1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini, bertujuan untuk menjelaskan dan menguraikan secara ringkas apa yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara rinci bab ini berisi tentang latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah apa yang akan di cari penyelesaiaannya, apa tujuan penelitian ini, dan apa manfaat akademis dan praktisnya baik untuk pemerintah, perencana, masyarakat, maupun untuk peneliti itu sendiri.
1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa dalam perencanaan tata ruang wilayah kota harus ditambahkan rencana penyediaaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH), jenis dan persentase keberadaan RTH ini penyebarannya, terdiri dari RTH publik dan RTH privat. Disebutkan dalam Undang-Undang ini bahwa, proporsi ruang terbuka hijau paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan
dengan
sebaran
penduduk
dan
hirarki
pelayanan
dengan
memperhatikan rencana struktur dan pola ruang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, isu-isu tentang pelayanan publik sangat
2
mengemuka, selain isu-isu lingkungan. Untuk memberikan pelayanan publik, di antaranya dibutuhkan ruang publik. Di dalam analisa kebijakan publik, masalah kebutuhan ruang publik sangat perlu menjadi pertimbangan yang serius. Dalam pengadaan ruang publik, pemerintah memenuhi standar pelayanan minimal bidang pekerjaan umum dan tata ruang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010. Termasuk di dalamnya pengadaan ruang terbuka hijau di perkotaan sangat sulit dilakukan, karena alih fungsi lahan terbuka menjadi lahan terbangun terus terjadi seiring dengan bertambahnya penduduk, dibarengi dengan bertambahnya pengadaan sarana dan sarana perkotaan. Hal ini menjadi fenomena pembangunan perkotaan (urban development), baik dalam pertumbuhan maupun perkembangannya. Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling komplek (Zahnd, 2006:1). Kota meliputi: aspek fisik terbangun dengan alam sebagai wujud ruang dengan elemennya (city), dan aspek manusia sebagai subyek pembangunan dan pengguna ruang kota (citizen), merupakan human settlement terdiri dari content yaitu manusia dan container yaitu wadah atau physical settlement baik buatan manusia maupun alam sebagai tempat untuk hidup manusia dengan segala aktifitasnya (Soetomo, 2009:34-35). Tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di wilayah perkotaan telah menarik arus urbanisasi yang tinggi. Oleh sebab itu bagi banyak orang hal ini menjanjikan kesempatan kerja yang luas. Hal ini menjadikan tingkat pertumbuhan penduduk dan pekerja yang tinggi di wilayah perkotaan. Pertambahan penduduk kota meningkat, baik pertumbuhan alami (natural growth) maupun urbanisasi
3
(urbanisation) yang masih tergolong tinggi, dan peningkatan tuntutan kehidupan masyarakat telah mengakibatkan volume dan frekuensi kegiatan penduduk. Konsekuensi keruangan yaitu meningkatnya tuntutan akan ruang (space) untuk mengakomodasi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut (Yunus, 2005:57). Taman Kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu: keamanan, kenyamanan, kesejahtraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Sukawan, 2012:14). Seperti halnya taman-taman kota besar lainnya, selain lapangan hijau juga dilengkapi dengan jogging track, pedestrian, tempat duduk, taman bermain anak-anak, taman air, dan stage, serta parkir. Ruang publik adalah suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan interaksi masyarakat, peningkatan pendapatan, pagelaran kesenian (Darmawan, 2009:48). Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial, ekonomi, etnik, tingkat pendidikan, perbedaan umur, dan motivasi atau kepentingan yang berlainan (Darmawan, 2009:5). Di antara ruang publik yang ramai dikunjungi oleh masyarakat kota adalah taman pusat kota (downtown parks). Taman ini biasanya berada di kawasan pusat kota,
berbentuk
lapangan
hijau
dengan
pohon-pohon
peneduh
yang
mengelilinginya, atau berupa hutan kota dengan pola tradisional atau dapat
pula
4
dengan desain pengembangan baru (Darmawan, 2009:49). Ruang publik dilengkapi dengan sarana prasarana kegiatan masyarakat untuk berinteraksi, meningkat kualitas kesehatan, menambah pendapatan, dan pertunjukan kesenian. Begitupula halnya dengan Kota Tabanan, pertambahan penduduk alami dan urbanisasi, serta dinamika kehidupan kotanya juga menimbulkan konsekuensi spasial, yaitu bertambahnya kebutuhan ruang terbuka hijau publik. Ruang terbuka hijau publik perkotaan yang dibutuhkan diantaranya adalah taman kota. Kota Tabanan memiliki taman kota yang disebut Taman Kota Tabanan. Fasilitas taman pusat Kota Tabanan baru berupa landasan monumen penari I Ketut Maria yang dikelilingi oleh kolam air mancur yang tidak terurus, yang dikelilingi pedestrian. Pedestrian ini dihubungkan dengan tangga menuju plaza di keempat sisi yang berhubungan langsung dengan jalan raya yang mengitarinya. Taman Kota Tabanan merupakan satu-satunya taman pusat kota (downtown parks) di kota ini, yang berada di pusat kota lama Tabanan. Keberadaanya sebagai ruang terbuka hijau publik kota. Posisi site terletak di arah tenggara catus patha Kota Tabanan. Site Taman Kota ini berbentuk segi empat panjang dengan luas 60 are. Taman ini bentuknya berupa landasan patung yang di kelilingi oleh kolam hias dan pedestrian, serta planter box tanaman hias. Ke empat sisinya berisi plaza yang menghubungkan dengan jalan raya yang mengelilinginya, sebagai pintu masuk ke taman. Lahan Taman Kota Tabanan di jaman kerajaan menjadi taman bencingah Puri Agung Tabanan. Saat pendudukan Kolonial Belanda taman ini dijadikan tempat pesanggrahan dan rumah tamu pemerintah kolonial.
5
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, lahan ini di jadikan komplek rumah jabatan dan kantor hingga tahun 2007. Tahun 2008 dibongkar dan sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 dibangun menjadi taman kota. Pengunjung Taman Kota Tabanan rata-rata 10 orang per hari, aktivitas yang bisa dilakukan di taman ini adalah jalan-jalan, duduk-duduk di seputar kolam hias yang ada ditengah lapangan. Tidak seperti Taman Kota Denpasar di Lumintang sejak mulai dibangun tahun 2006 hingga kini kunjungan masyarakat kota rata-rata 200 orang per harinya. Melihat kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa Taman Kota Tabanan sepi pengunjung. Untuk meningkatkan kunjungan dan pemanfaatan Taman Kota Tabanan di perlukan tindakan-tindakan. Untuk
mengetahui tindakan apa yang mesti
dilakukan, perlu identifikasi persepsi masyarakat kota Tabanan. Untuk itu maka dilakukan penelitian guna terciptanya taman pusat kota yang representatif sebagai bagian ruang publik pusat Kota Tabanan.
6
1.2. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan masalahannya. Adapun rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimanakah kondisi eksisting Taman Kota Tabanan ? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi intensitas pemanfaatan Taman Kota Tabanan? 3. Berdasarkan kondisi eksisting, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatannya, tindakan apakah yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan kunjungan ke Taman Tabanan oleh masyarakat sekitarnya?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi kondisi exsisting Taman Kota Tabanan. 2. Mengindentifikasi faktor-faktor yang pempengaruhi pemanfaatan Taman Kota Tabanan. 3. Merekomendasikan tindakan
yang dilakukan untuk
meningkatkan
intensitas pemanfaatan dan kunjungan Taman Kota Tabanan, berdasarkan kondisi exsisting dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatnya.
7
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan mempunyai manfaat akademis dan praktis. 1.4.1
Manfaat Akademis: Pengayaan teori bagi mahasiswa arsitektur tentang: tindakan pengembangan pemanfaatan taman kota sebagai ruang publik yang representatif. Merupakan bagian perancangan kota (urban design), dan perencanaan wilayah (regional planning), serta manajemen pembangunan perkotaan (urban development management).
1.4.2 Manfaat Praktis: Manfaat praktis diperoleh oleh pemerintah, planner, dan peneliti. Masingmasing memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Rekomendasi buat pemerintah untuk menyusun strategi pengembangan pemanfaatan Taman Kota Tabanan menjadi pusat ruang publik perkotaan. 2. Dapat memberi kemudahan bagi perancang/perencana kota dalam mendapatkan strategi dalam merancang taman kota dan ruang publik yang baik pada khususnya dan perancangan kota pada umumnya. 3. Diharapkan mendapatkan suatu temuan awal, dan sebagai input bagi peneliti selanjutnya dalam kajian lanjutan tentang perancangan taman kota, dan ruang publik serta selanjutnya menjadi input dalam studi perencanaan kota dan manajemen pembangunan perkotaan dan perdesaan (PMPDK) di wilayah Kota Tabanan pada khususnya, bisa sebagai pendekatan dalam perancangan dan perencanaan kota-kota di Bali yang berwawasan budaya pada umumnya.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Untuk memastikan bahwa penelitian ini tidak pernah dilakukan oleh peneliti lain untuk mengindari duplikasi, maka diperlukan kajian pustaka terhadap hasil penelitian orang lain. Kajian pustaka dilakukan pada tiga tesis yakni: Sukawan, Budiarsa, dan Elysita. Untuk memudahkan pencapaian tujuan penelitian, diperlukan konsep oprasioanal dari judul penelitian dari penelitian yang dimaksud. Sebagai pegangan analisis dalam pelitian dibutuhkan landasan teori yang kuat, baik dipelajari dari kajian literatur, maupun kajian pustaka dari penelitian peneliti lain. Setelah itu, dibuat model penelian, yang merupakan abstraksi dan sintesis dari teori dan permasalahan dalam bentuk bagan alir pemikiran, untuk memudahkan pembahasan.
2.1. Kajian Pustaka Sukawan (2012)
dalam Tesis berjudul ”Kajian Lapangan Ngurah Rai
Sebagai Taman Kota di Kota Singaraja”. Hasil penelitian ini adalah Lapangan Ngurah Rai menjadi taman kota. Perubahan peran, fungsi, status dan manfaat taman sebagai ruang publik. Keberadaan Taman Kota ini memberi daya tarik tersendiri bagi warga kota untuk bermukim, bekerja, berbelanja, rekreasi, olahraga, dan kegiatan sosial lainnya. Perkembangan fungsi kawasan di sekitarnya
9
cenderung kepada fungsi-fungsi privat dan semi privat menuntutnya adanya keseimbangan terutama didalam mewujudkan pelayanan publik. Permasalahannya adalah perubahan peran, perkembangan fungsi dan statusnya tidak diikuti oleh peningkatan kualitas dari lapangan menjadi taman kota sebagai ruang publik. Temuannya adalah persetujuan masyarakat dan kelayakan akibat tuntutan kebutuhan dan harapan masyarakat mengubah peran dan fungsi Lapangan Ngurah Rai menjadi taman kota, dari status milik pemerintah dan hanya dimanfaatkan oleh pemerintah dalam acara ceremonial menjadi ruang publik yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum, supaya berfungsi sosial, ekologis, estetis, dan ekonomis. Maka dari itu diusulkan bahwa lapangan yang tadinya hanya berupa ruang terbuka hijau (RTH) berbentuk lapangan, kedepan dilengkapi dengan tempat rekreasi dan sarana olah raga, serta tempat permainan anak-anak. Diharapkan taman kota ini bisa memberi nilai tambah bagi kawasan di sekitarnya. Kesamaan dengan penelitian ini, adalah sama-sama meneliti tentang ruang publik. Bedanya terletak pada lokasi yakni Kota Singaraja, sedangkan penelitian ini berlokasi di Tabanan. Selain perbedaan lokasi penelitian, juga berbeda pada fokus kajiannya, pada penelitian Sukawan tentang perubahan peran lapangan menjadi taman kota, dari fungsi politis menjadi fungsi sosial, ekologis, estetis dan ekonomis, dan perubahan status privat menjadi publik, sedangkan pada penelitian ini tentang upaya peningkatan intensitas pemanfaatan, dan kunjungan ke taman kota oleh masyarakat setempat. Taman Kota Tabanan memang sudah berperan sebagai taman kota, sudah berfungsi sosial, ekologis. dan estetis, serta sudah
10
berstatus publik, namun masih belum maksimal, maka perlu ditingkatkan menjadi taman kota sebagai ruang publik yang berkualitas. Hal-hal yang dapat dipakai dalam penelitian ini adalah: ide tentang meningkatkan kualitas ruang publik menjadi lebih bermanfaat dan memberi nilai tambah terhadap kawasan melalui peningkatan status fungsi kawasan, dan metodelogi penelitian. Budiarsa (2011) dalam tesis berjudul ”Pengaruh Revitalisasi Kawasan Terhadap Kualitas Ruang Publik dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Wilayah Pelabuhan Padangbai Kabupaten Karangasem”. Hasil penelitian ini adalah pengaruh revitalisasi kawasan terhadap kualitas ruang publik di wilayah pelabuhan Padangbai Kabupaten Karangasem. Kualitas ruang publik meningkat sebesar 0,326 %. Hubungan antara revitalisasi dengan kualitas ruang publik sangat kuat. Revitalisasi mempunyai pengaruh sebesar 73,3% terhadap kualitas ruang publik, sedangkan pengaruh faktor-faktor lain sebesar 26,7%. Revitalisasi kawasan juga memberi pengaruh positif terhadap ekonomi meningkat sebesar 0,392%, mempunyai pengaruh terhadap peningkatan ekonomi sebesar 70,3%, sedangkan faktor-faktor lain mempengaruhi sebesar 29,7%. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meningkatkan kualitas nilai ruang publik melalui penataan kawasan, sedangkan perbedaanya terletak pada lokasi penelitian yakni di Padangbai merupakan kawasan luar kota, untuk penelitian ini terletak di pusat Kota Tabanan. Pada penelitian Budiarsa memfokuskan pada peningkatan kualitas ruang publik dan peningktan ekonomi masyarakat melalui revitalisai, sedangkan pada penelitian ini mengfokuskan pada
11
pengembangan pemanfaatan dan tindakan-tindakan yang mesti dilakukan sebagai upaya meningkatan kunjungan masyarakat ke taman kota sebagai ruang publik Kota Tabanan. Hal yang dapat dipakai dalam penelitian ini adalah: ide tentang peningkatan kualitas ruang publik dengan penataan sebuah kawasan. Elysita (2012) dalam tesis berjudul ” Karakteristik dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Pasar Badung dan Kumbasari di Denpasar”. Hasil penelitian ini adalah karakteristik ruang terbuka Pasar Badung dan Pasar Kumbasari tentang jenis, bentuk, dan elemen pembentuk ruang terbuka memiliki varian yang beragam. Jenis ruang terbuka yang ditemukan di lokasi penelitian adalah trotoar, jalan, parkir, jembatan. Pengguna ruang terbuka di lokasi penelitiannya adalah pedagang, pembeli/pengunjung, Pembentuk
ruang terbuka adalah
unsur
pelingkup, atap, dinding, dan lantai. Pengelompokan pedagang disebabkan karena komponen penataan fisik, lokasi dan jenis pedagang, pola penyebaran dan perilaku para pedagang yang dilandasi oleh rasa aman, rasa kebersamaan, dan kesamaan barang dagangan. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang karakteristik pemanfaatan ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik yang diteliti sama-sama terletak di kawasan pusat kota. Perbedaannya selain terletak pada lokasi, juga berbeda pada fokus kajiannya. Pada penelitian Elysita, yang di kaji adalah pemanfaatan ruang terbuka publik untuk pasar, sedangkan pada penelitian ini fokus penelitiannya pada pemanfaatan ruang terbuka hijau publik yang dimanfaatkan untuk taman kota. Hal-hal yang dapat diacu dari penelitian
12
Elysita adalah gagasannya tentang efektifitas pemanfaatan ruang terbuka publik, dan teori tentang ruang terbuka publik dan prilaku pengunanya.
2.2. Konsep Dalam konsep ini yang dijelaskan adalah pengertian dari: taman kota, ruang publik, dan taman kota sebagai ruang publik. Konsep ini akan melandasi analisa dalam pembahasan. Dari konsep ini diharapkan akan memudahkan memberi batasan dan sasaran pembahasan. Dengan demikian maka tujuan pembahasan bisa tercapai.
2.2.1 Taman Kota Berdasarkan Permen Pu No. 05/PRT/M/2008 dinyatakan bahwa, taman kota adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman Kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu: keamanan, kenyamanan, kesejahtraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa Taman adalah suatu tempat yang ditanami berbagai bunga dan sebagainya; tempat besenang-senang; tempat yang menyenangkan dan sebagainya.
13
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan taman kota adalah wilayah perkotaan yang memiliki fungsi sosial, ekologis dan estetika, serta ekonomis sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, dan olahraga atau kegiatan lain pada tingkat kota, sehingga memberi kesenangan, kenyamanan, kesehatan, keamanan, dan kesejahtraan.
2.2.2 Ruang Publik Pengertian ruang publik secara singkat merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya (Darmawan, 2009:48). Menurutnya pula bahwa ruang tersebut berada di antara bangunan. Ruang publik adalah suatu tempat yang dapat menunjukkan perletakan sebuah obyek. Tempat ini dapat diakses secara fisik maupun visual oleh masyarakat umum. Dengan demikian ruang publik dapat berupa jalan, trotoar, taman kota, lapangan dan lain-lainnya (Paulus Harriyono, 2002:134, Budiarsa, 2011:27). Ruang umum terbuka adalah bentuk dasar dari ruang terbuka di luar bangunan dan dapat digunakan oleh publik (setiap orang) dan memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatannya. Contoh: jalan, pedestrian, taman, plaza, makam, lapangan terbang, lapangan olah raga dan lainnya Pada penelitian ini yang dimaksud dengan ruang publik adalah ruang umum diantara bangunan untuk kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya, bisa diakses secara fisik dan visual oleh masyarakat umum.
14
2.2.3 Taman Kota sebagai Ruang Publik Taman kota sebagai ruang publik adalah memaksimalkan fungsi sosial dan estetika dari lahan terbuka hijau di antara bangunan yang berisi tumbuhan, tanaman, dan vegetasi sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota.yang diperuntukan untuk umum untuk kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya, serta bisa diakses secara fisik dan visual oleh masyarakat umum. Pada pelelitian ini yang dimaksud dengan kajian pemanfaatan taman kota sebagai ruang publik adalah mencari dan menyelidiki secara sistematis terhadap manfaat taman kota untuk memaksimalkan fungsi sosial dan estetika dari lahan terbuka hijau pada ruang diantara bangunan yang berisi tumbuhan, tanaman, dan vegetasi sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, atau kegiatan lainnya, yang diperuntukan untuk umum untuk kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya, serta bisa dicapai secara fisik dan visual oleh masyarakat umum.
2.3. Landasan Teori Teori yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah teori taman kota. Selain teori taman kota, dalam landasan teori juga dibahas teori pendukung untuk memperkuat pembahasan dan mendapatkan hasil simpulan yang lebih baik. Teori yang dibahas mulai dari teori yang lebih makro ke teori yang mikro. Tahapan teori yang dibahas dalam penelitian ini adalah dimulai dari teori ruang terbuka hijau (RTH), dilanjutkan dengan teori ruang publik, dan diakhiri dengan teori taman kota, karena taman kota adalah bagian dari ruang publik, dan ruang publik itu adalah bagian dari ruang terbuka hijau. Dengan landasan teori ini akan
15
memperkuat pembahasan pertanyaan penelitian. Untuk memudahkan pencapaian tujuan dalam pembahasan.
2.3.1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Ruang terbuka hijau (RTH) kota meliputi: ruang terbuka hijau makro, ruang terbuka hijau medium, dan ruang terbuka hijau mikro (Hakim; Utomo, 2008:14). Ruang terbuka hijau makro, seperti; kawasan pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota, dan landasan pengaman bandar udara. Ruang terbuka hijau medium, seperti; kawasan area pertamanan (city park), sarana
olah raga, sarana
pemakaman umum. Ruang terbuka hijau mikro; lahan terbuka yang ada disetiap kawasan permukiman yang disediakan dalam bentuk fasilitas umum seperti kawasan permukiman yang disediakan dalam bentuk fasilitas umum seperti taman bermain (play ground), taman lingkungan (community park), an lapangan olah raga. Ruang terbuka hijau kota mempunyai lingkup lebih luas dari sekedar pengisian hijau tumbuh-tumbuhan, sehingga mencakup pula pengertian dalam bentuk pemanfaatan ruang terbuka bagi masyarakat. Ruang terbuka hijau kota dapat diklasifikasikan, baik dalam tata letak dan fungsinya. Berdasarkan tata letaknya, ruang terbuka hijau kota bisa berwujud ruang terbuka kawasan pantai (coastal open space), dataran banjir sungai (river flood plain), ruang terbuka pengaman jalan bebas hambatan (greenways), dan ruang terbuka pengaman kawasan bahaya kecelakaan di ujung landasan bandar udara. Menurut fungsi
16
klasifikasinya dapat dibagi atas; utility open space, green open space, corridor open space, multiuse clasification. Secara rinci sistem ruang terbuka kota dapat berupa terkait produksi, preservasi sumber daya alam dan manusia, kesejahtraan dan kesehatan umum, keamanan umum, dan sebagai koridor. Ruang terbuka untuk kaitan produksi, terdiri dari lahan untuk kehutanan, pertanian, produksi mineral, sumber air, komersial dan rekreasi. Ruang terbuka untuk preservasi sumber daya alam dan manusia terdiri dari rawa untuk habitat tertentu, hutan sebagai kehidupan satwa, bentukan geologi, batu karang, tempat-tempat bersejarah dan pendidikan. Ruang terbuka untuk kesehatan dan kesejahtraan umum terdiri dari lahan untuk melindungi kualitas air, ruang untuk menimbun sampah buangan, ruang untuk memperbaiki kualitas udara, area rekreasi, area unuk menyajikan efek visual yang menarik (bukit, pegunungan, lembah, danau , dan pantai). Ruang terbuka untuk keamanan umum terdiri dari waduk pencegahan banjir kanal dan lapangan terbang. Ruang terbuka sebagai koridor terdiri dari koridor kabel tegangan tinggi, koridor jaringan pipa, bantaran sungai, dan jaringan transportasi kereta api. Pada umumnya ruang ruang terbuka hijau didomonasi oleh tanaman dan tumbuh-tumbuhan, dimana unsur ini banyak berpengaruh terhadap kualitas udara kota. Tanaman dapat menciptakan iklim mikro, yaitu adanya penurunan suhu sekitar, kelembaban yang cukup dan kadar O2 yang bertambah. Hal ini dikarenakan adanya proses asimilasi dan evapotranspirasi dari tanaman. Di samping itu, tanaman juga dapat menyerap/mengurangi CO2 di udara yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan seperti industri, kendaraan bermotor, dan
17
sebagainya. Menurut penelitian Gerakis, 1 (satu) hetar ruang terbuka hijau dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk komsumsi 1.500 orang perhari.
2.3.2. Ruang Publik Landasan teori ruang publik yang dibahas tentang: fungsi ruang publik, katagori ruang publik, elemen ruang publik, faktor-faktor kualitas ruang publik, dan pengelolaan ruang publik. Teori ruang publik sebagai sebagai dasar dalam pembahasan yang terkait dengan ruang publik.
2.3.2.1 Fungsi ruang publik Ruang
publik
merupakan
ruang
umum
yang
dapat
menampung
aktivitas/kegiatan tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok. Kebiasaan manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang berpengaruh terhadap tipologi ruang kota yang direncanakan. Kelengkapan ruang publik yang harus disediakan semakin berkembang, baik dari segi kualitas desain, bahan, dan perawatannya. Misalnya: papan-papan informasi, dan reklame, tempat sampah, telepon boks, lampu-lampu (Darmawan, 2009:48).
2.3.2.2 Katagori Ruang Publik Menurut Darmawan (2009:48) mengatakan bahwa ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe dan karakter diataranya:
taman umum (public parks),
lapangan dan plaza (squares and plazas), peringatan (memorial), pasar (markets), jalan (streets), tempat bermain (play ground), ruang komunitas (community open
18
space), jalan hijau dan jalan taman (greenway and parkways), atrium/pasar di dalan ruang (atrium/ indoor market place), ruang lingkungan rumah (found/neighborhood spaces), dan Water front. Taman umum (public parks) berupa lapangan/taman di pusat kota dengan sekala pelayanan yang beragam sesuai dengan fungsinya. Bentuknya berupa ruang terbuka yang memiliki empat macam tipe: Taman Nasional (National Parks), Taman Pusat Kota (Downtwon Parks), Taman Lingkungan (Neightborhood Parks), dan Taman Kecil (Mini Parks), Tempat bermain (play ground), Ruang komunitas (community open space), jalan hijau dan jalan taman (greenway and parkways). Dikatakan pula bahwa, lapangan dan alun-alun (squares and plazas) merupakan bagian dari pengembangan sejarah ruang publik kota, alun-alun, atau lapangan, yang dikembangan sebagai bagian dari perkantoran atau bangunan komersial. Dapat dibedakan menjadi Lapangan Pusat Kota (central square), dan plaza pengikat (corporate plaza). Darmawan mengatakan pula bahwa, Peringatan (memorial) ruang publik yang digunakan untuk memperingati memori atau kejadian penting bagi umat manusia atau masyarakat ditingkat lokal atau nasional. Ruang publik tipe ini biasanya berbentuk tugu dan bentuk lainya yang memberi karakter tentang peringatan suatu kejadian/peristiwa yang mempunyai nilai bersejarah. Pasar (markets) ruang terbuka atau ruang jalan yang dipergunakan untuk transaksi biasanya bersifat temporer atau hari tertentu. Tingkat pelayanan pasar ini ada yang beberapa lingkup. Lingkup pelayanan pasar antara lain: tingkat provinsi,
19
kabupaten, kecamanatan, dan tingkat desa/kelurahan. Jenis pasar melingkupi pasar khusus dan pasar umum. Masing-masing pasar mempunyai karakteristik berbeda, tergantung dari budaya setempat. Waktu beraktifitas bervariasi ada yang buka pasarnya pagi hari ada yang malam hari. Jalan (streets) ruang terbuka sebagai prasarana transportasi. Tipe ini dibedakan menjadi pedestrian sisi jalan (pedestrian sidewalk), Mal Pedestrian (pedestrian mall), Mal Transit (mall transit), jalur lambat (traffic restricted streets) dan gang kecil kota (town traill) Tempat bermain (play ground) ruang publik yang berfungsi sebagai arena anak-anak yang dilengkapi dengan sarana permainan, biasanya berlokasi di lingkungan perumahan. Tipe ini terdiri dari tempat bermain (playground) atau halaman sekolah (schoolyard). Nuansa tempat permainannya sangat ringan, menyenangkan dan mendidik. Faktor keamanan dan kenyamanan harus menjadi perhatian khusus, karena dipakai oleh anak-anak. Ruang komunitas (community open space) ruang kosong di lingkungan perumahan yang didesain dan dikembangkan serta dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Ruang komunitas ini berupa taman masyarakat (community garden). Ruang ini dilengkapi dengan fasilitas penataan taman termasuk gardu pemandangan, areal bermain, tempat-tempatduduk, dan fasilitas estetika lain. Ruang ini dikembangkan di tanah milik pribadi atau tanah tak bertuan yang tidak pernah dirawat. Jalan hijau dan jalan taman (greenway and parkways) merupakan jalan pedestrian yang mengubungkan antara tempat rekreasi dan ruang terbuka, yang
20
dipenuhi dengan taman dan penghijauan. Pedestrian di jalur ini harus memberi keramahan, dan keamanan. Bentuk dan warna serta materialnya menduduk faktor kenyamanan. Atrium/pasar di dalan ruang (atrium/ indoor market place) tipe ini dibedakan menjadi dua yaitu atrium dan pasar/pusat perbelanjaan di pusat kota (market place/downtown shopping centre). Pasar tipe ini cukup besar, dan ramai dengan jenis dagangan lebih bervariasi dan kapasitas lebih banyak. Pasar ini terdapat di kota-kota besar yang memiliki atrium. Ruang lingkungan rumah (found/neighborhood spaces) ruang publik ini merupakan ruang terbuka yang mudah dicapai dari rumah, seperti sisa kapling di sudut jalan atau tanah kosong yang belum dimanfaatkan dapat dipakai sebagai tempat bermain bagi anak-anak atau tempat komunikasi bagi orang dewasa atau orang tua. Dikatakan pula bahwa Water front ruang ini berupa pelabuhan, pantai, bantaran sungai, bantaran danau, atau dermaga. Ruang terbuka ini berada di sepanjang rute aliran air di dalam kota yang dikembangkan sebagai taman untuk water front. Orientasi dari ruang publik ini memanfaatkan pemandangan (view) sungai, pantai, danau, atau dermaga. Karakternya sangat tergantung dari potensi kawasan tersebut, dengan memamfaatkan potensinya semaksimal mungkin.
2.3.2.3 Elemen Ruang Publik Konsep lain dalam menilai kualitas ruang publik kota terdapat 8 elemen yakni: aktifitas dan fungsi campuran; ruang publik dan khusus; pergerakan dan
21
keramahan pedestrian; skala manusia dan kepadatan; struktur, kejelasan dan identitas; kerapian, keamanan dan kenyamanan; manajemen kota; dan beragam visual menarik ( Darmawan, 2009:89). Aktifitas dan fungsi campuran mempengaruhi kecendrungan masyarakat dalam memilih ruang publik. Masyarakat kota dalam melakukan aktifitasnya lebih memilih tempat yang fasilitasnya memiliki fungsi campuran. Sehingga hampir diberbagai kota di dunia mendesain kotanya dengan Mixed Use konsep. Ruang publik dan ruang khusus adalah ruang publik dengan pengertian yang luas memiliki arti penting masyarakat, sebagai area komunikasi, tempat kencan, tempat apresiasi, dan rekreasi, area kemersial, pedagang kaki lima, tempat demo mengemukakan pendapat dan sebagainya. Penyediaan ruang publik merupakan faktor penting untuk membuat ruang kota menjadi hidup (lively). Pengadaan ruang publik perkotaan sangat diperlukan untuk sarana kegiatan sosial, ekonomi, dan fungsi lingkungan. Pergerakan dan keramahan pedestrian area atau jalan pedestrian merupakan faktor penting untuk mengatisifasi pergerakan orang dari satu fasilitas publik ke tempat lainnya. Fasilitas ini dulu diabaikan, sekarang sudah mulai di perhitungkan karena mengandung nilai kualitas lingkungan yang baik dan harus didesain sesuai citra kawasan. Keramahan pedestrian akan memberi kenyamanan bagi masyarakat dalam melakukan pergerakan. Skala manusia dan kepadatan akan mempengaruhi kualitas ruang publik. Suatu disain harus memikirkan skala manusia agar lebih manusiawi, keterlingkupan (enclosure) yang lebih erat, asesoris kota (townscape) yang lebih
22
menarik, utilitas kota yang berfungsi dengan baik. Intinya semua aspek dirancang lebih manusiawi dan aksesbilitas bagi penyandang cacat sekalipun. Kepadatan merupakan kondisi yang tidak seimbang antara fasilitas yang tersedia dan masyarakat yang menggunakannya. Struktur, kejelasan, dan identitas memberi pemahaman dengan cepat kepada masyarakat akan keberadaan ruang publik. Sebelum memulai perencanaan secara integral, wajib mengenali struktur kawasan kota yang akan dirancang, daerah mana yang perlu di kembangkan, ruang terbuka mana yang bisa dipakai sebagai rendevous point, bagaimana mengatur aksesbilitasnya. Hal ini untuk kejelasan manajemen transportasi kawasan terhadap kota. Identitas merupakan unsur penting yang dapat menarik perhatian di kawasan revitalisasi, karena orang akan mudah terkesan dan selalu ingat apa yang pernah dilihat. Kerapian, keamanan, dan kenyamanan merupakan elemen penting dalan peningktan kualitas ruang publik. Kerapian yang menyangkut infrastruktur, bangunan, utilitas, dan asesoris kota merupakan faktor penting yang sering diabaikan oleh pengelola kota, sehingga banyak keluhan masyarakat karena merasa tidak nyaman terganggu dan tidak aman. Manajemen kota sangat diperlukan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas ruang publik. Manajemen suatu kota sering tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab, siapa yang berperan menggerakkan masyarakat menyadari akan partisipasi terhadap pengelolaan kota. Peran stakeholder sangat penting dalam manajeman kota, karena beban ini tidak dapat sepenuhnya diberikan pada Pemerintah Kota karena berbagai keterbatasan.
23
Beragam visual menarik yang ada di kawasan revitalisasi sangat diperlukan untuk menambah nilai pemandangan (vista) yang dapat meningkatkan daya tarik dan nilai estetika kawasan menjadi berkualitas. Supaya nilai kawasan tersebut lebih positif maka dalam perencanaan penataan kawasan harus meperhatikan potensi yang ada, dan menciptakan karakter yang berjati diri kawasan setempat.
2.3.2.4 Faktor –faktor Kualitas Ruang Publik. Faktor lain yang mendasari perencanaan peningkatan kualitas ruang publik, antara lain: keamanan, kenyamanan, pencapaian, vitalitas, dan citra (image) (Darmawan, 2009:88-89). Faktor keamanan menjadi penting karena dapat memberi kenikmatan bagi para pengguna. Faktor kenyamanan dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas-fasilitas pada ruang publik seperti: tempat-tempat duduk yang terlindung dari matahari, tempat-tempat pemberhentian yang nyaman untuk menunggu bus dan sebagainya. Kenyamanan juga bisa dicapai dengan melakukan pelebaran trotoar yang sesuai dengan kebutuhan, Faktor pencapaian sangat penting terutama bagi pejalan kaki atau pemakai kendaraan bermotor, misalnya: transit mall yang mempermudah orang menyeberang jalan dan memperlancar sirkulasi kendaraan/ bus. Vitalitas artinya bahwa ruang publik seharusnya lebih diramaikan dengan adanya cafe, pedagang kaki lima, dan kegiatan lain yang menggunakan ruang publik misalnya festivalfestival yang akan menghidupkan suatu kawasan. Image dapat diciptakan sesuai keinginan perencana atau pengelola dengan menampilkan elemen-elemen yang dapat memberi kesan khusus sehingga dapat menarik para pengunjung.
24
2.3.2.5 Pengelolaan Ruang Publik Manajemen ruang publik kota merupakan pengamatan tentang bagaimana orang menggunakan semua bentuk ruang publik seperti: jalan, taman, plaza, dan fasilitas transportasi umum. Aspek manajemen akan memberi nilai lebih secara cepat, menciptakan ruang publik lebih hidup (lively), lebih nyaman, aman, dan menyenangkan. Pengelola pusat keramaian (downtown area) seharusnya mengerti bagaimana menciptakan keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan suasana hidup menarik para pengunjung. Secara rutin harus dirawat dan dibersihkan, memiliki tim keamanan atau satpam yang tangguh tetapi bersahabat, menawarkan makanan kecil sambil berbelanja yang lain, sering mengadakan pertunjukan-pertunjukan, promosipromosi, menyediakan sitting group, dimungkinkan adanya air mancur dan kenyamanan yang lain (Darmawan,2009:82). Untuk perawatan ruang publik dengan biaya murah harus bekerja sama dengan para pedagang dan pemilik properti. Para pedagang dan pemilik properti akan berhubungan dengan perawatan terhadap zona kerja mereka (Darmawan,2009:85) Ada tiga aspek penting dari manajemen ruang publik yang dipakai di Rockefeller Centre USA dalan Project for Publik Spaces. Inc, 1994 sebagai berikut: pelayanan kota, pasar pusat kota, desain ruang publik (Darmawan, 2009:83). Memperhatikan pelayanan terhadap Kota dalam hal perawatan (Maintenance), keamanan (security) dan manajemen transportasi (transportation Management). Menciptakan suatu pasar di pusat kota yang menarik dengan toko penjual eceran yang berkualitas, program kegiatan, acara-acara, promosi-promosi,
25
pedagang kaki lima, pasar petani maupun coffee shops. Senantiasa meningkatkan desain ruang publik, termasuk pengembangan desain secara menyeluruh untuk menjamin
terintegrasinya
fungsi
ruang
menjadi
menerus.
Disamping
meningkatkan ruang publik yang lain seperti pelebaran trotoar, tempat duduk, pohon-pohon maupun kios-kios. Peningkatan perancangan dan managemen areal pusat kota membutuhkan penanganan yang baik. Strategi manajemen dalam perubahan perancangan ruang publik meliputi dua aspek yakni: review perancangan pengembangan areal utama pusat kota, dan peningktan perancangan jalan-jalan, trotoar, taman-taman, dan plaza. Review desain merupakan salah satu proses desain bangunan atau rehabilitasi bangunan lama untuk menjaga agar dapat mempertahankan nilai properti tetap stabil atau meningkat dibanding dengan properti yang ada di sekitasnya. Bangunan tersebut harus tetap memiliki karakter, berfungsi dan terintegrasi dengan pengembangan areal pusat kota secara menyeluruh.
2.3.3 Taman Kota Landasan teori taman kota yang dibahas tentang: elemen-elemen taman kota, fungsi taman kota, persyaratan taman kota. Penjelasan landasan teori taman kota akan memperjelas konsep taman kota. Dengan teori taman kota ini menjadi landasan dalam pembahasan terkait dengan taman kota, untuk mempermudah evaluasi dan identifikasi taman kota.
26
2.3.3.1 Elemen-elemen Taman Kota Taman (garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, “gan” berarti melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar,” oden” berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Secara lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Taman kota secara tradisioanal merupakan alun-alun dan taman raja, pamong praja yang terbuka juga untuk umum. Baru pada zaman modern dengan perancangan tata kota, taman kota merupakan tempat umum yang dikehendaki masyarakat untuk beristirahat dekat perumahan dan sebagai pengatur iklim di kampung (Mulyani, 2006: 97). Taman diartikan sebagai sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanami pepohonan, perdu, semak, dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Taman (Landscape) adalah wajah dan karakter atau tapak bagian muka bumi dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008, dinyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) taman kota adalah taman untuk melayani penduduk kota atau bagian dari wilayah perkotaan. Taman kota ini dapat melayani minimal 480.000 penduduk dengan stándar minimal 144.000 m2. Taman
27
kota ini merupakan lapangan hijau yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi, dan olahraga dengan minimal RTH 80% - 90%. RTH taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga, taman bermain anak dan balita, fasiltas rekreasi, taman khusus lansia, taman bunga, semua fasilitas ini terbuka untuk umum. Berdasarkan aktifitasnya taman kota dikatagorikan atas 3 (tiga) macam, yaitu: taman untuk rekreatif aktif, taman untuk rekreatif pasif, dan taman untuk rekreatif pasif maupun aktif. Taman untuk rekreatif aktifTaman adalah taman yang didalamnya dibangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif mengunakan fasilitas
didalamnya,
sekaligus
memperoleh
kesenangan, kesegaran dan
kebugaran. Contohnya adalah taman olahraga, aerobic, fitness, camping ground, taman bermain anak, taman jalur jalan, kebun binatang, danau, pemancingan, taman-taman kota dan lain sebagainya. Taman untuk rekreatif pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas apapun, contohnya: waduk, hutan buatan, penghijauan tepi kali, jalur hijau, dan lain sebagainya. Taman untuk rekreatif pasif dan aktif adalah taman yang bisa dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk mengadakan aktivitas, contohnya: taman lingkungan. Taman lingkungan adalah suatu taman yang dibuat dan merupakan bagian dari suatu permukiman.
28
Katagori taman umum (public park) menurut skala pelayanan terdiri dari 4 (empat) katagori yakni: taman nasional (national parks), taman pusat kota (downtown parks), taman lingkungan (neighborhood parks), taman kecil (mini parks). (Darmawan, 2009:48) Taman nasional (national parks) adalah taman dengan skala pelayanan taman ini adalah tingkat nasional, lokasinya berada di pusat kota. Bentuknya berupa zona ruang terbuka yang memiliki peran yng sangat penting dengan luasan melebihi taman-taman kota yang lain, dengan kegiatan yang dilaksanakan berskala nasional. Taman monumen nasional (Monas) di Jakarta merupakan taman nasional. Disamping sebahai landmark kota Jakarta juga dapat sebagai landmark nasional, terutama tugu monumen yang didukung dengan elemen asesoris kota lain seperti air mancur, jalan pedestrian yang diatur dengan pola-pola menarik, disamping taman dan penghijauan di sekitar kawasan tersebut. Taman pusat kota (downtown parks) adalah taman yang berada di kawasan pusat kota, berbentuk lapangan hijau yang dikelilingi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan kota dengan pola tradisional atau
dapat pula dengan desain
pengembangan baru. Areal hijau kota yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan santai dan berlokasi di kawasan perkantoran, perdagangan, atau perumahan kota. Lapangan hijau di lingkungan perumahan atau perdagangan/perkantoran di perkotaan merupakan taman pusat kota. Taman Lingkungan (neighborhood parks) adalah ruang terbuka yang dikembangkan di lingkungan perumahan untuk kegiatan taman seperti bermain
29
anak-anak, olahraga
dan bersantai bagi masyarakat di sekitarnya. Taman di
komplek perumahan merupakan taman lingkungan. Taman kecil (mini parks) adalah taman kecil yang di kelilingi oleh bangunanbangunan, termasuk air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana taman tersebut. Taman-taman di sudut-sudut lingkungan/setback bangunan salah satu bentuk taman kecil. Dari ungkapan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen taman kota adalah sebagai berikut: 1. Tanaman,di antaranya: pepohonan, perdu, semak, dan rerumputan. 2. Tempat bermain, di antarnya: bermain anak-anak 3. Tempat bersantai,`seperti: tempat duduk beristirahat/bercengkrama 4. Tempat olahraga, seperti: lintasan jogging track. 5. Fasilitas pendukung lainnya, seperti: tempat parkir, taman air mancur, toilet, tempat air minum, dan elemen pendukung taman kota lainnya (patung, lampu, petanda)
2.3.3.2 Fungsi Taman Kota Fungsi taman kota sangat besar karena berusaha menciptakan suatu ruang yang manusiawi bagi penduduk kota. Fungsi dari taman kota terdiri dari 3 (tiga) yakni: fungsi sosial, fungsi ekologi dan fungsi estetika (Mulyani, 2006:97.99) Fungsi sosial dari taman kota antara lain: sebagai tempat melakukan aktifitas bersama; Sebagai tempat komunikasi bersama; sebagai tempat peralihan dan menunggu; sebagai tempat bermain dan berolahraga; sebagai sarana olahraga dan
30
rekreasi; sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya; pembatas diantara masa bangunan; sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan hidup; sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan kota. Fungsi ekologis dari taman kota antar lain: penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro, penyerapan air hujan, pengendalian banjir dan pengaturan
tata air; memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma
nutfah; dan pelembut arsitektur bangunan. Fungsi keindahan tanam-taman di perkotaan dengan warna yang alami dan menarik serta tektur yang bermacam-macam dan perencanaan yang teratur akan menampakkan keindahan. Kelebihan ini menjadikan tanaman sebagai salah satu elemen yang dapat menunjang keindahan lingkungan. Karena keindahan merupakan suatu kualitas yang sukar untuk dapat dinilai, duukur, dan ditimbang, tetapi dapat dirasakan dan merupakan suatu nilai yang unik dari dan terhadap seorang, suatu lingkungan, atau suatu karya seni. Fungsi ekologi taman kota meliputi: sarana kseshatan, pengaturan iklim, perlindungan, pengaturan penyediaan air tanah, dan penyeimpang alam. Sarana kesehatan tanaman sebagai unsur utama penghijauan dapat mengatur serta membersihkan udara dari polutan-polutan yang ada diudara seperti karbon dioksida, timah hitam akibat dari transportasi, asap-asap industri dan lainnya. Karena pepohonan dapat mengurangi polusi, menyerap CO2 dan dalam proses respirasi mengasilkan oksigen yang diperlukan manusia. Taman kota sangat berguna sekali karena unsur-unsur taman adalah tanaman, yang dalam fotosintesis
31
akan mengeluarkan O2. Dengan bantuan sinar matahari, tanaman akan menyerap CO2 yang dihasilkan manusia dalam bernafas, dan tanaman mengasilkan O2 dari proses fotosintesis yang kemudian oleh manusia melalui pernafasan. Pengaturan iklim dari tanaman dalam taman dapat melindungi manusia dari panas matahari dan tekanan suhu panas serta peneduh. Kerimbunan tanaman dapat menurunkan suhu setempat dan menaikkan kelembaban udara. Pohon dan tanaman dalam proses evapotranspirasi serta fungsinya sebagai penyerap radiasi, memerlukan panas, sehingga akan menurunkan suhu lingkungannya. Perlindungan dalam taman kota terletak pada kerimbunan tanaman memberikan perlindungan terhadap panas dan sinar matahari, angin, debu, dan faktor lainnya. Hamparan rumput dapat meredam silaunya sinar matahari dan memantulkan cayaha hijau lembut, memberi keteduhan dan kesehatan pada indera mata. Tanaman mempunyai fungsi yang melindungi, yaitu dedaunan yang berair akan meredam suara, cabang-cabang yang bergerak dan bergetar mampu menyerap udara, daun yang lebat menjebak dan menahan butiran debu, dedaunan dan cabang-cabang dapat menghambat cahaya matahari langsung, dan dedaunan yang jarang dapat menyaring cahaya. Pengaturan penyediaan air tanah dalam taman kota tanaman dalam taman kota bermanfaat untuk untuk menyimpan air hujan yang jatuh ketanah melalui pori-pori tanah, sehingga pada musim kemarau dapat berfungsi atau bermanfaat. Sedangkan pada musim penghujan kemampuan tanah dapat menyimpan air tanah dan mengurangi adanya bahaya banjir. Air dalam proses fotosintesis sangat penting, air mengangkut bahan makanan keseluruh organ tanaman.
32
Penyeimbang alam dari taman kota terdapat pada tanaman dapat memberikan lingkungan bagi mahluk hidup. Akar tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberi lindungan hidup bagi mikro organisme. Mikroorganisme ini berguna untuk menyuburkan tanah dan tanaman, hal ini disebut simbiosis. Tanaman juga memberikan kehidupoan lain diatas tanah, sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh di taman kota, di tepi jalan sebagai tempat hidup satwa burung atau unggas dan serangga berkembang membantu keseimbangan alam.
2.3.3.3 Persyaratan Taman Kota Menurut Mulyani (2006:88-98), mengatakan bahwa persyararatan taman kota terdidri dari: lokasi, site, vegetasi, fasilitas, dan skala. Lokasi taman kota jarak tidak lebih dari 300 meter dari perumahan; orientasi pengunjung: tetenger (landmark), tugu, gazebo, air mancur, perkuat identitas.
Menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 dikatakan bahwa, taman kota dapat melayani minimal 480.000 penduduk dengan luasan yang cukup, stándar minimal 144.000 m2. Vegetasi:taman kota memiliki RTH 80% - 90% dari luas taman kota; ada Jaringan penghubung hijau (biotop interconnection), dengan pinggir alami pada jalan-jalan atau tepi sungai; unsur pembatas dan pengarah seperti pohon peneduh, pagar hijau, aliran air, dan kolam, tonggak, jalur tepi, serta jalan setapak. Fasilitas taman kota kelengkapan fasiltas pendukungnya seperti: telepon umum, warung-warung (PKL), air minum, toilet, tempat sampah; keterkaitan taman kota dengan eleman pelengkap/pendukung perabotan taman kota. Skala
33
dari taman kota terdiri dari: skala ruang, dan skala bangunan, menciptakan suatu ruang yang manusiawi bagi penduduk kota. Skala monumen dengan skala heroik.
2.3.3.4 Pemanfaatan Taman Kota Taman pusat kota (city central park) merupakan tempat yang luas dan besar guna mengurangi suasana kepadatan kota, dan untuk mengasilkan kesegaran udara kota (paru-paru kota) serta memberi suasana rural bagi penduduk kota (refreshment of mind and nerves). Dengan keberadaan taman pusat kota (city central park) memberi dorongan untuk rekreasi di ruang terbuka dengan segala musim bagi penduduk dan pendatang lainnya. Rencana taman umum (public park) dengan sistem lalu lintasnya memberi pengaruh pada struktur kota sehingga masyarakat sadar akan suatu kebutuhan ruang terbuka (Hakim, Utomo, 2008:61). Taman kota merupakan tempat umum yang dikehendaki masyarakat untuk beristirahat dekat perumahan, dan sebagai paru-paru kota bisa memperbaiki kualitas udara, sebagai ruang hidup flora dan fauna setempat, sehingga memberi manfaat langsung maupun tidak langsung yakni: kesenangan, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kesejahtraan (Mulyani, 2006:97).
34
2.3.3.5 Faktor-faktor Pengaruh Pemanfaatan Taman Kota Faktor-faktor pengaruh pemanfaatan taman kota adalah lahan taman cukup luas, memiliki penghubung hijau diantaranya (biotop interconnection) dengan pinggir alami pada jalan-jalan atau tepi sungai, dilengkapi dengan unsur pembatas dan pengarah seperti pohon peneduh, pagar hijau, aliran air, dan kolam, tonggak, jalur tepi, serta jalan setapak, perkuatan identitas dengan pemilihan jenis pohon peneduh, bentuk, warna, dan bayangan yang berdasarkan pada iklim dan budaya setempat (misalnya; tanjung, asam, gayam dan beringin), kerindangan pohon peneduh harus mampu menaungi tempat duduk, maupun jalan setapak (trotoar), kepedulian terhadap perawatan dan kebersihan serta proses perencanaan melibatkan partisifasi masyarakat karena taman kota meupakan ruang umum yang dimanfaatkan bersama menjadi tanggung jawab bersama pula (Frick, Mulyani, 2006:98), lokasi di kawasan pusat kota dengan bentuk berupa lapangan hijau yang dikelilingi pohon-pohon peneduh atau berupa hutan kota dengan pola tradisional atau dapat pula dengan desain pengembangan baru yang diperuntukan tempat santai (Darmawan,2009:49)
2.3.4 Fungsi Taman Kota Sebagai Ruang Publik Taman Kota sebagai ruang publik memiliki empat fungsi yaitu: fungsi sosial, fungsi ekologi, fungsi estetika, dan fungsi ekonomi, (Hariyono, 2007; dalam Sukawan, 2012:20). Salah satu fungsi taman kota adalah nilai estitis. Nilai estetis dari taman diperoleh dari bentuk fisik tanaman, tektur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanamam. Taman kota sebagai ruang terbuka mempunyai beberapa
35
fungsi sosial. Fungsi sosial pada taman tersebut pada akhirnya mengundang kerumunan orang untuk berdatangan yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti aktivitas pedagang kaki lima (PKL).
1.4. Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dan sintesis antara teori dan permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk gambar bagan. Model penelitian yang berupa kerangka pemikiran berfungsi sebagai acuan semata untuk memudahkan dalam pembahasannya. Bagan menunjukkan hierarki / struktur tahapan pembahasan, arah dan hubungan serta hubungan maupun keterkaitananya permasalahan satu dengan yang lainnya, diperlihatkan dengan garis lurus dan putus dilengkapi dengan tanda panah. Adapun model penelitian adalah sebagai berikut seperti bagan (lihat gambar 2.1)
36
KOTA TABANAN
FUNGSI YANG DIINGINKAN
KONDIS EXISTING TAMAN KOTA
TEORI TAMAN KOTA RUANG PUBLIK RTH
RM. 1
RM. 2
RM.3
EVALUASI KONDISI FISISK& PEMANFAATAN
FAKTOR -FAKTOR PENGARUH PEMANFAATAN
REKOMENDASI TINDAKAN PEMANFAATAN
PROSES ANALISA
= Hubungan Keterkaitan = Hubungan Ketergantungan = Hubungan Koordinatif
HASIL
Gambar 2.1 Model Penelitian
KONSEP
37
BAB III METODE PENELITIAN
Sebelum
melakukan
penelitian
di
lapangan,
perpustakaan,
maupun
instansional, diperlukan penajamkan metode penelitian, supaya lebih jelas, dan terarah, sehingga mempercepat pencapaian tujuan, serta hasil yang lengkap dan akurat. Hal yang perlu di jelaskan adalah tentang: rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan analisa data, metode dan teknik penyajian hasil analisa data.
3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang hanya untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkas berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta yang dapat diungkapkan melalui bahan- bahan dokumenter. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki tingkat kritisme yang lebih dalam semua proses penelitian. Kekuatan kritisme peneliti menjadi senjata utama menjalankan semua proses penelitian. Kritisme adalah buah kerja rasio dan empiris seseorang. Akan sangat membantu peneliti kualitatif membuka seluas-luasnya medan misteri,
38
dengan demikian filsafat kritisme menjadi dasar yang kuat dalam seluruh proses penelitian kualitatif (Bungin, 2009:5) Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian inkuiri naturalistic atau alamiah, sebagai prosedur penelitian yang mengasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (menyeluruh dan utuh serta tidak dapat dipisah-pisahkan (Bognan & Taylor, 1975 dalam Sukawan, 2012:31). Sifat ataupun ciri dari kualitatif deskriptif ini adalah memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa, dan selanjutnya dimaknai. Proses penelitian adalah sebagai berikut: mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti, mendesain model penelitian dan parameter penelitian, mendesain instrumen pengumpulan data penelitian, melakukan pengumpulan data penelitian, mengolah dan menganalisa data hasil penelitian, dan mendesain laporan hasil penelitian. Kedudukan teori dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa model, di antaranya model deduktif. Model deduktif dimana teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih dan menemukan masalah, maupun melakukan pengamatan dilapangan sampai dengan menguji data (Bungin, 2008:24).
39
3.2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Pusat Kota Tabanan lihat Gambar 3.1, dengan bentuk site seperti (lihat gambar 3.1)
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: DKP Kabupaten Tabanan, 2012
40
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data Jenis data terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang kumpulkan adalah: kondisi existing meliputi kondisi fisik, penguna (civity), dan pemanfaatannya (activity). Data kondisi fisik yang dibutuhkan meliputi: bentuk, dimensi, dan spesifikasi Taman Kota Tabanan. Data pengguna yang dikumpulkan adalah jumlah pengunjung taman kota, persepsi masyarakat terhadap Taman Kota Tabanan. Data kuantitatif yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk Kota Tabanan dan mata pencahariannya, serta kondisi sosial budayanya.
3.3.2 Sumber Data Data bersumber dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, dan data sekunder data yang diperoleh dari sumber kedua.
Sumber data primer didapat dari para
informen dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Sumber data sekunder didapat dari data literatur, dan data instansional, yang terkait dengan taman kota, ruang publik. Data primer yang dibutuhkan adalah data kondisi fisik taman kota saat ini, data kunjungan ke taman kota dan pandangan pengunjung tentang taman kota, dan data pemanfaatan dari Taman Kota Tabanan.
3.4. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada peneliti sebagai alat pengumpulan data peneliti
41
dianggap sebagai instrumen yang utama karena peneliti dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan (Moleong, 1884:19). Instrumen penelitian juga diartikan alat atau perangkat yang digunakan untuk menunjang seluruh rangkaian kegiatan baik proses pengumpulan data maupun pada saat pengolahan data.
3.4.1 Pedoman Wawancara dan Observasi Pedoman wawancara dan observasi untuk mempermudah melaksanakan survey. Pedoman wawancara berisi materi wawancara (lihat lampiran 2,3,4). Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Materi wawancara yang baik terdiri dari: pembukaan, isi, dan penutup (Bungin, 2008:108). Pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan (Check list). Pedoman observasi berupa panduan daftar data yang akan dicari dan dibutuhkan (lihat lampiran 1)
3.4.2 Alat Perekaman dan observasi Alat wawancara dan observasi berupa berupa alat perekam, alat pencatat, kamera, dan alat grafis serta seperangkat komputer. Guna menghimpun data sebanyak dan sevalid mungkin, maka instrumen penelitian dibuat dengan tingkat kepekaan yang dapat dipercaya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipakai untuk membantu oprasional metode tersebut adalah untuk metode wawancara dan metode observasi fisik lapangan.
42
Metode wawancara memakai teknik wawancara mendalam terstruktur, sedangkan untuk metode observasi lapangan memakai teknik pencatatan/pengukuran, pemotretan, dan penggambaran. Wawancara mendalam terstruktur dilakukan terhadap informan. Informen ditargetkan berjumlah 20 (dua puluh) orang yang terdiri dari 2 (dua) katagori berdasarkan lokasi wawancara yakni: katagori pertama informan yang saat wawancara berada di Taman Kota Tabanan; katagori kedua informan yang saat wawancara berada di seputaran Taman Kota Tabanan seperti di Pasar Tabanan, di Puri Agung Tabanan dan di ruang publik seputar pusat kota Tabanan. Katagori menurut profesi informan, terbagai menjadi 3 (tiga) yakni: masyarakat, dunia usaha, dan birokrat. Teknik pengambilan sampel dengan teknik insidential sampling. Observasi pemanfaatan Taman Kota Tabanan dilakukan di pagi, siang, sore dan malam hari. Observasi kondisi fisik dilakukan terhadap lokasi, situasi dan kondisi site. Pemanfatan taman kota dikatagorikan menjadi 2 (dua) yakni aktifitas umum /rutin dilakukan setiap hari, dan aktifitas khusus yang diakukan saat-saat tertentu.
3.6. Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Langkah pengolahan data adalah sebagai berikut: Data yang didapat dari observasi di kumpulkan, dan kelompokkan, selanjutnya identifikasi dan akhirnya disimpulkan berupa hasil potensi dan permasalahan. Untuk data yang
43
didapat dari wawancara berupa rekaman wawancara, dinarasikan dan diedit supaya mendapatkan tata kalimat yang baik dan benar. Narafikasi dari hasil wawsancara dianalisa berdasarkan teori dan konsep yang ada, dan selanjutnya disimpulkan.
3.7. Teknik Penyajian Hasil Analisa Data Hasil analis data dapat disajikan secara formal (dalam bentuk bagan, grafis, dan lain-lain), informal (naratif), atau gabungan antara cara formal dan informal. Data-data tersebut berupa ; diskripsi, peta, diagram/bagan, grafik, tabel, photo.
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini, bertujuan untuk menjelaskan dan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan, dan pembahasannya. Secara rinci bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan dari obsevasi di lapangan tentang gambaran umum Kota Tabanan dan Taman Kota Tabanan, meliputi: lokasi, sejarah, kondisi fisik, kebijakan terkait dengan pengembangan Taman Kota Tabanan dan hasil wawancara dengan para informen baik dari masyarakat, birokrat, dan dunia usaha mengenai: pendapat masyarakat pemanfaatan Taman Kota Tabanan, kegiatankegitan yang pernah dilakukan di Taman Kota Tabanan, dan faktor-faktor pengaruh kondisi pemanfaatan, dan tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan level penggunaan dan kunjungan masyarakat di sekitarnya ke Taman Kota Tabanan.
4.1. Gambaran Umum Kota Tabanan 4.1.1 Orientasi dan Batas-batas Kota Tabanan Kota Tabanan, secara geografis terletak di antara 08o 34‟ 49,44” - 08o 30‟ 06,12” Lintang Selatan dan 115o 05‟ 17,88” – 115o 09‟ 25,92” Bujur Timur. Batasbatas administrasi Kota Tabanan sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Subamia dan Desa Buahan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Abiantuwung.
45
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kediri dan Desa Sudimara.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Subamia, Samsam, Gubug dan Sudimara. Untuk lebih jelasnya seperti (lihat gambar 4.1)
Gambar 4.1 Peta Letak Geografis dan Administrasi Kota Tabanan Sumber : BAPPEDA Kabupaten Tabanan, 2007
46
Kota Tabanan yang fokusnya pada pusat kota meliputi 6 Desa yakni Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, Desa Banjar Anyar, Desa Denbantas dan Desa Bongan memiliki luas wilayah 2.949 Ha atau sekitar 3,51 % dari luas Kabupaten Tabanan. Secara administratif Kota Tabanan meliputi 2 (dua) Kecamatan yakni Kecamatan Tabanan dengan 5 (lima) Desa dan Kecamatan Kediri dengan 1 (satu) Desa.
4.1.2 Sejarah Kota Tabanan Menurut buku kajian sejarah lahirnya Kota Tabanan (Sekda Tabanan, 2005) dikatakan bahwa sejarah Kota Tabanan tidak lepas dari sejarah Bali. Perjalanan sejarah Kota Tabanan melewati jaman yang sangat panjang, mulai dari jaman kerajaan, jaman kolonial, dan sampai jaman kemerdekaan hingga jaman republik. Jaman kerajaan terdiri dari masa kerajaan Bali Kuno dan Bali Arya. Pendudukan daerah Tabanan oleh angkatan perang Majapahit pasca takluknya Kerajaan Bali Kuna yang berpusat di Bedahulu, dimulai sejak tahun 1343 Masehi. Namun pelantikan Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan sebagai adipati Bali di bawah Majapahit terlaksana pada Purnaming Kapat, Tanggal 2 Oktober Tahun 1352. Pada saat pelantikan ini sekaligus juga diresmikannya Daerah Tabanan sebagai bagian wilayah Kadipaten Bali dengan kepala daerahnya Arya Kenceng dengan jabatan Anglurah merangkap sebagai manteri
dalam pemerintahan pusat
Kadipaten Bali di Samprangan. Pusat pemerintahan Daerah Tabanan pada saat itu berada di Puri Buahan, Desa Pucangan. Dengan demikian Pucangan berkedudukan sebagai ibukota Daerah Tabanan. Hari peresmian Kadipaten Bali
47
dan pelantikan adipati Bali beserta peresmian pejabat daerah bawahannya dijadikan sebagai hari lahirnya Daerah Tabanan sebagai cikal bakal Kabupaten Tabanan saat itu. Sebelum beristana di Puri Buahan, Arya Kenceng sempat tinggal selama empat tahun di istana Kubontingguh bersama-sama ayahndanya, Arya Damar alias Adityawarman. Arya Damar akhirnya ditarik kembali ke Majapahit lalu ditugaskan untuk melakukan konsolidasi dan memerintah Swarnadwipa (Sumatra), sehingga segala penghargaan terhadap jasanya menaklukkan Bali terlimpah kepada putranya, Arya Kenceng. Sri Magada Natha sebagai keturunan Bathara Arya Kenceng yang kelima atau generasi keenam, mendapat pawisik untuk memindahkan ibukota Daerah Tabanan dari Pucangan ke suatu daerah sekitar 4 (empat) kilometer di sebelah selatannya, di tempat mengepulnya asap yang keluar dari satu sumur gaib. Di kawasan ini sudah terdapat pesraman/pedukuhan yang dibina oleh Dukuh Sakti, dan Dukuh Sakti yang merawat sumur gaib tersebut. Oleh Sri Magada Natha, di tempat ini kemudian dibangun Puri sebagai tempat tinggal kepala daerah dan keluarganya dan sebagai tempat penyelenggaraan pemerintahan pusat Daerah Tabanan. Pasraman Dukuh Sakti yang terkena pembebasan lahan untuk pembangunan puri direlokasi ke bagian tenggara puri ke tempat yang sekarang bernama Sakenan Belodan. Kemudian dibangun pura oleh keluarga Dukuh Sakti bernama pura pejungut yang terletak diperbatasan antara Sakenen Belodan dengan Grokgak Tengah di Jalan Anggrek sekarang. Atas peran Sri Magada Natha sebagai pendiri graha atau puri baru ini kemudian dijuluki Bathara Wangun Graha Tabanan.
48
Untuk memudahkan pengawasan selama proses pembangunan puri, maka dibangun suatu pesanggrahan yang bertempat di sebelah utara pura puseh/bale agung yang ada saat ini. Pemindahan puri ini diawali dengan pemindahan Pura Batur sebagai sungsungan keluarga puri dan ditempatkan di tengah-tengah pekarangan puri sedangkan di sisi utara pekarangan puri dibangun pemerajan sebagai hulu pekarangan puri dan sebagai tempat suci sentana puri yang baru. pemlaspasan puri ini menurut hasil kajian Tim Penyusun Sejarah Tabanan jatuh pada wara Buda Umanis, wuku Kulantir, Pananggal ping solas (11), Sasih Margasira (kalima), Tanggal 29 Nopember 1493. Puri yang baru ini diberi nama Puri Agung Tabanan dengan kotanya disebut Kota Singasana (lihat gambar 4.2).
Karena Sri Magada Natha sebagai raja
Tabanan kemudian memilih untuk menyepi dan menjalani kehidupan kerohanian di Kubontingguh, maka tahta kerajaan diserahkan kepada putra mahkota, Nararya Anglurah Languang yang kemudian dinobatkan untuk yang pertama kali di Puri Agung Tabanan dengan gelar Prabu Singasana. Peresmian/pemelaspasan Puri sebagai kedudukan „raja‟ di kota yang diberi nama Singasana ini dipakai sebagai patokan lahirnya Kota Tabanan.
Gambar 4.2. Suasana Catus Patha di depan Puri Agung Tabanan Tahun 1906 Sumber : Buku Kajian Sejarah Lahirnya Kota Tabanan (Sekda Tabanan, 2005)
49
4.1.3 Sosial Budaya dan Ekonomi Desa yang berada di seputar Taman Kota Tabanan adalah Desa Dauh Peken, Delod Peken, dan Dajan Peken. Menurut Badan Pusat dan Statistik (BPS) Tabanan disebutkan bahwa Jumlah penduduk ke tiga desa tersebut pada Desember tahun 2012 sebanyak 28.434 orang. Kekerabatan di Kota Tabanan terbentuk oleh kesamaan darah (keturunan), kesamaan teritorial, kesamaan agama, dan kesamaan kepentingan lainya. Didasarkan atas kesamaan darah di Kota Tabanan dapat diidentifikasi adanya kelompok-kelompok
yang
disebut
soroh.
Soroh-soroh
ini
mengalami
perkembangan karena disamping soroh-soroh “orang Bali” juga terhimpunnya kelompok-kelompok pendatang sehingga terbentuk soroh-soroh “baru” seperti soroh arab, soroh cina, soroh jawa, soroh bugis, soroh bule, dan lain sebagainya. Soroh-soroh yang didasarkan atas kesamaan etnis mengakibatkan terjadinya pluraritas budaya yang semakin meningkat. Di Kota Tabanan masih teridentifikasi adanya kekerabatan keluarga puri, adanya pengakuan kelompok sebagai panjak puri, kekerabatan pendukung puri (lokal-Hindu maupun pendatang non Hindu), kekerabatan brahmana dan sorohnya yang mendukung puri, kekerabatan orang Bali asal luar Tabanan, dan lain-lainnya. Masyarakat yang tinggal dalam satuan-satuan wilayah terkecil terikat oleh institusi kedinasan dan juga ada yang terikat dengan institusi pakraman. Kelompok-kelompok
pemeluk
agama
non
Hindu
memiliki
peguyuban
keagamaannya sendiri-sendiri yang sangat berperan dalam urusan-urusan pemakaman dan ibadah. Kesamaan-kesamaan kepentingan apakah bersifat sosial,
50
ekonomi, kesehatan, dan lain-lainnya juga membentuk kekerabatan-kekerabatan dalam bentuk himpunan, persatuan, ikatan, dan lain sebagainya. Pelapisan sosial dapat dibedakan atas pelapisan sosial tradisional dan pelapisan sosial modern. Pelapisan sosial tradisional pada awalnya didasarkan atas kesamaan profesi yang terstruktur dalam catur warna (brahmana, ksatrya, wesia, dan sudra). Kemudian muncul kelompok-kelompok keturunan yang disebut wangsa seperti wangsa brahmana siwa, wangsa satrya dalem, wangsa satrya arya, wangsa pasek, wangsa bujangga, dan lain-lainnya. Berdasarkan wangsa kemudian muncul kelompok yang dikenal dengan sebutan soroh yang serupa dengan wangsa namun lebih rinci dari wangsa seperti soroh pradewa, pragusti, pasek , pande, bujangga, bendesa mas, dan lain-lainnya. Menurut BPS Tabanan tahun 2011, mata pencaharian penduduk Kota Tabanan didominasi oleh sektor tersier yakni pemerintahan, perdagangan, dan jasa mencapai 52,48% dari keseluruhan sektor, diikuti oleh sektor sekunder mencapai 42,34 %, dari industri, dan sektor primer 5,18%, dari pertanian dan peternakan. Kesadaran masyarakat kota berkunjung ke taman kota sangat rendah. Penduduk kota disibukkan berdagang di pasar, waktu bersantai sangat sedikit. Masyarakat kota merasa enggan berkunjung ke taman kota. Budaya jogging masyarakat kota Tabanan ke taman kota belum memasyarakat. Bersantai di taman kota belum menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Taman kota masih dianggap taman tempat anak muda memadu kasih, generasi tua merasa malu ke taman kota.
51
4.2 Kondisi Existing Taman Kota Tabanan 4.2.1 Sejarah Singkat Taman Kota Tabanan Sejarah Taman Kota Tabanan, melewati 3 (tiga) jaman, yakni jaman kerajaan, jaman kolonial, dan jaman kemerdekaan. Jaman kerajaan, di lahan Taman Kota Tabanan ini, pernah berdiri taman kerajaan Tabanan, yang merupakan lahan halaman (bencingah) Puri Agung Tabanan (lihat Gambar 4.3). Jaman Kolonial, taman kerajaan bencingah Puri Tabanan diratakan oleh penjajah Belanda, dijadikan tempat pesangrahan pesinggahan tamu-tamu pemerintah kolonial yang berkunjung ke wilayah jajahan Belanda di Tabanan. Jaman kemerdekaan, Negara Indonesia telah menjadi republik, lahan ini diratakan dan dibangunlah komplek rumah jabatan pemerintah Daerah Tingkat II (Dati. II) Tabanan ( Wakil Bupati Tabanan, Kapolres Tabanan, Sekretaris Daerah Tabanan, Kepala Bagian di lingkungan Pemerintah Dati II Tabanan), kantor Camat Tabanan (lihat Gambar 4.4) Kantor Camat Tabanan pindah ke belakang Kantor Bupati di Tamansari, kantor ini dimanfaatkan untuk kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sebagian rumah jabatan kepala bagian dimanfaatkan untuk kantor Desa Delod Peken. Sebagaian lahan bagian timur dimanfaatkan untuk sekolah TK dan pasar senggol.
52
Taman Kota Tabanan PURI AGUNG TABANAN
Gambar 4.3 Peta Skematik Kota Tabanan abad XIX Sumber: Buku Kajian Sejaran Lahirnya Kota (Sekda Tabanan, 2005)
53
Gambar 4.4 Tampak Depan Site, Sebelum Dijadikan Taman Kota Tabanan. Sumber: DKP. Tabanan: 2006
Tahun 2006, dalam Rencana Teknik Ruang Kota Tabanan disebutkan bahwa, lahan ini ditetapkan sebagai Taman Kota Tabanan. Tahun 2007, dibuatkan rencana induk (Masterplan) dan tahun 2008 dibuatkan rencana rinci (Detail engineer design/DED) Taman Kota Tabanan. Tahun 2009 rumah jabatan dipindah ke rumah jabatan Wanasara. Pada tahun 2009 dilakukan pembongkaran terhadap komplek rumah jabatan, di jadikan Taman Kota Tabanan, yang pembangunan berlanjut hingga diresmikan menjadi Taman Kota Tabanan tahun 2011. Melihat data akan sejarah Taman Kota Tabanan, dapat dikatakan bahwa keberadaan Taman Kota Tabanan tidak bisa lepas dari keberadaan kerajaan Tabanan dengan Puri Agung Tabanan sebagai pusat kerajaan dan kepemerintahan Kabupaten Tabanan. Kebijakan terkait dengan pembangunan Taman Kota Tabanan sangat tergantung dengan kedua institusi tersebut. Maka dari itu dalam mengambil keputusan terkait dengan taman kota sangat minim melibatkan masyarakat Kota Tabanan. Konstribusi dan partisifasi masyarakat sangat kurang terhadap keberadaan dan kelangsungan taman kota. Hal ini dapat dikatakan bahwa
54
faktor sosial budaya mempengaruhi intensitas pemanfaatan dan kunjungan masyarakat Kota Tabanan ke Taman Kota Tabanan.
4.2.2 Kondisi Fisik Taman Kota Tabanan Kondisi fisik Taman Kota Tabanan meliputi: batas-batas tapak, site pasade (permukaan tapak, luas tapak, bentuk tapak), dan jenis-jenis tanaman yang ada dalam tapak, serta fasilitas lain yang ada didalamnya dan lingkungnannya. Di seberang site Taman Kota Tabanan terdapat sarana perkotaan lainnya. Di seberang utara terdapat permukiman penduduk dan warung kecil, sebelah timur terdapat permukiman penduduk, di seberang selatan terdapat kantor Desa Delod Peken, dan di seberang bagian barat terdapat gedung kesenian Ketut Maria (lihat Gambar 4.5) Taman Kota Tabanan merupakan bagian tenggara catus patha Kota Tabanan. Site taman kota mempunyai keterkaitan dengan keberadaan Puri Agung Tabanan. Karena site taman kota, di jaman kerajaan merupakan bencingah puri. Taman Kota Tabanan, terletak di pusat kawasan Kota Tabanan, berbentuk ruang terbuka hijau kota yang di kelilingi pohon peneduh, dan dipergunakan untuk kegiatan santai, dekat dengan kawasan perkantoran (kantor BRI cabang Tabanan, BPD cabang Tabanan), kawasan perdagangan (Pasar Induk Tabanan, pertokoaan pecinaan Jalan Gajah Mada), dan kawasan perumahan (Puri Agung Tabanan, pemukiman masyarakat). Berdasarkan teori ruang publik (Darmawan, 2009:38), karakteristik Taman Kota Tabanan merupakan taman umum (public park) dengan katagori taman pusat kota (downtown parks).
55
Menurut katagori ruang terbuka hijau (RTH) kota (Hakim; Utomo, 2008:14), Taman Kota Tabanan termasuk ruang terbuka hijau (RTH) medium. Menurut sistem ruang terbuka kota, Taman Kota Tabanan termasuk ruang terbuka untuk kesehatan, dan kesejahtraan, karena terdiri dari lahan untuk melindungi kualitas air, ruang untuk memperbaiki kualitas udara, dan area rekreasi. Lahan Taman Kota Tabanan terletak di tenggara catus phata Kota Tabanan, dikelilngi oleh jalan raya. Pedestrian di Taman Kota Tabanan terdidri dari pedestrian di pinggir jalan yang berupa trotoar dan pedestrian yang ada di dalam mengelilingi taman berupa jalan stapak. Permukaan jalan stapak mengikuti kontur site dan bentuk taman, sehingga jalan stapak itu kurang baik untuk jogging track karena berkelok-kelok, dan naik turun, serta lebarnya kurang mencukupi, (lihat Gambar 4.6) Kondisi jalan di seputar Taman Kota Tabanan adalah sebagai berikut: Jalan raya yang berada di depan, dan sebagain di selatan, timur, dan utara sudah di paving stone. Sepanjang pinggir jalan yang berdekatan dengan trotoar mengelilingi taman kota belum dilengkapi dengan pohon peneduh, sehingga pedestrian terasa kurang sejuk. Lebar trotoar 1,20 m, kelihatan belum melegakan, dan ramah, (lihat Gambar 4.5) Material taman kota didominasi olah batu alam hitam, sehingga kesan yang tampilkan kurang cerah. Permainan permukaan taman dengan anak tangga yang banyak akan menampilkan kesan yang mencekam,m kurang santai. Posisi planter box mengelilingi taman yang berlapis-lapis menberi kesan privat, kurang baik untuk ruang publik, (lihat Gambar 4.6)
56
1z 1.Catus Patha Kota Tabanan
2.Parkir Utara Taman Kota
1 2
3
4
3. Gedung Maria
4. Kantor Kepala Desa Delod Peken
Gambar 4.5 Kondisi Lingkungan Di Seputar Taman Kota Tabanan sumber: Hasil obsevasi Peneliti, 2013
57
Kondisi Taman Kota Tabanan adalah sebagai berikut: permukaan site bertransis, dengan di bagian barat site ketinggian mencapai 1,21 meter permukaan jalan aspal, dan di bagian timur site lebih rendah 0,72 meter di bawah permukaan jalan aspal. Site Taman Kota Tabanan berbentuk segi empat panjang dengan ukuran 122,35 meter x 68,07 meter, seluas 8328,36 meter persegi. Penataan Taman Kota Tabanan adalah sebagai berikut: di tengah-tengah taman terdapat landasan patung yang dikelilingi oleh kolam hias, Di luar di kelilingi oleh pedestrian yang menghubungkan dengan plaza yang terdapat di keempat sisi. Plaza tersebut berhubungan dengan jalan yang mengelilingi Taman (lihat Gambar 4.6) Fasilitas lainnya yang ada di Taman Kota Tabanan adalah parkir, landasan monumen, Pura Pesimpangan Dalem Peed, papan nama Taman Kota Tabanan. (lihat Gambar 4.7) Kondisi lansekap adalah sebagai berikut antara pedestrian dan plaza di batasi dengan planter box dan ditanami pohon dan tanaman hias dan rumput. Jenis tanaman bervariasi, dengan ketinggian rendah dan sedang. Permainan trasis permukaan site cukup dinamis dan diikuti dengan permainan tangga dari plaza satu ke plaza lainnya. Bahan material pedestrian di seputar kolam dan planter box dari batu alam bekas lahar Karangasem yang berbentuk segi empat dengan ukuran 20 cm x 20 cm. Pedestrian di pinggir taman dibuat dari bahan paving stoon 20 cmx20cm. Jarak tanaman sangat jarang, dan belum ada pohon-pohon besar yang rindang untuk berteduh. Jenis pohon yang ada di Taman Kota Tabanan terdiri dari: kelapa sawit, kelapa lokal, cempaka, cemcem, sandat, ibus, canging, jepun Bali, mangga, dan tanaman hias seperti: semak dan perdu, serta rumput.
58
1. Pedestrian Depan Utara
2. Plaza Depan
1 2 3 4
3. Pedestrian Depan Selatan
4. Plaza Selatan
Gambar 4.6 Kondisi Pedestrian dan Plaza Taman Kota Tabanan Tahun 2013 Sumber: Hasil Observasi Peneliti 2013
59
1. Papan Nama Taman Kota
2. Tempat Suci
2 1
4
3
3. Parkir Barat
4. Landasan Patung Oleg Tamulilingan Gamb Gambar 4.7 Kondisi fasilitas di Taman Kota Tabanan. Sumber, Hasil observasi Peneliti, 2013
60
4.2.3 Pemanfaatan Taman Kota Tabanan Dari hasil observasi didapatkan bahwa kegiatan rutin yang dilakukan pengunjung di Taman Kota Tabanan adalah: jalan-jalan dari plaza menuju dan atau pedestrian yang mengelilingi kolam hias dimana landasan patung berdiri. Duduk-duduk di atas dinding kolam dan planter box. Kegiatan-kegiatan khusus yang pernah ada di Taman Kota Tabanan yakni: peringatan Hari Habitat Sedunia yang diprakarsai oleh Dinas PU Provinsi Bali lewat Satuan Kerja (Satker) Tata Bangunan dan Lingkungan (PBL) yang mendanai dan membangun Taman Kota Tabanan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Pernah dimanfaatkan sebagai panggung kehormatan HUT Kota Tabanan tahun 2012 (lihat gambar 4.8) Melihat kegiatan yang dilakukan di Taman Kota Tabanan, maka dapat dikatakan intensitas pemanfaatan Taman Kota Tabanan sangat rendah. Pemanfaatan Taman Kota Tabanan kurang efektif. Jenis aktifitas yang dilakukan di Taman Kota Tabanan sangat sedikit. Pemanfaatan Taman Kota Tabanan, kalau dilihat dari konsep taman kota yang merupakan ruang terbuka hijau wilayah perkotaan yang berisi tumbuhan, tanaman, dan vegetasi bermanfaat untuk sosial, ekonomi, dan lingkungan. Taman kota yang baik memberi keamanan, kenyamanan, kesejahtraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Fungsi sosial dan estetika sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota, maka dapat dikatakan bahwa belum bermanfaat secara maksimal. Manfaat kesejahtraan belum tercapai, belum dilengkapi dengan sarana rekreasi yang baik dan terutama belum sama sekali dilengkapi dengan sarana kegiatan edukasi.
61
1. Panggung Kehormatan HUT
2
1
2. Atraksi Saat HUT Kota Tabanan Gambar 4.8 Pemanfaatan Taman Kota pada HUT Kota Tabanan 2012 Sumber: Hasil Obsevasi Lapangan Peneliti
62
Melihat pemanfaatan Taman Kota Tabanan saat ini, ditinjau dari konsep ruang publik dalam penelitian ini bahwa ruang publik adalah ruang di antara bangunan yang diperuntukan untuk umum untuk kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya, serta bisa diakses secara fisik dan visual oleh masyarakat umum, maka dapat dikatakan Taman Kota Tabanan belum tercapai fungsi yang diharapkan. Begitu pula dengan pemanfaatan fungsi sosialnya, fungsi ekonomi sama sekali belum pernah ada, dimanfaatkan sebagai fungsi budaya pernah dimanfaatkan sebagai tempat tamu kehormatan pada saat parade budaya HUT Kota Tabanan dan pentas budaya (lihat Gambar 4.9) Aktifitas di Taman Kota Tabanan, berupa duduk-duduk di planter box sambil melihat pemandangan di taman dan seputarnya (lihat Gambar 4.10) dan jalan-jalan mengelilingi kolam hias yang ada ditengah taman. Dengan kajian bedasarkan teori taman kota (Suharto,1994; dalam Sukawan, 2012:15), Taman Kota Tabanan termasuk katagori taman aktif. Taman Kota Tabanan berfungsi sosial dan berfungsi ekologi. Fungsi sosial yang yang ada di Taman Kota Tabanan seperti: rekreasi keluarga. Fungsi ekologi yang telah dilakukan di Taman Kota Tabanan seperti adanya pohon, tanaman, dan padang rumput yang bisa mengkondisikan iklim dan penyerapan air hujan ketanah. Berdasarkan teori taman kota yang mengatakan bahwa fungsi taman kota adalah fungsi sosial dan fungsi ekologi (Darmawan, 2009). Disebutkan pula bahwa untuk meningkatkan fungsi ekologis kota, taman kota semestinya sebagai sarana kesehatan, pengaturan iklim, perlindungan, pengaturan persediaan air tanah, penyeimbang alam, dan keindahan. Kegiatan lain yang ada di Taman Kota
63
tabanan adalah kegiatan olah raga skate board, sepeda BMX, dan kontes anjing pitbul (lihat gambar 4.11)
1. Pementasan Malam Hari di Plaza Depan
1
1. Pementasan Malam Hari di Plaza Depan Gambar 4.9 Kegiatan Budaya di Taman Kota Tabanan Sumber: Hasil Obsevasi Peneliti, 2012
64
2. Nenek Bersama Cucunya
1. Sore Hari Anak-anak Duduk Di Planter Box
2
1
3
3. Keluarga Duduk-duduk Sore hari Gambar 4.10 Kegiatan Duduk-duduk di Planter Box Taman Kota Tabanan Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2013
65
1.Remaja Bermain Sketer di Plaza Utara
2.Remaja Bermain Sepeda BMX di Plaza Timur
1
3
2
4
3. Remaja Kontes Anjing 4. PKL di Parkir Depan Pitbul di Plaza Depan Gambar 4.11 Kegiatan Olah Raga Skate Board, Sepeda BMX, dan Kontes Anjing Pitbul, dan Kuliner di Taman Kota Tabanan di Sore Hari. Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2013
66
Dari pengamatan lapangan terhadap pemanfaatan Taman Kota Tabanan, dapat disimpulkan sebagai berikut (lihat Tabel 4.1)
Tabel 4.1 Daftar Pemanfaatan Taman Kota Tabanan Sumbe: Hasil Observasi Peneliti, 2013
Waktu
Jenis Aktifitas
Civitas
Kapasitas
Intensitas
Posisi
Pagi
Jalan-jalan
Remaja
5 orang
1x seminggu
Pedestrian
Siang
Duduk-duduk
Remaja
10 orang
1x seminggu
Sore
Duduk-duduk
Keluarga
20 orang
Malam
Duduk-duduk
Remaja
10 orang
Malam minggu dan hari munggu Setiap hari
Plenter box, rumput Plenter box, anak tangga
Hari minggu sore Hari tertentu
Kontes Anjing
Remaja
20 orang
Sebulan sekali
Pameran, pentas remaja, pentas budaya Parade
Umum
100 orang
Sekali waktu
Umum
200 orang
1x setahun
Hari HUT
Tabel 4.2 Daftar Elemen Taman Kota Tabanan Sumber: Hasil Observasi Peneliti, 2013
No
Unsur Elemen
Jenis Elemen
Keras
Plenter box, Pedestrian, Landasan patung,
Lembut
Pohon peneduh, Tanaman hias, Rumput
Cair
Air kolam hias
Plenter box, anak tangga Plaza depan
Plaza depan, lapangan rumput, pedestrian Palza depan
67
4.3 Faktor-faktor Pengaruh Intensitas Pemanfaatan Taman Kota Tabanan 4.3.1 Faktor Pencapaian Menurut teori kulitas ruang publik dikatakan bahwa pencapian merupakan salah satu faktor penentu kualitas ruang publik (Darmawan, 2009:88-89). Untuk memberi kemudahan mengetahui keberadaan lokasi taman kota, site taman kota semestinya bisa terlihat segala arah, dan diakses dari segala penjuru.
Faktor
pencapian sangat mempengaruhi minat pengunjung datang ke Taman Kota Tabanan. Pengunjung merasa kesulitan mengetahui keberadaan Taman Kota Tabana, karena lokasi tidak kelihatan dari segala arah, terutama dari arah selatan dan timur pusat kota. Pengunjung mengetahui keberadaan Taman Kota Tabanan lewat informasi pengunjung lainnya. Menurut pendapat seorang pelajar dari Kediri Tabanan mengatakan bahwa kalau orang baru ke sini tidak tahu ada taman kota, karena lokasinya tidak kelihatan dari arah selatan dan timur, kecuali dari arah utara. Adapun pendapatnya adalah sebagai berikut: Saya kesini baru dua kali, saya dikasi tahu oleh teman akan beberadaan taman kota ini. Kalau orang baru kesini tidak tahu ada taman kota. Site cocok untuk taman kota. Site ini layak untuk taman kota, jauh dari keramaian. Datang dari taman kota penatnya hilang, mempengaruhi motivasi. Kegiatan yang pernah dilihat ditaman kota skate board, jalan bawa anjing. Menurut pendapat saya pengembangan taman kota kedepan dikembangkan lebih bagus, ditambah fasiltas olah raga, diperluas,, ditambah joging trak, kolam diperbesar ditambah ikan Pendapat ini didukung oleh pendapat seorang pelajar yang juga dari Kediri mengatakan bahwa dirinya mengetahui keberadaan taman kota diberi tahu dan diajak teman, bukan melihat sendiri. Teman-temannya belum banyak tahu tentang keberadaan taman kota,. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
68
Saya berkunjung ke taman kota ini setiap ada waktu, dengan tujuan untuk mencari kesenangan. Saya mengetahui taman kota ini awalnya kesini diajak teman. Sekarang saya kesini bersama teman. Teman-teman saya belum banyak tahu taman kota ini. Menurut saya penataan taman kota ini sudah bagus, namun pencahayaan kurang, lokasi kurang strategis, agak terganggu sedikit karena kolamnya banyak lumut. Saya merasa aman, dan senang di taman ini. Setelah datang dari taman kota saya menemui inspirasi baru. Harapan saya kedepan taman kota perlu dikembangan, diperbaharui, perlu dilengkapi lampu, perlu di rapikan lagi. Dari pernyataannya dapat dikatakan bahwa keberadaan taman kota belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat Tabanan. Karena sitenya sulit dilihat dari pusat keramaian kota. Letaknya belum dikenal oleh kebanyakan masyarakat yang datang ke pusat kota Tabanan. Taman Kota Tabanan diperkenalkan oleh temantemannya, bukan dilihat sendiri. Ditinjau dari teori kualitas ruang publik menurut Darmawan (2009:88-89) bahwa
salah satu faktor peningkatan ruang publik
adalah pencapaian, citra (image). Hal ini menunjukkan bahwa faktor pencapaian dan citra kurang maksimal, maka hasilnya pengenalan taman kota kurang optimal. Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa faktor lokasi masih menjadi masalah. Kunjungan masyarakat ke taman kota masih belum maksimal, begitu juga intensitas pemanfaatannya kurang optimal. Pandangan yang sama terhadap masalah lokasi dan luas site juga diberikan oleh seorang anggota Polisi Pos Sektor Kota Tabanan, asal Banjar Celagi Desa Denbantas Kecamatan Tabanan mengatakan bahwa lokasi Taman Kota Tabanan kurang luas, dan site kurang luas. Hasil wawancara dengan Beliau adalah sebagai berikut: Saya tahu ada Taman Kota Tabanan, tapi saya belum pernah kesana. Taman Kota Tabanan lokasinya kurang pas, kurang luas, kurang tempat hiburan, pemandangan kurang. Menurut saya kedepan Taman Kota Tabanan ke depan dikembangkan diperluas ke arah timur arena ada tanah
69
kosong di bagian timur. Supaya taman kota banyak dikunjungi, dan ramai maka perlu sering diadakan kegiatan yang positif, seperti hiburan dan pegelaran. Pencapaian lokasi taman kota dari tempat lain di kawasan sekitar taman kota perlu mendapat perhatian. Pencapaian yang baik dilakukan dengan membuat tempat penyebrangan dan pemberhentian, pelebaran trotoar dan parkir yang baik dan rapi. Pengaturan sirkulasi diseputar taman kota perlu di tata. Hal ini dikatakan oleh salah satu pengunjung dari Baturiti mengatakan bahwa dirinya mengatahui taman kota karena kebetulan lewat di depan taman kota. . Hasil wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Saya baru pertama kali berkunjung ke taman kota. Menurut saya lokasinya bagus, pemandangan bagus, mengetahui taman kota karena kebetulan lewat, lokasi cocok jalan satu arah, kebersihan kurang. Menurut pendapatnya, dapat dikatakan bahwa faktor lokasi dan site menurutnya
sangat
mendukung keberadaan
taman kota, namun
faktor
kenyamanan masih menjadi masalah yakni masalah kebersihan. Sesuai dengan teori kualitas ruang publik yang disampikan oleh Darmawan (2009:88-89) bahwa faktor kenyamanan dan pencapaian menjadi faktor kualitas ruang publik. Pendapat ini juga sesuai dengan teori lainya, menurut Frick dalam Mulyani (2006: 88-98) mengatakan bahwa persyaratan taman kota bahwa taman kota terletak pada lokasi yang gampang diketahui, dilihat dan dicapai, luas site yang cukup, memiliki vegetasi yang cukup, varian sarana yang banyak dan fasilitas yang lengkap, memenuhi skala ruang dan skala bangunan.
70
4.3.2 Faktor Kenyamanan Sesuai dengan faktor teori kualitas ruang publik yang dikatakan oleh Darmawan (2009: 88-89), bahwa faktor kenyamanan merupakan persyaratan ruang publik. Dengan adanya kenyamanan pengunjung akan merasa betah di taman kota, dan pengunjung akan datang lagi berkunjung ke taman kota. Lebih lengkapnya teori ruang publik yang dinyatakan dalam Darmawan (2009: 88-89) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas ruang publik adalah keamanan, kenyamanan, pencapaian, vitalitas, dan image. Manfaat masingmasing faktor tersebut adalah sebagai berikut: faktor keamanan dapat memberi kenikmatan; faktor kenyamanan dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas dalam ruang publik; faktor pencapaian menuju tempat umum dengan mempermudah penyebrangan dan memperlancar sirkulasi kendaraan serta mambuat tempat-tempat pemberhentian; faktor vitalitas untuk menghidupkan ruang publik; faktor image untuk menarik para pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua pelajar asal Kediri Tabanan mengatakan bahwa selama berada di taman kota merasa aman. Sedangkan tentang faktor kenyamanan mereka mengeluh terhadap taman kota. Menurutnya pula bahwa dimalam hari taman kota kurang nyaman karena penerangan sangat kurang, sedangkan mereka juga mengeluh bahwa taman kota di siang hari terasa panas karena kurang pohon peneduh. Keluhan lain terkait dengan kenyamanan yaitu masalah kebersihan dan kerapian, masalah kelengkapan fasilitas taman kota. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa sarana taman kota perlu di tambah sarana olahraga seperti jogging track.
Melihat pendapat darinya, dikatakan bahwa
71
kenyamannya saat di taman kota masih terganggu karena kurang pohon peneduh, air kolam keruh, sampah berserakan. Untuk
memberi
kesejukan
dan
kenyamanan
seperti:
penghijauan,
kontur/trasis, natar, tanaman pohon, rumput hujau. Seperti yang disampaikan oleh seorang pengunjung yang berprofesi sebagai pegawai swasta mengatakan bahwa taman kota kurang sejuk karena kurang penghijauan, terlalu banyak pengerasan. Hasil wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Saya sering ke Taman Kota Tabanan.`Menurut saya taman kota ini kurang sejuk, pohon-pohon kurang banyak, pengerasan terlalu banyak. Taman kota ke depan dikembangkan dengan menambah pohon supaya segar, perlu ditambah jogging track untuk orang tua dibuat supaya tidak tengganggu pengunjung taman lainnya. Malan hari ditambah lampu. Saya malas berkunjung ketaman kota karena belum ada tempat duduk di pinggir lapangan. Menurut pendapatnya pula mengatakan bahwa beberapa hal yang penting yang perlu menjadi perhatian dalam mengembangkan Taman Kota Tabanan menjadi ruang publik yang refresentatif yakni: bentuk permukaan tapak yang bertransis
terjal,
komposisi
perkerasan
lebih
banyak
dari
penghijaun,
menyebabkan Taman Kota Tabanan kelihatannya mencekam dan gersang, panas, kesannya kurang santai. Kondisi ini menyebabkan pengunjung kurang betah lamalama dan enggan berkunjung. Pendapat ini diperkuat oleh pelajar asal Kerambitan Tabanan, bahwa Taman Kota Tabanan kurang nyaman, hasil wawancaranya adalah sebagai berikut: Saya kurang merasa nyaman, karena kurangnya pohon peneduh, masih terasa panas, air kolam keruh dipakai memandikan anjing, sampah berserakan.
72
4.3.3 Faktor Fasilitas Menurut Tibbalds (1993), dalam Darmawan (2009) di katakan bahwa dalam menilai kualitas ruang publik kota ada 8 elemen penting yang digambarkan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, bentuk-bentuk fisik bangunan atau asesoris kota lainnya hinggga sampai manajemen pengelolaannya yakni: aktifitas dan fungsi campuran; ruang publik dan ruang khusus; pergerakan dan keramahan pedestrian; skala manusia dan kepadatan; struktur, kejelasan, dan identitas; kerapian, keamanan dan kenyamanan; manajemen kota; dan visual menarik. (Darmawan, 2009:89). Menurut seoarang pengusaha dari Singaraja tinggal di Desa Dauh Pala Tabanan, mengatakan bahwa: merasa kesulitan mencari makanan di saat berkunjung di Taman Kota Tabanan bersama keluarga. Fasilitas yang ada sangat terbatas. Kelayakan (vitalitas) fasilitas taman kota diperlukan untuk meramaikan kunjungan ke taman kota. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa taman kota ini perlu dilengkapi dengan tempat jualan. Hal-hal lain yang ditinjau terkait sarana dan fasilitas adalah kelengkapan, dan kualitas yang disoroti olehnya seperti: taman keluarga, taman bermain anak-anak, tempat olah raga, bale bengong supaya kalau hujan ada tempat berteduh. Hasil wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Saya datang ke taman kota saat liburan, dan lagi santai. Saya sudah tahu ada taman kota dari sejak mulai membangun. Tujuan saya ke taman kota mengilangkan penat. Datang dari taman kota rasanya blong enak rasanya, Selama di taman kota merasa senang, santai, nyaman, aman tidak ada ganguan, kalau diganggu kan rugi. Sementara lokasi ini cocok untuk taman kota. Kegiatan yang pernah dilihat selama berkunjung di taman kota kegiatan santai. Saya kesulitan mencari dagang, penerangan kurang. Menurut ide saya kedepan taman ini perlu diperluas, tambah tempat jualan, taman keluarga, taman bermain anak-anak, tempat olah
73
raga, bale bengong supaya kalau hujan ada tempat berteduh, namanya tetap taman kota.
Pendapatnya didukung oleh pendapat oleh pengunjung yang lainya mengatakan bahwa revitalisasi dilakukan dengan membuat cafe, pedagang kaki lima, serta sering dilakukan kegiatan-kegiatan festival untuk menghidupkan kawasan taman kota. Kelengkapan fasilitas taman dilengkapi supaya bisa berfungsi sosial budaya, sosial ekonomi, estetika, dan ekologi dengan meningkatkan kelayakan fasilitas. Kenyamanan dan keamanan ruang publik sangat perlu diperhatikan, dengan memberi kemerdekaan beratraksi, berkreasi, dan berinteraksi, kesenangan, kemudahan pencapian (aksesbilitas). Berdasarkan konsep taman kota dari penelitian ini adalah ruang terbuka hijau wilayah perkotaan yang berisi tumbuhan, tanaman, dan vegetasi bermanfaat untuk keamanan, kenyamanan, kesejahtraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut yang fungsi sosial dan estetika sebagai sarana kegiatan rekreasi, edukasi, atau kegiatan lain pada tingkat kota. Menurut hasil wawancara dengan Jimpo dan Ida Ayu Putu Merta Kariasaih, mengatakan bahwa fasilitas yang perlu ditambah di taman kota adalah: taman manula, taman bacaan, jogging track, tempat bermain anak-anak, tempat atraksi, panggung terbuka, lapangan rumput hijau. Sarana rekreasi (tempat dudukduduk, tempat bermain), sarana edukasi (taman bacaan/perpustakaan), sarana olah raga (jogging track), sarana kuliner. Penambahan akan sarana edukasi pada taman kota di dukung oleh Jimpo. Hasil wawancara dengan Jimpo adalah sebagai berikut:
74
Tidak gampang membuat taman kota, harus memakai konsultan. Taman Kota Tabanan ini bagai menulis diatas buku yang sudah ada tulisan hasilnya hancur jelek. Semua kota-kota maju harus punya taman kota. Taman kota harus berfungsi bisa untuk tempat berinteraksi masyarakat, taman kota harus dilengkapi taman manula, dilengkapi taman bacaan/ perpustakaan, sambil santai bisa baca-baca. Pendapat ini didukung seorang pelajar di SMAN 6 Denpasar, mengatakan bahwa taman kota perlu dilengkapi dengan tempat bermain remaja seperti tempat bermain MBX, dan skateboard. Hasil wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Saya kesini diajak teman kumunitas BMX, karena disini tamannya masih sepi, maka sangat baik untuk bermain BMX, tidak diganggu oleh orang jogging track. Kalau di Denpasar taman kota sangat ramai, banyak orang jogging tract,dan anak-anak bermain, serta keluarga berrekreasi, tidak enak mengganggunya. Pengunjung lainya, seorang pegawai swata juga mendukung mengatakan bahwa fasiltas Taman Kota Tabanan belum dilengkapi fasilitas tempat rekreasi keluarga yang memadai, seperti: tempat bermain anak-anak, tempat duduk-duduk yang teduh untuk beristirahat, dan bercengrama. Hasil wawancaranya dalah sebagai berikut: Perlu tempat permainan anak-anak hari minggu dapat bermainmain bersama keluarga, tempat atrasi sifatnya sewaktu-waktu tertentu, setiap minggu perlu jogging, perlu stage, dipakai hari tertentu, pada momen-momen tertentu seperti:`parade HUT kota, perlu lapangan rumput hijau untuk multi fungsi, perlu dibuat tempat jualan makan.
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat I Made Sujana. Taman Kota Tabanan belum dilengkapi dengan tempat olah raga ringan seperti: lintasan joging track yang aman dan nyaman, serta lapangan hijau yang datar dan luas. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Leo Mahendra.
75
Wawancara dengan seorang pelajar SMAN 1 Kerambitan, dari Kerambitan, mengeluhkan hal yang sama bahwa masalah vegetasi sangat perlu diperhatikan. Untuk menarik orang lebih ramai mau datang ke taman kota harus sejuk dan indah. Kalau sudah menyejukkan dan menarik, pengunjung merasa tertarik datang kembali ke taman. Hasil wawancara dengan Aditya adalah sebagai berikut: Saya tiga kali berkunjung, tak tentu harinya, tujuan refresing, tepat sebagai taman kota, senang, nyaman, aman, panas kurang tanaman, datang dari taman kota hilang penat, lokasi sangat cocok, layak jadi taman kota, pengembangan taman supaya kelihatan ramai menarik orang datang perlu tambah tanaman, desain sudah pas, kesini duduk nonton orang bermain sketbord, ada taman kota sudah tahu dari dulu sering lewat, bukan karena papan nama, bukan dikasi tahu, nama tetap taman kota Tabanan. Dari hasil wawancara dengan Ida Ayu Putu Merta Kariasih, dan Aditya dan tinjuan teori tentang persyaratan taman kota yang dinyatakan oleh Frick dalam Mulyani (2006: 88-98), bahwa vegetasi taman kota sangat mempengaruhi kenyamanannya. Faktor kenyamanan selain di pengaruhi oleh keamanan dan kesejukan, juga dipengaruhi oleh kebersihan, pendapat ini juga didukung oleh pendapat I Nyoman Sartayasa dan Devingga Fajarlivani serta Leo Mahendra. Hal lain yang menjadi sorotan terkait dengan kenyamanan adalah masalah penerangan taman kota. Dimalam hari taman kota gelap tidak ada lampu taman. Hal ini dikeluhkan oleh Made Sujana, Ida Ayu Putu Merta Kariasih, dan Devingga Fajarlivani. Pengelolaan taman kota sangat perlu di perhatikan dengan baik. Masalah keamanan, kenyamanan, dan kebersihan menjadi agenda kerjanya. Pengelolaan partisifatif masyarakat sangat diharapkan untuk meringankan beban pemerintah, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama sebagai owner dan user ruang
76
publik. Seperti masalah sampah yang dikeluhkan oleh I Nyoman Sartayasa. Untuk menjamin keamanan dan kebersihan diperlukan pengelolaan dan kebijakan. Dalam manajemen ruang publik ada tiga aspek yang harus diperhatikan yakni: pelayanan publik (pemeliharaan, keamanan, transportasi), menciptakan pasar, meningkatkan kualitas desain ruang publik.(Darmawan, 2009:83). Pendapat ini juga didukung oleh Dewa Dana, pensiunan pegawai asal Banjar Labah, desa Dajan Peken Kecamatan Tabanan, mengatakan bahwa Taman Kota Tabanan memerlukan pengelolaan untuk menjaga kebersihan dan keamanan. Adapun petikan wawancaranya adalah sebagai berikut: Saya sering kesini untuk jalan-jalan, saya sangat kecewa dengan kebersihan dan keamanan di taman kota, tidak ada yang mengurus masalah kebersihan dan penjagaan/keamanan, semestinya pihak Satpol PP sering mengontrol/mengawasi kesini, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi, pencegahan lebih dini.
4.3.4 Faktor Pencitraan Pengenalan lokasi taman sangat perlu, supaya masyarakat umum yang baru datang ke Kota Tabanan dengan cepat mengetahui keberadaan Taman Kota Tabanan. maka masalah pencitraan (image) segera diselesaikan dan dilengkapi dengan menciptakan kesan khusus seperti landmark sebagai identitas dan kejelasan, untuk menarik kunjungan masyarakat datang ke taman kota. Hasil wawancara dengan seorang pengusaha tanaman hias dari Marga Tabanan , adalah sebagai berikut: Saya sudah mengetahui keberadaan Taman Kota Tabanan, karena saya sering ke Puri Agung Tabanan yang berada di belakang Gedung Maria, yang berhadapan dengan Taman Kota Tabanan, tapi saya jarang ke taman kota karena kurang sejuk, kurang tanaman besar. Usul saya dibelakang bagian timur taman kota ditanami pohon-pohon besar seperti
77
hutang kota sehingga bayangan pohonnya bisa membuat sejuk terutama di pagi hari menjelang siang saat matahari condong di timur. Tanaman hias yang di tanam yang murah meriah tapi ceria, sehingga tidah mahal. Pendapat pengusaha ini menunjukkan bahwa ketertarikannya ke taman kota dipengaruhi oleh sesejukan taman kota itu sendiri. Kondisi tanaman hias, dan pepohonan menjadi perhatiannya, karena membuat taman kelihatan sejuk dan indah, sehingga taman kota menjadi menarik untuk dikunjungi. Hal ini sesuai dengan teori tentang kualitas ruang publik bahwa pencitraan taman kota perlu dilakukan untuk menjadi lebih menarik, dengan menciptakan kesan khusus seperti penambahan tetenger (landmark), yang dalam hal ini dengan menambah penanaman pohon-pohon besar. Kehadiran pohon-pohon besar selain membuat kesan khusus, juga menambah kesejukan, dan berfungsi untuk menciptakan oksigen lebih banyak. Keadaan ini sesuai dengan teori taman kota bahwa fungsi taman kota selain berfungsi sosial juga berfungsi estetika dan lingkungan. Pendapat di dukung oleh seorang pengusaha jasa konstruksi dari Kota Tabanan mengatakan bahwa kesan menarik dari Taman Kota Tabanan belum ada sehingga tidak menggugah minat pengunjung lebih banyak datang ke taman kota. Hasil dari wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Saya mengenal adanya Taman Kota Tabanan namun saya belum pernah ke taman kota, karena belum tertarik ke sana. Taman Kota Tabanan belum menarik perhatian. Kondisinya masih gersang dan penampilannya belum mengesankan. Menurut konsep taman kota bahwa taman kota memberi manfaat kesenangan, kenyamanan, keamanan dan kebahagiaan, serta keindahan. Taman kota sebagai ruang publik bisa di kunjungi oleh semua lapisan masyarakat kota, tanpa merasa malu atau sungkan. Kalau fungsi taman kota hanya di kunjungi oleh kelompok
78
masyarakat tertentu, maka taman kota tersebut menjadi exklusif, tidak sesuai dengan fungsi sebagai ruang publik. Begitu halnya dengan teori ruang publik bahwa faktor citra (image) menjadi faktor kualitas ruang publik. Dengan citra yang baik atau mempunyai daya tarik akan menarik pengunjung untuk datang ke taman kota. Pendapat ini juga didukung oleh seoarang pengusaha kontraktor asal Batan Duren, Desa Cepaka, Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, mengatakan bahwa pencitraan terhadap Taman Kota Tabanan belum baik, belum banyak yang tahu tentang keberadaannya, kurang informasi, apalagi tempatnya bersembunyi, tidak terletak di jalan utama. Hasil wawancara dengannya, adalah sebagai berikut: Saya sering mengantar istri ke Pasar Kota Tabanan, tapi tidak tahu ada taman kota di Kota Tabanan. Hal ini mungkin kurang informasi, lokasi tersembunyi dari pusat ruang publik pusat kota yang dalam hal ini pasar ibukota, tidak terletak di jalur utama. Saya sering mengajak anakanak ke taman kota di Niti Mandala renon, karena memang saya sering berurusan ke Renon. Disana lapangannya luas, alami, ada sarana olah raga. Menurut saya taman kota harus luas, alami, ada sarana olahraga, menarik. Setiap hari minggu diadakan acara-acara yang menarik untuk masyarakat. Kalau taman kota tidak menarik, pengunjung hanya 1-3 kali datang setelah itu sudah bosan.
Masalah image juga disoroti oleh salah satu tokoh Puri Agung Tabanan mengatakan bahwa Taman Kota Tabanan belum menarik, belum layak menjadi taman kota. Lebih jauh beliau mengatakan bahwa faktor kelengkapan fasilitas masih menjadi kendala, yang menyebabkan taman kota semakin tidak menarik, dan menurutnya luas site yang sempit dengan bentuk yang sedemikian rupa menyebabkan taman kota kelihatan sumpek. Hasil wawancara dengannya, adalah sebagai berikut:
79
Saya jarang ke taman kota, walaupun saya berada di depannya taman kota. Taman Kota Tabanan belum layak disebut taman kota karena tidak punya daya tarik, posisi kurang pas, tersembunyi, dan terpencil, site kurang luas/terlalu sempit, sumpek. dan kurang terbuka makanya kurang lega. Fasilitas tidak lengkap seperti: tempat bermain anak-anak, tempat kuliner jajan Bali, tempat duduk-duduk santai, tempat jalan-jalan dan jogging pagi-pagi untuk mencari udara segar. Vegetasi dan lansekap belum memenuhi seperti: lapangan rumput, kurang tanaman hias, dan pohon-pohon besar yang rimbun tempat berteduh, dan air mancur. Lampu-lampu tidak ada sama sekali, gelap, makanya malamnya dipakai oleh anak muda tempat pacaran, hal ini dilakukan selain tidak ada lampu, bentuk artifisial taman kota ini banyak ada tangga dan planter box yang tinggi-tinggi sangat memungkinkan hal itu terjadi. Bentuk desain taman kota kurang bagus, serti kaabah. Usul saya untuk taman kota ke depan adalah lokasi taman kota harus di jalan protokol, sehingga kelihatan oleh khalayak ramai, yang datang mengunjungi kota seperti site RSUD Tabanan cocok untuk taman kota, rumah sakit di pindah ke Nyitdah. Keindahan kesejukan dibuat sedemikian rupa sehingga orang tertarik untuk datang. Parkir yang ada di taman kota yang sekarang dijadikan ruang hijau saja, karena banyak orang menaruh mobil di parkir sampai menginap, takut kedepan nantinya di kasi atap terpal. Ketidakmenarikan Taman Kota Tabanan juga di katakan oleh salah satu tokoh masyarakat Banjar Jambe, Desa Dajan Peken Kota Tabanan, mengatakan bahwa kemalasan dirinya datang ke taman kota karena taman kota belum menarik, belum kelihatan menenangkan, ini menunjukkan faktor pencitraan dan kenyamanan belum terpenuhi. Hasil wawancara dengannya, adalah sebagai berikut: Tiang uning Taman Kota Tabanan, nanging tiang durung naanin merika, santukan ngekoh tur taman kota punika durung ngelangunin manah, durung ramia. Yan kamahan antung titiang, mandala tur gunan ipun durung mejangkepan. Durung kantenan degdeg tur santi, kawentenannyane kantenan akeh pikobet sane panut kebecikan.
Saya tahu naman kota, tapi saya belum pernah kesana, sebab malas dan taman kota itu belum menarik hati, dan belum ramai. Kalau saya pikir taman kota tersebut fungsi dan lokasi kurang tepat/cocok. Belum kelihatan menenangkan dan membuat damai, serta kelihatannya masih banyak masalah yang harus dibenahi.
80
4.3.5 Faktor Sosial Budaya Menurut seorang pedagang kaki lima (PKL) yang menjual makanan dan minuman, yang membuka lapak di selasar pertokoan Kota Tabanan, asal Kediri Tabanan, mengatakan bahwa dirinya tidak pernah ke taman kota walaupun tahu ada taman kota, karena tidak suka jalan-jalan dan sibuk berdagang dari pagi hingga malam. Taman Kota Tabanan belum mampu memotivasi pengunjung untuk meluangkan waktunya untuk olah raga atau rekreasi ke taman kota. Lebih jelasnya hasil wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Saya tahu ada Taman Kota Tabanan, tapi saya belum pernah kesana, karena saya tidak suka lali-lali (jalan-jalan), dan waktu saya sudah habis untuk jualan di warung di rumah saat pagi, dan jualan di pasar siang sampai sore, malam saya naruh dagangan di Pasar Senggol Kota Tabanan. Saya usulkan supaya ramai Taman Kota Tabanan dikunjungi, perlu sering diadakan hiburan-hiburan. Pendapat ini menunjukkan bahwa rekreasi ke taman kota belum menjadi kebutuhan.
Taman
kota
belum
menarik
perhatian
masyarakat
untuk
memanfaatkaanya. Pendapat ini didukung seorang pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Senggol Jalan Gajah Mada Kota Tabanan asal Banjar Delod Rurung Desa Delod Peken Kota Tabanan, hasil wawancara sebagai berikut: Saya tahu ada taman kota, saya sering lewat di depan taman kota, tapi saya malu mengunjungi taman kota karena taman kota dikunjungi kebanyakan remaja-remaja ada yang mengajak pacarnya terutama malam, siangnya saya tambah malu kesana. Taman Kota Tabanan kurang hijau, karena kurang pohon makanya kelihatannya kurang sejuk, kurang lapangan hijau untuk anak-anak bermain-main sambil berlari-lari. Saya orang asal Kota Tabanan, tinggal di Kota Tabanan, belum pernah ke Taman Kota Tabanan, malah saya bersama cucu sering ke Pura Taman Ayun, karena sekarang di sana halaman yang luas di depan barat wantilan sudah diratakan dan ditanami rumput kelihatannya sangat sejuk, lapang, lega, apalagi lapngan tersebut luas, sehingga cucu-cucu saya senang bermain di sana.
81
Pendapat dari PKL ini dapat dilihat bahwa ada kesungkanan darinya untuk mengunjungi taman kota karena lebih banyak dipakai oleh anakanak muda untuk kencan, sehingga merasa malu datang ke taman kota dimalam hari, apalagi di siang hari. Untuk itu maka Bapak Darna mencari taman yang lain walaupun lebih jauh. Berdasarkan kenyataan ini dapat bahwa Taman Kota Tabanan belum mampu menjadi ruang publik, belum mampu menarik masyarakat dari semua golongan untuk datang ke taman kota, dan citranya belum baik.
4.3.6 Faktor Pengelolaan Menurut teori manajemen ruang publik yang dipakai di Rockefeller Centre USA dalam Project for Public Space dikatakan bahwa ada tiga aspek dalam manajemen ruang publik adalah pelayanan kota, pasar pusat kota, dan desain ruang kota (Darmawan, 2009:83). Lebih jauh dikatakan dalam teori ini bahwa ada dua aspek dalam strategi desain ruang kota yakni: review perancangan pengembangan areal utama pusat kota, dan peningkatan perancangan jalan-jalan, trotoar, taman-taman, dan plaza. Review desain merupakan salah satu proses desain bangunan atau rehabilitasi bangunan lama untuk menjaga agar dapat mempertahankan nilai properti tetap stabil atau meningkat. Menurut pejabat Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tabanan, Bidang Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dikatakan bahwa Taman Kota Tabanan ini belum layak menjadi ruang publik, maka dari itu pihaknya terus berupaya melakukan pembenahan terhadap Taman Kota Tabanan, dengan
82
mengadakan review terhadap DED Taman Kota Tabanan, sejalan dengan penyelesaian kendala pendanaan. Petikan hasil wawancaranya sebagai berikut: Pandangan saya terhadap keberadaan Taman Kota Tabanan adalah memang sangat perlu sekali di Kota Tabanan karena sangat bagus sekali untuk tempat rekreasi dan hiburan bagi masyarakat kota menambah RTH di kota dan mengingat padatnya jalurnya sangat sibuk maka perlu ruang terbuka hijau. Pemanfaatan yang pernah dilakukan di Taman Kota Tabanan adalah pemanfaatan bagi lansia untuk jogging track waktu pagi dan sore, hari libur, banyak ibu-ibu ngajak anak mengasi makan, banyak dipakai rekanan untuk hiburan seperti penyanyi pentas penyanyi dan ajang kegitan tertentu, tempat pertemuan kaula muda Kebijakan/straegi/rencana pementintah untuk pengembangan taman kota ke depan adalah membuat museum Sagung Wah untuk menampilkan photo-photo perjuangan Sangun Wah, panggung terbuka seperti Arda Candra, mainan anak-anak. Taman Kota Tabanan belum layak sebagai ruang publik, maka dengan riview DED Taman Kota Tabanan dan dengan adanya renovasi, baru bisa dimanfaatkan oleh masyrakat dan layak sebagai ruang publik. Kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangannya adalah sumber dana, mengingat PAD kecil jauh dari PAD Kabupaten Badung, maka perlu di lobby-lobbyk ke pusat, dan pelebaran lahan, ke arah selatan masih ada BRI, Pura Sakenan, dan Geria Beraban. Pengelolaan taman kota dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tabanan. Pengembangan taman kota, belum maksimal, karena berbagai masalah seperti masalah pembiayaan, sehingga banyak rencana pengembangan belum bisa dilaksanakan. Kendala ini bisa diatasi dengan kerja sama dengan dinas terkait dan swasta, serta masyarakat. Kebijakan terkait dengan Taman Kota Tabanan juga disampaikan oleh Kepala Bidang Pemerintahan, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Tabanan,
mengatakan, bahwa Taman Kota Tabanan perlu ditata ulang untuk mencapai sasaran yang diinginkan, yakni membuat ruang terbuka hijau (RTH) publik perkotaan yang berfungsi lingkungan, sosial, dan estetika, serta ekonomi, yang
83
bentuknya berupa taman kota, namun kendala pengapusan aset masih menjadi hambatan. Hasil wawancara dengannya adalah sebagai berikut: Taman kota ini dibantu pendanaan dan pelaksanaan pembangunannya oleh pemerintah pusat lewat Satuan Kerja (Satker) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Bali. Namun hasil pembanguan ini belum maksimal sesuai harapan, sehingga ada rencana meredisain dan menata ulang taman kota ini. Hasil Pembangunan ini belum diserahkan ke Pemerintah Daerah (Pemkab) Tabanan lewat Biro Aset, sehingga belum menjadi aset Pemkab Tabanan. Ini menjadi kendala dalam pengapusan aset, guna penataan ulang tersebut. Pemikiran lain yang menjadi pertimbngan bahwa perjuangan mendapatkan batuan dana dari pusat cukup berat, harus menyiapkan dana pendampingan dari Pemkab Tabanan, seperti dana pembongkaran, perencanaan mulai dari RTRK, Masterplan dan DED. Selain menyiapkan dana pendamping, Pemda Tabanan penunjukkan keseriusan dalam pengadaan ruang terbuka hijau perkotaan sebagai implemantasi amanat UU Tahun Tentang Tata Ruang. Pemda Tabanan sangat konsen dalam hal ini, dibuktikan dengan pembongkaran bangunan-bangunan yang ada di kawasan lahan taman kota ini. Bangunan yang dibongkar adalah bangunan kantor Kebudayaan dan Pariwisata (ex. Kantor Camat Tabanan), Rumah Jabatan Wakil Bupati Tabanan, Rumah Jabatan Kapala Polisi Resort Tabanan, Rumah Jabatan Sekretaris Daearah Pemkab Tabanan, Rumah Jabatan Asisten dan Kepala Bagian Pemkab Tabanan. Keseriusan Pemerintah Tabanan dalam pengadaan ruang terbuka hijau, seperti pengadaan Taman Kota Tabanan, membuat Pemerintah Pusat memberi bantuan dana cukup banyak untuk pembiayaan pembangunan awal taman kota. Ini membuktikan bahwa masalah pendanaan bisa di selesaikan dengan kerja sama. dengan pihak lain. Pengelolaan taman kota diperlukan program, rencana, serta kegiatan yang berkelanjutan, dan berkesinambungan. Pendapatnya
juga
didukung
Sekretaris
Bapedda
Pemkab.
Tabanan,
mengatakan bahwa Taman Kota sangat perlu ditata ulang, supaya lebih menarik dengan membuat, seperti: lapangan hijau, open stage, lintasan jogging track yang lebar, taman bermain anak-anak, dan remaja, dan penghijaun dengan proporsi
84
yang dipersyaratkan, serta dilengkapi dengan musem Sagung Wah, Lebih jauh dikatakan bahwa dengan adanya lapangan hijau anak-anak lebih leluasa bermain. Memang masalah penghapusan aset masih menjadi kendala. Hasil wawancara dengannya, adalah sebagai berikut: Saya sering mengajak cucu jalan-jalan ke taman kota, tapi saya merasa was-was, anak-anak lompat sana lompat sini sedangkan kondisi kontur taman kota berbahaya, jumlah anak tangga banyak dan terjal, kolam hias dalam, perkerasan permukaan taman dari batu alam hitam (batu candi) sangat mendominasi dengan bibir yang tajam. Program penataan Taman Kota ada di DKP, kegiatan yang akan dibuat adalah: redisain masterplan dan DED Taman Kota Tabanan, pembuatan lapangan hijau, open stage, lintasan jogging track, tempat permainan anak-anak dan remaja, tempat duduk/ santai, Museum Sagung Wah, serta parkir untuk taman kota dibuat di basemant Pasar Tabanan. Ada upaya memperluas taman kota kearah barat dan selatan. Pengembangan taman kota ke arah barat dengan cara menyatukan kawasan Gedung Maria menjadi bagian dari Komplek Taman Kota Tabanan. Ini terbukti dengan dipavingnya jalan di depan Taman kota yang berhadapan dengan Gedung Maria, jalan utara taman kota sudah di perbaiki dengan aspal hotmix, untuk mengalihkan arus kendaraan yang lewat di depan taman kota, menjadi ke arah timur tembus di Simpang Tiga Sakenan. Pengembangan kearah selatan dilakukan dengan melakukan tukar guling dengan BRI, untuk mendapatkan lahannya, guna merperluasan taman kota. Berdasarkan
hasil
wawancara
dapat
disimpulkan
bahwa
rencana
pengembangan taman kota diperlukan integrasi pengelolaan dari beberapa dinas terkait. Pengelolaan mencangkup masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, serta pemeliharaan. Perencanaan taman kota mesti dibuat sedemikian rupa supaya tidak mengganggu keselamatan pengunjung dan penarik perhatian masyarakat untuk berkunjung ke taman kota.
85
4.4 Upaya Peningkatan Intensitas Pemanfaatan dan Kunjungan Masyarakat Sekitarnya Berdasarkan Faktor-faktor Pengaruh Pemanfaatan Taman Kota Tabanan. Untuk meningkatkan pemanfaatan Taman Kota Tabanan, diperlukan tindakan-tindakan yang semestinya dilakukan. Tindakan-tindakan yang dilakukan sangat tergantung dari faktor-faktor pengaruh pemanfaatan. Berdasarkan faktorfaktor pengaruh pemanfaatan. Faktor-faktor pengaruh pemanfaatan tersebut adalah pencapaian, fasilitas, kenyamanan, pencitraan, dan sosial budaya. Hal ini sesuai dengan teori kulitas ruang publik bahwa untuk mendapatkan ruang publik yang baik harus mempertimbangkan dan memenuhinya tuntutan faktor-faktor kualitas ruang publik. Faktor-faktor tersebut adalah keamanan, kenyamanan, pencapaian, vitalitas dan image. Untuk memenuhi faktor keamanan harus melakukan tindakan:pengawasan, pengendalian kawasan, dan kegiatan. Karena keamanan akan memberi kenikmatan kepada pengunjung taman kota. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan dan kunjungan
Taman Kota Tabanan berdasarkan faktor pencapaian dilakukan
dengan pencapai ke lokasi taman kota dari tempat lain di kawasan sekitar taman kota perlu mendapat perhatian. Pencapaian yang baik dilakukan dengan membuat tempat penyebrangan dan pemberhentian, pelebaran trotoar dan parkir yang baik dan rapi. Pengaturan sirkulasi di seputar taman kota perlu di tata. Pencapaian (aksesbility): mudah, cepat, nyaman, dan aman dicapai ke dan atau dari site ke tempat lain di luar taman belum maksimal tercapai. Memberikan kemudahan dalam pencapaian ke Taman Kota Tabanan. Untuk memberi keamanan dan
86
kenyamanan bagi pengunjung ke lokasi site Taman Kota Tabanan, dengan membuat pertanda, pedestrian dan peneduh, serta penyebrangan yang aman. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan kunjungan ke taman kota berdasarkan faktor fasilitas adalah dengan meningkatkan varian dan kelengkapan faslitas. Varian sarana dan kelengkapan fasilitas sangat mempengaruhi
kenyamanan taman kota. Hal-hal yang ditinjau terkait sarana dan
fasilitas adalah varian, kelengkapan, dan kualitas. Sarana rekreasi (tempat dudukduduk, tempat bermain), sarana edukasi (taman bacaan/perpustakaan), sarana olah raga (jogging track), sarana kuliner. Kelengkapan fasilitas taman di lengkapi supaya bisa berfungsi sosial budaya, sosial ekonomi, estetika, dan ekologi dengan meningkatkan vitalitas fasilitas. Vitalitas taman kota diperlukan untuk meramaikan kunjungan ke taman kota. Revitalisasi dilakukan dengan membuat tempat cafe, pedagang kaki lima, serta sering dilakukan kegiatan-kegiatan festival untuk menghidupkan kawasan taman kota. Vitalitas (fisiblelity): kelengkapan dan kelayakan fasilitas taman, sehingga menciptakan ketenangan, kesenangan, kesehatan saat dan setelah memakai/berkunjung ke taman kota. Melengkapi varian sarana dan fasilitas taman kota seperti; sarana olah raga, sarana bermain, sarana rekreasi, sarana budaya, sarana kuliner, sarana taman bacaan. Dilengkapi dengan fasilitas air minum, parkir, halte, tempat duduk untuk santai, diskusi, dan istirahat, dan fasilitas informasi serta komunikasi dengan ternologi informasi yang memadai. Tindakan
yang
mesti
dilakukan
untuk
meningkatkan
intensitas
pemanfaatan dan kunjungan berdasarkan faktor kenyamanan adalah dengan
87
meningkatkan kulitas yang menjadi indikator kenyamanan. Indikator-indikator kenyamanan adalah keamanan, kebersihan, kesejukan, dan kerapian. Keamanan yang kondusi, kebersihan, kesejukan, keindahan, dan kerapian akan menciptakan kenyamanan. Kesejukan dicapai dengan vegetasi dan lansekap yang baik dan menarik, serta meningkatkan semangat produktifitas. Memciptakan kenyamanan taman kota sangat mutlak di butuhkan supaya pengunjung merasa betah, dan merindukan untuk datang lagi. Memberi kesejukan dan kenyamanan seperti: penghijauan, kontur/trasis di buat natah, tanaman hias, pohon, rumput hujau. Kenyamanan dan keamanan ruang publik sangat perlu diperhatikan, dengan memberi kemerdekaan beratraksi, berkreasi, dan berinteraksi, kesenangan, kemudahan pencapian (aksesbilitas). Faktor kenyamanan harus dipenuhi dengan menambah varian sarana dan melengkapi fasilitas ruang publik. Sarana taman kota yang perlu ditambah adalah: sarana olahraga (jogging track, sketboard, lapangan terbuka hijau), sarana rekreasi (taman anak-anak, tempat dudukduduk/santai), sarana edukasi (taman bacaan), sarana budaya (panggung terbuka), sarana ekonomi (tempat kuliner). Kelengkapan fasilitas taman kota yang perlu di lengkapi adalah sarana sanitasi (penyehatan) seperti: air minum, air bersih, toilet, draenase, sarana komunikasi seperti telepon umum dan fasilitas internet, fasilitas penerangan seperti lampu jalan, lampu taman, dan lampu sport light. Fasiltas keamanan seperti CCTV dan keamanan komunitas. Tindakan yang mesti dilakukan untuk meningkatkan
intensitas
pemanfaatan dan kunjungan taman kota berdasarkan faktor Pencitraan adalah dengan meningkatkan kualitas citra taman kota itu sendiri. Kejelasan
dan
88
Pencitraan Lokasi Taman sangat mempengaruhi daya tarik kunjungan ke taman kota. Untuk memberi kemudahan mengetahui keberadaan lokasi taman kota, site taman kota harus bisa terlihat segala arah, dan diakses dari segala penjuru. Pengenalan lokasi taman sangat perlu, supaya masyarakat umum yang baru datang ke Kota Tabanan dengan cepat mengetahui keberadaan Taman Kota Tabanan, maka perlu ditambah dengan bentuk-bentuk khusus yang menarik perhatian dan mengesankan. Keberadaan tetenger (landmark) yang sudah ada belum mampu sebagai identitas dan kejelasan dari kawasan taman kota. Pencitraan, mengenalkan kepada calon pengunjung yang baru dan memberi kenangan untuk kembali bagi pengunujung yang pernah datang. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan kunjungan taman kota berdasarkan faktor sosial budaya adalah dengan melakukan sosialisasi lebih sering kemasyarakat tentang pentingnya rekreasi dan berolahraga ke taman kota, untuk menumbuhkan budaya berolahraga di masyarakat. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan kunjungan ke taman kota berdasarkan faktor pengelolaan adalah: melakukan koordinasi, singkronisasi, integrasi, dan keberkelanjutan dalam mengeluarkan kebijakan, konsep, strategi, program, rencana, dan kegiatan, serta pekerjaan terkait dengan taman kota, antar steak holder (pemerintah, masyarakat dan swasta).
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kondisi Existing Taman Kota Tabanan Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang telah dilakukan terhadap kondisi Exsisting Taman Kota Tabanan, maka dapat disimpulkan beberapa hasil evaluasi terhadap Taman Kota Tabanan tentang sejarah singkat, kondisi fisik, dan pemanfaatan Taman Kota Tabanan. 1. Keberadaan Taman Kota Tabanan tidak bisa lepas dari sejarah Kota Tabanan.
Mulai dari jaman kerajaan, jaman kolonial dan jaman
kemerdekaan hingga kini jaman informasi di era reformasi birokrasi dan demokrasi. Nilai historis taman kota ini sangat mempengaruhi karakteristik dan pemanfaatan taman kota ini. 2. Lokasi Lokasi site Taman Kota Tabanan bisa diakses dari arah jalan satu arah di bagain barat site dan jalan dua arah di bagain utara site. Site Taman Kota Tabanan kurang terlihat jelas oleh calon pengunjung dari arah selatan, karena ditutup oleh BRI Cabang Tabanan. Dari Lokasi Taman Kota sudah memenuhi persyaratan lokasi karena sudah terletak jalur utama kota, yakni poros utara selatan kota lama, tepatnya di tenggara catus patha kota. Luas Taman Kota Tabanan kurang memadai.
90
3. Katagori Karakteristik Taman Kota Tabanan merupakan taman umum (public park) dengan katagori taman pusat kota (downtown parks), termasuk taman aktif. 4. Fasilitas Kelengkapan fasilitas kurang memadai, yang ada baru berupa tempat duduk di bibir planter box, dan tempat jalan-jalan di pedestrian di seputar kolam dan taman, sehingga fungsi sosial ekonomi dan sosial budaya kurang maksimal. 5. Vegetasi Vegetasi di Taman Kota Tabanan kurang banyak, masih kelihatan gersang, panas, terasa kurang sejuk. Luas perkerasan hampir sama dengan penghijauan, sehingga fungsi ekologi kurang maksimal, dan mengurangi fungsi estetika. 6. Aktifitas rutin yang dilakukan di Taman Kota Tabanan adalah dudukduduk, dan jalan-jalan di pinggir kolam hias dibawah landasan rencana patung oleg tamulilingan, pemanfaatan fungsi khusus masih jarang dilakukan di Taman Kota Tabanan sehingga fungsi sosial belum maksimal. Fungsi ekonomi belum maksimal, kurang tempat kuliner.
5.1.2 Faktor-faktor Pengaruh Pemanfaatan Taman Kota. Menurut kajian dari hasil wawancara berdasarkan teori dan konsep, pada bab hasil dan pembahasan point 4.3 tentang faktor-faktor pengaruh pemanfaatan
91
Taman Kota Tabanan, halaman 66, maka dapat diidentifikasi 6 (enam) faktor pengaruh kondisi pemanfaatan Taman Kota Tabanan adalah sebagai berikut: faktor pencapaian, faktor fasilitas, faktor kenyamanan, faktor pencitraan, faktor sosial budaya, dan faktor pengelolaan. Faktor pencapaian, terkait dengan sub fakto: lokasi site, luasan site, dan visualisasi site, dan pencapaian ke site. Keempat sub faktor ini mempengaruhi kemudahan, kelancaran, keamanan dalam menemukan, dan pencapai lokasi site, sehingga sampai di taman kota dengan selamat dan menyenangkan. Faktor kenyamanan, terkait dengan sub faktor kesejukan, keindahan, kebersihan, dan keamanan. Keempat sub faktor kenyamanan itu terkait dengan vegetasi dan lansekap, serta penerangan. Kenyamanan juga terkait dengan kelengkapan fasilitas. Faktor fasilitas, terkait dengan sub faktor kelengkapan dan kualitas sarana dan prasarana. Kelengkapan dan kulitas sarana dan prasarana yang dimaksud adalah jenis, variasi, beragam dan lengkap sesuai kebutuhan baik tentang bentuk, warna, dan modelnya, serta manfaatnya. Faktor pencitraan, terkait dengan daya tarik, keterkenalan. Daya tarik taman kota terkait dengan tetenger (landmark), keindahan, memiliki bentuk-bentuk yang spesial/ lain dari yang lain, mengesankan, sehingga orang akan rindu datang kembali ke taman kota. Keterkenalan terkait dengan kemudahan akan informasi keberadaan taman kota, dan di kenal oleh masyarakat luas. Faktor sosial budaya, terkait dengan kebiasaan masyarakat berrekreasi dan berolahraga. Ada keengganan masyarakat kota datang berrekreasi dan berolahraga
92
ka taman kota, karena kesibukan rutin, karena segan/ogah, dan belum terbiasa sehingga tidak menjadi kebiasaan apalagi
kewajiban/keharusan. Keberadaan
taman kota belum mempengaruhi sosial budaya masyarakat kota untuk menjadikan taman kota sebagai tempat bersosialisi, bersenang-senang, dan berolahraga. Faktor pengelolaan. tekait dengan strategi kebijakan bublik. Untuk keberlanjutan pemeliharaan, dan pengembangan taman kota belum di kelola dengan baik. Proses pembangunan taman kota belum memperhatikan partisifasi masyarakat, baik tahap gagasan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, maupun pemeliharaan, serta pengelolaannya, sehingga kehadiran taman kota di tengah Kota Tabanan belum sepenuhnya disambut baik oleh masyarakat.
5.1.3
Upaya Peningkatan Intensitas Pemanfaatan dan Kunjungan Masyarakat Sekitarnya berdasarkan Faktor-faktor Pengaruh Pemanfaatan Taman Kota Tabanan.
Tindakan dalam peningkatan pemanfaatan Taman Kota Tabanan, sebagai ruang publik berdasarkan faktor-faktor pengaruh pemanfaatan yang ada adalah dengan meningkatkan kualitas fungsi taman kota yang ada, menambah varian fungsi taman dari yang hanya berfungsi sosial, estetika, dan ekologi, menjadi bisa berfungsi sosial ekonomi dan sosial budaya, dengan menambah sarana-sarana pendukung
fungsi,
sehingga
bermanfaat
untuk:
kesehatan,
keamanan,
kenyamanan, kesejahtraan dan keindahan. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas penggunaan dan kunjungan Taman Kota Tabanan berdasarkan faktor pencapaian adalah memberi
93
kemudahan, keamanan, dan kenyaman pengunjung mencapai site taman kota, maka diperlukan petanda-petanda (signed), dan jaringan penghubung hijau (biotop interconnection). Untuk memperlancar pencapaian dilakukan usaha perlebaran trotoar, meramahkan pedestrian. Tindakan yang dilakukan berdasarkan faktor fasilitas adalah dengan melengkapi sarana dan prasarana taman kota lebih bervariasi dan layak pakai, mempunyai daya guna dan daya tahan. Sarana yang perlu ditambah adalah lintasan jogging track, lapangan sketboard, lapangan hijau, tempat permainan anak-anak, tempat kuliner, tempat baca, tempat duduk santai dan bercengkrama, taman bunga, taman air, panggung terbuka. Prasarana yang perlu dilengkapi adalah fasilitas air bersih. air minum, telepon umum, dan jaringan internet. Tindakan yang diperlukan berdasarkan faktor kenyamanan adalah dengan usaha untuk menyejukan taman kota menambah vegetasi dan lansekap yang teratur dan menarik, menambah penerangan di malam hari, menjaga kebersihan dan taman dan lingkungan, serta selalu meningkatkan keamanan yang telah ada. Taman harus selalu kelihatan bersih, dan teratur, serta menyenangkan. Pengelola taman harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung terciptanya kebersihan, dan ketertiban taman kota. Tindakan yang dilakukan berdasarkan faktor pencitraan (image) adalah Pengelolaan taman kota sangat perlu di perhatikan dengan baik, masalah keamanan, kenyamanan, dan kebersihan menjadi agenda kerjanya. Pengelolaan partisifatif masyarakat sangat diharapkan untuk meringankan beban pemerintah, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama sebagai owner dan user ruang
94
publik. Pengelolaan: menjamin kebebasan, keamanan, kenyamanan, dan kebersihan taman. Melakukan promosi yang gencar, sosialisasi akan keberadaan taman kota, melakukan kegiatan di areal taman kota yang menyebabkan taman kota lebih dikenal dan bahkan terkenal. Untuk memberi manfaat ekonomi, dibuat sarana kuliner. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan kunjungan Taman Kota Tabanan berdasarkan sosial budaya adalah dengan mengadakan sosialisasi kemasyarakat akan keberdaan dan manfaat taman kota bagi masyarakat. Manfaat tersebut adalah untuk kesehatan, pergaulan, dan manfaat ekonomi. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan kunjungan Taman Kota Tabanan berdasarkan faktor pengelolaan adalah dengan melibatkan semua komponen masyarakat kota, pemerintah, dan swasta dalam setiap tahapan proses pembangunan. Baik gagasan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan taman kota. Sehingga bisa meringankan beban biaya pemerintah, dan menumbuhkan rasa cinta masyarakat akan keberadaan dan manfaat taman kotanya.
5.2 Saran Saran yang diusulkan dalam penelitian ini terdiri dari saran terhadap kesimpulan tentang: Kondisi Fisik dan Pemanfaatan Taman Kota Tabanan, Faktor-faktor Pengaruh Kondisi Pemanfaatan Taman Kota, dan Tindakan Untuk
95
Peningkatan intensitas pemanfaatan dan kunjungan Masyarakat Sekitarnya berdasarkan Faktor-faktor Pengaruh Kondisi Pemanfaatan Taman Kota Tabanan.
5.2.1 Kondisi Existing Taman Kota Tabanan Saran untuk kondisi fisik Taman Kota sebagai Ruang Publik Kota Tabanan untuk meningkatkan intensitas kualitas pemanfaatan adalah: 1. Untuk meningkatkan citra Taman Kota Tabanan, kemudahan pengenalan pencapaian lokasi site menjadi hal yang mesti diperhatikan. Supaya site Taman Kota Tabanan lebih mudah dilihat dari arah selatan, perlu diupayakan pembebasan penghalang pandangan dari arah selatan dengan cara tukar guling dengan BRI Cabang Tabanan. 2. Untuk mengembangkan Taman Kota Tabanan sebagai ruang publik, diperlukan peningkatan fungsi, dari hanya berfungsi sosial dan ekologi, di kembangkan juga mempunyai fungsi estetika dan sosisal ekonomi. Perlu peningkatan kualitas layanan dari Taman Kota Tabanan dengan meningkatkan varian dan kualitas kelengkapan fasilitas taman. 3. Perlu dibuat badan pengelola Taman Kota, untuk memastikan ada yang bertanggung jawab terhadap keberlanjutan, kebersihan taman kota dan keamanan, dan kenyamanan pengunjung
5.2.2 Faktor-faktor Pengaruh Pemanfaatan Taman Kota. Saran untuk faktor-faktor pengaruh kondisi pemanfaatan Taman Kota sebagai Ruang Publik Kota Tabanan, adalah:
96
1. Untuk faktor pencapaian, diperlukan kemudahan, kelancaran. menuju atau dari taman kota ke kawasan sekitarnya. Pembukaan penghalang pandangan dan kelancaran terhadap taman kota mesti ditiadakan. Petunjuk menuju taman kota diperbanyak pada tempat-tempat strategis. 2. Untuk faktor fasilitas, kelengkapan dan kualitas sarana prasarana taman kota dalam kondisi baik. Kualitas sarana prasarana diperlukan untuk menjamin kekuatan dan keawetan. 3. Untuk faktor kenyamanan, diperlukan kelengkapan dan kelayakan sarana dan prasarana taman kota. Kenyamanan sangat dipengaruhi oleh keamanan, untk itu diperlukan pengawasan, dan partisifasi komunitas dalam menjaga keamanan. 4. Untuk faktor pencitraan (image), diperlukan kejelasan, menarik, dan mengesankan dari taman kota supaya dikenal karena terkenal dan menarik untuk dikunjungi, serta mengesankan untuk kembali datang berkunjung. Promosi dan sosialisasi di pergencar. 5. Untuk faktor sosial budaya, diperlukan sosialisasi kemasyarakat Kota Tabanan akan keberadaan dan manfaat Taman Kota Tabanan. 6. Untuk
faktor pengelolaan, diperlukan strategi pengambil kebijakan
dengan konsep battom up.
97
5.2.3
Upaya Peningkatan Intensitas Pemanfaatan dan Kunjungan Masyarakat Sekitarnya berdasarkan Faktor-faktor Pengaruh Pemanfaatan Taman Kota Tabanan.
Saran untuk tindakan peningkatan level penggunaan dan kunjungan masyarakat sekitarnya berdasarkan faktor-faktor pengaruh kondisi pemanfaatan taman Kota Tabanan adalah sebagai berikut: 1. Saran tindakan berdasarkan faktor pencapaian adalah memberi kemudahan aksesbilitas terhadap semua golongan pengunjung taman kota, melalui pembuatan sarana penyebrangan, pemberhentian, dan pergerakan modemode transportasi yang ada. 2. Saran tindakan berdasarkan faktor kenyamanan adalah melakukan program, kegiatan dan pekerjaan yang berlanjut dan berkesinambungan, serta terintegrasi untuk melengkapi fasilitas taman kota. Untuk menciptakan kenyamanan salah satunya diperlukan keamanan. Keamanan adalah: meningkatkan pengawasan dari badan pengelola taman kota Tabanan untuk lebih memperhatikan keselamatan pemeliharaan taman kota. 3. Saran tindakan berdasarkan faktor fasilitas adalah menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk meningkatkan kunjungan. Daya guna dan daya tahan fasilitas yang ada memberi kesenangan dan kenyamanan pemakai. Vitalitas sarana dan prasarana sangat perlu diperhatikan. Vitalitas adalah menyiapkan fasilitas kuliner, festival, carnaval, dan exibition, serta acara-acara monumental dan sakral lainnya.
98
4. Saran tindakan berdasarkan faktor pencitraan ( image ) adalah memberikan kesan yang lebih menarik dan mengesankan untuk taman kota, sehingga siapa yang pernah perkunjung ke taman kota menimbulkan kerinduan. Taman kota perlu di promosikan supaya dikenal dan terkenal. Agendaagenda fesival, pegelaran budaya, parade budaya, atraksi budaya, dan acara-cara ceremonial atau peringatan hari-hari penting dan bersejaran lebih sering dilakukan di taman kota. Termasuk didalamnya wisata kuliner khusus yang dikolaborasi dengan kontes-kontes mode dan kencantikan, serta pameran busana dan asesoris. 5. Saran tindakan berdasarkan faktor sosial budaya adalah dorong budaya masyarakat Kota Tabanan untuk lebih tertarik datang ke taman kota, terutamanya olahraga jogging, sehingga menjadi budaya kota. 6. Saran tindakan berdasarkan faktor pengelolaan adalah tingkatkan partisifasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan terkait dengan taman kota.
99
DAFTAR PUSTAKA
Arida,S. Nyoman. 2009. Menetas Jalan Ekowisata Bali. Denpasar: Udayana University Press. Bounds, M. 2004. Urban Social Theory. First published. Oxford New York: Oxpord University Press. Budiarsa K., 2011. Pengaruh Revitalisasi Kawasan Terhadap Kualitas Ruang Terbuka Hijau dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Wilayah Pelabuhan Padangbai Kabupaten Karangasem. Tesis Program Magister Prograam Studi Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Udayana. Bungin, B.H.M. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Predana Media Group. --------. Penelitian Kualitataf. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Darmawan, E. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Elysita NW., 2012. Karakteristik dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Pasar Badung dan Kumbasari di Kota Denpasar. Tesis Program Magister Program Studi Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Udayana. Hadi, S. 1978, Metodelogi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. ---------, 1983, Analisa Regresi, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. ---------, 1979, Bimbingan Menulis Skripsi Thesis, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hakim, R. , Hardi Utomo. 2008. Kompeonen Perancangan Arsitektur Lansekap Prinsip-Unsur dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamzens,W. 2005. Perencanaan di Indonesia 25 Tahun Mendatang. Bogor: Labdawara. Hariyono, P. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Irwan, S.D. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT Bumi Aksara. -------------. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan, dan Pelestariannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kuswartojo, T., 2005. Perumahan dan Permukiman Indonesia. Bandung: ITB. Mulyani.T.H. 2006. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius. Mulyanto, HR., 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugroho,I., Dahuri,R. 2004. Pembangunan Wilayah, Persepektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia. Nurmandi, A., 2006. Manajemen Perkotaan.Yogyakarta: Sinergi Publishing. Nurzaman, S.S. 2002. Perencanaan Wilayah di Indonesia. Bandung: ITB. Purnomo, A.B. 2009. Teknik Kuantitatif Untuk Arsitektur dan Perancangan Kota, Jakarta: Rajawali Pers. Rahardjo, S. 2007. Kota-Kota Prakolonial Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
100
Rapoport, A. 1977. Human Aspects Of Urban Form. Sasmita H.R.A. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Short, J.R. 1984. Urban Geography. Thetford Norflk: The Thetford Press Ltd. Soetomo,S. 2009. Urbanisasi & Morfologi.Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudradjat H.R. 2006. Mengenal Sampah Kota. Depok: Penebar Swadaya. Sujarto, D. 1985. Beberapa Pengertian Perencanaan Fisik. Jakarta: Bhrata Karya Aksara. Sukawan AM., 2012. Kajian Lapangan Ngurah Rai Sebagai Taman Kota Di Kota Singaraja. Tesis Program Magister Prograam Studi Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Udayana. Sukawati, O. T.A.A. 2004. Ubud Bergerak. Denpasar: CV. Bali Media Adhikarsa. Sumodiningrat, G. 2004. Pembangunan Wilayah. Jakarta: LP3ES. Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: ITB. Tarigan, R.2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah.Jakarta: PT. Bumi Aksara. Warpani,S. 1984. Analisa Kota & Daerah. Bandung: ITB. Wisnumurti. O. Anak Agung Gede. 2008. Elite Lokal Bali. Denpasar: Buku Arti. Yoshida, D.T. 2004, Arsitektur Strategik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Yunus, H.S. 2006. Megapolitan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. --------------- 2005. Manajemen Kota. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Zahnd, M. 2008. Model Baru Perancangan Kota Yang Konstektual. Yogyakarta: Kanisius. ------------. 2006. Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius. Zeiber, L.C. The Ecology Of Architecture, New York: Watson – Guptill Publications.
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 PANDUAN PENGUMPULAN DATA TUJUAN PENELITIAN
1. Evaluasi pemanfaatan taman kota Tabanan saat ini Fisik
Fasilitas
Aktifitas
DATA YANG DIBUTUHKAN
CARA PENGUMPULAN DATA
Bentuk taman Observasi kota lapangan Luas Taman Kota Jumlah pengunjung per hari
ALAT PENGUMPULAN DATA
Alat ukur (meteran), alat gambar (kertas gambar) Alat pencatat (buku catatan)
Kegiatan seharihari Kegitan Khusus
2. Faktor-faktor penyebab rendahnya kunjungan masyarakat ke taman kota Tabanan
Persepsi masyarakat
Wawancara
Daftar pertanyaan Alat perekam Alat pencatat
3. Tindakan pengembangan pemanfaatan taman kota Tabanan sebagai ruang public kota Tabanan
Persepsi masyarakat Kota tabanan
Wawancara
Daftar pertanyaan Alat perekam Alat pencatat
102
Lampiran 2 Panduan Wawancara (Masyarakat/LSM) Data dari hasil wawancara ini hanya untuk keperluan ilmiah saja. Identitas narasumber dan hasil wawancara ini sifatnya rahasia yang hanya diketahui oleh si pewawancara saja. Nama: Profesi: Alamat: No
Uraian Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Apakah Bapak/Ibu sudah pernah ke Taman Kota Tabanan? Seberapa kali Bapak/Ibu berkunjung ke Taman Kota Tabanan? Hari apa saja Bapak/Ibu berkunjung ke Taman Kota Tabanan? Apa yang Bapak/Ibu lakukan di Taman Kota Tabanan? Apakah menurut Bapak/Ibu lokasi ini sudah tepat sebagai taman kota? Apakah Bapak/Ibu merasa senang di Taman Kota Tabanan Apakah Bapak/Ibu merasa nyaman di Taman Kota Tabanan Apakah Bapak/Ibu merasa aman di Taman Kota Tabanan Apakah Bapak/Ibu merasa menambah semangat kerja setelah dating Ke Taman Kota Tabanan? Apakah setelah dari Taman Kota Tabanan, Bapang/Ibu mempengaruhi motivasi kreatifitas/inovasi/inspirasi? Apa kendala/keluahan Bapak/Ibu selama memanfaatkan Taman Kota Tabanan? Apakah Taman Kota Tabanan ini sudah layak sebagai taman pusat kota? Menurut Bapak/Ibu, bagaimana mestinya pengembangan taman kota Tabanan ini kedepan? Fasilitas apa yang mestinya dilengkapi di Taman Kota Tabanan ini? Apa Profesi Bapak/Ibu? Dimana Bapak/Ibu Tinggal? Bersama siapa saja Bapak/Ibu Kesini? Siapa yang mengajak Bapak/Ibu pertama ke Taman Kota Tabanan? Banyak saudara/kawan Bapak/Ibu tahu ada Taman Kota disisni?, Siapa mengasi tahu mereka? Apakah menurut Bapak/Ibu, nama Taman Kota Tabanan ini sudah cocok? Kegaiatan apa saja yang Bapak/Ibu pernah lihat di Taman Kota Tabanan?
Keterangan
103
Lampiran 3 Panduan Wawancara (Birokrasi) Data dari hasil wawancara ini hanya untuk keperluan ilmiah saja. Identitas narasumber dan hasil wawancara ini sifatnya rahasia yang hanya diketahui oleh si pewawancara saja. Nama: Jabatan: Alamat: No 1 2 3
4 5
Uraian Pertanyaan Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap keberadaan Taman Kota Tabanan? Untuk pemanfaatan apa saja pernah dilkakukan di Taman Kota Tabanan ini? Kebijakan/strategi/rencana pemerintah yang Bapak/Ibu ketahui terkait dengan pengembangan Taman kota Tabanan ke depan? Apakah menurut Bapak/Ibu, Taman Kota Tabanan sudah layak menjadi Ruang Publik? Menurut Bapak/Ibu, Apakah kendala Pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan Taman Kota Tabanan kedepan?
Keterangan
104
Lampiran 4 Panduan Wawancara (Dunia Usaha) Data dari hasil wawancara ini hanya untuk keperluan ilmiah saja. Identitas narasumber dan hasil wawancara ini sifatnya rahasia yang hanya diketahui oleh si pewawancara saja. Nama: Profesi: Alamat: No 1 2 3
4
Uraian Pertanyaan Apakah Bapak/Ibu merasa diuntungkan dengan keberadaan Taman Kota Tabanan ini? Apakah Bapak/Ibu punya keinginan berinvestasi di Taman Kota Tabanan ini. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana mestinya mengelola Taman Kota Tabanan ini kedepannya? Menurut Bapak/Ibu, bagaimana mestinya Taman Kota Tabanan ini mesti dikembangkan?
Keterangan
105
Lampiran 5 Daftar Informan A. Wawancara dengan Pengunjung di Taman KotaTabanan No
Nama
Profesi
Alamat
Waktu Wawancara
1 2 3 4 5 6 7 8
Devingga Fajarlivani I Nyoman Sartayasa Aditya I A. Putu Merta Kariasih, SE. Leo Mahendra I Made Sujana Jimpo Yuda
Pelajar SMK Petani Sayur Pelajar SMA Pegawai Swasta Pelajar SMA Pedangang Kontraktor Pelajar SMA
Kediri Baturiti Kerambitan, Tabanan Wanasari, Tabanan Kediri Dauh Pala, Tabanan Tegal, Tabanan Tegal, Denpasar
5 Maret 2013 5 Maret 2013 5 Maret 2013 10 Maret 2013 13 Maret 2013 13 Maret 2013 13 Maret 2013 13 Maret 2013
No
Nama
Profesi
Alamat
Waktu Wawancara
1 2 3 4
Dewa Dana I Nyoman Reneng I Wayan Abdi Darna
Pensiunan PNS Kontraktor Pedagang Tanaman PKL senggol
9 Juni 2013 12 Juni 2013 13 Juni 2013 15 Juni 2013
5 6
Trisna. I Wayan Kondra
PKL Pasar Tabanan Kontraktor
7
I Made Sudiadnyana
8
I Gusti Ngurah Alit Ariawan I Gusti Ngurah Kompyang Warsika I Wayan Mustika, ST.
Dajan Peken, Tabanan. Jambe, Dauh Peken, Tabanan.
15 Juni 2-13
9
Polisi Pos Kota Tabanan Tokoh Puri Agung Tabanan Tokoh Masyarakat Kota Tabanan Kabid. Pertamanan DKP Tabanan Kabid. Pemerintahan, Sosbud, dan Kemasyaraktan Kabupaten Tabanan Sekretaris Bappeda
Lebah, Tabanan. Taman Sari, Tabanan Petiga, Marga. Delod Rurung, Delod Peken, Tabanan. Kediri. Batan Dureh, Cepaka, Kediri. Celagi, Tabanan.
Beraban, Kediri.
20 Juni 2013
10 11
IGAN. Oka Kamasan,ST., Msi.
12
Drs. I Nyoman Sumadika
Markangin, Tabanan
Lebah, Dajan Peken Tabanan.
15 Juni 2013\ 15 Juni 2013 15 Juni 2013
15 Juni 2013
24 Juni 2013
24 Juni 2013
106
Kabupaten Tabanan
B. Wawancara di Seputar Pusat Kota Tabanan