BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Pemanfaatannya tidak sekedar hanya untuk keperluan air rumah tangga, tetapi diperlukan untuk semua sektor yaitu sektor industri, perdagangan, pertanian, kesehatan, pendidikan, perkantoran dan sektor pariwisata. Air bahkan sudah merupakan komoditas yang
diperdagangkan, tidak terbatas untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diekspor ke negara lain untuk memperoleh keuntungan ekonomi (Danaryanto, dkk. 2005). Sumber sumber air yang ada di bumi terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah terdiri dari sumber air alami maupun buatan. Sumber air alami di atas permukaan tanah antara lain sungai, danau, telaga, situ dan rawa serta sumber air buatan berupa bendungan, embung, bendung dan saluran irigasi. Sumber air lainnya adalah sumber air yang berada di bawah muka tanah baik yang alami maupun buatan seperti groundwater (akuifer bebas maupun akuifer tertekan) , mata air, sumur dangkal dan sumur artetis (Kodoatie, 2012). Air tanah maupun air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai ketergantungan satu sama lain. Pembentukannya mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut siklus hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan secara terus menerus (Danaryanto, dkk. 2005).
Purwanto (2003), menyatakan kurang lebih 80% penduduk Indonesia memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih untuk kehidupan sehari hari baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Laporan Bank Dunia tahun 1983 menyatakan, bahwa sebagian besar kebutuhan akan air bersih bagi keperluan domestik rumah tangga dan industri diperoleh dari sumber air bawah tanah yaitu 57 %, dari mata air 16 % dan dari perusahaan air minum hanya 6,5% (Ashriyati, 2011). Pengambilan air tanah yang dilakukan secara berlebihan, melebihi kecepatan pengisian kembali akan menyebabkan kedudukan muka air tanah bergerak turun. Penurunan muka air tanah ini secara langsung akan mempengaruhi kedudukan muka air tanah sekitarnya (Kodoatie, 2012). Dampak negatif pemanfaatan air tanah yang berlebihan dapat dibedakan menjadi dampak yang bersifat kualitatif (kualitas air tanah) dan kuantitatif (pasokan air tanah). Pencemaran kualitas air tanah juga dijumpai di daerah yang berbatasan dengan pantai dalam bentuk intrusi air laut ke dalam sumur penduduk. Di daerah yang pengambilan air tanahnya sangat intensif telah menunjukkan kenampakan perubahan lingkungan seperti makin dalamnya muka air tanah, penurunan permukaan tanah (subsidence), erosi, longsor, banjir genangan, penyusupan air laut (intrusi) dan bencana lainnya yang memperburuk lingkungan geologi setempat (Armadi, 2005). Pengambilan air tanah untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup di kota kota besar semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Demikian juga kebutuhan air di Kota Denpasar
khususnya air tanah untuk
memenuhi kebutuhan domestik terus mengalami peningkatan.
Sutrisna (2000), menyatakan bahwa sumur sumur di Denpasar keadaannya mengkhawatirkan karena lebih banyak bergantung pada pasokan air bawah tanah. Sedangkan kondisi geologinya sebagai kawasan pulau vulkanik persediaan air tanah di Denpasar sangat terbatas. Dalam Perda Kabupaten Badung Nomor 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung, disebutkan bahwa Kecamatan Kuta Uatara sebagai Pusat Kawasan Perkotaan dan sebagian wilayah pesisirnya (Kerobokan Kelod, Kerobokan, Canggu dan Tibu Beneng) termasuk dalam Kawasan Pariwisata. Sebagai konsekwensi atas penetapan tersebut adalah meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan sarana pariwisata yang sangat cepat di wilayah tersebut. Laporan Dinas Pendapatan Daerah (2013), menyebutkan jumlah akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata (hotel bintang/ non bintang, pondok wisata/ villa, rumah kost, restoran dan rumah makan) di Kecamatan Kuta Utara mencapai 399 buah. Laporan Dinas Cipta Karya (2013), menyebutkan bahwa terdapat 106 sumur produksi berijin dari 78 usaha yang menggunakan air tanah dengan rata rata pengambilan air 60 m3/hari sehingga rata rata kebutuhan air setiap bulan mencapai 190.800 m3/ bulan. Selanjutnya disebutkan bahwa di beberapa tempat di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara telah terjadi intrusi air laut dan penurunan muka air tanah akibat pengambilan air tanah secara berlebihan. Akibat dari penyusupan air laut ini akan merusak tata air tanah setempat yang sulit untuk dipulihkan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan sedini mungkin dengan upaya upaya konservasi air tanah.
Berdasarkan data pengamatan tinggi muka air tanah tahun 2001 sampai 2008 dari 12 sumur bor/ sumur gali di Kecamatan Kuta Utara, menunjukkan penurunan muka air tanah antara 0,10 meter sampai 4,70 meter. Data analisa kualitas air tanah seperti total zat padat terlarut (TDS) rata rata mengalami peningkatan antara 50 sampai 300 mg/l, Klorida (Cl) rata rata mengalami peningkatan antara 20 sampai 130 mg/l serta daya hantar listrik rata rata mengalami peningkatan antara 95 sampai 310 mikro Mhos/cm (Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Badung, 2008). Nurrohim, dkk. (2012) mengatakan faktor faktor yang mempengaruhi intrusi air laut adalah kondisi geologi pada material alluvium, kondisi geohidrologi pada akuifer dangkal dengan produktifitas sedang, kondisi penggunaan lahan dan daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Bertitik tolak dari kondisi tersebut di atas maka diduga adanya intrusi air laut di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara sehingga perlu dikaji kualitas air tanahnya, sebaran daerah yang mengalami intrusi air laut serta prediksi intrusi air laut pada tahun mendatang. Penelitian ini menggunakan metoda diskriptif kuantitatif dengan mengetahui kondisi eksisting air tanah melalui analisa laboratorium serta analisis regresi untuk memprediksi intrusi air laut. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sajian data dan peta sebaran daerah terintrusi air laut pada saat ini maupun prediksi penyebaraananya pada tahun tahun mendatang.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah kualitas air tanah di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara ?
(2) Sejauhmana intrusi air laut telah terjadi di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara? (3) Bagaimana prediksi penyebaran intrusi air laut di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara beberapa tahun ke depan?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menentukan kualitas air tanah di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara. (2) Membuat peta sebaran intrusi air laut di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara. (3) Memprediksi tingkat intrusi air laut beberapa tahun ke depan di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk memberikan informasi bagi masyarakat, stakeholder dan peneliti tentang sebaran daerah terintrusi air laut di Kecamatan Kuta Utara. (2) Sebagai dasar memberikan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan air tanah di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara.