BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kehidupan sosial saat ini dapat memudahkan penggunanya dalam menjalankan setiap tugas yang diberikan serta dapat menurunkan biaya operasional perusahaan. Dengan adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dilakukan, misalnya membuat laporan keuangan perusahaan, merekap biaya operasional perusahaan, mengatur alur masuk bahan baku dan juga alur keluar barang jadi, dll. Hal ini serupa dengan yang dinyatakan oleh Sellberg dan Susi (2013) bahwa teknologi merupakan bagian integral dari mobile dan banyak terdapat di tempat kerja seperti komputer, informasi, dan teknologi komunikasi yang telah banyak membuat penggunanya menjadi lebih mudah di lingkungan kerja. Akan tetapi, secara tidak langsung adanya penggunaan TIK ini mendesak para penggunanya untuk terampil dan mahir dalam menggunakannya. Hal inilah yang akhirnya menjadi kendala karena adanya perbedaan kemampuan setiap individu untuk mengaplikasikan TIK dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Pada akhirnya, para pengguna TIK juga dituntut untuk dapat terus mengikuti perkembangan TIK, sehingga mereka harus siap setiap saat apabila terjadi perubahan pada TIK yang mereka gunakan. Dengan kata lain, selain dapat menghasilkan keuntungan bisnis, TIK juga dapat memunculkan reaksi negatif
1
2
terhadap individu dan memaksa mereka untuk melakukan beberapa penyesuaian dengan berbagai cara (Hudiburg et al. 1999). Tujuan awal adanya TIK dalam dunia kerja adalah agar dapat memberikan kemudahan bagi penggunanya, sehingga pekerjaan bisa selesai secara lebih efektif dan efisien, dengan catatan manajemen TIK telah dikelola dengan baik. Maksud pengelolaan manajemen TIK yang baik adalah implementasi TIK sudah dipahami oleh seluruh pengguna agar penggunaan TIK sesuai dengan tujuan awal, serta tidak
adanya
perubahan
TIK
secara
mendadak
yang
akhirnya
dapat
mengakibatkan stres pada pengguna. Stres yang dialami seseorang secara terus menerus dapat menyebabkan stres yang ekstrem, serta dapat mengakibatkan masalah kesehatan, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan migrain (Tu et al., 2005). Stres yang dialami oleh karena penggunaan TIK disebut sebagai fenomena “technostress”. Dalam beberapa tahun belakangan ini telah muncul referensi untuk sebuah fenomena yang disebut technostress (Weil and Rosen, 1997) yang disebabkan oleh ledakan pertumbuhan komputasi pengguna akhir dan teknologi jaringan. Pengertian technostress itu sendiri adalah stres yang dialami oleh individu karena penggunaan TIK dan didefinisikan sebagai penyakit modern dari adaptasi yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi teknologi komputer yang baru dengan cara yang sehat (Brod, 1984). Penelitian terkait dengan technostress sudah banyak muncul. Ragu-Nathan et al. (2008) melakukan penelitian dengan mengacu pada Transaction-Based Model yang menguji dampak technostress pada tiga variabel terkait dengan
3
pengguna akhir TIK, yaitu: kepuasan kerja, komitmen organisasional, dan komitmen berkelanjutan. Hasil dari penelitian ini adalah technostress yang terjadi pada individu dapat menyebabkan ketiga variabel tersebut menurun. Ayyagari et al. (2011) melengkapi penelitian Ragu-Nathan et al. (2008) untuk melihat karakteristik teknologi seperti apa yang dapat menciptakan stres, dan hasilnya menunjukkan bahwa usability features, intrusive features, dan dynamic features dapat menjadi pemicu stres pada individu pengguna TIK. Selain melihat dampakdampak yang muncul dari technostress, Koo dan Wati (2011) melakukan pengujian untuk melihat faktor yang dapat mempengaruhi tingkat technostress di organisasi dengan mengambil beberapa variabel seperti innovation culture, selfefficacy, dan task complexity. Berdasarkan data yang diperoleh dari 98 karyawan di perusahaan di Korea, hanya task complexity yang berpengaruh secara signifikan terhadap technostress. Secara definisi menurut Ivancevich et al. (2007:295), stres merupakan suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu, yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang. Pemicu terjadinya technostress bisa muncul karena faktor dari luar individu, seperti yang telah dipaparkan di atas, atau bahkan juga bisa muncul karena perbedaan kepribadian masing-masing individu. Penelitian ini dilakukan untuk mengisi gap literatur terkait dengan technostress. Sejauh pemahaman peneliti, literatur technostress hanya berpusat pada faktor di luar individu, sedangkan sampai saat ini belum terdapat referensi yang menyatakan bahwa kepribadian juga bisa berdampak pada tingkat stres individu
4
dalam menggunakan TIK. Oleh karena itu, peneliti bermaksud memasukkan konstruk Big-Five Personality sebagai efek pemoderasi dalam technostress creators pada hubungannya dengan strain. Strain merupakan manifestasi akhir dari stres (Ayyagari et al. 2011). Bentuk strain bermacam-macam karena strain merupakan sebuah respon atas sebuah stres yang dialami oleh individu, sehingga respon antar individu bisa berbeda satu sama lainnya. Adapun strain yang dipilih dalam penelitian ini adalah kepuasan penggunaan TIK. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terkait dengan technostress sebelumnya karena kepuasan yang digunakan sebagai variabel dependen bukan hanya kepuasan kerja, namun secara spesifik kepuasan pengguna akhir (end-user) dalam menggunakan komputer. Peneliti ingin memasukkan variabel kepribadian individu sebagai variabel moderasi pada penelitian ini. Berkaitan dengan kepribadian, Ivancevich et al. (2007:95) mengungkapkan bahwa secara harfiah ratusan dimensi kepribadian telah diidentifikasi oleh psikolog dalam 100 tahun terakhir. Namun dalam 25 tahun terakhir muncul kesepakatan bahwa secara umum kepribadian manusia dapat digambarkan oleh lima dimensi faktor (Big-Five Personality) yang terdiri dari extraversion, emotional stability (atau disebut dengan neuroticism), agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience. Beberapa peneliti setuju bahwa terdapat lima faktor kepribadian yang kuat yang dapat berfungsi sebagai taksonomi yang berarti dalam pengklasifikasian atribut (Digman, 1990). Telah banyak penelitian yang menghubungkan Big Five Personality dengan perilaku organisasi, seperti yang dilakukan oleh Barrick dan Mount (1991)
5
yang menghubungkannya dengan job performance, Tokar et al. (1998) mengaitkan Big Five Personality dengan tingkat stres pekerjaan, dan pekerjaan lainnya yang berkaitan dengan perilaku dan nilai, serta McElroy et al. (2007) yang menghubungkannya dengan penggunaan internet. Goldberg (1990) juga menambahkan
bahwa
Big
Five
Personality
dapat
digunakan
untuk
menggambarkan aspek yang paling menonjol dari kepribadian individu. Judge (2002) mencoba menggunakan analisis meta untuk menguji Five Factor Model Personality terhadap kepuasan kerja. Dan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya neuroticism (sama dengan emotional stability) dan extraversion yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Terkait dengan penggunaan TIK, telah terdapat penelitian yang dilakukan oleh Pambudi (2011) yang menguji apakah Big Five Personality berpengaruh terhadap perilaku penggunaan teknologi e-wallet. Hasil pengujian atas aspek kepribadian menunjukkan bahwa Big Five Personality memberi pengaruh terhadap perilaku penggunaan teknologi e-wallet. Hasil penelitian ini masih memberikan kesenjangan karena peneliti hanya melihat pada keinginan pengguna untuk menggunakan atau tidak menggunakan teknologi e-wallet. Masing-masing individu pasti memiliki karakter kepribadian yang dirumuskan dalam Big Five Personality yang dapat memberikan dampak yang berbeda satu sama lainnya dalam dunia kerja mereka. Peneliti ingin meneliti bagaimana dampak Big Five Personality ini akhirnya dapat berpengaruh terhadap pengguna yang telah menggunakan TIK dalam kehidupan sehari-hari, dan bahkan telah masuk dalam kategori technostress, dan apakah nantinya masing-masing tipe
6
kepribadian dapat menaikkan atau menurunkan tingkat stres yang dialami pengguna TIK. Penelitian ini penting dilakukan karena belum terdapat literatur yang membahas tentang faktor-faktor internal apa saja yang dapat membuat individu menjadi stres dalam menggunakan TIK. Ayyagari et al. (2011) dan Fuglseth dan Sorebo (2014) menyarankan untuk memasukkan variabel moderasi berupa karakteristik individu untuk mengetahui apakah faktor internal dapat menjadi sebuah technostress inhibitors. Oleh karena itu, peneliti memilih karakteristik individu Big Five Personality sebagai variabel moderasi pada technostress creators.
1.2.Rumusan Masalah Technostress merupakan fenomena yang istilahnya sudah dikenal dari tahun 1984 oleh Brod. Namun seiring dengan berjalannya waktu, technostress itu sendiri masih sangat jarang diteliti, terutama di Indonesia. Memang tidak ada kasus mengenai technostress yang muncul karena semua hal tersebut hanya terjadi di pihak internal entitas. Namun yang menjadi kenyataannya adalah banyak pegawai yang merasa stres karena terkait dengan teknologi di tempat mereka bekerja, mulai dari teknologi yang terlalu rumit, tidak aman, bahkan sistem teknologi yang berganti secara terus menerus tanpa memikirkan bagaimana dampaknya terhadap karyawan. Penelitian terkait dengan technostress sebelumnya dikaitkan dengan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi stres, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Ayyagari et al. (2011) yang memberikan bukti bahwa karakteristik
7
teknologi seperti usability features, intrusive features, dan dynamic features dapat menjadi pemicu stres pada individu pengguna TIK. Adapun dampak technostress akan terlihat pada strain yang terjadi pada masing-masing individu. Beberapa contoh strain yang menjadi dampak technostress adalah stres terhadap peran (role stress) pada penelitian Tarafdar et al. (2007), kepuasan kerja (job satisfaction), komitmen
organisasional
(organizational
commitment),
dan
komitmen
berkelanjutan (continuance commitment) pada penelitian Ragu-Nathan et al. (2008), kelelahan dalam bekerja (exhaustion work) pada penelitian Ayyagari et al. (2011), dan kepuasan pegawai dalam penggunaan TIK pada penelitian Fulgseth dan Sorebo (2014). Penelitian ini menggunakan strain berupa kepuasan pengguna akhir (enduser) dalam menggunakan TIK sama seperti pada penelitian Fulgseth dan Sorebo (2014). Alasan pemilihan strain yang sama karena instrumen strain pada penelitian Fulgseth dan Sorebo (2014) hanya mengacu pada 1 pertanyaan, yaitu “Bagaimana perasaan Anda mengenai pengalaman penggunaan TIK seluruhnya sehubungan dengan tugas pekerjaan Anda?”. Untuk jawaban tersebut, responden hanya diberi 4 macam jawaban, yaitu mulai dari 1) sangat tidak puas sampai sangat puas, 2) sangat tidak senang sampai sangat senang, 3) sangat frustasi sampai sangat puas hati, dan 4) benar-benar mengerikan sampai sangat gembira. Instrumen yang dipilih tersebut merupakan instrumen dalam penelitian Bhattacherjee (2001). Dengan instrumen seperti ini, peneliti merasa bahwa kepuasan penggunaan TIK tidak cukup hanya dinilai secara keseluruhan, melainkan dari setiap bagian dari TIK itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti
8
mengambil instrumen lain yang masih terkait dengan kepuasan pengguna akhir dalam menggunakan TIK yang mengacu pada Chin dan Lee (2000) yang mengukur TIK mulai dari tingkat keakuratan sistem, format sistem, kemudahaan penggunaan sistem, ketepatwaktuan sistem, serta kepuasan pada kecepatan sistem. Pada awalnya, penelitian Fuglseth dan Sorebo (2014) sebenarnya ingin melihat dampak moderasi technostress inhibitors (faktor-faktor yang dapat mengurangi stres karena akibat penggunaan teknologi) terhadap technostress, namun hasil penelitian tidak mendukung hipotesis tersebut. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa sebenarnya terdapat variabel lain yang bisa saja berpengaruh pada kuat atau lemahnya technostress terhadap strain. Dengan mengacu pada pengertian stres oleh Ivancevich et al. (2005) yaitu suatu respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu, yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang, maka peneliti mengasumsikan bahwa perbedaan individu dapat menyebabkan seseorang merasa dalam sebuah kondisi yang sangat stres atau bahkan merasa biasa saja, tergantung karakteristik kepribadian apa yang melekat pada individu tersebut. Adapun pengukuran karakteristik kepribadian ini dilakukan dengan menggunakan konstruk Big Five Personality yang telah populer dari tahun 1990 oleh Digman. Berdasarkan pemaran rumusan masalah di atas, maka pertanyaan riset yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah technostress creators dapat mempengaruhi tingkat kepuasan penggunaan TIK? 2) Apakah konstruk Big Five Personality dapat memberikan efek moderasi terhadap
9
hubungan technostress creators dengan tingkat kepuasan penggunaan TIK? 3) Karakteristik kepribadian manakah yang memberikan efek paling besar untuk menurunkan tingkat technostress pada pengguna TIK?
1.3.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menguji efek moderasi konstruk Big Five Personality terhadap hubungan technostress creators pada kepuasan penggunaan TIK. 2) Mengetahui karakteristik kepribadian individu apa saja yang dapat menyebabkan technostress menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah.
1.4.Kontribusi Penelitian 1) Kontribusi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat model technostress creators dengan kepuasan penggunaan TIK menjadi semakin kuat dengan dimasukkannya konstruk Big Five Personality. Berawal dari model technosress, yang hanya berdasarkan pendekatan berbasis transaksi (Lazarus 1966, McGrath 1976, Lazarus dan Folkman 1984, Cooper et al. 2001), yang hanya terdiri dari dari stressors (faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres) yang mempengaruhi strain (hasil stres yang dialami oleh individu) dan pada akhirnya juga ikut mempengaruhi organisasi dengan memperhatikan faktor situasional ada masing-masing variabel independennya.
10
Dari penelitian tersebut dikembangkan oleh Ragu-Nathan et al. (2008) yang menspesifikasikan stressors menjadi technostress creators dan faktor situasional menjadi technostress inhibitors. Namun yang menjadi kelemahan dari pengembangan penelitian tersebut adalah kurangnya faktor internal dari masing-masing individu yang bisa saja berpengaruh pada tingkat technostress yang dialami oleh masing-masing individu. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat mengisi kesenjangan yang ada dengan memasukkan konstruk Big Five Personality untuk mengetahui apakah karakeristik individu dapat mempengaruhi tingkat technostress. 2) Kontribusi praktik Penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang kesehariannya menggunakan TIK, khususnya bagi sampel penelitian ini. Dengan hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat membantu masing-masing kepala bagian suatu instansi atau entitas yang ingin meluncurkan atau memasukkan sebuah sistem yang baru. Peluncuran sistem yang baru dalam organisasi dapat menyebabkan technostress terhadap pengguna. Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat
memberikan bukti bahwa tidak semua pengguna akan merasa bahwa ia terkena technostress, melainkan hanya beberapa pengguna yang memiliki karakteristik tertentu yang akan merasakan stres saat menggunakan TIK. Apabila kepala bagian tersebut telah mengetahui bahwa pengguna termasuk dalam golongan karakteristik tertentu, maka mereka dapat
11
menyusun rencana lain terkait dengan pengimplementasian TIK yang baru dalam organisasinya.
1.5.Sistematika Penulisan Secara garis besar, tesis ini terdiri dari lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini secara lengkap memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menjelaskan rerangka teori yang melandasi penelitian serta bukti-bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya. Bab ini juga menguraikan model penelitian beserta hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini.
BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai desain penelitian, data, sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan uji validitas beserta reliabilitas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan bahasan mengenai hasil penelitian dan hasil pengujian tesis beserta hasil pengujian validitas dan reliabilitas.
12
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan dari temuan data di lapangan sesuai dengan metode penelitian.
BAB VI
PENUTUP Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.