BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan aspek penting bagi setiap negara, terutama bagi negara berkembang seperti negara Indonesia. Terlebih dalam dunia kerja, dimana banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana, sehingga individu berusaha untuk menempuh pendidikan yang tinggi (Taslima dan Awaluddin, 2008). Kesempatan untuk mendapat pekerjaan akan lebih mudah jika seorang pencari kerja memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Hal tersebut terjadi karena melalui pendidikan, individu akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanya seorang tenaga kerja harus menempuh pendidikan di perguruan tinggi atau universitas. Pendidikan tinggi yang berkualitas dengan hasil yang memuaskan sangat diharapkan oleh seluruh mahasiswa. Namun di zaman krisis seperti masa sekarang ini biaya pendidikan sangatlah mahal sehingga hal tersebut memunculkan suatu fenomena yang berkembang, yakni banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja (Handianto, Johan. 2006). Kuliah sambil bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan mahasiswa. Menurut Cohen (dalam Ronen, 1981) bentuk pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa adalah jenis pekerjaan paruh waktu (part time work). Beragam alasan melatarbelakangi mahasiswa kuliah sambil bekerja
1
2
menurut Yenni (dalam Rola & Fani, 2009) yaitu mulai dari masalah ekonomi sampai hanya karena ingin mengisi waktu luang. Fenomena mahasiswa yang bekerja tidak semata-mata karyawan yang kuliah guna memperoleh jabatan atau mempertahankan posisi mereka dalam dunia kerja, namun ada pula mahasiswa yang bekerja guna membiayai kuliah mereka (Orszag, Orszag & Whitmore, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Orszag dkk (2001) yakni memberikan paparan deskriptif mengenai fenomena mahasiswa yang bekerja sepanjang tahun 1985-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek kuliah sambil bekerja memiliki hubungan dengan lingkungan akademis. Adapun penelitian longitudial menurut Pascarella, Edison, Nora, Hagedorn, dan Terenzini (dalam Papalia, 2009) mengikuti suatu sampel acak mahasiswa baru usia 23 dari perguruan tinggi 2 dan 4 tahun di 16 negara bagian sepanjang 3 tahun kuliah. Selama dua tahun pertama, pekerjaan di dalam dan luar kampus sedikit berpengaruh pada keterampilan pemahaman bacaan, penalaran matematis, dan berpikir kritis. Pada tahun ketiga, kerja paruh waktu memberikan pengaruh positif, mungkin karena pekerjaan memaksa mahasiswa mengatur waktu mereka secara efisien dan belajar lebih baik tentang kebiasaan kerja. Namun, bekerja lebih dari 15-20 jam per minggu cenderung memiliki dampak negatif. Pada mahasiswa yang bekerja, melakukan kegiatan perkuliahan sekaligus mencari uang bukanlah hal yang mudah, karena memiliki dampak negatif seperti stres. Hal ini dikemukakan oleh Furr dan Elling (dalam puspitasari, 2013) bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki tingkat stress yang lebih tinggi
3
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja dan juga jarang terlihat pada aktivitas kampus dan aktivitas sosial. Jika hal tersebut terjadi tentunya dapat memengaruhi afeksi, pikiran dan tingkah laku mahasiswa dalam penerapan self regulated learning untuk menunjang prestasi akademik yang memuaskan. Kualitas dari seorang mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang dicapai. Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh mahasiswa. Penelitian tentang prestasi akademik mahasiswa mendapat perhatian yang besar dari para peneliti dunia pendidikan hal ini dinyatakan oleh Kaihhobadi dan Allen (dalam Wijaya & Amah, 2012). Tujuannya adalah mengetahui faktor-faktor yang perlu diperbaiki dalam meningkatkan prestasi akademik mahasiswa sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Koh dan Koh (dalam Wijaya & Amah, 2012) menambahkan bahwa penelitian tentang prestasi akademik mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar mengetahui faktor yang memengaruhi kesuksesan secara akademik, namun lebih jauh bagi para pendidik diharapkan mampu menjadikan hasil penelitian sebagai evaluasi untuk menentukan kurikulum, kriteria penerimaan mahasiswa dan pemahaman tentang potensi mahasiswa. Hal ini secara tidak langsung mensyaratkan individu untuk lebih mengembangkan kemampuannya, agar pencapaian prestasi akademik dapat
4
optimal. Untuk itu, individu sebagai mahasiswa seharusnya memiliki keyakinan yang kuat dalam pencapaian prestasi akademik. Konsep ini menurut Baron & Byrne (dalam Dwitantyanov, dkk, 2010) disebut efikasi diri akademik yang merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas akademik yang diberikan dan menandakan level kemampuan dirinya. Efikasi diri diperkenalkan oleh Bandura (dalam Nurhasnah 2006) yang diartikan sebagai keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu, dan bukan semata-mata untuk mengetahui apa yang dikerjakan. Efikasi diri akan menentukan seberapa keras usaha yang dilakukan untuk mengatasi persoalan atau menyeleksi tugas dan seberapa lama dia akan mampu berhadapan dengan hambatan yang tidak diinginkan. Seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, berusaha untuk melakukan tugas tertentu atau tidak, berjuang keras mencapai tujuan atau tidak, tergantung pada keyakinan bahwa ia akan berhasil dalam tindakannya (Nurhasnah, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Warsito (2009) menunjukkan adanya hubungan kausal yang bersifat positif antara efikasi diri dan prestasi akademik. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi maka seseorang tersebut merasa bahwa dirinya sukses dan memiliki kinerja yang lebih besar dalam mencapai prestasi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki efikasi diri rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari Bouffart-Bouffart, Parent & Larivee (dalam Warsito, 2009) yang menyatakan bahwa para mahasiswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan sukses dalam memecahkan masalah, kinerja lebih besar
5
dan tetap bertahan lama dibandingkan para mahasiswa dengan efikasi diri lebih rendah. Para mahasiswa yang mau berusaha untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi akan berusaha mencari strategi-strategi yang efektif dan efisien agar tercapai tujuan yang diinginkan. Agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya serta mengatur strategi belajar yang jitu. Salah satu keterampilan belajar yang optimal dan memiliki peran penting dalam menentukan hasil belajar atau prestasi di perguruan tinggi adalah kemampuan mahasiswa untuk mengatur diri dalam kegiatannya (Sukadji, 2001). Self regulation atau regulasi diri menurut Bandura (dalam Alwisol, 2006) adalah kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, memengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan
kognitif
sangat
penting
kaitannya
dengan
proses
pembelajaran menurut Love dan Kruger (dalam Latipah, 2010) adalah strategi belajar untuk memahami isi materi pelajaran, strategi untuk meyakini arti penting isi materi pelajaran, dan aplikasinya serta menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Strategi regulasi diri dalam belajar menurut Graham & Harris, (dalam Latipah, 2010) merupakan salah satu strategi pendekatan belajar secara kognitif.
6
Regulasi diri yang diterapkan dalam proses belajar dikenal dengan sebutan self regulated learning. Self regulated learning adalah suatu konsep tentang bagaimana seorang peserta didik menjadi pengatur bagi belajarnya sendiri, hal ini dikemukakan oleh Zimmerman & Martin-Pons (dalam Rola & Fani, 2009). Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self regulated learning merupakan suatu proses dimana seorang peserta didik mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behavior) dan perasaannya (affect) yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan belajar. Pintrich, Smith, Garcia, dan McKeachi (dalam Susetyo & Kumara, 2012) menegaskan bahwa orientasi tujuan memengaruhi belajar berdasar regulasi diri dan strategi yang digunakan. Self regulated learning penting untuk diteliti, karena mahasiswa harus pandai mengatur diri agar prestasi akademiknya sesuai dengan yang diharapkan (Ishtifa, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2013) menunjukkan bahwa self regulated learning mahasiswa berada dalam kategori sedang dan tinggi. Hal ini berarti bahwa mahasiswa dapat merencanakan, mengatur, dan mengontrol aktivitas belajar dengan baik, dan dapat mengarahkan perilakunya dalam menyusun strategi belajar dengan baik, sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
7
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis terdorong untuk membuat penelitian dengan judul self regulated learning sebagai moderator dalam hubungan efikasi diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja. 1.2.
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah: 1.
Apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan self regulated learning pada mahasiswa yang bekerja ?
2.
Apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja ?
3.
Apakah ada hubungan antara self regulated learning dengan prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja ?
4.
Apakah ada hubungan antara efikasi diri dan self regulated learning terhadap prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja ?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapatkan tujuan
penelitian sebagai berikut : 1.
Mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan self regulated learning pada mahasiswa yang bekerja ?
2.
Mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja ?
8
3.
Mengetahui hubungan antara self regulated learning dengan prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja ?
4.
Mengetahui hubungan antara efikasi diri dan self regulated learning terhadap prestasi akademik pada mahasiswa yang bekerja ?
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis: Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam psikologi terutama kajian psikologi pendidikan tentang efikasi diri, self regulated learning dan prestasi akademik.
Manfaaat Praktis: Peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan masukan bagi para pembaca, khususnya untuk mahasiswa yang kuliah sambil bekerja agar mahasiswa dapat memiliki efikasi diri dan
self
regulated learning yang baik agar mendapatkan hasil prestasi akademik yang diinginkan.