BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit bagian terpenting suatu laporan keuangan, dimana laporan keuangan yang sudah tersaji harus dilakukan audit dan audit adalah suatu proses yang tersusun secara terinci untuk memperoleh informasi dari laporan keuangan tersebut. Tujuan dilakukannya audit adalah untuk mendapatkan bukti – bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi atas peristiwa atau kejadian ekonomi untuk memastikan kesesuaian antara asersi – asersi tersebut untuk menetapkan kriteria serta mengungkapkan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan. Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasly dan Randal J. Elder (2011) “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria”. Maksudnya adalah bahwa laporan keuangan dibuat untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah sesuai dengan kriteria tertentu. Menurut Sukrisno Agoes (2011) auditing “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Dalam menentukan suatu laporan keuangan yang disajikan secara wajar harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang ditetapkan oleh Ikatan
1
2
Akuntan Indonesia (IAI), selain standar umum terdapat standar lain yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum merupakan cerminan pribadi auditor yang mengharuskan seorang auditor memiliki keahlian dan pelatihan secara teknis dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan fungsinya untuk mengatur auditor dalam hal pengumpulan data yang dilakukan selama audit berlangsung serta auditor diwajibkan menyusun laporan keuangan yang diauditnya secara menyeluruh. Dan seorang auditor harus melakukan pengujian yang tepat untuk menentukan apakah terdapat salah saji atau opini lainnya. Pelaksanaan audit adalah proses yang sistematis dan logis artinya audit adalah proses pemeriksaan yang harus dilakukan dengan terperinci, tersusun sesuai dengan prinsip audit serta masuk akal. Menurut Guy, Alderman, dan Winters (2002) “Kebutuhan akan audit atas laporan keuangan diakibatkan oleh empat faktor yang mendasarinya, yaitu : kompleksitas, jarak, bias dan motif penyaji, dan konsekuensi”. Penyaji informasi keuangan akan menghadapi konflik baik yang disengaja maupun tidak sengaja dengan pengguna informasi keuangan. Seperti sikap independensi seorang auditor, dimana auditor dituntut untuk bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi) dan independensi merupakan suatu keharusan bagi para pengguna untuk mempercayai. Auditor Independen dalam melakukan tugasnya mengaudit perusahaan memiliki peran strategis dalam lingkungan perusahaan klien karena auditor memiliki tugas untuk mengaudit laporan keuangan klien yang diberikan manajemen yang ditugaskan kepadanya. Pada
3
dasarnya perusahaan hanya ingin laporan keuangan terlihat baik di depan pemimpin atau investor. Namun sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menaikan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, maka akuntan pubik tidak hanya memiliki keahlian saja namun juga harus bersikap independen dalam mengaudit. Jika tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa – apa. Karena masyarakat tidak akan percaya hasil auditan dari auditor sehingga masyaraka tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain, keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1998). Auditor yang Independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya untuk masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh klien. Tugas seorang auditor adalah memberiakn opini tentang kewajaran laporan keuangan yang diperiksanya sesuain dengan standar IAI. Hal ini menunjukan bahwa auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan terhadap laporan keuangan yang diterbitkan (Wibowo, 2009 : 19). Dalam melaksanakan audit, auditor diberi kepercayaan oleh pihak klien dan pihak ketiga untuk membuktikan laporan keuangan yang disajikan klien. Terkait dengan kepercayaan yang diberikan kepada auditor, auditor dituntut untuk menjaga kepercayaan tersebut. Kepercayaan yang diberikan klien harus tetap ditingkatkan untuk menunjukkan suatu kinerja yang profesional. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh IAI (Wibowo, 2009 : 20).
4
Posisi auditor sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran pada laporan keuangan dan juga profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Auditor independen sebagai pihak yang memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan dituntut pertanggungjawaban yang lebih besar atas berbagai praktek yang terjadi dalam perusahaan yang diauditnya (Rosandi, 2009 : 1). Sebagai profesional, seseorang mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik, yang menggambarkan suatu sikap atau hal – hal yang ideal. Seseorang yang profesional memliki kepintaran, pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktivitas yang dilakukan. Agar dapat dipercaya oleh masyarakat maka diperlukan landasan etika dan moral. Oleh karena itu, akuntan harus mengacu pada kode etik akuntan untuk dapat mempertahankan independensi, objektivitas, dan profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya. Alasan utama mengaharapkan tingkat perilaku professional yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut. Bagi akuntan publik, kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting. Jika para pemakai jasa tidak memliki kepercayaan kepada para dokter, hakim atau akuntan publik, maka kemampuan para profesional itu untuk melayani klien serta masyarakat secara efektif akan hilang. Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional
5
akan semakin besar bila profesi semakin mendorong standar kinerja dan perilaku yang tinggi di pihak seluruh praktisi. Kualitas audit sangat penting karena kualitas audit yang baik akan menghasilkan laporan keuangan yang terpercaya sebagai dasar pengambilan keputusan, sebaliknya terkuaknya skandal keuangan dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan yang diaudit dan profesi akuntan publik itu sendiri. Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi dimana auditor akan menemukan salah saji yang tergantung pada pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan untuk melaporkan salah saji tergantung pada independensi. Kedua hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas audit. Ada beberapa penelitian mengenai kualitas audit yang telah dilakukan baik dari segi topik maupun metode penelitian (Kusharyanti, 2003). Untuk segi metode penelitian, saat ini masih sedikit penelitian yang dilakukan pada pengembangan kerangka konseptual yang bisa menangkap dasar kualitas audit. Fraud (kecurangan), kesalahan, ketidakberesan, korupsi serta kegiatan penyelewengan tidak hanya merugikan perusahaan namun masyarakat luas dan berbagai sektor publik dan sektor swasta. Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan. Bagi auditor tindakan ilegal memiliki efek langsung terhadap penyajian pelaporan keuangan. Dan seorang auditor memiliki pertimbangan dalam mendeteksi salah saji dari tindakan ilegal dan tanggung
6
jawab. Kecurangan merupakan konsep hukum yang luas dan auditor tidak membuat keputusan hukum tentang kecurangan yang terjadi. Namun, kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan pernyataan salah saji material dari keuangan. Ada dua jenis salah saji yaitu yang timbul dari kecurangan pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari penyalahgunaan aset. Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-2000) Auditor harus mengakui kewajiban yang jujur, dimana sikap jujurnya itu tidak hanya kepada pemilik perusahaan dan manajemen namun juga kepada kreditor dan pihak – pihak yang memberi kepercayaan atas laporan keuangan serta kepada para calon – calon kreditor. Disisi lain pihak pemilik perusahaan menginginkan auditor melaporkan dengan jujur kondisi perusahaan yang di auditnya. Dari uraian tersebut terdapat kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan. Kepercayaan terhadap hasil auditan inilah yang membuat para akuntan publik memperlihatkan kualitas audit yang dihasilkannya. Banyak skandal – skandal audit yang terjadi seperti kasus Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney (Sunarsip 2002 dalam Christiawan 2003:83) yang terungkap akibat adanya praktik kecurangan dari kejadian itulah independensi auditor dipertanyakan. Terkait dengan terungkapnya skandal tersebut muncul pertanyaan seberapa penting
tingkat
kompetensi
dan
independensi
auditor
mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan akuntan pubik.
tersebut
sangat
7
Kasus skandal – skandal yang terjadi akhir – akhir ini memberi bukti kegagalan audit yang membawa dampak serius bagi masyarakat. Kasus seperti Enron, Global Crossing, worldcom di Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan dalam pasar modal. Kasus serupa terjadi pada perusahaan di Indonesia seperti yang terjadi pada PT. Telkom dan PT. Kimia Farma. Sebagai contoh di Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT. Kimia FARMA Tbk ( PT. KF) merencanakan akan segera melakukan beauty contest untuk memilih auditor pengganti Kantor Akuntan Publik (KAP) Hans Tuankaotta & Mustofa (HTM) setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 1 November 2002 yang menyetujui rencana penggantian auditor tersebut. M. Syamsul Arifin, direktur keuangan PT. Kimia Farma, menjelaskan penggantian auditor HTM merupakan instruksi mendadak dari pemegang saham berkaitan adanya dugaan markup (penggelembungan harta) dalam laporan keuangan perusahaan tahun buku 2001. Ludovicus Sensi, partner HTM yang bertanggung jawab atas audit PT. Kimia Farma menyatakan bahwa dirinya sangat terkejut dengan pernyataan Mentri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). HTM, ungkapnya akan mencari tahu latar belakang menculnya pernyataan itu. “Saya sudah bicara dengan seluruh rekan senior di HTM dan kita sedang mencari tahu latar belakngnya”. Dua hari sebelumnya, pada saat peluncuran buku BUMN, Martabat Bangsa, Korupsi, dan Solusi Menteri BUMN Laksamana Sukardi menyampaikan bahwa kantor Menteri BUMN akan memberikan sanksi kepada KAP HTM terkait
8
dengan markup keuntungan sebesar Rp 32, 6 miliar pada laporan keuangan PT. Kimia Farma 2001. “ Kita tidak akan pakai jasanya dulu”. Masalah markup laba pada laporan keuangan PT. Kimia Farma mulai diketahui publik pada awal bulan September. Markup laba ditemukan oleh auditor HTM pada saat mereka mendapat penugasan untuk melakukan audit laporan keuangan Kimia Farma untuk masa lima bulan yang berakhir pada tanggal 31 Mei 2002, laba Kimia Farma turun sebesar 56% menjadi Rp 12 miliar. Akibat kinerja yang buruk ini, kantor Menteri BUMN menunda rencana divestasi 51% saham Kimia Farma hingga awal tahun 2003. Sebelumnya, mereka merencanakan akan menjual saham Kimia Farma kepada investor strategis pada tahun 2002. Mereka merencanakan akan melakukian restrukturisasi guna meningkatkan kinerja perusahaan, yaitu memisahkan beberapa unit usahanya menjadi anak perusahaan sehingga dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi. KAP HTM menemukan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan yang menyebabkan terjadinya pelaporan laba yang lebih tinggi, yaitu Rp 132 miliar dari yang seharusnya Rp 99,5 miliar. Kebetulan, KAP HTM jugalah yang melakukan audit laporan keuangan 2001. sesuai dengan Undang – Undang Pasar Modal tahun 1995, KAP HTM segera melaporkan kesalahan perhitungan tersebut ke Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Kemudian, Bapepam menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan pemeriksaan. Kantor Menteri BUMN dengan cepat memberikan tanggapan atas laporan ini. Deputi Kantor Menteri BUMN bidang Usaha Logistik dan Pariwisata Ferdinand
9
Nainggolan menyatakan bahwa pemerintah akan mengganti manajemen PT. Kimia Farma dan melakukan audit ulang terhadap laporan keuangan 2001. Namun keesokan
harinya
tanggal
19
september
2002,
Ferdinand
pernyataannya. Pemerintah merasa tidak perlu untuk
mengoreksi
mengaudit
ulang
menggunakan jasa auditor lain sebagai pembanding dan memandang audit dari KAP HTM sudah cukup memadai karena markup dilaporkan oleh akuntan HTM sendiri. Sementara itu, manajemen Kimia Farma juga tidak akan diganti, karena sebenarnya pemerintah baru saja melakukan penggantian manajemen pada bulan Juni 2002. Akhirnya, sanksi diberikan kepada KAP HTM. Bapepam masih melakukan pemeriksaan ketika kantor Menteri BUMN menjatuhkan sanksi kepada KAP HTM. Kepala Bapepam Herwidayatmo menyatakan bahwa dalam kasus markup laba PT. Kimia Farma, auditor KAP belum tentu bersalah. “HTM itu kan belum tentu salah dalam kasus dugaan markup pendapatan Kimia Farma. Yang menemukan adanya perbedaan pendapatan itu justru auditor itu sendiri”. Meskipun demikian, Hermidayatmo menyatakan bahwa penggantian auditor tersebut sepenuhnya wewenang pemegang saham. Bisnis Indonesia tanggal 1 November 2002 melaporkan bahwa seseorang narasumbernya di pemerintahaan berpendapat bahwa keputusan Menteri BUMN untuk menarik semua BUMN dari audit HTM itu termasuk tindakan yang berlebihan walaupun dia setuju bahwa HTM sebagai auditor Kimia Farma secara moral harus ikut bertanggung jawab. Sanksinya, ungkap narasumber itu cukup mengganti auditor Kimia Farma, bukan melarang BUMN diaudit oleh HTM. “ itu
10
namanya sama saja mematikan, bukan membina,” katanya. Ia merasa sanksi untuk HTM itu sudah dipolitisasi dan tidak proporsional, menyusul adanya persaingan antar – KAP. Selain itu, penggantian HTM secara mendadak itu akan meyulitkan perseroan, karena HTM telah mengaudit keuangan Kimia Farma semester pertama. Dari kasus diatas ada keterkaitan antara variabel yang peneliti ambil yaitu sikap independensi, kasus PT. KF KAP HTM telah melakukan sikap independen yang berarti tidak memihak dan mengungkap markup yang dilakukan oleh PT. KF. Walaupun PT. KF menggunakan jasa audit dari KAP HTM namun sikap professional yang ditunjukkan KAP HTM dengan mengungkapkan kecurangan yang dilakukan manajemen PT. KF. Kasus PT. KF membuktikan bahwa kualitas audit yang dilakukan manajemen PT. KF sangatlah buruk, oleh karena itu kualitas audit menentukan apakah laporan keuangan tersebut terdapat terdedteksi melakukan praktik kecurangan atau tidak. Kecurangan yang dilakukan PT. KF mampu diungkap oleh KAP HTM yang berarti kecurangan laporan keuangan mampu untuk dideteksi. Terungkapnya skandal – skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus.
11
Timbulnya kasus – kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi luas yang lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporate governance yang baik belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi pemicu perusahaan atau pihak manajemen untuk mengeluarkan informasi – informasi yang memberi dampak positif harga saham dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi tertentu guna menghindari terpuruknya harga saham. Selain dari pihak perusahaan, eksternal auditor juga harus turut bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus – kasus manipulasi akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditur, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak – pihak lain yang berkepentingan (koroy, 2008 : 25). Pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan
12
dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa – peristiwa, penerapan dan pengembangan penelitian masalah pengalaman ini dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang serupa (Suraida, 2005 : 4). Oleh karena itu penulis termotivasi untuk mengetahi faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pencegahan dan pendeteksian kecurangan laporan keuangan serta penulis ingin mengetahui seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Penelitian ini mengacu pada penelitian Jordan Martondang (2010) dan Hervita Yulian Ayuningtyas (2012). Perbedaan variabel ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengubah variabel independen dan dependen. Dan seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dan untuk mengetahui seberapa pentingnya sikap independensi dan profesionalisme auditor terhadap pengauditan laporan keuangan yang berkualitas dan pelaporannya memiliki ketepatan sesuai dengan kondisi yang terjadi di perusahaan serta oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Independensi, Profesionalisme, dan Kualitas Audit Terhadap Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan. Studi Empiris : Kantor Akuntan Publik Di Jakarta Selatan”
13
B. Rumusan Masalah 1. Apakah sikap independensi auditor berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan? 2. Apakah sikap profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan 3. Apakah kualitas audit berpengaruh pada pendeteksian kecurangan laporan keuangan?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis pengaruh sikap independensi auditor terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian pelaporan keuangan. b. Untuk menganalisis sikap profesionalisme auditor terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian pelaporan keuangan. c. Untuk menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian pelaporan keuangan.
14
2. Kontribusi Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a. Bagi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan serta pemahaman tentang pentingnya independensi, profesionalisme seorang auditor dan pentingnya kualitas audit yang harus diterapkan oleh auditor dan KAP. b. Bagi Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan serta referensi tentang pengaruh independensi, profesionalisme, dan kualitas aduit terhadap pendeteksian kecurangan laoran keuangan