BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hal yang selalu muncul pada sebuah perusahaan. Berakhirnya sebuah periode operasi perusahaan akan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan. Keberhasilan dari strategi yang telah dibuat di awal periode dapat diukur dengan realisasi operasional perusahaan, dan semua itu akan berujung pada sebuah penyampaian informasi yang nantinya berguna untuk para stakeholder perusahaan. Seperti yang dikatakan Moris (dalam Sulistiyanto dan Midiastuti, 2003) bahwa manajemen perusahaan berusaha untuk memberikan sinyal positif kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya. Ettredge (dalam Deviana, 2010) menyatakan oleh karena itu, manager perusahaan kemudian berkeinginan untuk menaikkan laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan pemakai eksternal lainnya. Menurut Philips et al. (2002), ada tiga motivasi utama yang mendorong perusahaan melakukan manajemen laba yaitu menghindari penurunan laba, menghindari kerugian dan menghindari kegagalan peramalan yang dibuat analis. Motivasi pertama bertujuan untuk menghindari melaporkan penurunan laba yang berhubungan dengan hipotesis perataan laba atau Income Smoothing Hypothesis. Motivasi kedua bertujuan untuk menghindari kerugian, dimana hal ini dilakukan banyak alasan yang mendorong perusahaan dalam menghambat perkembangan
1
BAB I Pendahuluan
2
perusahaan, faktanya bahwa perusahaan mengalami kerugian juga berpotensi menurunkan harga saham, menurunkan kepercayaan investor dan kreditur serta mendorong dilakukannya pemeriksaan pajak oleh aparat pajak. Motivasi yang ketiga bertujuan untuk menghindari kegagalan yang dibuat analis. Dalam pelaksanaan operasionalnya, sebuah perusahaan tidak akan pernah terlepas dari hal-hal mengenai pajak, oleh karena itu akan selalu ada sejumlah hutang pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dihitung dari laporan keuangannya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut dibuat dari standar-standar akuntansi dan perpajakan. Kedua hal yang berbeda itu menyebabkan pula perlakuan pada laporan keuangan tersebut menjadi berbeda, hal itu yang menyebabkan munculnya selisih hitung pada laporan keuangan yang didasari pada aspek akuntansi dan perpajakan (Martani dan Eka, 2010). Pembuatan laporan keuangan pada perusahaan berpedoman pada standarstandar peraturan akuntansi seperti Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan juga Peraturan Perpajakan. Sebelum pembuatan laporan keuangan tersebut terdapat proses penyiapannya yang membutuhkan penilaian dan perkiraan. Dalam hal ini manajemen perusahaan memiliki fleksibilitas dalam menyusun laporan keuangannya. Fleksibilitas dalam menyusun laporan keuangan diatur dalam PSAK No.1 tentang penyajian laporan keuangan. Fleksibilitas dalam menyusun laporan keuangan ini didukung pula oleh PSAK No.46 yang mengatur tentang akuntansi pajak penghasilan (PPh). Penerbitan peraturan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan dan memberikan kebebasan manajemen dalam menentukan pilihan kebijakan akuntansi dalam menentukan besaran pencadangan beban/penghasilan pajak tangguhan atas
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
3
adanya perbedaan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan. Suranggane (2007) menyatakan bahwa implikasi PSAK No.46 yang dikaitkannya dengan isu manajemen laba belum banyak diuji secara empiris di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Burgstahler et al (2002) misalnya, menyatakan bahwa variabel cadangan aktiva pajak tangguhan dapat dimanfaatkan untuk merekayasa laba daripada beban pajak tangguhan. Aktiva pajak tangguhan terjadi apabila jumlah laba akuntansi lebih kecil daripada jumlah laba fiskal yang diakibatkan adanya perbedaan temporer. Lebih kecilnya laba akuntansi dari laba fiskal mengakibatkan perusahaan dapat menunda pajak terutang tersebut pada periode yang akan datang. Selisih yang diakibatkan oleh perbedaan temporer tersebut dianggap sebagai potensi pengurang kewajiban di masa yang akan datang. Aktiva pajak tangguhan yang jumlahnya diperbesar oleh manajemen artinya di masa yang akan datang perusahaan memiliki manfaat pajak yang akan mengurangi besarnya pajak yang harus dibayar, dengan kata lain laba yang diperoleh semakin besar. Pengakuan
pajak
tangguhan
dapat
mengakibatkan
bertambah
atau
berkurangnya laba bersih karena adanya pengakuan beban pajak tanggguhan atau manfaat pajak tangguhan. pengakuan aktiva pajak tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan pembayaran pajak pada periode mendatang menjadi lebih besar atau lebih kecil. Hal ini, menjadi peluang bagi manajemen untuk memanipulasi jumlah dari laba bersihnya sehingga bisa memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar. Berdasarkan seluruh uraian diatas, penelitian ini dirancang untuk mengetahui apakah aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
4
1.2. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yang akan menjadi dasar pemikiran dalam melakukan penelitian ini. Rumusan masalah tersebut, yaitu apakah aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba? .
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba.
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada : 1.
Perusahaan Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat membuat perusahaan lebih dapat berlaku jujur dalam praktik perpajakan dan lebih pintar dalam mencari cara untuk melakukan upaya-upaya yang menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tidak dengan cara yang menyimpang.
2.
Investor Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat membuat para investor lebih berhati-hati dalam membuat keputusan dalam berinvestasi, lebih pintar memilih perusahaan mana yang memiliki prospek bagus atau aman untuk para investor tanamkan modalnya sehingga investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan pada investor.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I Pendahuluan
5
3.
Direktorat Jenderal Pajak Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan sebuah pencerahan bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam membuat kebijakan yang mengatur tentang perpajakan, sehingga peluang perusahaan untuk melakukan hal menyimpang yang menyebabkan pengurangan dalam membayar pajak dapat berkurang.
Universitas Kristen Maranatha