BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penyakit menular seksual (PMS) makin marak menjangkiti banyak penduduk di dunia, khususnya Amerika Serikat dan Kanada. Namun, tidak jarang pula penduduk di Indonesia terjangkit berbagai jenis penyakit menular seksual tersebut. PMS sangat berbahaya, karena tak sebatas menimbulkan efek pada organ kelamin semata, namun juga dapat menimbulkan masalah lain pada beberapa alat indera seperti kulit, mata, dan lidah (pada mulut). Menurut tahun 1999 WHO memperkirakan, 340 juta kasus baru PMS dapat disembuhkan (sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap tahun di seluruh dunia pada orang dewasa berusia 15-49 tahun. (Ini adalah data yang tersedia yang terbaru. Baru perkiraan sampai dengan tahun 2005 sedang dalam pengembangan untuk publikasi menjelang akhir 2007.) Di negara-negara berkembang, PMS dan komplikasi mereka di peringkat lima teratas kategori penyakit yang dewasa mencari perawatan kesehatan. Infeksi dengan PMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan konsekuensi tertunda serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher rahim dan kematian mendadak bayi dan orang dewasa. Cara yang paling efektif untuk menghindari terinfeksi atau transmisi infeksi menular seksual adalah untuk menjauhkan diri dari hubungan seksual (misalnya, oral, vagina, atau seks anal) atau untuk melakukan hubungan seksual hanya dalam hubungan jangka panjang yang saling monogami dengan yang tidak 1
terinfeksi mitra. Pria kondom lateks, jika digunakan secara konsisten dan benar, sangat efektif dalam mengurangi penularan HIV dan infeksi menular seksual lainnya, termasuk gonore, infeksi klamidia dan trikomoniasis. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud penyakit menular seksual? 2. Apa penyebab dan penularan penyakit menular seksual pada umumnya? 3. Apa saja yang termasuk dalam penyakit menular? 1.3 Tujuan 1. Memahami definisi penyakit menular seksual 2. Memahami penyebab dan penularan penyakit menular seksual 3. Memahami apa saja yang termasuk dalam penyakit menular seksual
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual yang sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal). Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu 2
kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B.
2.2 Etiologi Menurut Handsfield(2001) dalam Chiuman (2009), Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, yakni: a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp. b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan 2), Herpes
Simplex
Virus
(tipe
1
dan
2),
Human
papiloma
Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus, d. Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei Cara penularan a. Aktivitas seks yang kurang sehat (berganti-ganti pasangan) b. Keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS termasuk ciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kunilingus, anilingus, felasio, dan kontak mulut atau genital dengan payudara c. Darah Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato. d. Ibu hamil kepada bayinya e. Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes. f. Tato dan tindik Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba 2.3 Klasifikasi
3
Terdapat sekitar 40 jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Sebagai contoh adalah AIDS, herpes, klamidia, gonore, sifilis, genital warts, hepatitis B, kutu kemaluan, infeksi saluran kencing, granuloma, limpogranuloma, molluscum, trikomoniosis, radang pelvik, dan vaginitis. Berikut beberapa macam penyakit menular seksual yang mempunyai tanda dalam mulut. 2.3.1 Gonore Definisi Suatu penyakit mrnular seksual yang disebabkan oleh bakteri yang merusak membran epital selaput lendir terutama epitel yang melapisi endoserviks dan uretra. Etiologi Penyebab gonore adalah neisseria
gonorrhoeae (gonokok) .
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u ,bersifat tahan asam.pada sediaan langsung dengan perwarnaan Gram bersifat Gram Negatif,terlihat di luar dan di dalam leukosit,tidak tahan lama di udara bebas,cepat mati dalam keadaan kering,tidak tahan suhu di atas 39C,dan tidak tahan cat desinfektan. Patologi Fimbrae pada gonnorhoe emnempel pada host lalu menginfeksi daerah mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang immatur lalu masuk aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Gonore yang menyebar di aliran darah hingga menyebar ke kulit dan persendian Gejala klinis Gejala yang terdapat dalam mulut yaitu eritema dan ulcer pada orofaring dan tonsil, stomatitis,limfadenopati, halitosis, perubahan pengecapan, atropi papila lidah bagian tengah, terdapat nanah yang keluar dari gusi dan selain itu juga terjadi atritis pada sendi rahang. Masa inkubasi bervariasi pada pria umum nya:2-5 hari setelah terinfeksi, kencing terasa sakit, panas di daerah uretra, keluar cairan kuning kehijauan, uretra kemerahan, gatal- gatal di dubur, sering kencing, lubang penis merah. Pada wanita timbul 7-21 h.ari terinfeksi. Sakit saat kencing, keluar keputiohan yang berwarna kehijauan, perdarahan antara masa menstruasi, gatal- gatal pada alat kelamin, sakit dibagian bawah perut Diagnosa Penunjang 1. Sediaan langsung : Pada sediaan langsung akan di temukan perwarnaan negatif-Gram. 4
2. Kultur 3. Tes definitif a. Tes oksidasi b. Tes fermentasi 4. Tes beta laktamase 5. Tes Thomson Komplikasi Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain secara genitogenital, pada pria dan wanita dapat berupa : 1. Proktitis : pada wanita dapat terjadi karena kontaminsasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa , edematosa, tertutup pus mukopurulen. 2. Orofaringitis : cara infeksi dengan kontak orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonoree lebih sering daripada ginggivitis. Orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan sampai sedang. 3. Konjungtivitis : dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi ini dapat terjadi dikarenakan penularan pada konjungtiva melalu tangan atau alat-alat. 4. Gonore diseminata : kira-kira 1% kasus gonore yang akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Banyak pada penderita gonore asimtomatis, terutama pada wanita. Gejala yang timbul berupa : artritis miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis. Penatalaksanaan. 1. Medika Mentosa Secara epidemologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain: Pemberian antibiotik: a. Penisilin Penisilin G dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid b. Ampisilin dan Amoksisilin Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 probenesid,dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid.Suntik ampisilin tidak di anjurkan.Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. c. Sefalosporin Seftriakson (generasi-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 sampai 1.00 gram secara
5
intramusakular.Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95% d. Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gr i.m.Baik,untuk penderita yang alergi penisilin,yang
mengalami
kegagalan
pengobatan
dengan
penisilin,dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala klinis. e. Kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1985 ialah 85%.Baik untuk penderita yang alergi penisilin,gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. f. Tiamfenikol Dosisnya 3,5 gram,secara oral.Tidak di anjurkan pemakaianya pada kehamilan g. Kuinolon Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. 2. Non-Medika Mentosa : Pengobatan secara nonmedikamentosa dengan memberikan edukasi kepada pasien seperti : - Bahaya penyakit menular seksual dan komplikasinya - Melakukan hubungan seksual yang aman dengan penggunaan kondom - Tidak berganti-ganti pasangan - Lebih Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa 2.3.2
Herpes Simpleks Definisi Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.6 Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus herpes terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau vagina). Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan 6
terasa nyeri. Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak,seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Etiologi Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat predileksi. HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara oral-genital.6 Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah. HSV tipe 1, menyebabkan demam seperti pilek dengan menimbulkan luka di bibir semacam sariawan. HSV jenis ini ditularkan melalui ciuman mulut atau bertukar alat makan seperti sendok – garpu (misalnya suap-suapan dengan teman). Virus tipe 1 ini juga bisa menimbulkan luka di sekitar alat kelamin. HSV tipe 2; dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga suka disebut genital herpes, yang muncul luka-luka di seputar penis atau vagina. HSV 2 ini juga bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia dilahirkan secara normal dari ibu penderita herpes. HSV-2 ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini juga sesekali muncul di 7
mulut. Dalam kasus yang langka, HSV dapat menimbulkan infeksi di bagian tubuh lainnya seperti di mata dan otak. Faktor Penyebab Penyakit Herpes Simplek Timbulnya penyakit herpes bisa dipicu oleh: 1) Pemaparan cahaya matahari 2) Demam 3) Stres fisik/emosional 4) Penekanan sistem kekebalan 5) Obat-obatan atau makanan tertentu Penyakit yang ditimbulkan Virus Herpes Simplek 1. HSV-1 a. Gingivostomatitis herpetik akut Gingivostomatitis herpetika adalah manifestasi infeksi HSV-1 orofasial primer yang tersering, ditandai lesi khas vesikoulseratif oral dan atau perioral, kebanyakan mengenai anak-anak umur 1-5 tahun.1,9 Gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, nausea, dan muntah-muntah disertai rasa tidak nyaman di mulut. Satu sampai dua hari setelah gejala prodromal, timbul lesi-lesi lokal berupa vesikel kecil berkelompok di mukosa mulut, berdinding tipis dikelilingi oleh peradangan. Vesikel cepat pecah meninggalkan ulkus dangkal dan bulat yang nyeri di sekitar rongga mulut. Lesi dapat mengenai seluruh bagian mukosa mulut. Selama perlangsungan penyakit, vesikel dapat bersatu menjadi lesi yang lebih besar dengan tepi tidak teratur. Gambaran khas adalah ginggivitis marginalis akut, generalisata, edema, dan eritema ginggiva, kadang-kadang disertai beberapa ulkus pada gingiva. Pada pemeriksaan, faring posterior akan tampak kemerahan dengan pembesaran kelenjar getah bening submandibular dan servikal. Gejala ekstra oral berupa vesikel berkelompok pada bibir dan kulit di sekitar sirkum oral. Setelah beberapa hari lesi akan ditutupi krusta kekuningan. Stomatitis herpetika akut pada anak-anak yang sehat bersifat swasirna. Demam biasanya akan hilang dalam 3-4 hari dan lesi akan sembuh dalam 10 hari, walaupun dalam waktu 1 bulan masih dapat ditemukan virus dalam saliva. 8
b. Keratojungtivitis Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan. c. Herpes Labialis Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu. 2. HSV-2 a. Herpes Genetalis Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi. Patogenesis Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh sarafsaraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris. 6 Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis. 6 Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat dideteksi dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan infeksi virus, keparahan penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar melalui udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau kontak dengan cairan yang mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3 sampai 7 hari atau 9
lebih setelah kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri, parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul sebelum terjadi lesi pada daerah yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan demam adalah karakteristik Gejala Klinis Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anakanak. Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya Pemeriksaan Penunjang Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV.Dengan tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear 10
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry, 2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi Penatalaksanaan Pada lesi yang dini dapat digunakan obat antivirus topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguentP) atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ dalam Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV disuntikkan asiklovir intra vena Pencegahan 1. Pencegahan transmisi HSV secara horisontal a) Higiene Personal - Sering membersihkan diri dengan mandi menggunakan air yang bersih. Idealnya saat musim panas mandi 2 kali pagi dan sore. 11
Ganti pakaian satu hari minimal 2 kali sehabis mandi agar tubuh tetap terjaga kebersihannya. Cucilah seprai, handuk dan pakaian yang dipakai dengan air yang bersih dan menggunakan deterjen (2) Pencegahan kontak dengan saliva penderita HSV dapat dilakukan dengan menghindari berciuman dan menggunakan alat-alat makan penderita serta menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik yang dapat membunuh virus sehingga menurunkan risiko tertular. b) Sanitasi lingkungan Menjaga lingkungan agar tetap bersih Menggunaan air bersih yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. 2. Pencegahan transmisi HSV secara vertikal dapat dilakukan dengan deteksi ibu hamil dengan screning awal di usia kehamilan 14-18 minggu, selanjutnya dilakukan kultur servik setiap minggu mulai dari minggu ke-34 kehamilan pada ibu hamil dengan riwayat infeksi HSV serta pemberian terapi antivirus supresif (diberikan setiap hari mulai dari usia kehamilan 36 minggu dengan acyclovir 400mg 3×/hari atau 200mg 5×/hari) yang secara signifikan dapat mengurangi periode rekurensi selama proses persalinan (36% VS 0%). Namun apabila sampai menjelang persalinan, hasil kultur terakhir tetap positif dan terdapat lesi aktif di daerah genital maka kSANITASI elahiran secara sesar menjadi pilihan utama
2.3.3
Sifilis(Raja Singa) Definisi Sifilis merupakan penyakit infeksi spesifik granulomata yang mempunyai gejala di mulut. Merupakan penyakit yang bersifat akut dan kronis. Sangat menular dan dapat menyerang organ dalam seluruh tubuh. Setiap stadium dari penyakit ini menunjukkan lesi dalam mulut yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda-beda. Kecuali lesi pada membrana mukosa mulut. Maka penyakit ini juga menunjukkan adanya kelainan pada gigi. 12
Etiologi Golonga sprichaeta, yang disebut treponema palidum. Spirochaeta dapat dengan mudah dilihat pada pemeriksaan lapangan gelap karena gerakannya yang berputar-putar dan berkelok-kelok. Cara penularan : a. Persetubuhan dengan penderita penyakit sipilis b. Penularan dari ibu ke janin yang sedang dikandungnya melalui placenta yang menyebabkan terjadinya sipilis conginitalis atau prenatal sipilis. c. Penggunaan
alat
yang
dipakai
penderita
sipilis
dapat
juga
menyebabkan menularnya penyakit ini. Prenatal Sipilis atau sipilis kongenital : Adalah sipilis yang terdapat pada faetus yang mendapatkan penyakit selama fetus masih dalam kandungan ibu yang menderita penyakit sipilis. Lesi primair tidak terdapat pada penderita ini tetapi ditandai dengan erupsi makula, pilek, kekurangan berat, telapak kaki atau tangan yang mengelupas, retak – retak dan memerah, yang mengakibatkan anak – anak ini terlihat seperti orang tua. Kalau pada anak ini terjadi sipilis yang kronis maka akan terliahat pada anak umur 10 – 12 tahun dengan hidung yang disebut saddle nose akibat perusakan dari tulang hidung dan palatum. Aspek oral sipilis ; Oral aspek dari sipilis congenitalis adalah : a. Post tragrade disekitar mulut b. Perubahan gigi c. Kelianan dento facial yang dini
13
Tanda – tanda pada mulut ini adalah tidak berubah, walaupun infeksinya sendiri sudah bertahun – tahun sembuh sehingga kemungkinan besar dokter gigi adalah orang pertama yang menemukan lus congenital pada penderita. Goresan postragade adalah goresan yang berbentuk linear yang terdapat disekeliling mulut atau atau sekeliling anus. Goresan ini adalah sebagai akibat terlibatnya kulit didaerah ini pada periode minggu ke 3 – 7 dari fetus. Jika pada periode pertumbuhan gigi ini terjadi infeksi lues yang akut maka akan terjadi hypoplasia dari incisivus taring dan molar pertama permanent. Gigi incisivus menjadi berbentuk seperti pahat bergerigi dan terdapat diastema diantaranya. Hutchinson mengemukakan adanya tiga tanda – tanda dari lues congnetalis yang lengkap yang disebut dengan tria Hutchinson yaitu : a.
Hypoplasia dari incisivus dan molar pertama permanen
b.
Kerusakan pada nervus octafus
c.
Interstitial keratitis
Tetapi tria hutchinson ini hanya dijumpai 1 % dari penderita prenatal sipilis. Perubahan gigi pada prenatal sipilis harus dibedakan dengan yang ada pada demam eksantheem. Pada sipilis kongenitalis terjadi perubahan morfologi dari gigi sedangkan pada Racketsia atau pada demam eksantheem hipoplasia email ini tidak disertai dengan perubahan bentuk gigi. Gigi decidui pada lues congenital ini terdapat warna, ukuran dan bentuk yang abnormal. Pada gigi decidui ini terlihat adanya absorbsi akar terlambat. Sedang akar gigi permanent tidak berkembang dengan sempurna pada lues prenatal. Perubahan gigi decidui jarang dilihat karena jika fetus terkena sipilis kongenital pada periode pertumbuhan gigi susu akan menyebabkan kematian fetus. Kelainan dento facial sipilis :
14
Pada lues prenatal sering dijumpai adanya open bite dan diastema sehubungan dengan adanya Hutchinson teeth. Acquired sipilis : Stadium I : Setelah masa inkubasi yang lamanya 3 -4 minggu akan terlihat adanya chancre yang terdapat di alat kelamin, dubur dan di mulut. Disamping terjadinya chancre ini juga didapat pembengkakan kelenjar lympe setempat. Chancre akan lenyap dengan sendirinya setelah 2 – 3 minggu. Oral aspek dari chancre : Pengertian Chancre adalah lesi pada kulit akibat dari penyakit sipilis pada stadium pertama dimana chancre ini menunjukkan adanya perubahan pada lapisan corium, sedangkan pada lapisan epidermis hanya terlihat sedikit perubahan saja. Dinding pembuluh darah menebal dan terdapat sel-sel lympoid. Didekat pembuluh daerah ini terdapat kuman spirochaeta. Perubahan pada lapisan epidermis hanya disebabkan oleh pengaruh tekanan sel dibawahnya. Lokasi dari chancre didaerah mulut adalah bibir, oral mukosa lidah, palatum mole, daerah tonsil atau pharynx. Yang paling banyak adalah bibir terutama bibir bawah. Chancre disini tidak menyebabkan rasa sakit, karekteristik merupakan luka yang dalam, berwarna coklat, berkerak dan sekelilingnya keras. Apabila terasa sakit ini disebabkan oleh adanya infeksi sekundair. Warna coklat tua ini ditutupi oleh film yang berwarna putih kelabu. Dapat dibedakan dengan luka herpes, pada herpes luka lebih sakit. Stadium II : Dengan lenyapnya chancre tadi akan terlihat pada kulit dan selaput lendir, lesi yang berupa makula, papula, postula atau follicula, atau merupakan kombinasi dari beberapa lesi tersebut. Waktu dari timbulnya chancre pada stadium I sampai timbulnya macula pada stadium kedua 15
bermacam-macam jaraknya, dapat timbul 6 minggu atau bertahun- tahun sesudah lesi pertama timbul. Macula : Makula disebut juga dengan macula-roseolar syphilise yaitu lesi pada kulit atau selaput lendir merupakan bintik – bintik merah dimanamana, pada sipilis stadium II. Pembuluha kapiler yang terletak pada permukaan mengalami pelebaran dan menunjukkan kerusakan sedikit pada lapisan sebelah dalam. Disekeliling kerusakan ini terdapat daerah yang berisikan sel-sel lympoid yang padat, terdapat oedima sedikit pada jaringan pengikat. Macula akan sembuh dengan tidak meninggalkan bekas. Papula atau macula di oral mukosa adalah lesi yang paling infeksius (menular) pada sipilis akut. Luka ini kelihatan putih kelabu yang dikelilingi oleh dasar yang merah, sakit sedikit terutama jika terletak didaerah yang
bergerak. Trauma
pada permukaan
menyebabkan
perdarahan. Daerah yang sering terkena; ujung mulut, lidah, jaringan pharyngeal, bibir dalam, jarang di gusi. Dibedakan dengan luka yang lain seperti erythema multi forme atau luka heerpes dengan serologis test. Luka karena fuso spirochaeta adalah lebih sakit. Waktu datangnya makula atau papula ini dapat disertai dengan gejala malaise, anorexia, sakit kepala, sait pada tulang, dengan sedikit kenaikan temperatur tubuh. Sering diikuti adanya pharyngitis atau angina syphilis. Jaringan pharynx nampak membengkak, kering dan merah. Stadium III : Pada sipilis kronis akan dijumpai lesi pada rongga mulut yang sering terdapat pada palatum dan lidah. Lesi ini disebut dengan Gummata atau Gumma. Gumma dapat mengenai seluruh bagian tubuh dan paling tidak sering dijumpai di kulit, selaput lendir, tulang, testis, hati atau lambung. Gumma sipilis dapat menyebabkan tulang berubah seperti intramembran, dan juga dapat menyebabkan organ hati dan limpa menjadi mengeras. Sipilis dapat mengenai sistem pembuluh darah dimana aorta 16
kehilangan elastisitas dan lapisan otot dari aorta ini dapat menjadi lembek yang dapat menyebabkan tidak bagusnya pekerjaan klep aorta dan dapat menyebabkan kematian akibat adanya ruptur dari aorta ini. Sipilis kronis yang menyerang sistem syaraf dapat menghasilkan bermacam-macam gejala tergantung dari lokasi dan luasnya lesi. Gumma yang terdapat pada cerebrum dapat menyebabkan seperti gejala tumor otak. Jika sipilis ini mengenai nervus cranialis dapat menyebabkan kebutaan. Jika medula spinalis terkena akan menyebabkan tabes dorsalis gejala yang akhir. Pasien dengan tabes dorsalis akan kehilangan keseimbangan dari kakinya dan berjalan dengan langkah – langkah yang karakteristik, disamping itu juga akan terlihat adanya perasaan yang sensitif pada extremitas, ini yang disebut paesthesi atau betul – betul anasthesi. Kerusakan yang disebabkan oleh gumma pada tulang palatum dapat menyebabkan perforasi dari patatum, selain itu gumma dapat mengenai glandulla slivarius dan tulang rahang. Gumma yang terdapat pada lidah biasanya merupakan lesi yang tunggal soliter dan besar. Gumma tidak terasa sakit tetapi dapat menjadi lebih besar sehingga meliputi sebagian besar lidah. Guma ini dapat menjadi ulcerasi yang menghasilkan cairan kental yang berdarah. Penyembuhannya diikuti dengan pembentukan parut yang menyebabkan lidah dakan kelihatan berlobus yang disebibut lingua lobulata. Penatalaksanaan Sifilis
Pengobatan
Pemantauan serologik
Sifilis primer
1. Penisilin G benzatin 4,8 juta unit IM (2,4 juta) 1xseminggu
Pada bulan I, III, VI dan XII Dan tiap 6bln tahun k-2
17
2. Penisilin G prokain dalam aqua 6juta unit, diberikan 0,6 juta unit/hari selama 10 hari
3. PAM (penisilin prokain + 2% aluminium monosterat) 4,8 juta unit, 1,2juta /x , 2xseminggu Sifilissekunder sam spt sifilis primer Sifilis laten
1. Penisilin G benzatin dosis total 7,2 juta unit 2. Penisilin G prokain dalam aqua 12 juta unit(0,6/hari) 3. PAM 7,2juta (1,2juta/x, 2xseminggu)
Sifilis S III
1. Penisilin G benzatin total 9,6juta unit 2. Penisilin G prokain dalam aqua total 18 juta unit 3. PAM 9,6juta (1,2juta/x, 2xseminggu)
BAB III KESIMPULAN Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual. Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi
18
organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual. Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, syphilis, herpes genital.
DAFTAR PUSTAKA 1. Agus
Wirawa.
Herpes
Simplek.
Diakses
pada
11
Juli
2014
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-aguswirawa-5641-2babiis-n.pdf 2. Doktergigi Semarang. Sipilis gigi dan mulut. Diakses pada 12 Juni 2014 http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/05/sipilis-gigi-dan-mulut.html 3. Klik Dokter. Tnda- tanda Penyakit menular Seksual dalam Rongga Mulut. Diakses
tgl
12
Juni
2014
http://www.klikdokter.com/rubrikspesialis/read/20/sexandrologi/2014/03/10/5 18/tanda-tanda-penyakit-menular-seksual-dalam-rongga-mulut 4. Toolkits .Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat,
diakses
tgl
12
juni
2014
https://www.k4health.org/toolkits/indonesia/infeksi-menular-seksual-imssebagai-masalah-kesehatan-masyarakat 5. Unes. Penyakit menular Seksual diakses
tanggal
http://ikor.unnes.ac.id/penyakit-menular-seksual-pms/ 6. Usu. Herpes Simpleks diakses tanggal
13
10
Juli Juni
2014 2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35232/4/Chapter%20II.pdf
19