1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anjing memiliki banyak manfaat bagi manusia, dapat dimanfaatkan sebagai penjaga rumah, hewan gembalaan, anjing pelacak, pacuan, penuntun orang buta, hewan percobaan, hewan kesayangan, dan lain-lain. Dari sekian banyak manfaat, anjing sebagai penjaga rumah dan hewan kesayangan merupakan manfaat pemeliharaan anjing yang belakangan ini menonjol baik di Bali maupun kota-kota lain di Indonesia pada umumnya (Puja, 2007). Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai dari yang ringan hingga berbahaya. Penyakit-penyakit yang timbul tersebut dapat disebabkan banyak faktor, antara lain kurangnya pemeliharaan kesehatan hewan dari segi nutrisi ataupun lingkungan, adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, reaksi tubuh terhadap penyakit termasuk kondisi klinis tubuh dan sifat-sifat umum penyakit tersebut (Setyawan, 1996). Selain itu, anjing juga dapat mengalami kelainan-kelainan yang bisa mengurangi nilai estetika dari anjing tersebut seperti fraktur, cacat bawaan hingga tumor. Tumor merupakan masalah yang biasa terjadi pada hewan kecil termasuk anjing. Perkiraan konservatif menunjukkan bahwa satu dari sepuluh anjing dapat menderita tumor selama hidup alami mereka (Morris dan Dobson, 2001). Tumor identik dengan neoplasma yang merupakan kumpulan sel yang abnormal, terbentuk oleh sel-sel yang
1
2
tumbuh tidak terkontrol serta bersifat merugikan bagi penderitanya. Tumor dapat berkembang menjadi kanker. Studi secara epidemiologi mengenai kejadian kanker pada hewan kecil telah banyak dilakukan. Hasil studi atau kajian post mortem pada 2.000 anjing di Amerika menunjukkan bahwa 23% penyebab kematian anjing adalah kanker, sehingga secara tidak langsung kejadian tumor pada anjing harus diwaspadai (Morris dan Dobson, 2001). Salah satu penyakit tumor yang menyerang anjing adalah tumor kelenjar mammae. Tumor kelenjar mammae merupakan penyakit degeneratif akibat dari sel-sel kelenjar mammae membelah dan tumbuh tanpa kendali. Kasus tumor kelenjar mammae telah ditemukan secara signifikan pada anjing ras maupun lokal. Saat ini, tumor kelenjar mammae merupakan 50% dari seluruh kasus tumor yang menimpa anjing betina (Dalleck et al., 1998; Oliveira et al., 2003). Angka kejadian ini jauh lebih tinggi dari pada angka kejadian tumor kelenjar mammae pada hewan betina domestik lainnya (Brodey et al., 1983; Schneider, 1970). Tumor kelenjar mammae pada anjing diklasifikasikan sebagai sel tumor epitel, mesenkim dan campuran (Morrison, 2002). Secara histopatologi, nukleus tampak membesar karena sitoplasma berkurang, nukleus hiperkromatis karena bertambahnya nukleoprotein, nukleus lebih besar dibandingkan ukuran normal. Tampak pula mitosis dengan berbagai tingkat (profase, metafase, anafase, telofase) bahkan nampak mitosis abnormal yaitu mitosis multisentrik misalnya tripolar atau bentuk atypik lainnya (Tjarta, 2002).
2
3
Tingkat keganasan tumor (grading) berafiliasi dengan kemampuannya untuk bermetastasis. Setiap tumor terdiri atas subklonal sel tumor yang memiliki kemampuan metastatis yang berbeda. Dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keganasan dengan melihat derajat diferensiasi, kelainan-kelainan nukleus dan banyaknya mitosis (Tjarta, 2002). Tingkat keganasan tumor kelenjar mammae yang dikaitkan umur dan ras masih belum ada laporan, sehingga perlu dilakukan penelitian. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada variasi tingkat keganasan lesi histopatologi tumor kelenjar mammae pada anjing berdasarkan umur? 2. Apakah ada variasi tingkat keganasan lesi histopatologi tumor kelenjar mammae antara anjing lokal dengan ras? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui variasi tingkat keganasan lesi histopatologi tumor kelenjar mammae pada anjing berdasarkan umur. 2. Untuk mengetahui variasi tingkat keganasan lesi histopatologi tumor kelenjar mammae antara anjing lokal dengan ras.
3
4
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan mengenai gambaran histopatologi dan variasi tingkat keganasan lesi histopatologi tumor kelenjar mammae pada anjing berdasarkan umur dan ras pada anjing di Denpasar. Selain itu, dapat dijadikan bahan rujukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Kerangka Konsep Tumor merupakan kumpulan sel abnormal terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan sel di sekitarnya. Faktor-faktor penyebab tumor yang berpengaruh secara umum dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intrinsik (seperti ras, cell rest, umur, jenis kelamin, pigmentasi, dan immunitas) dan faktor ekstrinsik (seperti infeksi virus, parasit, karsinogen, iradiasi, traumatik mekanik, dan transplantasi) (Berata et al., 2011). Semua ras anjing bisa terkena tumor, tetapi jenis tumor tertentu lebih sering terjadi pada ras tertentu pula (Elizabeth et al., 2009). Tumor kelenjar mammae dapat menyerang anjing dari berbagai ras, namun anjing dari bangsa Toy, miniatur Poodles, Spaniels, dan German Shepherds memiliki resiko yang lebih besar menderita tumor mammae (Anonimus, 2008). Tumor kelenjar mammae umumnya terjadi pada anjing betina yang masih bereproduksi dan berumur antara 5 hingga 10 tahun (Foster dan Nash, 2008), namun 80 % kasus didiagnosa pada anjing berusia lebih dari 7 tahun (Mitsui, 2007). Pernah juga dilaporkan tumor ini ditemukan pada anjing betina berumur 2 tahun, tetapi kasus ini jarang terjadi (Foster dan Nash, 2008). Saat ini,
4
5
tumor kelenjar mammae merupakan 50% dari seluruh kasus tumor yang menimpa anjing betina (Dalleck et al., 1998; Oliveira et al., 2003). Tumor kelenjar mammae dapat menyerang anjing pada semua umur dan ras. Umur dan ras anjing diduga berpengaruh pada ketahanan tubuh atau respon imun tubuh terhadap faktor-faktor yang menstimulasi terjadinya tumor kelenjar mammae. Perbedaan tingkat keganasan tumor kelenjar mamae menunjukkan gambaran histopatologi yang berbeda pula. Pada pengamatan mikroskopik, tumor kelenjar mammae terdiri dari sel-sel epitel ductal yang pleomorfik membentuk kelompok-kelompok lajur-lajur irregular atau struktur tubular. Sel ganas berinfiltrasi dalam stroma, serta banyak didapatkan mitosis sel yang atypik. Kriteria yang paling penting untuk menentukan tumor ganas kelenjar mammae anjing yakni tipe tumor, nucleus signifikan dan sel yang pleomorfik, indeks mitosis, adanya daerah nekrosis terdistribusi secara acak di dalam tumor, peritumoral dan invasi limfatik, daerah metastasis aliran limfe (Goldschmidt et al., 2011).
5