BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehamilan bagi seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan sekaligus menggelisahkan. Dikatakan membahagiakan karena ia akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurnaan fungsinya sebagai wanita, namun menggelisahkan karena penuh dengan perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal yang buruk yang dapat menimpa dirinya terutama pada saat proses persalinan (Arief, 2008). Kecemasan yang dirasakan oleh wanita yang sedang hamil, akan berdampak pada janin yang dikandungnya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pikiran negatif dapat berdampak buruk bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang sering kali merasa khawatir bahkan stress memiliki kecenderungan melahirkan bayi prematur. Hal ini terjadi karena stress dan kecemasan memicu produksi Cortiotrophin Releasing Hormon (CRH), hormon ini juga memiliki fungsi sebagai “tanda” bila persalinan akan tiba. Janin dalam rahim dapat merespon apa yang sedang dirasakan ibunya, seperti detak jantung ibu. Semakin cepat detak jantung ibu, semakin cepat pula pergerakan janin dalam rahim ibu hamil yang mengalami kecemasan atau stress maka detak jantung akan meningkat, dan dia akan melahirkan bayi prematur atau lebih kecil dari bayi normal lainnya bahkan mengalami keguguran (Arief, 2008).
1
2
Stress yang dialami ibu menjelang persalinan antara lain mengenai Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin yang merupakan masalah besar dinegara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Tahun 1996,WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Di Asia selatan, wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat persalinan kehamilan dan persalinan selama kehidupannya ; dibanyak negara Afrika 1 : 14 ; sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50%. Kematian dinegara berkembang sebenarnya dapat dicegah dangan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Saifuddin, 2009). Menurut WHO jumlah kematian ibu sekitar 500.000 persalinan hidup, sedangkan jumlah kematian perinatal sekitar 10.000.000 orang. Seandainya seorang ibu hanya mempunyai angka 3 orang saja maka angka kematian ibu (AKI) dapat diturunkan menjadi 300.000 orang sedangkan AKP menjadi 5.600.000 orang dalam persalinan hidup. Dari jumlah kematian dan perinatal tersebut, terlambatnya pertolongan persalinan disertai dengan sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah. Sebagai negara dengan keadaan geografis yang beranekaragam dan luas, AKI berfariasi antara 5–800/100.000, sedangkan AKP berkisar antara 25 – 750/100.000 persalinan hidup (Manuaba, 2008). Angka kematian ibu di Indonesia bervariasi dari yang paling rendah, yaitu 130/100.000 per kelahiran hidup di Yogyakarta, 490 / 100.000 kelahiran hidup di Jawa Barat, sampai yang paling tinggi yaitu 1.340 per 100.000
3
perkelahiran hidup di Nusa Tenggara Barat. Variasi ini antara lain disebabkan oleh perbedaan nilai, norma, lingkungan dan kepercayaan masyarakat, disamping infastruktur yang ada. Suatu hal yang penting lainnya adalah perbedaan kualitas pelayanan kesehatan pada setiap tingkat pelayanan (Saifuddin, 2009). Secara umum, AKI relatif sudah menurun. Pada tahun 2006 lalu, AKI di Aceh 354/100.000 kelahiran hidup. Angka itu melampaui tingkat kematian ibu di level nasional yakni sebesar 307/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 kemampuan kolaborasi masyarakat dan pemerintah untuk menekan angka kematian sudah terlihat menonjol. AKI di Aceh pada tahun 2008 yakni 237/100.000 kelahiran hidup. Sudah lebih baik dari angka nasional yakni 256/100.000 kelahiran hidup (Dinkes NAD, 2010). Sedangkan pada tahun 2008 jumlah AKI di provinsi NAD sebanyak 181 orang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 60 orang, kematian ibu bersalin sebanyak 93 orang, kematian ibu nifas sebanyak 28 orang. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 berjumlah 86,75% dan K4 berjumlah 78,87%. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan berjumlah 88,83% dan ibu nifas yang mendapatkan pelayanan nifas sebanyak 72,06% (Dinkes. NAD, 2009). Berdasarkan data-data mengenai angka kematian diatas, banyak ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan. Hal tersebut selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasanah M (2012), di BLUD Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin tentang Faktor-Faktor
4
Yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Persalinan didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, dan dukungan suami berpengaruh terhadap kecemasan ibu primigravida. Pengambilan data awal di poli kebidanan RSU zainoel Abidin Banda Aceh bulan Januari s/d Desember 2012, jumlah ibu hamil sebanyak 2068 orang, trimester I 690 orang, trimester II 843 orang, dan trimester III 535 orang (Rekamedik RSU ZA). Berdasarkan hasil studi pendahuluan wawancara terhadap ibu hamil yang trimester III berjumlah 12 orang, 7 diantara mereka merasa cemas terhadap persalinan yang akan dialaminya. Berdasarkan masalah tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Zainoel Abidin Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu “Apa Sajakah Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
5
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitiaan 1. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ibu hamil yang akan menghadapi persalinan. Sehingga dapat dijadikan motivasi untuk menghadapi persalinan dengan tenang. 2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap pelayanan antenatal, khususnya deteksi sedini mungkin yang dapat terjadi dalam proses persalinan, sehingga dapat menurun tingkat kecemasan pada ibu bersalin. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Cemas 1. Kecemasan Menurut Prasetya dkk (2004) kecemasan disebut juga degan kegelisahan yang artinya perasaan gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan sesuatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia itu dihantui rasa khawatir dan takut. Kecemasan (anxietas) ialah respon emosional terhadap penilaian intelektual sesuatu yang berbahaya. Anxietas dapat juga dipandang sebagai suatu keadaan tidak seimbang atau tagangan yang cepat mengusahakan koping. Kecemasan dapat timbul karena adanya stress atau ancaman terhadap keutuhan, keamanan dan pengendalian. Oleh karena demikian, ancaman stres harus segera dihilangkan dengan menggunakan mekanisme pertehanan koping yang relatif. Pertahanan koping yang tidak relatif akan berakibat buruk pada individu (Stuart, 2008) . Menurut Prasetyono (2005) kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan hati (konflik batin). Menurut Syarief (2002) kecemasan adalah suatu situasi yang terasa sempit disertai dengan adanya kelainan pada angota tubuh dalam
7
melaksanakan sebagian besar fungsinya, seperti : detak jantung yang cepat, jiwa yang merasa sempit, tidak stabilnya pekerjaan alat pernafasan, susunan syaraf otot, kacaunya aktitas pengeluaran dari berbagai kelenjar yang ada dalam tubuh dan sebagainya. Kebanyakan penyebab kecemasan tidak diketahui oleh yang merasakannya. Tersembunyi di dasar jiwanya, perasaan atau kesadaran bathiniahnya. Menurut Freud dan Maramis (2008) kecemasan dapat dibagi menjadi kecemasan nyata dan kecemasan neuretic, kedua-duanya timbul sebagai reaksi terhadap sesuatu bahaya yang mengancam organisme. Pada kecemasan nyata ancaman itu datang dari suatu sumber bahayanya tidak diketahui. Freud mengatakan sebab-sebab terjadi kecemasan adalah karena pada hakekatnya seorang kehilangan hak-haknya. Hal ini adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam (Prasetya, 2005). Prasetyono (2005) mengatakan bahwa perasaan cemas dapat timbul oleh karena dua sebab : a. Dari apa yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah/berdosa, merasa terancam dan sebagainya. b. Yang terjadi dari luar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari perasaan yang tidak menyenangkan. Menurut stuart dan sundden (2008), tingkat kecemasan seorang terdiri dari ringan, sedang dan berat:
8
a. Ringan Kecemasan pada tahap ini berhubung dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Pada keadaan ini kecemasan sseseorang dapat membantu motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu dan dapat menghadapi tantangan. Perubahan perilaku yang terjadi pada pasien kecemasan pada tingkat ini adalah tidak dapat duduk dengan tenanga atau gelisah, tremor, suara meninggi dan motivasi meningkat. b. Sedang Pada kecemasan tingkat ini perhatian seseorang akan berpusat pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan hal-hal yang lain namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Perubahan yang terjadi dapat berupa, tidak mampu menerima ransangan dari luar, perhatian terfokus. Dari segi emosi terdapat tegangan otot, bicara banyak yang cepat, susah tidur, perasaan tidak aman dan kurang yakin. c. Berat Seseorang akan memusatkan pada sesuatu yang lebih rinci, spesifik dan tidak berfikir pada hal-hal lain. Perubahan yang timbul berupa nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, gangguan tidur, mual muntah, BAK meningkat dan gemetar (Wiknjosastro, 2005).
9
2. Kehamilan Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan mrupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian wanita menganggap bahwa kehamilan merupakan peristiwa kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks. Merupakan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi (Wiknjosastro, 2005). Menurut Wiknjosastro (2005), reaksi psikologis dan emosional ibu pada kehamilan dibagi pda tiap trimester, yaitu : a. Kehamilan Trimester I Pada beberapa wanita reaksi psikologik dan emosional pertama terhadap kehamilan dan segala akibatnya brupa kecemasan, kegusaran, ketakutan dan perasaan panik. Dalam kehamilan merupakan ancaman, gawat, menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka. b. Kehamilan Trimester II Dalam kehamilan trimester II identifikasi kehamilan sebagai konsep abstrak berubah menjadi identifikasi nyata, dengan perut lebih besar, Ibu merasakan gerakan janin dan dokter atu bidan mendengar
10
denyut jantung janin. Dalam masa ini banyak wanita sudah dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan. c. Kehamilan Trimester III Setelah calon ibu sudah dapat menyesuaikan diri, maka kehidupan psikologis-emosional dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Menurut Wiknjosastro (2005), ada dua golongan wanita dalam masa kehamilan yang diliputi oleh ketidakstabilan emosi, yaitu : 1) Wanita yang memiliki pengalamanyang tidak menyenangkan dalam kehamilan-kehamilan atau persalinan-persalinan sebelumnya dan primigravida yang pernah mendengar tentang pengalaman yang menakutkan dan mengerikan dari wanita lain. 2) Multipara yang sudah lanjut umurnya dan mengalami kehamilan dan persalinan yang normal dan lancar. Kecemasan dan kekhawatiran yang timbul pada wanita itu tidak terhadap dirinya sendiri melainkan terhadap janin yang sedang dikandung dan terhadap anak-anak yang lainnya. 3. Kecemasan Dalam Kehamilan Telah diuraikan diatas bahwa seorang wanita hamil mengalami adaptasi psikologis dalam kehamilan, yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian hilang dengan sendirinya. Adakalanya perlu perhatian khusus dan pengobatan. Kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikologis) dalam
11
kehamilan. Ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis. Penderita biasanya sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya sering penyakitnya timbul lagi. Hubungan kehamilan dengan reaksi psikologis pada tiap-tiap trimester perlu mendapat perhatian khusus, dimana : a. Pada Trimester Pertama (1 sampai 3 bulan) Pada trimester pertama ini wanita hamil sebagian, reaksi psikologis dan emosional pertama terhadap kehamilan dan segala akibatnya berupa kecemasan, ketakutan, kegusaran dan perasaan panik. Perasaan benci pada suami yang menyebabkan dia hamil ditumpahkan melalui manifestasi mual, muntah, pening dan sebagainya yang merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, dia menolak kehamilannya dan mencoba untuk menggugurkan, pada kasus yang lebih parah mencoba bunuh diri (tetapi ini jarang dijumpai). Manifestasi lain yaitu ibu hamil muda sering meminta makanan yang aneh-aneh yang selama ini tidak disukainya (Prawiroharjho, 2006). Data psikologis dan perubahan-perubahan yang perlu dikaji pada trimester I adalah : 1) Penerimaan keluarga khususnya pasangan suami isteri terhadap kehamilannya. 2) Bagaimana perubahan kehidupan sehari-hari. 3) Bagaimana reaksi keluarga terhadap perubahan tersebut. 4) Bagaimana cara keluarga memberikan dorongan kepada ibu hamil.
12
5) Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap perawatan bayi. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada masa ini adalah : 1) Mual dan muntah 2) Pengaruh obat terhadap janin 3) Perubahan body image/citra tubuh (khususnya bagi ibu hamil yang masih remaja/muda usia ibu 12-19 tahun) 4) Kebutuhan nutrisi b. Pada Trimester Kedua (4 bulan sampai 6 bulan) Pada trimester ini ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. Maka ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan anak/janin, teman-teman mengatakan selamat, dan dokter atau bidan telah mendengar suara jantung janin. Wanita bijaksana mulai mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan bayi seperti popok, baju, tempat tidur bayi, kereta bayi dan sebagainya (Prawiroharjho, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa ini adalah: Peningkatan berat badan, rasa ketidak nyamanan dan aktifitas seksual. Perhatian bidan masa ini dititik beratkan pada fase transisi tersebut dan rencana kelahiran. Selain itu bidan harus mampu menggali permasalahan pasangan suami istri sehingga
mereka dapat mengutarakan rasa
ketakutan, kekhawatiran, keragu-raguan dan rasa ketidak nyamanan yang dialami. Dengan demikian bidan dapat memberikan informasi berupa
13
petunjuk-petunjuk untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul (Anonimous, 2005) c. Trimester Ketiga (7 bulan sampai 9 bulan) Pada trimester ini setelah calon ibu dapat menyesuaikan diri,maka kehidupan psikologis emosional dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Pelbagai penyelesaian dapat terjadi : 1) Diantara para wanita yang menunjukkan sikap masa bodoh atau penolakan terhadap kehamilan muda
sekarang
banyak
yang
menunjukkan sikap positif atau sedikitnya sikap lebih menerima kehamilannya. 2) Pada wanita dari golongan sosial ekonomi yang rendah, yang jarang datang untuk pemeriksaan kehamilan, mulai mengunjungi klinikklinik, rumah sakit, bahkan puskesmas serta mendaftarkan diri untuk persalinan di rumah sakit atau klinik. 3) Persiapan-persiapan dibuat dirumah untuk perawatan si bayi sepulangnya dari kamar bersalin. Ada juga ibu timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan. Dimana golongan ibu yang mungkin merasa takut antara lain : 1) Wanita yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan dalam kehamilan-kehamilan atau persalin-persalinan sebelumnya dan
14
primigravida
yang
pernah
mendengar
tentang
pengalaman-
pengalaman yang menakutkan dan mengerikan dari wanita-wanita lain. 2) Multipara yang sudah lanjut umumnya dan mengalami kehamilan dan persalinan yang tidak normal dan tidak lancar. Kecemasan dan kekhawatiran yang timbul pada wanita ini tidak terhadap dirinya sendiri, melainkan melahirkan.terhadap janin yang sedang dikandung dan terhadap anak-anak lainnya. Siapa yang akan mengurus mereka apabila terjadi apa-apa dengan dirinya waktu Dua golongan wanita terakhir di atas memerlukan pengertian dari dokter atau bidan serta keluarganya. Rasa simpati, pendekatan psikologis yang tepat, dan kepercayaan wanita bahwa dokter dan stafnya akan melakukan segala sesuatu untuk mengeringankan penderitaan ibu dan
menyelamatkan
ibu
dan
bayi,
banyak
menolongsi
ibu
(Prawiroharjho, 2006). d. Definisi Persalinan Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit
yang
membahayakan
ibu
maupun
janinnya
sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut (Manuaba, 2008).
15
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2006). Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan perut, masa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahanperubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan persalinan yang lalu. Ketakutan karena anggapannya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Ibrahim, 2005). e. Kecemasan dalam menghadapi persalinan Persalinan merupakan proses fisiologis dimana terjadi kontraksi pada rahim, leher rahim melunak dan terbuka, kemudian janin turun kepinggul, dan ibu mendorong keluar bayinya (Arief, 2008). Menurut Davidoff (2005) kecemasan merupakan perasaan yang dialami seseorang ketika berpikir bahwa akan ada suatu bahaya atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dimasa datang, baik nyata atau dalam pikiran dantanpa sebab yang jelas. Hal tersebut merupakan hal normal terjadi dalam menyertai perkembangan, pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri atau pun arti hidup. Menurut Arief (2008) penyebab kecemasan dan ketakutan pada ibu hamil menjelan persalinan antara lain:
16
1) perawatan saat melahirkan Kecemasan terhadap diri sendiri yang meliputi: takut mati, takut berpisah dengan bayi, cemas terhadap kesehatan, cemas terhadap rasa nyeri saat persalinan, kemungkinan komplikasi saat hamil atau bersalin, khawatir tidak segera mendapat pertolongan dan. 2) Kecemasan tidak langsung berhubungan dengan kehamilan dan persalinan,seperti: takut suami tidak hadir saat persalinan, takut beban hidup semakin berat dan takut akan tanggung jawab sebagai ibu. 3) Kecemasan terhadap anaknya, yang meliputi: bayi cacat, bayi mengalami kelainan faal alat-alat tubuh, bayi mengalami gangguan pertukaran zat dalam tubuh, takut keguguran dan kematian dalam kandungan Menurut Kartono (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi persalinan adalah: 1) Takut mati baik atas dirinya maupun bayi yang akan di lahirkan. Hal ini wajar, sebab dalam persalinan kerap kali disertai pendarahan dan kesakitan-kesakitan hebat, bahkan risiko terburuk yang dapat dialami adalah kematian 2) Trauma kelahiran merupakan ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya dan seolah calon ibu menjadi tidak mampu untuk menjaga keselamatan bayinya, setelah bayinya ada di luar rahimnya.
17
3) Perasaan bersalah atau berdosa ini diitunjukkan calon ibu yang hendak melahirkan, kepada ibunya. Perasaan ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati sati individu tersebut melahirkan bayinya. 4) Ketakutan-ketakutan
lain
yang
dirasakan
ibu
menjelang
persalinananaknya adalah: a) Takut apabila bayi yang akan dilahirkan dalam kondisi yang tidak normal atau cacat. b) Takut apabila bayi yang dilahirkan akan bernasib buruk akibat dosa ibu itu sendiri di masa lalu. c) Takut apabila beban hidupnya akan semakin berat akibat keberadaan bayinya. d) Muncul elemen ketakutan yang tidak disadari kalau ibu tersebut berpisah dengan bayinya. e) Takut kehilangan bayinya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi beberapa aspek antara lain, tingkat pendidikan rendah, kurangnya pengetahuan terhadap persainan, kurangnya informasi terhadap persalinan, kurangnya dukungan keluarga dalam persiapan persalinan, dan copping pertahanan yang lemah, (Sani, 2012).
18
1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari indera mata dan telinga pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau dengan arti lain bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. (Notoatmodjo, 2003) Taksonomi Bloom yang disampaikan Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a. Tahu (Know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication), yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real d. Analisis (Analysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
19
e. Sintesin (Synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Menurut Arikunto (2006) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dapat dikelompokkan berdasarkan kategori, hasil jawaban responden terhadap kuesioner dibagi dalam tiga kelompok : a. Pengetahuan dikategorikan baik bila 76-100%. b. Pengetahuan dikategorikan Sedang bila 61-75%. c. Pengetahuan dikategorikan kurang bila <60%. 2. Dukungan Keluarga Masa lampau seorang ayah tidak diperbolehkan menemani istrinya pada saat-saat kelahiran dengan alasan untuk menghindari infeksi dalam ruangan bersalin. Sebelum tahun 1974, ikatan para ahli kebidanan dan ahli kandungan dari perguruan tinggi amerika bersepakat dan mendukung kehadiran ayah pada waktu istrinya melahirkan (Dagun, 2002). Perlu disadari persalinan suatu tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Kecemasan tersebut antar lain meliputi rasa cemas apakah mereka dapat mengatasi kesukaran yang dihadapi, cemas apakah janin yang dikandungnya tidak cacat, dan cemas menghadapi rasa
20
sakit. Oleh karena itu, mereka membutuhkan penolong yang dapat dipercaya akan mengurangi rasa takut (Winkjosastro, 2005). Kehamilan dan menunggu kelahiran menimbulkan kecemasan bagi banyak wanita. Tidak diragukan lagi bahwa wanita tidak menginginkan keselamatan dalam melahirkan anaknya yang sehat setelah kehamilan dan kelahiran sehat yang beresiko rendah. Dalam kondisi tersebut dukungan keluarga mampu mencitakan kondisi dan lingkungan persalinan yang tepat, baik berupa fisik maupun emosional pada ibu (Handerson, 2006). Menurut Prijosaksono (2005), ada hal-hal utama untuk membangun suatu komunikasi yang efektif, yaitu : a. Berusaha benar-benar mengerti orang lain (empathic comunications) b. Kebaikan dan sopan santun c. Memenuhi komitmen atau janji d. Meminta maaf dengan tulus Wanita yang menerima dukungan sosial dan psikologis selama kahamilan, lebih kecil kemungkinan mimiliki persaan yang negatif tentang kehamilan dan persalinan, dibanding wanita lain. Mereka lebih merasa terkendali, lebih bebas dari kecemasan selama proses persalinan dan lebih efektif dalam berkomunikasi dengan dokter dan staf perawat, serta lebih puas dengan perawatan yang mereka terima (Llewllyn, 2005). Salah satu dari dukungan keluarga adalah :
21
3. Sikap Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003). Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : Kepercayaan (keyakinan) keluarga dan konsep terhadap suatu objek a. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek b. Kecendrungan untuk bertindak. Untuk mengukur Sikap digunakan skala Likert yaitu berupa pertanyaan tertutup dan responden diminta untuk memberikan jawaban setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Sikap ibu dalam mengkonsumsi kapsul vitamin A terdiri dari 10 pertanyaan. Dengan hasil ukur positif dan negatif. Dengan kategori: :
b. Negatif bila :
a. Positif bila
4. Landasan Teori Wanita yang menerima dukungan sosial dan psikologis selama kehamilan, lebih kecil kemungkinan memiliki perasaan yang negatif tentang kehamilan dan persalinannya, dibandingkan wanita lain. Mereka lebih merasa terkendali, lebih bebas dari kecemasan selama proses persalinan dan lebih efektif dalam berkomuning kasi denagan dokter atau staf perawat, serta lebih puas dengan perawatan yang mereka terima. Proses kelahiran
22
yang dipersiapkan mencakup tehnik Psyhoprophylaxis, persalinan yang didukung pasangan, kelahiran alamiah, keterlibatan aktif dalam kelahiran atau kombinasi setempatnya. Tehnik ini berdasarkan keyakinan bahwa rasa takut dan cemas tentang penyakit dan bahwa dalam kelahiran, yang dipelajari sebelum wanita itu hamil dan selama kehamilan.karena reflek ini, setiap kali wanita memikirkan tentang kelahiran, maka khayalan mental sakit dan bahaya meningkat. Sehingga dia memasuki kelahiran dengan rasa cemas dan tegang. Tekanan dan rasa takut bisa meningkatkan rasa sakit serta menghambat kelahiran bayi (Llewellyn, 2005). Wanita yang memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dalam kehamilan-kehamilan atau persalinan-persalinan sebelumnya dan primigravida yang pernah mendengar pengalaman-pengalaman yang menakutkan dan mengerikan dari wanita lain adalah wanita yang sangat rentan terhadap kestabilan emosinya (Wiknjosastro, 2005). Kehamilan dan menunggu kelahiran menimbulkan kecemasan bagi banyak wanita. Tidak diragukan lagi bahwa wanita tidak menginginkan keselamatan dalam melahirkan anaknya yang sehat setelah kehamilan dan kelahiran sehat yang beresiko rendah. Dalam kondisi tersebut dukungan keluarga mampu manciptakan kondisi dan lingkungan persalinan yang tepat, baik berupa fisik maupun emosional pada ibu (Henderson, 2006). Dalam beberapa penelitian membuktikan bahwa dukungan yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik dan emosional. Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan
23
seperti
menggosok
punggung
wanita
atau
memegang
tangannya,
mempertahankan kontak mata, ditemani orang-rang yang ramah, dan diberi janji bahwa wanita yang berada dalam persalinan tidak akan ditinggal sendirian, kemampuan memberi dukungan emosional untuk wanita dalam persalinan merupakan suatu yang dikembangkan oleh petugas kesehatan pada hari-hari pertama pmberian asuhan. Pemberian dukungan emosional dapat mencakup keterampilan komunikasi efektif (Henderson, 2006). Kekhawatiran ibu baik yang sudah mempunyai anak biasanya bebeda dengan kekhawatiran pasangan yang menghadapi kelahiran anak pertama. Beberapa asumsi tertentu ibu yang sudah berpengalaman. Ibu yang sudah
berpengalaman
dianggap
dapat
bersikap
profesional
dalam
menghadapi kehamilannya (Farrer, 2007). Pada sebagian besar kasus, ibu yang berpengalaman dapat beradaptasi dengan baik tanpa banyak dipengaruhi oleh akibat-akibat emosional serta sosial karena pengalaman bersalin
yang pertama
membuatnya siap untuk menghadapi persalinan (Farrer, 2007). Sebagian wanita menerima informasi yang salah mengenai kehamilan dari orang lain, yang mempunyai pengalaman yang tampak menakutkan. Banyak dari informasi tersebut salah, beberapa merupakan nasehat yang berbahaya, sehingga ibu meras cemas, takut, bingung. Dalam hal ini informasi dari petugas kesehatan sangat dibutuhkan oleh ibu dan keluarga agar segala informasi yang salah diterima tidak menjadi masalah bagi kehamilan.
24
Masa lampau seorang ayah tidak diperbolehkan menemani istrinya pada saat-saat kelahiran dengan alasan untuk menghindari infeksi dalam ruangan bersalin. Sebelum tahun 1974, ikatan para ahli kebidanan dan ahli kandungan dari perguruan tinggi amerika bersepakat dan mendukung kehadiran ayah pada waktu istrinya melahirkan (Dagun, 2002). Di Amerika, sebagaimana calon ibu, calon ayah dilatih berbagai kegiatan untuk mengatasi kecemasan saat kelahiran termasuk keterampilan oleh fisik dan mental (Dagun,2002).
C. Kerangka Teori Kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan antara lain : a. Pendidikan
Kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan
b. Pengetahuan c. Informasi d. Dukungan Keluarga e. Copping pertahanan (Sani, 2012)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin di
25
teliti. Kemudian konsep tersebut harus di gambarkan ke dalam sub-sub variabel (Arikunto, 2004). Variabel Independen
Variabel Dependen
Dukungan Keluarga Kecemasan Ibu hamil dalam Menghadapi Persalinan Pengetahuan Kerangka Konsep
E. Hipotesis Penelitian a. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu hamil dalam menghadapi pesalinan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 b. Ada hubungan pengetahuan terhadap kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013
26
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Desain pendekatan
penelitian
ini
menggunakan
metode analitik
dengan
Cross Sectional (Bisri, 2008). Cross Sectional merupakan
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan pada waktu penelitian sedang berlangsung (Notoadmojho, 2003).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil Trimester III di Poli Kebianan Rumah Sakit Zainoel Abidin dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 yang berjumlah 535 orang. 2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2003). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : a. Ibu hamil trimester III yang berkunjung ke poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainoel Abidin Banda Aceh b. Bersedia menjadi responden c. Ibu hamil yang dapat membaca dan menulis.
27
Jumlah
sampel
dalam
penelitian
ini
ditetapkan
dengan
menggunakan rumus slovin (dalam Notoadmodjo, 2003) adalah :
Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Tingkat Kepercayaan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 85% Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
n=
N 1 + N (d2)
n=
535 1 + 535 (0,152)
n=
535 1 + 535 (0,0225)
n=
535 1 + 12,04
n=
535 13.04
= 41,03
Jadi, jumlah sampel yang digunakan berjumlah 42 orang ibu hamil
C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh. Data perhari kunjungan ibu hamil di Poli Kebidanan ratarata 15 – 20 orang terdiri dari ibu hamil trimester I, II dan III, kunjungan ibu
28
hamil trimester 3 perhari rata-rata 4 – 5 orang maka penelitian ini akan dilakukan selama 10 – 11 hari.
D. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan melakukan wawancara untuk mencari informasi yang ingin diketahui sesuai dengan kerangka konsep dan variabel yang di ukur dan data sekunder yaitu data yang didapatkan di Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
E. Definisi Operasional N Variabel Definisi o Operasional Variabel Dependen 1 Kecemasan Perasaan reaksi Ibu dalam tubuh yang menghadapi tidak persalinan menyenangkan yang disebabkan oleh ancaman dari proses persalinan yang dialami oleh ibu
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Dengan cara membagikan kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan, dengan kriteria :
Kuesioner
Ringan, bila jawaban benar 76100%
Skala Ukur Ordinal
Sedang, bila jawaban benar 6175% Berat, bila jawaban benar < 60%
Variabel Independen 1. Dukungan Sikap dan keluarga perilaku yang diberikan oleh anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu
Dengan cara membagikan kesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan, dengan kriteria :
Kuesioner
Ada dukungan, bila jawaban benar x ≥ 4 Tidak ada dukungan, bila jawaban benar x <
Ordinal
29
4
2.
Pengetahuan
Pemahaman atau ilmu yang diketahui oleh ibu hamil tentang kecemasan dalam menghadapi persalinan
Dengan cara membagikan kesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan, dengan kriteria : Baik bila 76100%
Kuesioner
Sedang bila 6175%
Baik bila 76-100%
Ordinal
Sedang bila 6175% Kurang bila 60%
<
Kurang bila < 60%
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan yang sudah disusun secara terstruktur. Variabel dependen yaitu kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan terdiri atas 5 pertanyaan pilihan terpimpin. Variabel independen yaitu dukungan keluarga terdiri atas 5 pertanyaan, dan 10 pertanyaan untuk pengetahuan dengan jawaban pilihan terpimpin.
G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diolah dengan tahap : a. Editing : Semua form cheklist diperiksa dengan teliti. b. Coding : memberikan kode berupa nomor pada form cheklist yang diisi oleh peneliti, sehingga mempermudah pengolahan data.
30
c. Cleaning :pembersihan data merupakan kegiatan pemeriksaan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data, pengkodean. d. Tabulating : memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel distribusi frekuensi (Budiarto, 2002). 2. Analisa Data Analisa data dilakukan secara bertahap dari analisa univariat dan bivariat. a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Kemudian ditentukan persentase peroleh (P) untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Budiarto, 2002) sebagai berikut :
P=
x 100%
Keterangan : P
: Persentase
F
: Frekuensi yang teramati
N
: Jumlah Sampel
b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis dari variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan
31
analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square test pada tingkat kemaknaannya 95% (P<0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program computer SPSS for windows versi 16. Melalui perhitungan uji chi-square test selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P <
(P<0,05) maka Ha di terima, yang menunjukkan ada
hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2 x2 (Budiarto, 2002)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh menempati areal seluas 215.193 m2. Yang terletak di jalan Tgk. Daud Beureueh Kelurahan Bandar Baru Kecamatan Kuta Alam yang berbatasan dengan : a. Bagian Utara berbatasan dengan jalan Tgk. Daud Beureueh b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Sakit Jiwa c. Bagian Timur berbatasan dengan Jurusan Keperawatan Politeknik Aceh d. Bagian Barat berbatasan dengan jalan Prof. Dr. T. Syarief Thayeb 2. Sejarah Rumah Sakit RSUD Dr zainoel Abidin beralamat di jalan Tgk Daud Breureueh No 118 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m2 dengan luas bangunan 25.760 m2. Rumah sakit ini berdiri pada tanggal 22 Februari 1979 yaitu atas dasar keputusan Menteri kesehatan no.551/Menkes/SK/2F/1979 yang menetapkan RSU Dr Zainoel Abidin sebagai Rumah Sakit Kelas C. Selanjutnya dengan SK gubernur Daerah Istimewa Aceh No.445/173/1979 tanggal 7 mei 1979 Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah. Kemudian dengan adanya fakultas kedokteran Unsyiah, maka dengan SK Menkes RI No.233/Menkes/SK/IV/1983 tanggal 1 Juni 1983,
32
33
RSUD Dr Zainoel abidin ditingkatkan kelasnya menjadi rumah sakit kelas B Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Dalam rangka menjamin peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat serta optimalisasi fungsi rumah sakit rujukan dan juga sebagai rumah sakit pendidikan, maka dengan peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 8 tahun 1997 tanggal 17 November 1997 dilakukan penyempurnaan Susunan Organisasi dan Tatakerja RSUD Dr. Zainoel Abidin. Selanjutnya berdasarkan SK Menkes RI No.153/Menkes/SK/II/1998 tentang Persetujuan Rumah Sakit Umum Daerah digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis, telah dikukuhkan kembali RSUD Dr. Zainoel Abidin sebagai Rumah Sakit kelas B Pendidikan. Pada tanggal 27 Agustus 2001 melalui Perda No.41 tahun 2001 RSUD Dr. Zainoel Abidin ditetapkan perubahan dari UPTD (Unit Pelayanan Teknis Daerah) menjadi LTD (Lembaga Teknis Daerah) dalam bentuk “Badan Pelayanan Kesehatan (BPK)” yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Susunan organisasi dan tatakerja BPK RSU Dr. Zainoel abiding disempurnakan kembali dengan Qanun No.10 Tahun 2003. Dengan Qanun ini, dibentuk 2 (dua) wakil direktur, yaitu Wakit Direktur Pelayanan, Penunjang, dan Pelatihan serta Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam No. 10 Tahun 2003 juga
34
menjelaskan bahwa RSUD Dr. Zainoel Abidin mempunyai tugas dan fungsi memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Provinsi NAD, memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan bermutu kepada masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, memberikan pelayanan rujukan dari Puskesmas, rumah Sakit Daerah, mendidik tenaga kesehatan yang professional, memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat, memberikan pelayanan pemulihan kesehatan secara terpadu dan menyeluruh. Selanjutnya dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Peraturan Pemerintahan Nomor 41 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang petunjuk Teknis Penataan organisasi Perangkat Daerah, maka susunan organisasi dan tatakerja RSUD Dr. Zainoel Abidin disempurnakan lagi dengan Qanun Provinsi NAD Nomor 5 tahun 2007. Dalam Qanun ini terjadi perubahan nomenlatur dan jumlah Wakil Direktur, dari 2 menjadi 4 terdiri dari Wakil Direktur Administrasi dan Umum, Wakil Direktur Pengambangan SDM, Wakil Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur Penunjang. 3. Visi Dan Misi Rumah Sakit a. Visi RSUD dr. Zainoel Abidin terkemuka sebagai Pusat Rujukan Pelayanan kesehatan dan Rumah Sakit pendidikan bertaraf Nasional dalam Rangka meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat aceh.
35
b. Misi RSUD dr. Zainoel Abidin 1) Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat aceh melalui pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu 2) Meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan melalui pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan, dan ilmu kesehatan lainnya serta pengembangan sistem dan prosedur pelayanan administratif. 4. Tujuan Rumah Sakit a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan medis spesialis, pelayanan penunjang serta pelayanan konsultasi dan penyuluhan kesehatan guna menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien serta meningkatkan pemahaman pola hidup sehat masyarakat rumah sakit. b. Meningkatkan kualitas pelayanan/penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan guna memenuhi kebutuhan SDM kesehatan c. Meningkatkan
kualitas
pelayanan/penyelenggaraan
penelitian
dan
pengembangan ilmu kedokteran, keperawatan dan ilmu kesehatan lainnya dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu. d. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan administratif dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu. 5. Motto Rumah Sakit P = Profesional R = Ramah
36
I = Ikhlas M = Memuaskan A = amanah
B. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal
Agustus 2013. Dari data yang
dikumpulkan terdapat 42 responden yang dijadikan sampel dari seluruh populasi ibu hamil di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Data dikumpulkan melaui kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Kecemasan Ibu hamil Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu Hamil di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No 1. 2. 3.
Kecemasan Ibu Hamil Ringan Sedang Berat Jumlah
Frekuensi 12 16 14 42
Persentase (%) 28,6 38,1 33,3 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu hamil mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 16 responden (38,1%).
37
b. Dukungan Keluarga Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No 1. 2.
Dukungan Keluarga Ada dukungan Tidak ada dukungan Jumlah
Frekuensi 15 27 42
Persentase (%) 35,7 64,3 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 42 responden
yang
diteliti
ditemukan
mayoritas
ibu
hamil
tidak
mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak 27 responden (64,3%). c. Pengetahuan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No 1. 2. 3.
Pengetahuan Baik Sedang Kurang Jumlah
Frekuensi 10 18 14 42
Persentase (%) 23,8 42,9 33,3 100,0
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 42 responden yang diteliti ditemukan mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan sedang yaitu sebanyak 18 responden (42,9%). 2. Analisa Bivariat a. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Ibu Hamil Adapaun hasil tabulasi silang antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
38
Tabel 4.4 Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin banda Aceh Tahun 2013 No
1. 2.
Dukungan Keluarga Ada dukungan Tidak ada dukungan Jumlah
Kecemasan Ibu Hamil Ringan Sedang Berat F % F % F % 8 53,3 5 33,3 2 13,3
Jumlah F 15
% 100,0
4
14,8
11
40,7
12
44,4
27
100,0
12
28,6
16
38,1
14
33,3
42
100,0
Uji Statistik P P = 0,019
Signifikasi : P > 0, 05 Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 8 responden (53,3%) mengalami kecemasan ringan, 5 responden (33,3%) mengalami kecemasan sedang dan 2 responden (13,3%) mengalami kecemasan berat. Dari 27 responden yang tidak memiliki dukungan keluarga terdapat 4 responden (14,8%) mengalami kecemasan ringan, 11 responden (40,7%) mengalami kecemasan sedang dan 12 responden (44,4%) mengalami kecemasan berat. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,019 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
39
b. Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Hamil Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 No
Pengetahuan
1. 2. 3,
Baik Sedang Kurang Jumlah
Kecemasan Ibu Hamil Ringan Sedang Berat F % F % F % 6 60,0 4 40,0 0 0 5 27,8 8 44,4 9 4,7 1 7,1 4 28,6 9 64,3 12 28,6 16 38,1 14 33,3
Jumlah F 10 18 14 42
% 100,0 100,0 100,0 100,0
Uji Statistik P P = 0,019
Signifikasi : P < 0,05 Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dari 10 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 6 responden (60,0%) yang mengalami kecemasan ringan, 4 responden (40,0%) yang mengalami kecemasan sedang dan 0 responden (0%) yang mengalami kecemasan berat. Dari 18 responden yang memiliki pengetahuan sedang terdapat 5 responden (27,8%) yang mengalami kecemasan ringan, 8 responden (44,4%) yang mengalami kecemasan sedang dan 9 responden (4,7%) yang mengalami kecemasan berat. Dari 14 responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 1 responden (7,1%) yang mengalami kecemasan ringan, 4 responden (28,6%) mengalami kecemasan ringan dan 9 responden (64,3%) mengalami kecemasan berat. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chisquare dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,008 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
40
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
C. Pembahasan 1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Ibu Hamil Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 15 responden yang memiliki dukungan keluarga terdapat 8 responden (53,3%) mengalami kecemasan ringan, 5 responden (33,3%) mengalami kecemasan sedang dan 2 responden (13,3%) mengalami kecemasan berat. Dari 27 responden yang tidak memiliki dukungan keluarga terdapat 4 responden (14,8%) mengalami kecemasan ringan, 11 responden (40,7%) mengalami kecemasan sedang dan 12 responden (44,4%) mengalami kecemasan berat. Hasil penelitian ini juga sudah terbukti setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,008 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013.
41
Hal ini sesuai dengan pendapat Stuart (2008), kecemasan (anxietas) ialah respon emosional terhadap penilaian intelektual sesuatu yang berbahaya. Anxietas dapat juga dipandang sebagai suatu keadaan tidak seimbang atau tagangan yang cepat mengusahakan koping. Kecemasan dapat timbul karena adanya stress atau ancaman terhadap keutuhan, keamanan dan pengendalian. Oleh karena demikian, ancaman stres harus segera dihilangkan dengan menggunakan mekanisme pertehanan koping yang relatif. Pertahanan koping yang tidak relatif akan berakibat buruk pada individu. Wanita yang mempunyai pengalaman yang tidak menenangkan pada persalinan sebelumnya dan wanita yang mengalami kehamilan tidak normal memerlukan pengertian dari dokter atau bidan serta keluarganya. Rasa simpati, pendekatan psikologis yang tepat, dan kepercayaan wanita bahwa dokter dan stafnya akan melakukan segala sesuatu untuk mengeringankan penderitaan ibu dan menyelamatkan ibu dan bayi, banyak menolongsi ibu (Prawiroharjho, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasya Amanda (2010), tentang faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil Trimester III dalam menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga, jumlah anak dan jarak persalinan mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Nilai p-value yang diperoleh adalah p=0,002 (p < 0,01).
42
Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti ditemui, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil hal tersebut dikarenakan ibu merasa sendiri dan tertekan tanpa dukungan yang diberikan keluarganya. 2. Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu Hamil Berdasarkan penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.5 diatas, dari 10 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 6 responden (60,0%) yang mengalami kecemasan ringan, 4 responden (40,0%) yang mengalami kecemasan sedang dan 0 responden (0%) yang mengalami kecemasan berat. Dari 18 responden yang memiliki pengetahuan sedang terdapat 5 responden (27,8%) yang mengalami kecemasan ringan, 8 responden (44,4%) yang mengalami kecemasan sedang dan 9 responden (4,7%) yang mengalami kecemasan berat. Dari 14 responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 1 responden (7,1%) yang mengalami kecemasan ringan, 4 responden (28,6%) mengalami kecemasan ringan dan 9 responden (64,3%) mengalami kecemasan berat. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p-value 0,008 yang berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil
43
dalam menghadapi persalinan di Poli Kebidanan Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut (Manuaba, 2008). Menurut Davidoff (2005) kecemasan merupakan perasaan yang dialami seseorang ketika berpikir bahwa akan ada suatu bahaya atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dimasa datang, baik nyata atau dalam pikiran dantanpa sebab yang jelas. Hal tersebut merupakan hal normal terjadi dalam menyertai perkembangan, pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri atau pun arti hidup. Sedangkan pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui
panca
indera
manusia
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari indera mata dan telinga pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau dengan arti lain bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh
44
sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. (Notoatmodjo, 2003) Penelitian yang dilakukan oleh Farah Azzuhra (2011) tentang pengaruh pengetahuan, pendidikan dan paritas terhadap kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil. Nilai p-value 0,005 (p < 0,01). Dari literatur dan hasil penelitian yang ditemui, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Hal tersebut terjadi karena fikiran negatif yang sering timbul ketika ibu hamil memikirkan proses persalinan yang sulit dan menimbulkan kematian, bila ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang proses persalinan ia akan memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi proses persalinannya nanti.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil penelitian pada BAB sebelumnya, peneliti membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,019) < α-value (0,05). 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013, ditandai dengan nilai p-value (0,008) < α-value (0,05).
B. Saran 1. Bagi Responden Agar dapat memberikan masukan bagi ibu hamil yang akan menghadapi
persalinan.
Sehingga
dapat
dijadikan
motivasi
untuk
menghadapi persalinan dengan tenang. 2. Bagi Tempat Penelitian Agar dapat memberikan masukan terhadap pelayanan antenatal, khususnya deteksi sedini mungkin yang dapat terjadi dalam proses persalinan, sehingga dapat menurun tingkat kecemasan pada ibu bersalin.
45
46
3. Bagi Peneliti Agar dapat dijadikan sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya.