BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam masyarakatnya. Bahasa diperoleh melalui upaya pembelajaran yang formal seperti sekolah atau tidak formal seperti keluarga atau lingkungan masyarakat. Pada dasarnya bahasa itu sudah dimiliki manusia sejak lahir, walaupun dalam bentuk ocehan. Ocehan tersebut kemudian berkembang menjadi kata demi kata sampai pada pengucapan kalimat. Bahasa yang dimiliki anak sejak kecil adalah bahasa pertama yang lebih dikenal dengan sebutan bahasa ibu. Bahasa ibu atau native language adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak (Dardjowidjojo, 2003: 241). Bahasa inilah yang awalnya dikenal dan dipergunakan anak dalam kehidupannya sehari-hari sebagai alat komunikasi. Menurut Chaer (2003:167), ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memeroleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performansi. Kompetensi tidak diperoleh secara berlainan, melainkan diperoleh secara bersamaan sesuai dengan perkembangan usia anak. Selanjutnya menurut Chaer (2003:167), proses performansi sendiri memiliki dua tahap, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan
1 Universitas Sumatera Utara
kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat itu sendiri. Kedua proses ini selanjutnya menjadi kompetensi linguistik kanak-kanak. Anak-anak memperoleh komponen-komponen utama bahasa ibu mereka dalam waktu yang relatif singkat. Ketika mereka mulai bersekolah dan mempelajari bahasa secara formal, mereka sudah mengetahui cara berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka sudah mengetahui dan mengucapkan sejumlah besar kata. Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat mengucapkan suatu kata, mereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapi orang dewasa, meskipun tentu saja belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya. Mereka juga dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa. Selanjutnya, ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Perkembangan bahasa pada periode ini disebut perkembangan pralinguistik (Gleason, 1985: 3). Ketika bayi mulai dapat mengucapkan beberapa kata, perkembangan bahasa mereka juga memiliki ciri-ciri yang universal. Bentuk ucapan yang digunakan hanya satu kata, kata-katanya sederhana yaitu yang mudah diucapkan dan memiliki arti konkret. Kata-kata tersebut adalah nama benda-benda, kejadian, atau orang-orang yang ada di sekitar anak, misalnya mama, papa, meong, maem. Perkembangan fonologis mulai tampak pada periode umur ini, demikian juga
2 Universitas Sumatera Utara
perkembangan semantik yaitu pengenalan makna oleh anak. Kira-kira ketika anak berumur tiga tahun, mengetahui kurang lebih lima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata petunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan. Anak mulai dapat mengucapkan "Ma, mimik", maksudnya "Mama, saya minta minum". Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata dan dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selanjutnya anak-anak mulai dapat membuat kalimat-kalimat pendek. Pada waktu mulai masuk sekolah taman kanak-kanak, anak-anak telah memiliki sejumlah besar kosakata. Mereka memahami kosakata lebih banyak. Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan temannya dan berbicara dengan sopan kepada orang tua dan guru mereka. Dalam proses pemerolehan bahasa diketahui bahwa anak usia 3‒4 tahun belum dapat mengungkapkan bahasa ibunya secara sempurna dan terkadang orang dewasa menegur kesalahan anak dengan cara kasar dan cara halus. Apabila orang dewasa menegur dengan cara kasar maka, kata yang dihasilkan anak tersebut tidak berkembang. Karena dalam diri anak secara tidak langsungsudah mendapatkan rangsangan yang buruk dari orang dewasa terhadap kata yang dihasilkannya, sehingga kata yang dihasilkan anak tersebut tidak dapat berkembang. Apabila orang dewasa menegur dengan cara halus ditambah dengan pujian kepada anak
3 Universitas Sumatera Utara
tersebut, maka kata yang dihasilkan anak tersebut dapat berkembang karena anak mendapatkan rangsangan yang baik dari orang dewasa. Contoh pujian yang diberikan orang dewasa: Peneliti
: Dila masuk sekolah jam berapa?
Dila
: “Dam sepulo” (jam sepuluh)
Peneliti
: Pinter... Dila bisa hitung satu sampai sepuluh?
Dila
: “Satu, dua, tiga, empat, lima, tujuh, lapan (delapan)
Peneliti
: Pinter…. Sayang…. teruskan ya…
Orang dewasa melakukan hal yang baik melalui kata-katanya sendiri seperti pujian dan sentuhan kasih, membuat anak tersebut menjadi senang dan termotivasi untuk berkata-kata terus tanpa merasa bosan. Dardjowidjojo (2000: 36) mengatakan bahwa dalam pemerolehan kosa katakonkret dan yang ada disekitar anak usia 3‒4 tahun adalah kosa kata paling awal dikuasai. Demikian juga kata untuk perbuatan dan keadaan juga dikuasai secara dini. Dalam studi ini dibahas tentang urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia −34 tahun. Saya setuju penelitian mengenai
pemerolehan
bahasa
anak-anak
sangat
perlu
diadakan
serta
dikembangkan. Ada dua alasan penelitian tersebut penting diadakan. Pertama, bahwa hal itu sendiri memang menarik. Kedua, bahwa hasil-hasil dari telaahtelaah pemerolehan bahasa dapat menerangkan masalah pendidikan dan pengobatan, seperti ophasia (kehilangan kemampuan memakai atau memahami
4 Universitas Sumatera Utara
kata-kata karena suatu penyakit otak), hambatan ujaran dan perkembangan kognitif. teori psikolinguistik. Penelitian ini hanya membahas urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia −43tahun pada PAUD
Bunda Lely,
Medan. Banyaknya pengguna Bahasa Indonesia sehingga membuat peneliti membatasi penelitian bahasa Indonesia di daerah Pancing, Medan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3−4 tahun? 2. Bagaimanakah hubungan psikolinguistik Behavioririsme B.FSkinner dengan urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3−4 tahun?
1.3 Batasan Masalah Penelitian ini difokuskan pada anak normal usia 3‒4 tahun, tidak cacat fisik dan mental. Bahasa yang digunakan di rumah atau di PAUD “Bunda Lely” adalah bahasa Indonesia.
5 Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1.Mendeskripsikan urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3−4 tahun tahun. 2. Mendeskripsikan hubungan psikolinguistik Behaviorisme B..FSkinner dengan urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan anak usia 3−4 tahun. 1.5 Manfaat Penelitian Suatu penelitian haruslah memiliki manfaat, adapun manfaat pada penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yaitu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang psikolinguistik, khususnya teori Behaviorisme B.F. Skinner. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidikan,
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
masukan untuk merumuskan kebijaksanaan perencanaan pengajaran bahasa pendidikan anak usia dini. b. Bagi Peneliti lain, Penelitian pemerolehan bahasa pada anak usia dini diharapkan dapatmemberikan motivasi bagi
peneliti lain untuk
melakukan penelitian dengan hasil yang lebih baik. c. Bagi pembaca dan penikmat bahasa, Penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi penelitian lain yang melakukan penelitian berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada anak-anak.
6 Universitas Sumatera Utara