BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang CAFTA merupakan perjanjian area perdagangan bebas antara China dan ASEAN. CAFTA dibuat untuk mengurangi bahkan menghapuskan hambatan perdagangan barang tarif maupun non tarif, memudahkan arus perdagangan jasa, peraturan investasi, dan untuk mendorong kerjasama di bidang ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat China-ASEAN. Perjanjian CAFTA dimulai dengan penandatanganan Framework Agreement On Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People’s Republic of China oleh pihak ASEAN dan China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 November 2002. Setelah beberapa kali negosiasi dan ratifikasi akhirnya CAFTA diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in goods Agreement and Dispute Settlement Mecanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. CAFTA meliberalisasi perdagangan secara progresif. Penurunan tarif dalam kerjasama CAFTA akan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap. Tahap pertama Early Harvest Package (EHP), penurunan tarif dimulai 1 Januari 2004 secara bertahap dan akan menjadi 0% pada tahun 2006. Tahap kedua Normal Track (NT), tarif 0% akan diberlakukan pada seluruh komoditi Normal Track pada tahun 2010. Tahap ketiga Sensitive track meliputi Sensitive List (SL) penurunan tarif menjadi 0-5% pada tahun 2018 dan Highly sensitive List (HSL) pengurangan tarif menjadi 50% pada tahun 2015 (Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Dalam Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010) dijelaskan bahwa Early HarvestPackage (EHP) merupakan tahapan awal dari liberalisasi CAFTA yang terdiri dari penghapusan tarif antara produk negara ASEAN dengan produk China untuk delapan jenis produk yang terdiri dari produk hewan hidup (live animals), daging dan jeroan yang bisa dimakan (meat and edible meat offal), ikan termasuk udang (fish), produk susu (dairy products), produk hewan lainnya (other animal product), tanaman hidup (live trees), sayur (edible vegetables) dan produk buah serta kacang kacangan (edible fruit and nuts) dengan pengecualian untuk jagung manis (sweet corn). Penghapusan tarif untuk kedelapan produk tersebut dilakukan pada tahun 2006. Penghapusan tarif dimaksudkan untuk menambah daya saing produk Indonesia. Di pasar lokal, produk China-ASEAN bersaing ketat dengan produk dalam negeri termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran. Salah satu jenis sayuran yang terdapat dalam Early Harvest Package (EHP) adalah bawang putih. Menurut Wibowo (2006) bawang putih merupakan salah satu anggota bawang-bawangan yang paling populer di dunia. Bawang putih merupakan sayuran rempah yang meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya sebagai bumbu pelezat masakan sungguh lekat di lidah masyarakat Indonesia. Pembudidayaan bawang putih sudah lama dilakukan. Daerah produksi bawang putih masih terbatas, hasil produksinya masih jauh dari mencukupi kebutuhan bawang putih nasional. Pada tahun 2012, Indonesia mengimpor bawang putih dari beberapa negara dengan volume impor bawang putih tertinggi adalah dari negara China dimana China merupakan salah satu negara anggota CAFTA. Berikut negaranegara pengekspor bawang putih ke Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel 1.1. Volume dan Nilai Impor Bawang Putih Indonesia dari Berbagai Negara Tahun 2012 Negara Volume (Kg) Republic of Korea 3.377 China 445.171.587 Thailand 203.788 Singapore 30.000 Malaysia 1.366.027 India 4.778.217 Pakistan 203.000 Bangladesh 29.000 Australia 675 New Zealand 4.420 United States 409.322 Netherlands 3.506 France 22.904 Germany 16.516 Switzerland 136 Portugal 2.500 Sumber: Kementrian Pertanian 2012, diolah
Nilai (USD) 14.341 264.816.550 108.288 31.658 1.306.901 2.031.451 81.200 13.115 7.580 32.225 2.255.977 36.730 277.895 158.321 4.308 10.793
Impor dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam negeri karena produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan nasional. Berikut keadaan terkini volume impor, nilai impor, dan harga impor bawang putih di Indonesia. Tabel 1.2. Volume, Nilai dan Harga Impor Bawang Putih di Indonesia Tahun 2010–2012 Tahun
Volume Impor (Kg) Nilai Impor (USD)
2010 361.288.852 245.960.424 2011 419.089.953 272.818.908 2012 452.244.976 271.187.341 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 2012, diolah
Harga Impor (USD/Kg) 0,68 0,65 0,60
Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa volume impor bawang putih di Indonesia mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir sedangkan harga impor bawang putih mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
4
harga impor bawang putih per kilogram sebesar USD 0,681, turun menjadi USD 0,65 pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 turun menjadi USD 0,60. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang mengimpor bawang putih. Pada tahun 2012, volume impor bawang putih Sumatera Utara sebesar 32.667.565 kg atau sebesar 7,22% dari total impor Indonesia.
Untuk lebih
jelasnya, berikut data volume impor, dan harga impor bawang putih di Sumatera Utara. Tabel 1.3. Volume dan Harga Impor Bawang Putih di Sumatera Utara Tahun 2003–2012 Tahun Volume Impor (Kg) Harga Impor (USD/Kg) 2003 7.074.305 0,24 2004 9.325.232 0,24 2005 11.537.096 0,26 2006 11.145.808 0,26 2007 20.523.882 0,37 2008 22.052.197 0,37 2009 18.857.536 0,38 2010 17.147.700 0,57 2011 20.793.745 0,77 2012 32.667.565 0,76 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2012, diolah Tabel 1.3, memperlihatkan volume impor bawang putih di Sumatera Utara secara umum setiap tahun cenderung fluktuatif, namun harga impor bawang putih di Sumatera Utara setiap tahun cenderung meningkat. Menurut Krugman (1994) tarif dalam perdagangan internasional akan meningkatkan harga di dalam negeri. Dengan harga yang lebih tinggi produsen meningkatkan suplainya, sedangkan konsumen menurunkan pemintaannya, sehingga permintaan untuk impor menjadi berkurang, sebaliknya penghapusan tarif akan menurunkan harga di dalam negeri.Dengan harga yang lebih rendah produsen
menurunkan
suplainya,
sedangkan
konsumen
meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
5 pemintaannya, sehingga permintaan untuk impor menjadi meningkat. Hal itu terlihat pada volume impor yang meningkat jumlahnya sedangkan di Sumatera Utara, harga impor bawang putih setelah diberlakukannya penghapusan tarif pada produk Early Harvest Package (EHP) pada tahun 2006 mengalami penurunan, namun kembali meningkat hingga tahun 2012. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana harga dan volume impor bawang putih Sumatera Utara di era CAFTA.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana harga impor bawang putih Sumatera Utaradi era CAFTA?
2.
Bagaimana volumeimpor bawang putih Sumatera Utaradi era CAFTA?
3.
Bagaimana harga impor bawang putih Sumatera Utaradari China di era CAFTA?
4.
Bagaimana volumeimpor bawang putihSumatera Utaradari China di era CAFTA?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai beikut: 1.
Untuk menganalisis harga impor bawang putih Sumatera Utaradi era CAFTA.
2.
Untuk menganalisis volumeimpor bawang putih Sumatera Utaradi
era
CAFTA.
Universitas Sumatera Utara
6 3.
Untuk menganalisis harga impor bawang putihSumatera Utaradari China di era CAFTA.
4.
Untuk menganalisis volumeimpor bawang putihSumatera Utaradari China di era CAFTA
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengusaha importir bawang putih di Sumatera Utara.
2.
Sebagai bahan rujukan bagi pemerintah untuk mengevaluasi manfaat dan peluang yang tercipta dengan adanya perjanjian CAFTA.
3.
Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara