BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Manusia dalam hidup kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesama,
baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan emosional dan menata hidup. Dalam proses menata hidup, manusia membutuhkan suasana aman agar bisa mengembangkan diri dan berinteraksi dengan sesama secara bebas. Namun dalam hidup bermasyarakat manusia tidak terlepas dari konflik, karena sifat dan tingkahlaku manusia selalu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Oleh karena itu manusia selalu berupaya menghindari konflik yang berdampak buruk bagi kelangsungan hidupnya. Menurut Myers (Assegaf, 1980: 74), semua konflik mengandung komunikasi, tetapi tidak semua konflik berasal dari komunikasi yang buruk. Komunikasi pada dasarnya selalu berhubungan dengan suatu proses penyampaian pesan (ide atau gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, untuk saling mempengaruhi agar tercipta sikap saling pengertian dan pemahaman di antara kedua belah pihak. Komunikasi yang dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat bertujuan untuk menyampaikan ide, merubah perilaku, pendapat dan sikap seseorang ataupun sekelompok orang. Oleh karena itu komunikasi sangat melekat dan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam lingkungan.
12
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempertemukan dan mendamaikan orang-orang yang berkonflik yakni komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang terjadi secara tatap muka antara dua orang atau lebih dan dalam prosesnya terjadi pertukaran pesan baik verbal maupun nonverbal, bertujuan menciptakan dan memelihara hubungan, mengubah sikap dan perilaku, mengenal diri sendiri dan orang lain (Devito,1997: 23). Dalam prosesnya komunikasi antarpribadi dapat menjembatani perbedaan antarpribadi, perbedaan motivasi antarmanusia, pemenuhan akan harga diri dan kebutuhan akan pengakuan orang lain. Komunikasi antarpribadi juga sangat tepat untuk menjembatani komunikasi di antara orang-orang yang memiliki perbedaan sifat, warna kulit, suku, ras, perbedaan budaya dan masih banyak perbedaan yang lainnya. Karena komunikasi antarpribadi didasari atas kejujuran, keterbukaan dan pikiran positif serta saling melengkapi kekurangan di antara komunikator dan komunikan. Manusia pada umumnya selalu menginginkan perubahan dirinya menuju ke arah yang lebih baik melalui proses komunikasi. Manusia selalu ingin berinteraksi dengan sesama, selalu ingin diperhatikan dan ingin agar dirinya berguna bagi orang lain. Namun mempersatukan orang-orang yang memiliki perbedaan pola pikir dan kepribadian
dengan mengintensifkan komunikasi
antarpribadi
merupakan suatu usaha yang memiliki kesulitan tersendiri. Usaha untuk mempersatukan orang-orang yang berbeda tersebut akan semakin sulit terwujud bila orang-orang tersebut terlibat dalam konflik yang sangat besar. Namun apabila setiap individu yang pernah bertikai memiliki motivasi yang besar 13
untuk berubah menuju ke kehidupan yang lebih baik, maka bukan suatu hal yang mustahil bila kerukunan bisa tercipta di antara mereka yang berkonflik. Hal ini terjadi pula pada mahasiswa Alor dan Sumba yang berdomisili di RT 15 dan 17 RW 06, kelurahan Oesapa. Upaya menjalin hubungan yang baik antara kedua kelompok awalnya terusik akibat terjadi konflik. Hubungan komunikasi yang telah berjalan bertahun-tahun tanpa adanya pertikaian akhirnya terputus. Begitupula ketentraman yang di impikan bersama tidak berjalan seperti yang di inginkan. Saat konflik terjadi, individu kedua kelompok tidak lagi saling mengunjungi, bertegur sapa dan berolahraga bersama karena ketegangan yang terjadi. Konflik yang terjadi antara kelompok mahasiswa Alor dan Sumba tidak berawal dari masalah etnis namun dalam konflik tersebut dilakukan oleh kelompok etnis yang berbeda. Pertikaian berawal dari permasalahan antarindividu yang sangat sepele yakni bersenggolan disaat pesta pada tanggal 22 November 2009 berlanjut pada perkelahian. Individu yang berkelahi selanjutnya meminta bantuan kawan-kawannya untuk menyerang lawannya, akhirnya pertikaian yang sebelumnya terjadi antarindividu berubah menjadi bentrokan antarkelompok. Kedua kelompok yang diundang untuk membantu perkelahian tersebut kebetulan berasal dari etnis yang berbeda. Konflik terjadi dalam kurun waktu 6 bulan dari bulan November 2009 sampai Mei 2010. Akibat konflik yakni beberapa rumah tinggal dan kos-kosan berjumlah puluhan kamar dibakar. Selain itu harta benda berupa pakayan, ijasah dan surat penting lainnya serta beberapa unit motor ikut dibakar dalam peristiwa
14
tersebut. Bahkan salah seorang mahasiswa yang berasal dari kabupaten Belu tewas akibat tembakan anak panah dari salah satu kelompok yang bertikai. Mahasiswa dari kedua kelompok tidak menyadari lagi bila mereka merupakan manusia terdidik yang seharusnya tidak menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Namun perasaan untuk membela sesama kelompok melebihi pikiran terdidik dari kedua kelompok mahasiswa tersebut. Konflik besar yang terjadi antara kedua kelompok yang berbeda etnis ini menyebabkan keresahan pada masyarakat di sekitar lokasi kejadian. Keprihatinan muncul dari berbagai kalangan yakni pemerintah, gereja, kepolisian dan tokoh masyarakat akibat konflik yang terjadi yang akhirnya berusaha mendamaikan kedua kelompok ini dan terwujud pada bulan Mei 2010. Terlepas dari upaya perdamaian yang diprakarsai oleh pihak ketiga yakni pemerintah, ternyata di kalangan mahasiswa Alor dan Sumba sendiri ada upaya untuk menyelesaikan konflik dengan merajut kembali komunikasi antarpribadi yang telah terputus. Tidak dapat diketahui secara pasti individu dari kelompok mana yang terlebih dahulu berinisiatif melakukan komunikasi antarpribadi. Karena komunikasi yang terjadi berjalan secara spontan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Dengan kata lain tujuan komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba adalah untuk mengubah sikap, perilaku dan pola pikir demi kedamaian dan kerukunan hidup bersama. Berdasarkan pengamatan awal peneliti di RT 15/RW 06 dan RT 17 /RW 06, bahwa dari komunikasi antarpribadi yang dibangun kembali oleh mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik Oesapa menyebabkan adanya saling bertegur sapa, saling mengunjungi, bercanda bersama dan berolahraga bersama di antara kedua 15
kelompok. Hal-hal demikian tidak dapat dijumpai ketika konflik berlangsung. Efek lain dari komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik yang diketahui berdasarkan pengamatan awal yakni kesadaran mahasiswa dari kedua kelompok untuk tidak lagi berpesta minuman keras dan tidak membuat keributan di malam hari. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan hasil dari upaya masingmasing individu menyadarkan sesamanya agar berubah sikap menjadi lebih baik. Masyarakat di RT 15/RW 06 dan RT 17/06 dan juga mahasiswa Alor dan Sumba yang mendiami wilayah tersebut kembali hidup tentram seperti keadaan sebelum terjadinya konflik. Perubahan-perubahan yang terjadi pada individu-individu mahasiswa Alor dan Sumba menurut pendapat penulis merupakan wujud dari berhasilnya komunikasi antarpribadi yang dibangun oleh kedua belah pihak. Berdasarkan pengamatan awal bahwa kedua kelompok telah menyadari bahwa pertikaian yang telah terjadi disebabkan kurangnya komunikasi yang dilakukan, dan tidak adanya keterbukaan dalam menyelesaikan masalah. Hal-hal tersebut sudah mulai diubah oleh individu-individu kedua kelompok dengan dilakukannya komunikasi antarpribadi secara langsung, terbuka, jujur dan saling menerima masukan yang diberikan sehingga tercipta semangat persaudaraan dan persatuan demi terciptanya ketentraman bersama. Berdasarkan latarbelakang di atas dan didorong rasa ingin tahu peneliti terhadap keberhasilan komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik, maka peneliti berkeinginan melakukan penelitian guna mengetahui lebih jauh bagaimana proses komunikasi yang terjadi melalui model komunikasi yang diterapkan, tahapan komunikasi yang telah dijalankan dan dampak yang 16
diakibatkan oleh komunikasi antarpribadi terhadap kerukunan. dengan melakukan penelitian berjudul “Komunikasi Antarpribadi Di Kalangan Mahasiswa Alor Dan Sumba Pascakonflik Oesapa Dan Dampaknya Terhadap Kerukunan Hidup Bersama. (Studi Kasus Pada Mahasiswa Alor Dan Sumba Di RT 15/RW 06 Dan RT 17/RW 06, Kelurahan Oesapa) 1.2 Permasalahan 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimanakah model dan tahapan komunikasi antarpribadi yang dibangun oleh mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik Oesapa tahun 2010 serta dampaknya terhadap kerukunan hidup bersama? 1.2.2
Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti batasi diri pada tiga unsur yakni model
komunikasi (dialog, isi pesan, umpan balik/respon) tahapan komunikasi (frekwensi komunikasi) dan dampak komunikasi antarpribadi. 1.2.3 Batasan Konseptual Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi diri pada beberapa pokok bahasan berikut ini 1. Model adalah suatu gambaran sistematis dan abstrak untuk menggambarkan potensi-potensi tertentu berkaitan dengan aspek dari suatu proses. 2. Tahapan adalah tingkatan-tingkatan fungsional dan sosial, melaluinya suatu proses ditransmisikan menuju tujuan tertentu. 3. Dampak adalah hasil dari suatu proses interaksi antarpribadi 17
1.2.3 1.
Batasan Operasional
Model. Dalam variabel ini peneliti akan menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan model komunikasi antarpribadi yang digunakan oleh mahasiswa Alor dan Sumba dengan subvariabelnya yakni: dialog, isi pesan, respon/umpan balik.
2.
Tahapan. Dalam variabel ini peneliti akan menganalisis upaya-upaya komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa Alor dan Sumba dalam meningkatkan tahapan hubungan komunikasi mereka melalui frekwensi komunikasi yang dilakukan.
3.
Dampak. Dalam variabel ini peneliti akan menganalisis dampak dari komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba dengan berpedoman pada model dan tahapan komunikasi antarpribadi.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui model komunikasi yang diterapkan dalam komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba. 2. Untuk mengetahui tahapan komunikasi yang dibangun dalam komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba. 3. Untuk mengetahui dampak dari komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba terhadap kerukunan hidup bersama di RT 15/RW 06 dan RT 17/RW 06 Kelurahan Oesapa.
18
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini dibedakan atas aspek teoritis dan praktis. Kegunaan teoritis berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan kegunaan praktis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dari berbagai pihak yang memerlukannya.
a. Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya dan ilmu komunikasi pada khususnya agar dapat mengetahui lebih jauh tentang peran komunikasi antarpribadi sebagai salah satu alternatif dalam menyelesaikan konflik. 2. Bagi penulis/peneliti dan peneliti lainnya. Sebagai sarana peneliti untuk mengetahui model, tahapan dan efek yang didapat dari komunikasi antarpribadi pascakonflik dan bagi peneliti lain sebagai bahan referensi apabila ingin melakukan penelitian yang sama.
b. Kegunaan Praktis 1. Bagi pemerintah Kota Kupang dan instansi terkait. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi pada mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik Oesapa dan pasca perdamaian yang dilakukan pemerintah Kota Kupang. 2
Berguna bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi untuk menambah wawasan tentang pentingnya komunikasi antarpribadi untuk mengatasi konflik.
19
1.5 Kerangka Pemikiran Setiap individu dan kelompok unik dan berbeda, seperti berbeda budaya, latarbelakang, sifat, warna kulit, cara berkomunikasi. Keunikan dan perbedaan yang ada sering berpotensi menimbulkan benturan atau konflik apabila terjadi perbedaan persepsi terhadap sesuatu. Perbedaan persepsi antara individu, apabila tidak dicari jalan keluar dapat meluas menjadi pertikaian antarkelompok. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik antarkelompok agar tidak kembali terjadi diwaktu mendatang, antara lain lewat komunikasi antarpribadi antara individu-individu dari kedua kelompok yang berbeda. Tujuannya untuk menjalin kembali kerukunan dan perdamaian yang telah putus akibat konflik. Komunikasi antarpribadi untuk mengatasi konflik juga dilakukan oleh kelompok mahasiswa Alor dan Sumba yang sebelumnya terlibat dalam konflik. Dalam proses komunikasi antarindividu dari kedua kelompok yang berbeda tersebut dapat kita amati adanya model komunikasinya, tahap komunikasi dan efek yang ditimbulkan akibat komunikasi yang terjadi. Model, tahap dan efek dari komunikasi antarpribadi ini yang menjadi obyek kajian bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
20
Gambar Skema Kerangka Pikir Penelitian
KELOMPOK
KELOMPOK
ALOR
SUMBA
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
MODEL TAHAP EFEK/ DAMPAK
1.6 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang sudah peneliti paparkan sebelumnya, maka hipotesis atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah: a. Komunikasi antarpribadi mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik Oesapa terjadi secara langsung/tanpa perantara komunikasi
21
b. Hubungan komunikasi antarpribadi yang dibangun oleh mahasiswa Alor dan Sumba pascakonflik Oesapa menyebabkan terjadinya peningkatan tahapan komunikasi
c. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan secara intensif antara mahasiswa Alor dan Sumba dengan menggunakan model komunikasi langsung dan adanya peningkatan tahapan hubungan komunikasi menyebabkan terciptanya kembali kerukunan dan perdamaian di antara mahasiswa Alor dan Sumba.
22