BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Umat manusia universal memakai pakaian pada tubuh untuk melindunginya terhadap kondisi iklim yang merugikan. Dalam arti luas pakaian didefinisikan sebagai penutup dari batang tubuh dan anggota badan serta penutup untuk tangan, kaki, dan kepala. Dalam kebanyakan budaya pakaian diperkenalkan sebagai metode untuk melindungi tubuh manusia terhadap angin, cuaca ekstrim, kondisi-kuat, panas, tinggi, dingin, dan curah hujan. Terlepas dari fungsi praktis menempatkan sepotong pakaian di atas tubuh, mengenakan pakaian juga membawa makna budaya dan sosial tertentu. Bermacam budaya yang ada di Indonesia memiliki pakaian adat masingmasing. Pakaian adat tersebut tentu mewakili dari budaya itu sendiri. Selain itu pakaian telah dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk membedakan kelas sosial. Kalangan kelas atas akan menggunakan pakaian dengan merek premium dan menggunakan bahan terbaik. Mereka ingin memperlihatkan status mereka yang lebih tinggi dibanding orang lain.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Secara historis, sejak 700-1000 SM, tekstil dan kain telah didokumentasikan sebagai salah satu produk penting yang dipertukarkan atau diperdagangkan antara bangsa-bangsa dan kerajaan di Asia Tenggara. Sebagai contoh, Kerajaan Sriwijaya (Palembang) memperdagangkan sumber daya alamnya untuk untuk ditukar dengan sutra dan gerabah dari Cina, dan dengan India, mereka menukarkannya untuk kapas. Penggunaan pakaian di Indonesia saat ini sangat dipengaruhi oleh budaya Eropa dan Asia, terutama busana Korea. Fashion pakaian di Indonesia telah berkembang dengan baik dalam sejarah. Dalam perkembangan awalnya model pakaian di Indonesia cenderung meniru gaya barat baik dalam bahan yang digunakan maupun desain. Secara usia, orang tua di Indonesia umumnya lebih nyaman dengan kostum tradisional seperti kebaya, terutama untuk menghadiri acara khusus, berbeda dengan usia muda yang lebih sering tampil dengan mode gaya barat atau gaya busana Korea. Sejak saat itu busana tradisional secara harmonis berkembang sama baiknya dengan desain gaya barat hingga saat ini. Perkembangan industri pakaian jadi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mencapai 7,5%, sedangkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 6,8%. Jumlah perusahaan TPT, juga bertambah yang semula 2.884 perusahaan kini menjadi 2.900 perusahaan (www.kemenperin.go.id). Produksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
pakaian di Indonesia tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat tanah air, tetapi juga diekspor ke luar negeri. Industri TPT Indonesia pada 2012 memenuhi 1,8% kebutuhan tekstil dunia dengan nilai ekspor mencapai US$ 12 miliar. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik, kontribusi industri TPT cukup tinggi dalam perolehan devisa ekspor. Hingga Oktober 2012, produk TPT memberikan kontribusi nilai ekspor sebesar US$ 10,4 miliar atau 10,8% dari total ekspor nonmigas. Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas (Kumulatif) 2007
2008
2009
2010
2011
2012 (s.d. TW I)
1. Makanan, Minuman dan Tembakau
5,0508
2,3401
11,2193
2,7805
9,1884
8,1857
2. Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
-3,6796
-3,6440
0,5999
1,7667
7,5181
1,4145
3. Brg. kayu & Hasil hutan lainnya
-1,7425
3,4501
-1,3808
-3,4670
0,3497
-0,8573
4. Kertas dan Barang cetakan
5,7935
-1,4841
6,3398
1,6695
1,4958
0,4987
5. Pupuk, Kimia & Barang dari karet
5,6856
4,4594
1,6444
4,7009
3,9508
9,1917
6. Semen & Brg. Galian bukan logam
3,3962
-1,4945
-0,5115
2,1793
7,1883
6,1073
7. Logam Dasar Besi & Baja
1,6900
-2,0528
-4,2599
2,3838
13,0567
5,5737
8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9,7317
9,7925
-2,8746
10,3802
6,9999
6,2255
9. Barang lainnya
-2,8215
-0,9564
3,1941
3,0026
1,8244
4,2099
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas
5,1501
4,0468
2,5614
5,1165
6,8270
6,1265
Pertumbuhan PDB
6,3450
6,0137
4,6289
6,1954
6,4570
6,3077
No.
Lapangan Usaha
(sumber : http://www.kemenperin.go.id)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
Diekspornya hasil tekstil atau pakaian menunjukkan bahwa industri tekstil Indonesia mendapat pengakuan dari negara lain. Salah satu bukti lain yaitu banyaknya ritel-ritel pakaian kelas global yang membuka pabrik di Indonesia. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengklaim 80% produk pakaian bermerek global telah dibuat di dalam negeri. Beberapa merek pakaian premium yang diproduksi di Indonesia, diantaranya Mark and Spencer, Mango, dan Zara. Meningkatnya
pendapatan
per
kapita
masyarakat
Indonesia
(US$ 3500), ternyata berimbas pada pergerseran pola konsumsinya. Jumlah penduduk yang tinggi dan perubahan peta pasar menjadikan pola konsumsi masyarakat turut berubah. Survei sosial ekonomi nasional yang dituangkan dalam modul konsumsi 1999, 2002 dan 2005, menunjukkan data statistik yang lebih meyakinkan, sepanjang 10 tahun dari periode tahun 1999 – 2009 telah terjadi perubahan orientasi konsumsi masyarakat Indonesia. Jika di tahun 1999 produk makanan masih menjadi dominasi konsumsi sebesar 62,9 %, secara bertahap menurun ditahun 2004 menjadi 54,6% dan hanya 50,6% di tahun 2009. Sementara orientasi konsumsi pada produk bukan makanan mengalami kenaikan dari 37,1% di tahun 1999, naik menjadi 45,4 % di tahun 2004 dan menjadi 49,4% di tahun 2009 (http://the-marketeers.com). Hal ini menjadi dasar bahwa masyarakat Indonesia sudah meningkat taraf hidupnya dan menjadikan pakaian sebagai salah satu dasar kebutuhan dan gaya hidup.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Salah satu bukti pergeseran konsumsi masyarakat Indonesia yaitu adanya kenaikan jumlah penjualan pakaian. Pada tahun 2012 penjualan pakaian naik 8% menjadi Rp 413 ribu per kapita dibanding 2011 sebesar Rp 383 ribu per kapita (Asosiasi Pertekstilan Indonesia : 2011). API menerangkan total pasar pakaian di Indonesia pada 2011 tercatat naik 10% menjadi Rp 90 triliun dari 2010. Sementara jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 235 juta jiwa. Nilai penjualan pakaian per kapita di Indonesia pada 2011 naik 10% dibanding 2010 seiring dengan penguatan daya beli masyarakat. Pada 2011, volume penjualan pakaian juga naik 10% menjadi 5,5 kilogram per kapita dibanding 2010 sebesar 5 kilogram per kapita. Gambar 1.2 Nilai Konsumsi Pakaian Per Kapita per Tahun Indonesia
(sumber : www.indonesiafinancetoday.com) Dari gambar di atas menunjukkan adanya suatu fenomena di mana pengeluaran untuk pakaian jadi per bulan masyarakat menurun setiap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
tahunnya, tetapi nilai konsumsi pakaian per kapita masyarakat meningkat. Asumsi bahwa masyarakat yang awalnya membeli baju setahun dua kali yang berharga Rp. 200.000, maka sekarang hanya membeli baju setahun sekali dengan harga Rp. 600.000. Hal ini tentu menarik untuk diteliti hal-hal apa sajakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya fenomena tersebut. Dari meningkatnya pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia serta meningkatnya konsumsi pakaian di masyarakat, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pertumbuhan tersebut dengan menggunakan faktor yang akan diuji. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen. Faktor-faktor tersebut adalah faktor generasi (cohort) dan faktor demografis (demographic factor). Oleh karena itu penulis akan mengangkat judul : “Analisis Pengaruh Faktor Demografi dan Faktor Generasi dalam Perilaku Pembelian Pakaian Jadi (dengan studi kasus toko-toko pakaian yang ada di Mal Puri Indah)”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor demografi berpengaruh terhadap perilaku pembelian pakaian jadi di Mal Puri Indah ? 2. Apakah faktor generasi berpengaruh terhadap perilaku pembelian pakaian jadi di Mal Puri Indah ? 3. Apakah faktor demografi dan faktor generasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap perilaku pembelian pakaian jadi di Mal Puri Indah ?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor demografi terhadap perilaku pembelian pakaian jadi. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor generasi terhadap perilaku pembelian pakaian jadi. 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor demografi dan faktor generasi secara bersama-sama terhadap perilaku pembelian pakaian jadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi akademisi, sebagai bahan dasar untuk penelitian selajutnya yang lebih luas dan untuk mempertegas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pembelian. 2. Bagi perusahaan, sebagai dasar masukan untuk toko ritel pakaian di Mal Puri Indah untuk dapat lebih memperhatikan faktor demografi dan faktor generasi sehingga dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. 3. Bagi publik agar mengetahui informasi keterkaitan antara faktor demografi dan faktor generasi dalam perilaku pembelian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/