Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut bisa berasal dari sumber internal (misalnya laba ditahan) dan sumber eksternal (misalnya modal sendiri). Kebutuhan dana suatu perusahaan pada umumnya merupakan gabungan antara dana jangka pendek dan dana jangka panjang. Untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek digunakan sumber pendanaan dari hutang jangka pendek atau hutang lancar, misalnya hutang dagang. Sedangkan kebutuhan dana jangka panjang seperti pemenuhan dana untuk peningkatan kapasitas produksi atau investasi pada umumnya digunakan pendanaan jangka panjang misalnya obligasi. Penjualan produk makanan dan minuman kian menurun seiring dengan dampak krisis ekonomi global yang semakin berimbas pada daya beli konsumen. Penurunan pada kuartal I diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan kuartal IV/2008. Kondisi tersebut berpotensi memicu penumpukan stok produksi dalam volume yang tidak wajar sehingga pada akhirnya menimbulkan tambahan beban biaya penyimpanan dan mengganggu arus permodalan. Total nilai stok yang menumpuk pada saat ini diperkirakan mencapai Rp 3,5 triliun – Rp 7,66 triliun. Nilai stok ini setara dengan omzet penjualan lebih dari 2 minggu. Nilainya sekitar 1% - 2% dari total omzet industri makanan per tahun sebesar Rp 350 triliun – Rp 383 triliun (omzet pada 2008). Secara umum, penurunan penjualan tersebut mulai berlangsung sejak November 2008. Tidak hanya di pasar domestik, penjualan ekspor juga turun sekitar 30%.
Analisis Gapmmi Berdasarkan analisis Gapmmi, penurunan daya beli kemungkinan besar akan bertambah parah pada Maret sehingga penumpukan stok makanan akan semakin besar.
1
Bab I Pendahuluan
Dalam beberapa minggu terakhir stok barang mulai menumpuk di pasar ritel. Apabila penumpukan stok (makanan) secara nasional terjadi di atas 2 minggu, berarti ada masalah yang harus diwaspadai. Sejak pekan kedua Februari sektor usaha makanan mengalami penumpukan stok produksi nasional di atas 2 minggu, terutama di pasar-pasar ritel. Penumpukan stok di atas 2 minggu tersebut semakin sulit ditoleransi produsen mengingat proses distribusi keluar masuk barang (turnover) di industri ini berlangsung cepat. Penumpukan stok itu di antaranya terjadi untuk produk makanan ringan, minuman, dan berbagai produk consumer goods. "Stok yang belum terdistribusi tersebut disebabkan oleh terjadinya pelemahan daya beli di pasar domestik." Kendati harga BBM bersubsidi diturunkan, kebijakan tersebut dinilai belum mampu mendongkrak daya beli mengingat pada saat bersamaan banyak perusahaan manufaktur melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal yang melemahkan daya beli konsumen. Kelangkaan pasokan bahan baku plastik berupa polipropilena (PP) akibat gangguan produksi di pabrik PT Polytama Propindo bisa menyebabkan krisis pasokan kemasan (yang diolah dari bahan PP) ke industri makanan. Masalah ini harus segera diatasi jika tidak proses produksi bisa terganggu karena kekurangan kemasa. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky M. Sibarani menambahkan agar industri makanan dapat bertahan di tengah krisis ekonomi, pemerintah semestinya serius memangkas rantai ekonomi biaya tinggi yang selama ini sangat membebani dunia usaha. "Kami menilai kinerja pemerintah masih sangat lemah mengawasi pelaksanaan perda-perda yang cenderung melegalkan pungutan. Berbagai pungutan itu menyebabkan struktur biaya produksi kami terus membengkak. Di Sumatra Utara, setiap produk dalam kemasan yang keluar dari pabrik dikenakan pungutan Rp 5 – Rp 10 per bungkus sesuai aturan perda," kata Franky. (Index.Php) Kebijakan manajemen dalam mencari sumber dana dan mengatur pembelanjaan perusahaan merupakan salah satu fungsi manajer keuangan. Dalam
2
Bab I Pendahuluan
menjalankan fungsi tersebut, manajer keuangan selalu dihadapkan pada dua masalah utama. Pertama, mengenai bagaimana keputusan pembelanjaan yang harus diambil dari berbagai alternatif yang ada, sehingga nantinya akan diperoleh dana dengan cara yang paling efisien untuk membiayai investasi perusahaan. Dalam hal ini manajer keuangan atau perusahaan perlu mempertimbangkan alternatif sumber dana dari pasar modal guna mengurangi ketergantungan pendanaan melalui pinjaman perbankan. Melalui pasar modal, perusahaan memperoleh cara lain untuk mendapatkan sumber dana dengan terlebih dahulu menyatakan sebagai perusahaan go-public dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, penentuan metode yang digunakan dalam menentukan investasi, agar dana tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dalam
memilih
alternatif
pendanaan
untuk
membiayai aktivitas
perusahaan, yang akan menjadi pertimbangan adalah bagaimana perusahaan dapat menciptakan kombinasi yang menguntungkan antara penggunaan sumber dana dari ekuitas dengan dana yang berasal dari hutang jangka panjang. Dengan adanya proporsi yang tepat antara modal pinjaman jangka panjang dan modal sendiri yang ada dalam perusahaan, maka diharapakan
nilai perusahaan akan menjadi
maksimal terutama aspek finansialnya. Dalam komposisi tertentu, hutang akan meningkatkan produktivitas perusahaan yang secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi jika komposisi itu menjadi berlebihan maka yang terjadi adalah penurunan nilai perusahaan. Bahkan jika jumlah hutang jangka panjang sama dengan jumlah ekuitas, maka dapat dipastikan perusahaan mengalami defisit. Oleh karena itu, manajemen harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan hutangnya agar bisa menaikan nilai perusahaan. Jika perusahaan mampu mempertahankan posisinya, yaitu memenuhi keinginan pemilik dengan dividen yang dibagikan lebih tinggi daripada bagian yang akan ditanamkan kembali dalam laba ditahan , dan mencari sumber dana eksternal yang digunakan dalam proses ekspansi perusahaan secara optimal, maka usaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan jangka panjang dari pihak-pihak yang terlibat di dalam perusahaan dapat diwujudkan.
3
Bab I Pendahuluan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu: 1. Nilai Likuiditas Nilai likuiditas adalah jumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau sekelompok aktiva dijual baik sebagian ataupun seluruhnya pada saat perusahaan tidak berjalan baik. 2. Nilai Berkesinambungan Nilai berkesinambungan adalah jumlah asset yang dapat dijual perusahaan untuk dapat melanjutkan operasi bisnis. 3. Nilai Buku Nilai buku adalah nilai aktiva yang dicatat dalam akuntansi yaitu selisih antara nilai perolehan dengan biaya penyusutan. 4. Nilai Pasar Nilai pasar adalah harga pasar di mana aktiva diperdagangkan pada pasar bebas. 5. Nilai Intristik atau nilai wajar Nilai wajar adalah nilai sekarang dari arus dana yang diharapkan di masa yang akan datang. Industri food and baverage merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Perusahaan ini menyediakan berbagai macam barang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pada dasarnya setiap perusahaan dituntut untuk tumbuh dan berkembang agar dapat bertahan dalam kondisi persaingan yang ketat. Hal ini mengharuskan pihak manajemen untuk melakukan secara seksama terhadap seluruh aspek yang ada di dalam perusahaan dan juga terus menerus berupaya meningkatkan kinerja perusahaan. Sehingga dalam menjalankan usahanya juga memerlukan modal yang cukup besar dan modal tersebut dapat diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman, baik pinjaman jangka panjang maupun pinjaman jangka pendek yang berasal dari berbagai pihak. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mengetahui mana yang lebih berpengaruh antara modal sendiri dan hutang jangka panjang dalam meningkatan nilai perusahaan, sehingga dalam penulisan skripsi ini dipilih judul :
4
Bab I Pendahuluan
“Pengaruh Penggunaan Modal Sendiri dan Hutang Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Food and Baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008”.
1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan judul penelitian ini dan untuk mendapatkan arah pembahasan yang lebih baik maka akan dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan antara modal sendiri dan hutang jangka panjang pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008? 2. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008?
3. Bagaimana pengaruh secara simultan dan parsial antara modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008? 4. Antara modal sendiri dan hutang jangka panjang, variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada industri food and baverage yang Go Public yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran sekaligus masukan tentang perbandingan pengaruh penggunaan antara modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan (value of the firm ). Disamping itu tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Universitas Widyatama. Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis perkembangan antara modal sendiri dan hutang jangka panjang pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. 5
Bab I Pendahuluan
2. Untuk menganalisis perkembangan nilai perusahaan pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. 3. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan dan parsial mengenai penggunaan modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. 4. Untuk menganalisis variabel manakah yang paling berpengaruh antara modal sendiri dan hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan pada industri food and baverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 20042008.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Investor Sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam memilih perusahaan yang memiliki nilai maksimal bagi keperluan investasi agar dapat memperoleh return yang maksimal pula. 2. Perusahaan Memberikan bahan masukan bagi perusahaan dalam menentukan pengambilan keputusan pendanaannya (apakah menggunakan modal sendiri atau hutang jangka panjang) seoptimal mungkin guna mendapatkan nilai perusahaan yang optimal pula. 3. Mahasiswa Sebagai wahana penerapan teori yang diperoleh pada perkuliahan terhadap realitas dalam dunia usaha. 4. Peneliti lain Sebagai referensi penelitian dengan judul atau topik yang berkaitan.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Struktur keuangan mencermikan
bagaimana cara aktiva perusahaan
dibelanjakan, juga mencerminkan perimbangan antara keseluruhan modal
6
Bab I Pendahuluan
pinjaman (hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek) dengan jumlah modal sendiri. Pada dasarnya modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pemilik perusahaan, sedangkan modal pinjaman adalah modal yang berasal dari para kreditur yang merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Perimbangan antara golongan modal ini dalam suatu perusahaan akan menentukan struktur perusahaan tersebut. Menurut Bambang Riyanto (2001:21), modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta, dan lain-lain). Modal sendiri dapat diperoleh dari tiga sumber yaitu modal saham (saham biasa, saham preferen, dan saham preferen kumulatif), cadangan, dan laba ditahan (retained earning). Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003:284), posisi pemegang modal sendiri adalah sekunder dibandingkan dengan pemegang modal pinjaman, pemegang modal sendiri menanggung risiko yang lebih besar sehingga kompensasi bagi pemegang modal sendiri haruslah lebih tinggi. Perusahaan perlu mempertahankan sejumlah ekuitas yang cukup besar untuk dapat mengambil keuntungan dari biaya hutang yang rendah dan membangun struktur modal yang optimal agar dapat menciptakan nilai perusahaan yang maksimum. Untuk memperoleh proporsi yang optimum antara modal pinjaman dan modal sendiri, ada bermacam-macam prinsip. Pertama, bahwa proporsi modal perusahaan yang baik adalah proporsi modal pada perusahaan yang memiliki jumlah hutang yang lebih kecil dari modal sendiri. Kedua, proporsi modal yang optimum adalah proporsi modal pada perusahaan yang meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata tertimbang. Besar kecilnya biaya modal rata-rata tertimbang ini akan sangat bergantung pada besarnya proporsi hutang jangka panjang dengan modal sendiri beserta biaya dari masing-masing komponen struktur dana tersebut. Jika proporsi dana yang dipinjam dari pihak luar cukup tinggi dalam struktur permodalan suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula risiko tidak
7
Bab I Pendahuluan
terpenuhinya kewajiban untuk menanggulangi dana pinjaman atau kewajiban bunga atas pinjaman tersebut. Menurut Bambang Riyanto (2001:324) hutang jangka panjang atau long term loan adalah salah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah dana tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencakup bunga dan pokok pinjaman. Hutang jangka panjang merupakan sumber pambiayaan yang jatuh temponya lebih dari sepuluh tahun. Pada umumnya hutang jangka panjang ini digunakan untuk ekspansi perusahaan atau modernisasi perusahaan. Hutang jangka panjang ini timbul dikarenakan oleh jumlah dana yang dibutuhkan oleh kegiatan ekspansi dan modernisasi perusahaan sangat besar. Menurut Marton Miller dan Franco Modigliani (MM) yang dikutip oleh R. Agus Sartono (2001:236) membuktikan bahwa di bawah serangkaian asumsi, nilai perusahaan akan bertambah apabila perusahaan menambah hutangnya. Hal ini dimungkinkan karena dengan digunakannya hutang maka perusahaan harus menanggung beban bunga atas hutang tersebut, sedangkan bunga hutang ini akan mengurangi beban pajak. Dengan kata lain nilai perusahaan akan maksimal jika perusahaan itu dalam kegiatan pembiayaannya hampir seluruhnya menggunakan hutang. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Menurut Van Horne (2002) Price to Book Value (PBV), adalah : “Value is represented by the market price of the company’s common stock which in turn, is a function of the firm’s investment, financing and dividen decision “. Artinya bahwa harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.
8
Bab I Pendahuluan
Sedangkan menurut Arsjah (2002), menyatakan bahwa Price to Book Value (PBV) merupakan salah satu rasio keuangan yang cukup representatif untuk melihat penciptaan nilai oleh suatu perusahaan. Nilai buku per lembar saham merupakan jumlah per lembar saham yang akan diterima jika seluruh aset perusahaan dijual sesuai nilai buku (nilai akuntansi) perusahaan. Kelebihan dari hasil penjualan tersebut, setelah dikurangi kewajiban perusahaan, dibagikan kepada pemegang saham (Gitman, 2006 :351). Nilai pasar bisa lebih atau kurang dari nilai buku saham. Karena nilai pasar tergantung pada laba perusahaan, sedangkan nilai buku mencerminkan nilai historis. Nilai pasar dapat dilihat melalui harga saham perusahaan yang terjadi di bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Kerangka Pemikiran Industri Food and Beverage
Struktur Modal
Modal Asing
Hutang Jangka Panjang
Modal Sendiri
Hutang Jangka Pendek
Nilai Perusahaan
9
Bab I Pendahuluan
Keterangan :
= Diteliti = Tidak diteliti Gambar 1.1
1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah, tujuan peneitian dan kerangka pemikiran di atas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari besarnya modal sendiri terhadap nilai perusahaan (Value of the firm). 2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari besarnya hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan dari besarnya modal sendiri dan besarnya hutang jangka panjang terhadap nilai perusahaan.
1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. Menurut M. Nazir (2003:54), metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha menyimpulkan, menyajikan serta menganalisis data sehingga dapat memberi gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Lexy J. Melong (2004:46), metode verifikasi adalah metode penelitian yang berusaha untuk menguji jawaban masalah tentang hasil pemikiran yang kebenarannya bersifat sementara atau yang biasa disebut hipotesis. Untuk menguji hipotesis, penulis melakukan pengujian variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan uji t dan uji F kemudian nilai yang diperoleh dibandingkan dengan tabel distribusi t dan F.
10
Bab I Pendahuluan
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan sektor industri yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan Pojok Bursa Universitas Widyatama yang berlokasi di jalan CikutraSekejati, Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2009 sampai Februari 2010.
11