BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai alat komunikasi bagi makluk hidup yang mempunyai peran efektif dalam proses kehidupan. Bahasa dapat digunanakan untuk menuangkan ide atau pemikiran manusia ke dalam karya tulis ataupun dalam bentuk lisan. Bahasa terbagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan bahasa saat berbicara dengan lawan tutur ataupun saat mendengarkan siaran radio. Bahasa tulis seperti media cetak, buku dan surat kabar. Tidak ada kegiatan manusia yang tak disertai oleh bahasa.
Sebagai bentuk budaya tentu bahasa
merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat. Bahasa dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana masyarakat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan. Bahasa dalam bentuk teks atau wacana tulis selalu membawakan fungsi-fungsi sosial dari suatu proses sosial yang terdapat di dalam suatu masyarakat. Wacana merupakan seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan harus muncul dari isi
1
2
wacana. Namun demikian kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara penguntaraan wacana itu. Tataran bahasa yang tertinggi bukanlah kalimat, melainkan wacana. Cook (dalam Arifin, 2012: 1) menyatakan bahwa wacana merupakan suatu penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Situasi komunikasi, apapun bentuk wacananya diasumsikan adanya penyapa dan pesapa. Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara sedangkan pesapa adalah pendengar. Wacana tulis, penyapa adalah penulis sedangkan pembaca sebagai pesapa. Sebuah wacana harus ada unsur pesapa dan penyapa. Tanpa adanya kedua unsur itu tidak akan berbentuk suatu wacana. Komunikasi tulis, proses komunikasi penyapa dan pesapa tidak berhadapan secara langsung. Penyapa menuangkan ide atau gagasannya dalam kode-kode kebahasaan yang biasanya berupa rangkaian kalimat-kalimat. Rangkaian kalimat-kalimat tersebut akan ditafsirkan maknanya oleh pembaca. Pembaca mencari untaian makna dari kalimat-kalimat yang tercetak dalam bentuk teks. Dengan demikian, bentuk wacana adalah teks yang berupa rangkaian proposisi sebagai hasil pengungkapan ide atau gagasan yang dihasilkan oleh seorang pengarang. Kohesi dan koherensi berhubungan dengan konsep wacana, yaitu sebagai unsur pembentuk wacana yang ditandai dengan penanda koherensi. Adapun kohesi merupakan hubungan antarbagian dalam wacana yang ditandai dengan penggunaan unsur bahasa, sebuah teks (terutama teks tulis) memerlukan unsur pembentuk teks. Dengan demikian, kohesi adalah salah satu unsur pembentuk
3
teks yang penting. Arifin (2012: 2) menyatakan bahwa unsur pembentuk teks itulah yang membedakan sebuah rangkaian kalimat sebagai sebuah teks. Kesesuaian antara teks dan dunia nyata dapat membantu menciptakan suatu kondisi untuk membentuk wacana yang utuh. Kohesi wacana ditentukan oleh hubungan yang tampak antarbagiannya. Hubungan yang ditandai dengan menggunakan alat kohesi yang berupa penanda formal belum menjamin tersusunnya wacana yang baik. Wacana yang kohesif maka perlu dilengkapi dengan koherensi. Koherensi itu adalah kepaduan hubungan maknawi antara bagian-bagian dalam wacana. Arifin (2012: 19) menyatakan kohesi erat kaitanya dengan hubungan gramatikal yang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa yang digunakan. Konsep kohesi gramatikal mengacu pada hubungan antar unsur dalam wacana yang direalisasikan melalui tata bahasa. Kohesi gramatikal dapat dibedakan menjadi referensi, substitusi, elipsis dan konjungsi. Setiap alat kohesi gramatikal selalu memiliki sifat realisasinya masing-masing, baik berupa pertalian bentuk, pertalian referensi, atau persangkutan makna dan salah satu wujud wacana tulis yang berasal dari media, seperti surat kabar ataupun majalah dapat dikaji, baik dari segi gramatikal maupun dari segi konteksnya. Bentuk wacana yang berasal dari media massa disebut juga berita. Berita merupakan laporan tentang suatu kejadian yang baru terjadi atau keterangan yang terbaru tentang pristiwa yang disampaikan secara lisan dan tulisan. Wacana tulis mempunyai keterkaitan rangkaian antarkalimat secara gramatikal yang terdapat pada media massa salah satunya rubrik politik dan Hukum dalam Kompas.
4
Sebagian besar masyarakat berlangganan atau membeli surat kabar karena membutukan informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi. Selanjutnya fungsi mendidik, koreksi, menghibur, dan mediasi merupakan fungsi pelengkap yang dapat ditemukan dalam artikel atau opini, ceritadan sebagainya. Surat kabar lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara terjadwal, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk dapat diketahui pembaca. Fungsi lain dari surat kabar yang tidak kalah penting adalah untuk memengaruhi pembaca. Fungsi ini secara implisit terdapat pada rubrik politik yang terdiri atas tajuk rencana dan artikel berita. Rubrik politik dan hukum dalam surat kabar harian Kompas ini disediakan agar memudahkan pembaca mencari berita yang diinginkan. Selain itu, masyarakat luas dapat mendapatkan informasi yang aktual dan dapat dipercaya. Peneliti tertarik mengambil rubrik politik karena dalam penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti rubrik politik dari sisi penanda kohesi yang digunakan pada surat kabar harian Kompas. Dasar utama penelitian ini adalah kohesi gramatikal pada sebuah wacana koran harian Kompas pada rublik politik yang mengacu pada penggunaan (a) substitusi (b) elipsis (c) referensi (d) konjungsi, karena pemahaman wacana tulis maupun lisan dengan baik memerlukan pengetahuan dan penguasaan kohesi yang baik pula agar dapat menghasilkan tuturan yang baik dan agar menjadi bahasa yang kohesif tanpa kohesi tulisan akan sulit dipahami jadi kohesi sangat penting dalam sebuah teks. Dalam penelitian ini mengapa memilih Kompas
5
karena Kompas adalah surat kabar mempunyai taraf nasional dan standart nasional. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Mohammad. Amrulloh (2012) dengan judul “Analisis Penanda Kohesi Antarkalimat dalam Karangan Argumentasi Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia Semester IV Kelas A Tahun Akademik 2010/2011 Universitas Muhammadiyah Malang” Penelitian tersebut mengkaji tentang penanda kohesi gramatikal antar kalimat dalam karangan, sedangkan sumber datanya adalah karangan argumentasi mahasiswa kelas A Jurusan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang. Instrumen penelitian adalah berupa tabel. Data yang dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara. Langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah (a) membaca, (b) menyeleksi, (c) memberi kode, (d) mengidentifikasi, (e) mengklasifikasikan, dan (f) menginterprestasikan data. Pemakaian penanda kohesi yang dominan digunakan adalah penanda kohesi gramatikal berupa, prominal persona, prominal demonstratif dan penanda konjungsi antarkalimat. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Syafaa’atul Udma (2014) dengan judul “Analisis Penanda Kohesi Gramatikal Wacana Tulis Rubrik A “Ronce Ngalam” pada Koran Malang Post Edisi 28 Januari”. Penelitian tersebut mengkaji tentang kohesi gramatikal pada rubrik “Ronce Ngalam”, yang terdapat pada Surat Kabar Malang Post. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga menganalisis sepuluh surat kabar yang terdiri dari lima puluh empat kolom. Data yang dikumpulkan berupa wacana tulis dari setiap kolom yang terdapat pada rubrik Ronce Ngalam. Sebaliknya teknik pengolahan datanya dengan cara membaca teks berulang-ulang, mengindentifikasi
6
penanda kohesi, mengklasifikasikan dan menganalisis. Pemakaian kohesi gramatikal yang cenderung dominan digunakan yakni, pada elipsis nominal, verba, klausa. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena “Analisis kohesi Gramatikal pada surat kabar harian Kompas rubrik politik edisi 11 hingga 30 bulan juni 2014” berdasarkan hasil observasi surat kabar harian Kompas merupakan hal yang menarik untuk dijadikan sebuah objek penelitian karena surat kabar harian Kompas merupakan berbeda dengan surat kabar lainnya surat kabar harian Kompas cenderung mempunyai bahasa yang kohesif selain itu di surat kabar harian Kompas terdapat penanda-penanda kohesi yang banyak digunakan menjadi acuan utama penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui kohesi apa yang cenderung digunakan pada surat kabar harian Kompas. Keistimewaan penelitian ini adalah peneliti tidak mefokuskan pada satu penelitian saja yaitu meneliti epat jenis penanda kohesi yang meliputi (a) substitusi (b) konjungsi (c) elipsis (d) referensi dan adanya perbedaan pengambilan wacana yang dianalisis. Penelitian ini mengkaji tentang kohesi gramatikal pada koran harian Kompas pada rubrik politik. Penanda kohesi gramatikal yang meliputi (a) referensi yang berarti hubungan antara kata dan benda, (b) substitusi merupakan hubungan antar bentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar dari pada kata, seperti frasa dan klausa, (c) elipsis adalah pelepasan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkns konteks, dan (d) konjungsi hubungan dua unsur bahasa antarklausa, antarkalimat, maupun antarparagraf dengan menggunakan konjungsi.
7
Penelitian ini dilakukan agar dapat ditemukan upaya perbaikan untuk menjadi tatanan bahasa yanng kohesif dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar, sehingga makna yang terdapat dalam suatu wacana dapat dipahami oleh pembaca. Selain itu, agar mendapatkan gambaran yang jelas dalam penggunaan penanda kohesi yang dominan pada surat kabar harian Kompas pada rubrik politik. Berdasarkan masalah diatas dilakukan penelitian denngan judul “Analisis Kohesi Gramatikal Pada Surat Kabar Harian Kompas Rubrik Politik dan Hukum Edisi 11 hingga 30 bulan Juni 2014”.
1.2 Fokus masalah Suatu wacana tulis penanda kohesi gramatikal merupakan suatu alat penjalinan keutuhan wacana. Oleh karena itu, dalam wacana tulis yang kohesif harus terdapat alat kohesi yang menghubungkan antarbagian kalimat dan paragraf dalam wacana, sehingga mempunyai kesinambungan makna yang dapat dipahami oleh pembaca. Penelitian ini memfokuskan dalam mengkaji beberapa teks wacana dalam surat kabar harian Kompas rubrik politik dan menganalisinya yang meliputi (a) substitusi, (b) konjungsi, (c) elipsis dan (d) referensi.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagaimana penggunaan kohesi gramatikal subtitusi pada surat kabar harian Kompas rublik politik?
8
2) Bagaimana penggunaan kohesi gramatikal referensi pada surat kabar harian Kompas rublik politik? 3) Bagaimana penanda kohesi gramatikal konjungsi antarkalimat yang dominan digunakan pada surat kabar harian Kompas rublik politik? 4) Bagaimana penanda kohesi gramatikal elipsis yang dominan digunakan pada surat kabar harian Kompas rublik politik?
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan agar ditemukan upaya perbaikan untuk menjadi tatanan bahasa yanng kohesif dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar dalam surat kabar harian Kompas rubrik politik, sehingga maknanya dapat dipahami oleh pembaca. Selain itu, agar mendapatkan gambaran yang jelas dalam penggunaan penanda kohesi gramatikal yang dominan pada koran harian Kompas pada rubrik politik dan hukum edisi bulan Juni 2014.
1.5 Manfaat Penelitian Suatu penulisan yang baik, harus dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu untuk khalayak umum. Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua hal (1) teoretis, (2) praktis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
9
1.5.1 Manfaat Teoretis Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat teoretis dari penelitian ini, yaitu sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan di bidang wacana khususnya penanda kohesi gramatikal. Adanya penelitian ini, secara tidak langsung akan menambah bahan pustaka untuk mengkaji kohesi gramatikal pada surat kabar harian Kompas, penanda subtitusi, konjungsi, referensi, dan elipsis.
1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a)
Pembaca, yaitu dapat memberikan informasi atau pengetahuan baru yang bermanfaat dalam bidang wacana, khususnya penanda kohesi gramatikal yaitu pada penanda subtitusi, konjungsi, referensi, dan elipsis.
b) Penulis, yaitu dapat menambah wawasan, pengetahuan baru tentang penanda kohesi gramatikal pada surat kabar harian Kompas, penada subtitusi, konjungsi, referensi, dan elipsis. c)
Peneliti selanjutnya, yaitu dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu bahan rujukan yang dapat mendukung penelitian selanjutnya.
1.6 Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini, maka setiap istilah akan diuraikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir dari pembaca. Berikut ini penjabaran dari definifi-definisi sebagai berikut ini. 1) Kohesi adalah kepaduan atau hubungan antar kalimat di dalam sebuah
10
wacana baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu Gutwinsky (dalam Tarigan, 2009: 93) 2) Kohesi gramatikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana yang direalisasikan melalui tata bahasa Arifin (2012: 19) 3) Wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana Deese (dalam Tarigan, 2009: 24) 4) Subtitusi adalah penggantian suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar dari pada kata, seperti frasa dan klausa Halliday dan Hassan (dalam Arifin, 2012: 33) 5) Konjungsi adalah hubungan dua unsur bahasa antarklausa, antarkalimat, maupun antarparagraf dengan menggunakan konjungsi. Halliday dan Hassan (dalam Arifin, 2012: 43) 6) Referensi adalah salah satu bentuk kohesi gramatikal, secara tradisional referensi berarti hubungan antara kata dan benda Arifin (2012: 21) 7) Elipsis adalah pelepasan unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteks Arifin (2012: 39) 8) Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara terjadwal, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia untuk
11
dapat diketahui pembaca. 9) Surat Kabar Harian Kompas merupakan Surat Kabar yang terbit setiap hari. Surat Kabar harian kompas terdiri dari 48-50 halaman dan terdiri atas 9 rubrik, yaitu: (a) politik dan hukum, (b) internasional, (c) pendidikan dan kebudayaan, (d) ilmu pengetahuan dan teknologi, (e) ekonomi,
(f)
nusantara, (g) metropolitan, (h) olah raga, dan (i) teknologi informasi. Surat Kabar ini didirikan oleh P.K Ojong dan Jakob Oetama dan terbit sejak 28 Juni 1965.