BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Batuan sedimen merupakan batuan yang keberadaannya di permukaan bumi memiliki jumlah paling banyak jika dibandingkan dengan jenis batuan yang lain. Batuan sedimen merupakan salah satu aspek penting dalam melihat sejarah geologi yang pernah terjadi pada suatu daerah. Sejarah geologi yang dapat diinterpretasikan dari batuan sedimen di antaranya adalah proses sedimentasi yang pernah terjadi, pada waktu geologi kapan proses tersebut terjadi, dan dimana lingkungan proses tersebut terjadi. Berdasarkan Peta Geologi Regional lembar Majenang yang disusun oleh Kastowo dan Suwarna (1996), lokasi penelitian yang berada pada daerah Kalisalak, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah merupakan bagian dari persebaran Formasi Tapak bagian bawah. Formasi Tapak tersusun oleh batuan sedimen silisiklastik, campuran silisiklastik dan karbonat, vulkaniklastik bahkan batuan sedimen karbonatan yang menunjukkan ciri lingkungan pengendapan pasang surut menurut peneliti yang pernah meneliti formasi ini. Setelah dilakukan observasi awal pada lokasi penelitian, tidak terlihat litologi-litologi yang menjadi penciri lingkungan pasang surut, melainkan litologi yang ada menunjukkan kondisi lingkungan pengendapan yang memiliki energi yang cukup tinggi dengan ukuran butir yang cenderung kasar. Berdasarkan perbedaan karkateristik litologi secara sekilas melalui observasi awal ini
1
2
penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah memang ada variasi litologi lain dari Formasi Tapak ataukah memang lokasi penelitian bukan merupakan bagian dari persebaran Formasi Tapak. Disamping itu, pada lokasi penelitian ini terdapat tambang batu oleh sebuah perusahaan lokal, sehingga singkapan yang ada pada lokasi penelitian sangat dimungkinkan akan habis dalam waktu dekat. Oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan sebelum singkapan yang ada habis ditambang. Jika dilihat dari segi keilmuan geologi, penelitian ini sangatlah penting mengingat peta geologi regional yang memuat daerah ini memiliki skala yang sangat kecil sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dan penelitian ini dilakukan dengan skala yang lebih detil.
I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, terdapat beberapa permasalahan geologi yang dapat dirumuskan, diantaranya: 1. Bagaimana pembagian litofasies berdasarkan pengamatan megaskopis dan mikroskopis dari variasi litologi yang ada pada lokasi penelitian? 2. Dimana lingkungan pengendapan litofasies penyusun lokasi penelitian? 3. Bagaimana dinamika sedimentasi yang terjadi pada lokasi penelitian berdasarkan litofasies yang ada? 4. Apakah lokasi penelitian memiliki karakteristik litostratigrafi yang sama dengan Formasi Tapak?
3
I.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengukuran stratigrafi terukur yang berisi pengukuran jurus dan kemiringan lapisan, serta ciri fisik di lapangan secara megaskopis. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Membagi litologi penyusun lokasi penelitian menjadi beberapa litofasies berdasarkan pengukuran stratigrafi terukur. 2. Menentukan lingkungan pengendapan lokasi penelitian berdasarkan litofasiesnya. 3. Menginterpretasikan dinamika sedimentasi yang pernah terjadi selama proses pengendapan batuan penyusun lokasi penelitian. 4. Menentukan apakah karakteristik litostratigrafi pada lokasi penelitian memiliki kesamaan dengan Formasi Tapak. I.4 Lokasi Penelitian Secara administratif, lokasi penelitian terletak pada Desa Kalisalak, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian merupakan quarry yang memiliki luasan ±210 meter x 410meter dan ditambang oleh warga serta perusahaan lokal. Secara geografis, lokasi penelitian berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 termasuk kedalam lembar 1308-544 Larangan. Pada Peta RBI lembar tersebut, lokasi penelitian berada pada koordinat UTM 49S 0277342T 9215888S hingga UTM 49S 0277728T 9215808S (Gambar 1.1)
4
Lokasi penelitian berjarak cukup jauh dari Yogyakarta yaitu sekitar ±230Km. Untuk mencapai lokasi ini dari Yogyakarta dapat ditempuh melalui jalur darat baik menggunakan kendaraan pribadi (mobil atau motor), bus ataupun kereta api.
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian (kotak merah) berada pada Daerah Kalisalak, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah
I.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan akhir dari penelitian ini, manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran secara umum mengenai variasi litologi yang terdapat pada lokasi penelitian. Selain itu dapat pula
5
memberikan gambaran mengenai proses pengendapan litologi yang menyusun lokasi penelitian yang sampai saat ini masih disebutkan sebagai bagian dari persebaran Formasi Tapak bagian bawah.
I.6 Peneliti Terdahulu Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap Formasi Tapak masih sangat sedikit. Penelitian ini pun sebagian besar dilakukan pada Formasi Tapak yang berada di sisi tengah Cekungan Serayu Utara, masih sangat sedikit yang dilakukan pada Formasi Tapak di sisi barat Cekungan Serayu Utara. Penelitianpenelitian yang dilakukan pada Formasi Tapak adalah sebagai berikut: 1. Marks (1957), Penelitian ini dilakukan secara regional, sehingga didapatkan penjelasan mengenai Formasi Tapak secara umum terutama dari segi litologinya. Formasi Tapak terdiri atas dua bagian yaitu basal klastika yang kasar dan bersifat vulkanik yang secara gradual berubah menjadi anggota batugamping. Formasi ini terendapkan secara selaras diatas Formasi Kumbang di sisi timur dan Formasi Kalibiuk di sisi barat. Formasi ini memiliki ketebalan sekitar 500 meter. Formasi ini mengandung beberapa fosil, diantaranya yaitu foraminifera besar pada batugamping, moluska pada napal dan batupasir karbonatannya, dan mamalia pada bagian yang mengandung material vulkanik. 2. Kastowo (1975), Penelitian ini dilakukan secara regional pada daerah Majenang dan sekitarnya. Pada penelitian yang dilakukan menghasilkan peta geologi regional skala 1:100.000 dan juga penjelasan mengenai karakteristik masing-masing formasi. Formasi Tapak terendapkan secara
6
selaras diatas Formasi Kumbang dan berumur Pliosen. Formasi ini secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas. Formasi Tapak bagian bawah diantaranya tersusun atas batupasir kasar kehijauan yang secara gradasional berubah menjadi batupasir kehijauan dengan sisipan napal pasiran berwarna abu-abu. Formasi Tapak bagian atas tersusun oleh batugamping karang. Tebal maksimal dari formasi ini diantaranya 500 meter. 3. Djuri, dkk (1996), Penelitian ini dilakukan secara regional dengan daerah yang membentang dari Tegal di utara hingga Purwokerto di selatan, dan Prupuk di barat hingga Rajawana di timur.. Pada penelitian yang dilakukan menghasilkan peta geologi regional skala 1:100.000 dan juga penjelasan mengenai karakteristik masing-masing formasi. Formasi Tapak terbagi menjadi tiga bagian yaitu Anggota Breksi, Anggota Batugamping, dan Formasi Tapak itu sendiri. Bagian bawah dari Anggota Breksi dan Formasi Tapak berhubungan secara selaras dengan Formasi Kumbang dan Formasi Halang. Formasi ini memiliki ketebalan berkisar 500 meter. Umur formasi ini adalah Pliosen 4. Lunt, dkk (2008), Penelitian ini dilakukan secara regional pada daerah diantara Gunung Ciremai dan Gunung Slamet. Penelitian ini lebih difokuskan pada Formasi Pemali, namun pada beberapa bagian ditemukan pula beberapa Formasi Tapak pada lokasi penelitian. Anggota Batugamping dari Formasi Tapak merupakan bagian dari penciri ketidakselarasan Miosen Tengah-Akhir yan tersebar di wilayah Jawa bagian Tengah dan Utara-Timur. Anggota Batugamping ini dianggap sama dengan Batugamping Bodas di wilayah Wonosobo, Batugamping
7
Kapung di wilayah semarang, dan Batugamping Karren di wilayah Madura. 5. Kurniawan, dkk (2012), Penelitian ini dilakukan pada Formasi Tapak yang berada di wilayah daerah Rajawana, Kecamatan Moncol, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk membahas mengenai lingkungan pengendapan Formasi Tapak pada lokasi ini. Berdasarkan penelitian ini, Formasi Tapak terendapkan pada lingkungan Zona Intertidal. Penentuan lingkungan pengendapan ini dipegaruhi oleh beberapa struktur sedimen diantaranya: struktur gradasi normal, wavy, flasher, dan lentikular. 6. Suedy (2012), Lokasi penelitian berada pada daerah Kedung Randu, Gunung Tugel. Penelitian dilakukan untuk mengamati fosil spora dan polen yang terkandung pada Formasi Tapak pada daerah ini. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 166 sampel. Total fosil yang diamati berjumlah 48.570 fosil spora dan polen. Berdasarkan kandungan spora dan polennya, lingkungan pengendapan lokasi tersebut adalah lingkungan transisi atau intertidal yang dipengaruhi pasang surut. 7. Yogatama (2014), Lokasi penelitian berada pada daerah Tangkisan, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan untuk mengamati fosil jejak yang terkandung pada Formasi Tapak yang ada pada lokasi ini. Didapatkan beberapa fosil jejakyaitu Planolites, Terebellina, dan Thalassinoides. Berdasarkan fosil jejak tersebut, didapatkan lingkungan pengendapan Formasi Tapak pada daerah ini berada pada Zona Neritik Dalam – Neritik Tengah.
8
I.7. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada Formasi Tapak umumnya masih bersifat regional dengan skala penelitian yang kecil. Adapun penelitian yang dilakukan secara mendetil pada Formasi Tapak oleh Kurniawan (2012) dilakukan pada daerah Rajawana, Kabupaten Purbalingga, Suedy (2012) pada daerah Gunung Tugel, dan Yogatama (2014) pada daerah Tangkisan, Kabupaten Purbalingga. Dilihat dari segi lokasi, penelitian ini dilakukan pada lokasi yang belum pernah diteliti secara mendetil. Jika dilihat dari aspek penelitian yang dilakukan ketiga peneliti terdahulu dan penelitian ini memiliki kesamaan tujuan untuk menentukan lingkungan pengendapan Formasi Tapak. Kurniawan (2012) terfokus pada penentuan lingkungan pengendapan Formasi Tapak berdasarkan litologinya, Suedy (2012) berdasarkan kandungan spora dan polen, dan Yogatama (2014) berdasarkan fosil jejak yang terkandung dalam Formasi Tapak. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan lebih mendetil dengan melihat litologi secara megaskopis dan mikroskopis serta kandungan fosilnya untuk menentukan dinamika yang terjadi selama proses pengendapan litologi penyusun lokasi penelitian. Selain itu pula, penelitian-penelitian yang sudah dilakukan pada Formasi Tapak oleh peneliti terdahulu mendapatkan lingkungan pengendapan berupa lingkungan pasang surut. Namun jika melihat secara kasat mata dari observasi awal pada lokasi penelitian, tidak terdapat litologi penciri lingkungan pasang surut seperti peneliti terdahulu jelaskan.