011), meneliti tentang perbedaan asupan energi protein, frekuensi jajan dan status gizi antara anak Sekolah Dasar penerima dan bukan penerima PMT-AS. Variabel bebas penelitian ini adalah murid penerima PMT-AS. Variabel terikat status gizi diukur menggunakan metode antropometri sedangkan variabel asupan makan dan frekuensi jajan diperoleh dengan metode wawancara dan food recall 3×24 jam. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan dilakukan secara crosssectional pada 110 orang murid kelas IV dan kelas V SD Gabahan dan Kembangsari 02. Analisis statistik yang digunakan adalah Independent sample t-test, Mann Whitney test, dan Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak Sekolah Dasar penerima PMT-AS memiliki
5
rata-rata yang lebih tinggi pada asupan energi dan status gizi namun lebih rendah pada frekuensi jajan dibandingkan dengan anak Sekolah Dasar yang tidak menerima PMT-AS. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek dan rancangan penelitiannya. Selain itu variabel yang dicari juga berbeda. 2. Sukendro dan Sunarti (2012), meneliti tentang perbedaan asupan energi dan protein pada siang hari antara anak Taman Kanak-kanak di sekolah dengan model school feeding dan non school feeding. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimental. Subjek penelitian adalah 38 anak berumur 5-7 tahun peserta didik sekolah Taman Kanak-kanak yang berasal dari TK dengan school feeding dan tidak. Variabel bebas adalah makanan dari sekolah sedangkan variabel terikatnya adalah asupan energi dan protein. Dengan menggunakan independent t-test untuk uji statistik didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan asupan energi dan protein antar dua kelompok tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah rancangan penelitian dan variabel penelitian. 3. Rakhmawati (2009), meneliti tentang kontribusi makanan di sekolah dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada anak usia Sekolah Dasar di kota Bogor. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah 46 siswa SD dengan
penyelenggaraan
makanan
dan
66
siswa
SD
tanpa
penyelenggaraan makanan. Variabel yang diteliti adalah kandungan gizi makanan yang diberikan sekolah dan di rumah kemudian dilihat
6
kontribusinya pada angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel. Hasil penelitian ini adalah kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral di sekolah lebih tinggi pada sekolah dengan penyelenggaraan makanan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek dan variabel yang diteliti.
7