BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya (Soetjiningsih, 1995). Kehadiran seorang saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan emosional seorang anak, serta hampir tidak akan pernah bisa dihindari adanya persaingan antar saudara kandung (sibling rivalry). Sibling rivalry adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya di alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara kandungnya (Nursalam, 2005). Pada umumnya terlihat jelas ketika hadirnya adik baru yang banyak menuntut perhatian dan menghabiskan waktu orang tua. Perkembangan awal anak usia 1-5 tahun merupakan masa keemasan (golden age) yang terdiri dari masa egosentris, menentang dan imitasi. Disamping itu, anak baru mengenal dunianya sendiri dan belum memahami tentang pandangan dan perasaan orang lain. Anak tidak mampu berbagi kasih sayang dan perhatian orang tua karena masih tergantung pada orang tua dan belum dapat membangun hubungan yang mapan dengan teman-teman dan orang dewasa lainnya. Perawat pediatrik bertanggungjawab dalam melaksanakan upaya pemeliharaan kesehatan anak termasuk masalah sibling rivalry. Hal iniditujukan
untuk mempersiapkan generasi yang akandatang yang sehat, cerdas, dan berkualitas. Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab oleh orang tua, sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Permasalahan sibling rivalry pada anak muncul karena sikap orang tua yang salah kepada anak. Namun, tidak banyak dibahas secara detail dan belum pernah dibuktikan secara autentik kebenarannya. Sibling rivalry dapat terjadi pada anak minimal satu bulan sekali. Hal ini berdasarkan dari penelitian di Amerika
dengan jarak usia anak dengan
saudara kandung rata-rata 1,5 tahun di dapatkan hasil sebanyak 48 % mengalami sibling rivalry (Blackwell Publishing, 2008). Berdasarkan data the Demographic and Health Survey (DHS) dari tahun 1990 sampai 2001 menemukan di 55 negara termasuk Indonesia, wanita yang tinggal di pedesaan cenderung memilih jarak kelahiran lebih pendek atau kurang dari tiga tahun. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan di desa yang mendorong segera punya anak kembali. Selain itu, berdasarkan hasil survey yang dilakukan Richadson (2007), pada kenyataannya anak tidak sendirian, 78% keluarga memilki lebih dari satu anak dan suka atau tidak, sebagian besar anak mempunyai adik saat mereka masih kecil. Penelitian dari pusat Perinatologi dan Perkembangan Manusia menunjukan bahwa jarak kelahiran antara 27 sampai 32 bulan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi (BKKBN, 2009). Data di Indonesia menunjukan 36% kelahiran memiliki jarak yang kurang dari 3 tahun dan 15% yang memiliki jarak kelahiran kurang dari 24 bulan. Dan
setiap tahun di indonesia 600 wanita mengalami kegagalan KB (Soemarjati, 2004). Dari referensi yang lainnya, perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara 2 anak atau lebih yang usianya berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak antara 1-3 tahun. Sibling rivalry akan lebih terlihat ketika umur mereka 3-5 tahun dan terjadi lagi pada umur 8-12 tahun pada usia sekolah (Millman dan Schaifer, 2007). Salah satu faktor penyebab sibling rivalry adalah sikap orang tua, hal ini disebabkan karena orang tua yang salah dalam mendidik anaknya, seperti sikap membanding-bandingkan, dan adanya anak emas diantara anak yang lain (Priatna dan Yulia, 2006). Di samping itu sikap orang tua yang khas terdiri dari melindungi secara berlebihan, permisivitas, memanjakan, penolakan, penerimaan, dominasi, tunduk pada anak, favoritisme dan ambisi orang tua (Hurlock, 2003). Sikap orang tua yang khas di rumah mempengaruhi kecenderungan seorang anak untuk bersaing dengan saudara kandungnya. Sibling rivalry sering terjadi tanpa sebab yang jelas. Semakin terasa pada anak yang sama jenis kelaminnya dan dekat jarak usianya (Millman dan Schaifer, 2007). Menurut Yulia dan Priatna (2006), terjadinya sibling rivalry berasal saat adik lahir. Perhatian yang tadinya tertumpah kepada anak sulung sekarang beralih ke adiknya. Anak sulung merasa di abaikan, frustasi, marah, dan bahkan tidak di cinta. Untuk menarik kembali perhatian dari orang tua, anak menunjukkan reaksi sibling rivalry seperti agresif, memukul/melukai si adik, membangkang, rewel, mengalami kemunduran, semula tidak mengompol sekarang
mengompol lagi, sering marah yang meledak-ledak, sering menangis tanpa sebab dan menjadi lebih kolokan/lengket ke ibu. Di usia yang sangat muda ini, anak belum mampu mencari alasan dengan benar. Dalam pandangannya, kedua orang tua mengabaikan dirinya karena kehadiran si adik. Kondisi ini sering menimbulkan sikap jengkel anak sulung pada adiknya. Karena ketidakberanian anak untuk memunculkan sikap jengkel dan kesal itu, adik yang sering menjadi sasaran amarahnya. Sibling rivalry sangat mempengaruhi sikap anak. Hal tersebut karena keluarga memang lingkungan pertama yang ditemui anak. Menurut Seto (2004), lahirnya adik baru merupakan permasalahan di mana anak harus membagi cinta, kasih sayang, dan perhatian orang tua kepada adiknya. Rasa cemburu sering kali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dalam rasa marah karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan hubungan itu sendiri. Permasalahan sibling rivalry merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatian dari orang tua dan perawat pediatrik karena merupakan suatu realita yang dapat dijumpai hampir di semua keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Sibling rivalry dapat menciptakan rasa cemas bagi orang tua. Jika hal ini dibiarkan berlanjut dapat membuat orang tua menjadi stres dan menantang. Perawat dapat memberikan bimbingan strategi antisipasi yang tepat terkait dengan sikap orang tua dalam menghadapi sibling rivalry pada anak. Seringkali orang tua membutuhkan bantuan dari perawat pediatrik untuk berkonsultasi yang merupakan bentuk asuhan
untuk membantu orang tua yang
menghadapi sibling rivalry ( Nursalam, 2005). Jika sibling rivalry tidak ditangani
dengan baik, persaingan tidak sehat dan perasaan iri hati di antara saudara kandung dapat berlangsung hingga anak beranjak remaja bahkan dewasa (Seto, 2004). Oleh karena itu, penulis mengetahui betapa pentingnya tenaga kesehatan menindak lanjuti masalah kesehatan gangguan emosional anak yaitu masalah sibling rivalry. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan sikap orang tua dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun. Penulis mengambil wilayah untuk penelitian di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo dengan berbagai pertimbangan. Berdasarkan survey pendahuluan pada data sekunder dari Ketua Dusun Sanggrahan yang sekaligus sebagai Ibu kader posyandu jumlah balita yang memiliki adik 23 anak. menunjukan di RT 4 terdapat 4 pasangan adik kakak dengan rentang usia rata-rata 2-4 tahun yang bisa dimungkinkan terjadi persaingan saudara kandung. Dari hasil wawancara dengan para Ibu di Dusun Sanggrahan mengemukakan bahwa sering terlihat anak bersaing dengan saudara kandung dalam merebutkan rasa cinta dan kasih sayang dari orang tua. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat di asumsikan bahwa permasalahan sibling rivalry perlu di antisipasi orang tua agar anak dapat menerima kehadiran adiknya sehingga tidak berlanjut hingga anak dewasa. Oleh karena itu, perlu di identifikasi sikap orang tua yang mempengaruhi sibling rivarly, sehingga dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakteristik usia, jarak kelahiran dan jenis kelamin anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen? 2. Bagaimanakan gambaran sikap orang tua yang terdiri atas melindungi, permisifitas, memanjakan, penolakan, penerimaan, domisasi, tunduk pada anak, favoritism dan ambisi kepada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen? 3. Bagaimana gambaran sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen? 4. Adakah hubungan antara sikap orang tua dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen? 5. Adakah hubungan sikap orang tua melindungi secara berlebihan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
6. Adakah hubungan sikap orang tua permisifitas dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun SanggrahanDesa Mangunrejo Kepanjen?
7. Adakah hubungan sikap orang tua memanjakan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
8. Adakah hubungan sikap orang tua penolakan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
9. Adakah hubungan sikap orang tua penerimaan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
10. Adakah hubungan sikap orang tua domisasi dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
11. Adakah hubungan sikap orang tua tunduk pada anak dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
12. Adakah hubungan sikap orang tua favoritism dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
13. Adakah hubungan ambisi orang tua dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen?
1.3
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap orang tua dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Wilayah Kerja Puskesmas Kepanjen.
2.
Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik usia, jarak kelahiran dan jenis kelamin anak di Dusun sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen. b. Mengidentifikasi sikap orang tua pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen. c. Mengidentifikasi sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen. d. Menganalisis hubungan sikap orang tua dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen. e. Menganalisis hubungan sikap orang tua melindungi secara berlebihan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen.
f. Menganalisis hubungan sikap orang tua
permisifitas dengan sibling
rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun SanggrahanDesa Mangunrejo Kepanjen. g. Menganalisis hubungan sikap orang tua memanjakan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen. h. Menganalisis hubungan sikap orang tua penolakan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen. i.
Menganalisis hubungan sikap orang tua penerimaan dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen
j.
Menganalisis hubungan sikap orang tua domisasi dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen
k. Menganalisis hubungan sikap orang tua tunduk pada anak dengan sibling rivalry
pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa
Mangunrejo Kepanjen l.
Menganalisis hubungan sikap orang tua favoritism dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen.
m. Menganalisis hubungan ambisi orang tua dengan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo Kepanjen.
1.4
Manfaat a) Bagi Puskesmas Kepanjen Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi yang benar tentang sibling rivalry (persaingan antara saudara kandung) bagi para ibu, keluarga, masyarakat dan petugas puskesmas di Dusun Sanggrahan Desa Mangunrejo kecamatan Kepanjen. b) Bagi Ilmu Keperawatan Untuk memajukan perkembangan ilmu keperawatan anak terkait dengan antisipasi dan strategi yang di lakukan ibu terhadap reaksi sibling rivalry pada anak. c) Bagi Orang Tua Atau Responden Menambah pengetahuan ibu mengenai upaya-upaya strategi yang harus di lakukan ibu untuk mencegah reaksi sibling rivalry pada anak, sehingga
dapat
meminimalisasi
terjadinya
sibling
rivalry
dengan
meningkatkan kesiapan untuk menghadapinya dan dapat mengantisipasi timbulnya sibling rivalry bagi para orang tua maupun calon orang tua. d) Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan yang berguna dari hasil penelitian yang dilakukan di masyarakat khususnya dalam pencegahan dan penanganan munculnya sibling rivalry serta menerapkan teori dan menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan sikap orang tua dan sibling rivalry pada anak 1-5 tahun.
1.5
Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan sikap orang tua dengan sibling rivalry pada anak belum pernah dilakukan, namun penelitian yang memiliki kemiripan pernah dilakukan oleh Setiawati dan Zulkaida (2007), yaitu “Sibling Rivalry Pada Anak Sulung Yang Diasuh Oleh Single Father”. Menggunakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian yaitu 2 anak perempuan umur 9 dan 8 tahun yang diasuh oleh single father mengalami sibling rivalry yang ditunjukan dengan bentuk perlakuan fisik, verbal, maupun non verbal ketika marah, kadar sibling rivalry di antara ke-2 subjek berbeda, sibling rivalry pada subjek pertama lebih bersifat agresif dari pada subjek kedua. Penelitian tentang Sibling Rivalry ini juga dilakukan oleh Rosita (2004), berjudul “Sibling Rivalry Pada Anak Kembar”, dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan teknik pengambilan Sampel dengan teknik Snow Ball serta menggunakan metode interview observasi. Adapun teknik analisa data yaitu menggunakan verifikasi (diambil kesimpulan) dan teknik keabsahan data yaitu ketekunan pengamatan dan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspresi sibling rivalry pada anak kembar yaitu marah, menangis, dan berusaha merebut milik saudara kembarnya. Penelitian tentang sibling rivalry juga pernah dilakukan oleh Santi (2006), yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Munculnya Sibling Rivalry”. Jenis metode penelitian yang digunakanadalah metode Deskriptif. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling sejumlah 25 orang tua yang memiliki anak lebih dari 2 dengan usia 3-6 tahun dan memiliki
jarak kelahiran kurang dari 3 tahun. Pola asuh orang tua dan munculnya sibling rivalry diukur dengan menggunakan kuestioner dan disimpulkan berdasarkan keterangan dengan analisa deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pola asuh orang tua autoritatif muncul sibling rivalry 20%, tidak muncul sibling rivalry 72%, pola asuh orang tua otoriter muncul sibling rivalry 8%. Sedangkan pola asuh orang tua pemanja dan penelantar tidak ditemukan pada responden. Selain itu, penelitian tentang sibling rivalry jaga pernah dilakukan oleh Yuliati (2007), yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Reaksi Sibling Rivalry Pada Anak Preschool”. Jenis penelitian menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner. Di dapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingakat pengetahuan ibu dengan reaksi sibling rivalry pada usia preschool. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya sibling rivalry dengan menggunakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan kuantitatif.. Perbedaannya terletak pada variabel yang digunakan yaitu penelitian ini mengkaji sikap orang tua yang mempengaruhi muncunya sibling rivalry tanpa batasan diasuh oleh orang tua yang utuh atau single father, tidak terbatas pada anak kembar atupun tidak, tidak mengidentifikasi keluarga yang tinggal satu rumah, serta tempat yang digunakan.