BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan. Risiko informasi yang dimaksud ialah kemungkinan bahwa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tidak benar, tidak lengkap maupun mengandung bias. Salah satu penyebab risiko informasi ialah perbedaan kepentingan antara pengguna dengan penyusun laporan keuangan. Oleh sebab itu, audit laporan keuangan perlu dilakukan oleh pihak independen yaitu auditor. Setelah seluruh prosedur audit dilakukan, auditor menyusun opini atas kewajaran laporan keuangan, apakah telah disusun sesuai dengan standar yang berlaku. Opini auditor tersebut menambah kredibilitas laporan keuangan sehingga para pengguna dapat mengandalkan informasi yang terkandung di dalamnya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi. Sebagai individu profesional, auditor memiliki standar dan kode etik yang wajib diikuti dan dipatuhi untuk menjaga nama baik profesi dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut. Standar umum ketiga dari Standar Profesional Akuntan Publik menjelaskan bahwa auditor dituntut untuk memiliki sikap profesionalisme yang tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap profesionalisme auditor akan menyebabkan auditor lebih berhatihati dan cermat dalam merencanakan dan melaksanakan audit. Sikap profesionalisme auditor salah satunya ditunjukkan dengan tingginya skeptisme profesional auditor. Berdasarkan SA 230 tentang penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama dalam pelaksanaan pekerjaan auditor, skeptisme profesional ialah sikap yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi kritis terhadap bukti audit (IAPI, 2011). Dalam mengaplikasikan skeptisme profesional, auditor tidak mengasumsikan bahwa klien tidak jujur, namun tidak juga langsung mempercayai informasi yang dibuat oleh manajemen
perusahaan ialah benar. Selain itu, auditor juga perlu menetapkan tingkat skeptisme mereka pada level yang tinggi. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko kegagalan audit seperti yang dipaparkan oleh Glenn Tempro, PCAOB Associate Director, dalam Salisbury (2013). Pernyataan ini juga dibuktikan dalam penelitian Beasley (2001) dalam Januar (2014), berdasarkan AAERs (Accounting and Auditing Releases) selama 7 periode (January 1987Desember 1997), menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan disebabkan oleh rendahnya skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor. Untuk mengurangi risiko kegagalan audit, auditor harus mengaplikasikan skeptisme profesional sepanjang pelaksanaan audit, termasuk dalam tahap perencanaan audit. Pada tahap perencanaan audit, auditor menentukan ekspektasi awal audit atas kemungkinan adanya salah saji material pada laporan keuangan dan faktor yang mempengaruhi salah saji material tersebut. Ekspektasi awal audit dikembangkan berdasarkan skeptisme profesional auditor yang menduga potensi salah saji material berupa kecurangan (fraud) atau kekeliruan (error). SA seksi 311 paragraf 7 menyatakan bahwa pertimbangan utama auditor dalam audit laporan keuangan ialah berkaitan dengan salah saji material yang dihasilkan oleh kecurangan (IAPI, 2011). Ekspektasi awal yang ditentukan oleh auditor baik berupa kecurangan maupun kekeliruan akan mempengaruhi prosedur audit selanjutnya dan berakhir pada penentuan opini yang akan diberikan oleh auditor. Pada audit berkelanjutan, auditor akan mengembangkan ekspektasi awal audit berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dengan klien. Meskipun begitu, sikap skeptisme profesional tetap harus dipertahankan meskipun pada tahun sebelumnya auditor mendapat pengalaman positif dari klien. SAS No.99 menjelaskan bahwa auditor harus mempertahankan sikap skeptisme dalam melaksanakan seluruh kegiatan audit dengan mengabaikan pengalaman sebelumnya dengan klien atau keyakinan awal mengenai kejujuran dan integritas
klien (AICPA, 2003). Hal ini disebabkan dalam setiap tahun berjalan tetap terdapat kemungkinan dan risiko terjadinya salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan (fraud) di dalam perusahaan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi skeptisme profesional auditor. Faktor-faktor tersebut meliputi posisi auditor di dalam Kantor Akuntan Publik (Payne & Ramsay, 2005), kompetensi, pengalaman, dan etika (Sitanala, 2010; Januar, 2014). Lebih lanjut, Popova (2013) menyimpulkan skeptisme profesional dipengaruhi oleh karakter personal (personal traits) dan pengalaman mengaudit klien pada tahun sebelumnya. Penelitian Payne & Ramsay (2005) mengungkapkan bahwa auditor yang berada pada level yang lebih rendah (staff auditor) cenderung lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang berada pada level yang lebih tinggi (senior auditor). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sitanala (2010) menyimpulkan bahwa kompetensi, pengalaman, dan etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap skeptisme profesional auditor sedangkan faktor gender tidak memiliki pengaruh terhadap skeptisme profesional. Penelitian Januar (2014) juga menjelaskan bahwa kompetensi, pengalaman dan etika berpengaruh positif terhadap skeptisme profesional auditor. Dalam penelitian Popova (2013) yang menguji pengaruh skeptisme profesional terhadap keputusan audit, Popova (2013) menggunakan model skeptisme profesional yang dikembangkan oleh Hurtt (2010). Hurtt (2010) mengembangkan dua model skeptisme yaitu skeptisme profesional yang dihasilkan dari karakter individu masing-masing (personal traits) dan skeptisme profesional yang bersifat situasional. Popova (2013) menggambarkan skeptisme situasional dapat diperoleh dari pengalaman mengaudit klien tertentu pada tahun sebelumnya atau yang disebut client-specific experiences (CSE). Kemudian, Popova (2013) menguji pengaruh kedua model skeptisme tersebut terhadap keputusan audit yang diambil
oleh auditor. Subjek penelitian yang digunakan oleh Popova (2013) ialah siswa audit dengan asumsi bahwa skeptisme yang dihasilkan dari karakter personal mereka belum dipengaruhi oleh pengalaman mengaudit. Hasil penelitian Popova (2013) menjelaskan bahwa kedua model skeptisme tersebut berpengaruh positif dalam pengambilan keputusan audit. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya terkait skeptisme profesional, peneliti tertarik untuk melakukan replikasi penelitian Popova (2013) guna mengetahui pengaruh kedua model skeptisme yang dikembangkan oleh Hurtt (2010) terhadap keputusan audit dalam konteks Indonesia. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Popova (2013), penelitian ini akan menambah variabel baru yaitu tingkat pendidikan formal akuntansi, terutama dalam bidang pengauditan. Oleh karena itu, subjek dalam penelitian ini ialah mahasiswa S1 reguler tahun terakhir yang telah mengambil mata kuliah Pengauditan dan mahasiswa Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Pemilihan kedua kategori ini berdasarkan asumsi bahwa mahasiswa PPAk akan lebih memahami pengauditan secara lebih mendalam dibandingkan mahasiswa S1 reguler sehingga hal tersebut akan mempengaruhi tingkat skeptisme yang dimiliki. 1.2
Rumusan Masalah Permasalahan penelitian yang ingin diteliti pada penelitian ini disajikan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah auditor yang memperoleh CSE negatif dari klien memilih kecurangan (fraud) sebagai ekspektasi awal dibandingkan auditor yang memperoleh CSE positif? 2. Apakah auditor yang memiliki tingkat skeptisme personal yang lebih tinggi akan lebih memilih kecurangan (fraud) sebagai ekspektasi awal mereka dibandingkan auditor yang memiliki tingkat skeptisme personal yang lebih rendah?
3. Apakah perbedaan paling signifikan yang dihasilkan atas CSE positif dan negatif yang diperoleh auditor pada tahun sebelumnya akan lebih terlihat pada auditor yang memiliki tingkat skeptisme personal yang lebih rendah? 4. Apakah auditor yang memiliki tingkat pendidikan formal akuntansi yang lebih tinggi akan lebih skeptis dibandingkan yang memiliki tingkat pendidikan formal akuntansi yang lebih rendah? 1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh
bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh tingkat skeptisme personal auditor terhadap keputusan audit yang diberikan oleh auditor. 2. Pengaruh CSE tahun sebelumnya yang diperoleh auditor akan mempengaruhi keputusan audit yang diberikan oleh auditor. 3. Perbedaan signifikan yang dihasilkan atas CSE positif dan negatif terhadap auditor yang memiliki tingkat skeptisme personal yang lebih rendah. 4. Pengaruh tingkat pendidikan formal akuntansi khususnya dalam bidang pengauditan terhadap tingkat skeptisme yang dimiliki oleh auditor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu: 1.
Memberikan kontribusi tambahan untuk pengetahuan maupun pengembangan teori mengenai pengaruh tingkat skeptisme dan CSE yang diperoleh auditor pada tahun sebelumnya terhadap keputusan audit yang dibuat oleh auditor
2.
Menjadi sumber pengetahuan tambahan dan peningkatan wawasan bagi praktisi akuntan publik mengenai tingkat skeptisme dan CSE yang diperoleh auditor pada tahun sebelumnya terhadap keputusan audit yang dibuat oleh auditor
3.
Dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi bagi penelitian selanjutnya.
4.
Dengan adanya penelitian ini, auditor dapat meningkatkan tingkat skeptisme yang dimiliki oleh auditor dalam melakukan audit agar meminimalisir risiko audit dan meminimalisir kegagalan audit.
1.4
Sistematika Penulisan Secara garis besar, sistematika penulisan dari penelitian ini tersusun dari:
Bab I
: Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
: Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Bab ini berisikan mengenai landasan teori dan pengembangan hipotesis. Selain itu, terdapat model penelitian yang dilakukan.
Bab III
: Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Dalam metode penelitian tersebut menguraikan mengenai pengukuran variabel, metode pengambilan sampel, dan teknik pengumpulan data.
Bab IV
: Hasil dan Analisis Bab hasil dan analisis berisi uraian dan deskripsi secara umum atas subjek penelitian.
Bab V
: Penutup Pada bab penutup berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran untuk melakukan penelitian selanjutnya.