perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA GURU TERSERTIFIKASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK (Studi Pada Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Berkelanjutan)
SKRIPSI
Oleh : TRI RAHAYU NINGSIH NIM K6408059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGAJUAN
PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA GURU TERSERTIFIKASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK (Studi Pada Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Berkelanjutan)
Oleh : TRI RAHAYU NINGSIH NIM K6408059
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari : Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Ketua
Tanda Tangan
: Dr. Triyanto, S.H, M.Hum
Sekretaris : Triana Rejekiningsih, S.H, KN, M.Pd Anggota I : Drs. H. Utomo, M.Pd Anggota II : Moh. Muchtarom, S.Ag, M.S.I
Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n Dekan Pembantu Dekan I,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Ketua
Tanda Tangan
: Dr. Triyanto, S.H, M.Hum
Sekretaris : Triana Rejekiningsih, S.H, K.N, M.Pd Anggota I : Drs. H. Utomo, M.Pd Anggota II : Moh. Muchtarom, S.Ag, M.S.I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Tri Rahayu Ningsih. PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA GURU TERSERTIFIKASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK (Studi Pada Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Berkelanjutan). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli. 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi. (2) Mengetahui dan menganalisis Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi. (3) Mengetahui peningkatan kualitas berkelanjutan pasca sertifikasi pada Guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan menggunakan strategi tunggal terpancang. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari informan, tempat, peristiwa dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan wawancara, observasi serta analisis dokumen. Untuk memperoleh validitas data digunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Pengumpulan Data, (2) Reduksi Data, (3) Sajian Data, (4) Pengambilan Kesimpulan. Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Tahap Pra Penelitian, (2) Tahap Pekerjaan Lapangan, (3) Tahap Analisis Data, (4) Tahap Penyusunan Laporan Penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Penguasaan TIK pada Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta masih belum maksimal, banyak guru yang sudah mengerti akan manfaat positif penerapaan TIK dalam pembelajaran namun untuk melaksanakannya masih sulit dan baru sebatas penggunaan TIK sebagai media pembelajaran saja. Mereka masih beranggapan bahwa materi PKn itu sulit untuk diilustrasikan dengan menggunakan TIK karena penguasaan TIK yang dimiliki guru jarang diasah. (2) Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta masih rendah atau belum cukup terlihat, karena penerapan TIK dalam pembelajaran PKn belum optimal sehingga penerapan TIK tersebut belum bisa mengatasi permasalahan yang selama ini terjadi yaitu kebosanan peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran. (3) Peningkatan kualitas berkelanjutan pada Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta sudah cukup berjalan namun belum optimal sehingga masih perlu peningkatan lagi. Terutama pada penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi dan keterampilan guru dalam pemanfaatan TIK serta kesadaran dari individu guru PKn tersertifikasi untuk selalu mengembangkan kompetensi diri. Kata kunci : Penguasaan TIK, guru tersertifikasi, commit to user kompetensi pedagogik, kualitas keberlanjutan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Tri Rahayu Ningsih. MASTERY OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT) IN CERTIFIED TEACHERS AND THE IMPLICATIONS OF PEDAGOGICAL COMPETENCE (Studies of Civic Teachers in State Junior High Schools in Surakarta in the Context of Sustainable Quality Improvement) Thesis, Surakarta: Faculty of Education and Teacher Training Sebelas Maret University. July. 2012. The purposes of this research are: (1) To know and to describe the mastery of ICT of Civics teachers who have been certified in State Junior High Schools in Surakarta. (2) To know and to analyze the implications of ICT mastery to pedagogical competence of Civics teachers who have been certified in State Junior High Schools in Surakarta. (3) To know the improvement of postcertification continuation quality of Civics teachers in State Junior High Schools in Surakarta. This research used qualitative descriptive. In addition to use descriptive qualitative approach, the researcher used single-fixed strategy. The data were obtained from informants, places, events and documents. Sampling technique used was purposive sampling. The techniques of collecting data used in obtaining and arranging the data of the research are interview, observation and document analysis. Triangulation of data and triangulation methods were used to obtain data validity. While the techniques of data analysis uses interactive analysis model in the following stages: (1) Data collection, (2) Data reduction, (3) Serving Data, (4) Decision Conclusion. The research procedures are: (1) Pre-Research Phase, (2) Field Work Phase, (3) Data Analysis Phase, (4) Research Report Preparation Phase. Based on the results of this research, it can be concluded that: (1) ICT mastery of Civics teachers who have been certified in the Junior High Schools in Surakarta is still not maximal, many teachers are already aware of the positive benefits of ICT in learning, but they are still difficult to practice it. They still think that it is difficult to illustrate Civics material by using ICT. Besides, their capabilities in ICT are rarely sharpened. (2) The implications of ICT mastery to pedagogical competence of Civics teachers who have been certified in State Junior High Schools in Surakarta are less and have not quite seen. Application of ICT in teaching Civics is not optimal so that the application of ICT has not been able to overcome the problem occurring all this time, that is, the students get bored easily. (3) The improvement of continuation quality of Civics teachers who have been certified in State Junior High Schools in Surakarta has been running but it is not optimal enough so that it still needs more enhancements, especially the enhancements in creating activities to support teachers’ skills in using ICT during the learning process and of individual certified-teachers’ awareness to improve their competence always. Kata kunci : Penguasaan TIK, guru tersertifikasi, kompetensi pedagogik, kualitas commit to user keberlanjutan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari urusan, kerjakanlah dengan sungguh – sungguh urusan yang lain dan kepada Tuhan hendaknya kamu berharap” (Q.S Al-Insyirah : 6-8) “Bila anda berani bermimpi tentang sukses berarti anda sudah memegang kunci kesuksesan, hanya tinggal berusaha mencari lubang kuncinya untuk membuka gerbang kesuksesan itu.” (John Savique Capone) “Setiap hari dalam hidupmu adalah satu halaman dari sejarahmu” (kata-kata bijak dari Arab) “Think positive - Action positive - Output positive ” (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kusuntingkan skripsi ini untuk:
Ibu dan Bapak tercinta, terimakasih atas cinta, dukungan, doa dan pengorbanan yang telah kalian berikan.
Kakung, Uti, Mz Win, Dhea, keluargaku tersanyang. Keberadaan kalian memacuku menyelesaikan skripsi ini
Teman Kost Qurota Ayun khususnya Blok C: mb Siti, Endah, Ika’, Hanny, Ninin, Khomsi, Yeni, Uswah, Tia, Aminah, Mutia dan Titis yang slalu bersedia membantuku. Terima kasih sahabat.
Teman- teman FICOS dan ICT Center yang tak henti memberi dukungan dan motivasi.
Civic
Comunity
Almamater commit to user
angkatan
2008
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini namun atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Sri Haryati, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs.H.Utomo, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, semangat dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Moh. Muchtarom, S.Ag, M.S.I selaku Pembimbing II yang tiada henti-hentinya memberikan pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu memyelesaikan penyusunan skripsi ini. 7. Kepala – kepala sekolah SMP Negeri se-Kota Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpin. 8. Semua guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi (periode 2007-2010) yang telah membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan. 9. Keluarga dan teman – teman yang senantiasa memberi semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha mencurahkan segala daya dan kemampuan seoptimal mungkin dengan harapan skripsi ini dapat memenuhi persyaratan sebagai suatu karya ilmiah yang bermanfaat. Namun mengingat keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Di samping itu penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan, khususnya bagi kemajuan Pendidikan Kewarganegaraan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN REVISI ......................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
vii
ABSTRACT .....................................................................................................
viii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Pembatasan Masalah ..................................................................
5
C. Perumusan Masalah ...................................................................
6
D. Tujuan Penelitian .......................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .....................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
8
1. Penguasaan TIK ...................................................................
8
2. Sertifikasi Guru ....................................................................
16
3. Kompetensi Pedagogik Guru PKn ........................................
26
4. Kualitas Keberlanjutan ..........................................................
38
B. Hasil penelitian yang relevan ..................................................... commit to user C. Kerangka Berpikir ......................................................................
40 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
44
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................
45
C. Data dan Sumber Data ...............................................................
47
D. Teknik Sampling (Cuplikan) .......................................................
49
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
50
F. Uji Validitas Data .......................................................................
52
G. Analisis Data ...............................................................................
53
H. Prosedur Penelitian......................................................................
55
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................
57
1. Profil SMP Negeri Kota Surakarta……... .............................
57
2. Profil Rayon 113 SERGUR UNS.................................... .....
68
3. Kondisi Umum Guru PKn SMP Yang Tersertifikasi............
70
B. Deskripsi Temuan Penelitian ......................................................
70
1. Penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi .........................................................
71
2. Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi ………………………………………………..
81
3. Peningkatan kualitas keberkelanjutan Guru PKn SMP Negeri yang telah tersertifikasi di Kota Surakarta ................
83
C. Temuan Studi .............................................................................
85
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................
97
B. Implikasi .....................................................................................
98
C. Saran ........................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102 LAMPIRAN ..................................................................................................... 105 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................
45
Tabel 4.1 Daftar Fasilitas SMP N 7 Surakarta ................................................
60
Tabel 4.2 Daftar Kepala Sekolah SMP N 14 Surakarta ..................................
64
Tabel 4.3 Daftar Sarana Fisik SMP N 15 Surakarta .......................................
66
Tabel 4.4 Daftar Ruang Pendukung SMP N 24 Surakarta ..............................
68
Tabel 4.5 Daftar Ruang Kelas SMP N 24 Surakarta .......................................
69
Tabel 4.6 Daftar Ruang Lainnya SMP N 24 Surakarta ...................................
69
Tabel 4.7 Daftar Panitia SERGUR Rayon 113 Tahun 2012 ...........................
70
Tabel 4.8 Hasil Observasi Penguasaan TIK pada Guru Tersertifikasi............
70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Komponen TIK ........................................................................... 13 Gambar 2.2 TIK Sebagai Sumber Bantu ......................................................... 13 Gambar 2.3 TIK Sebagai alat bantu Belajar .................................................... 14 Gambar 2.4 TIK Sebagai Fasilitas pendidikan ................................................ 14 Gambar 2.5. Kerangka Berfikir ........................................................................ 43 Gambar 3.1. Skema Model Analisis Interaktif ................................................ 55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Data Informan .............................................................................. 105 Lampiran 2. Daftar Panitia Rayon 113 ........................................................... 108 Lampiran 3. Pedoman Wawancara .................................................................. 110 Lampiran 4. Pedoman Observasi .................................................................... 113 Lampiran 5. Catatan Lapangan. ....................................................................... 114 Lampiran 6. Foto Kegiatan Pembelajaran........................................................ 175 Lampiran 7. Perangkat Pembelajaran.. ............................................................ 179 Lampiran 8. Trianggulasi Data ........................................................................ 210 Lampiran 9. Trianggulasi Metode .................................................................... 216 Lampiran 10. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP UNS ........................................................................................... 220 Lampiran 11. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin Penyusunan Skripsi ....................................................................................... 221 Lampiran 12. Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor UNS ........ 222 Lampiran 13. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian Kepada Walikota Surakarta ................................................................................... 223 Lampiran 14. Surat Rekomendasi Survey/ Riset dari Dispora Surakarta ........ 224 Lampiran 15. Surat Bukti Selesai Penelitian ................................................... 225
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi awal dalam pembangunan suatu bangsa. Maka tidak heran jika di negara Indonesia bidang pendidikan itu mendapat perhatian yang besar. Sistem pendidikan di negara kita terus mengalami perubahan menuju sistem pendidikan yang paling sesuai dengan karakter bangsa serta terus berusaha mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang telah tertuang jelas di dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut maka kualitas dari mutu pendidikan kita harus ditingkatkan pula. Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan komponen – komponen yang ada dalam sistem pendidikan, untuk meningkatkan mutu pendidikan negara kita maka harus ada upaya peningkatan mutu disemua komponen. Mulai dari peningkatan kualitas guru/pendidik, strategi pembelajaran, pemerataan persebaran guru, kurikulum yang terus disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintah baik pusat maupun di daerah. Dari faktor - faktor yang saling mempengaruhi tersebut, guru atau pendidik merupakan komponen yang paling menentukan, karena melalui gurulah kompenen yang lain seperti kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, iklim pembelajaran bisa mencapai tujuan ataupun fungsi maksimal bagi kehidupan peserta didik. Oleh sebab itu peningkatan kualitas guru
harus
mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Karena guru memegang peran commit to user utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya bagi pendidikan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Untuk membentuk profesi guru menjadi tenaga profesional, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan atau sering disebut dengan kompetensi. Menurut Undang - Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 1 ayat 10 dinyatakan bahwa “Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya”. Peningkatan kualitas pendidik terkait kompetnsi tersebut merupakan salah satu hal yang urgent untuk dilakukan, karena kualitas pendidikan di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Mutu lulusan dari sekolah formal semakin merosot yang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh rendahnya kualitas dari guru itu sendiri. Apalagi
dengan munculnya revolusi Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang merupakan sebuah tantangan besar khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan Indonesia baru mulai mengenal dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada dekade – dekade ini. Padahal negara lain sudah lebih dulu menerapkan TIK dalam pendidikan, hal ini menujukkan betapa pendidikan kita tertinggal danbelum mampu bersaing dengan di dunia global. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report tahun 2011 mengenai The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang dipublish Kompas tahun 2011, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.Saat ini Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam yang berada di peringkat ke-34. Brunai commit totinggi user bersama Jepang, yang mencapai Darussalam masuk kelompok pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
posisi nomor satu dunia kemudian Malaysia berada di peringkat ke-65. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun. Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kualitas komponen guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas tahun 20022003 yang , guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik Negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP Negeri 54,12%, swasta 60,99%, Guru SMA Negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK Negeri 55,91% dan swasta 58,26%. Dalam rangka mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru di Indonesia tersebut ada beberapa program yang dilakukan pemerintah, salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah yaitu peningkatan kompetensi guru. Hal ini dilakukan dengan mengadakan program standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai upaya mewujudkan tujuan nasional pendidikan Indonesia yang telah tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diperkuat dengan adanya Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Harapannya dengan adanya sertifikasi guru maka harus diikuti dengan peningkatan kompetensi guru juga. Tidak hanya kompetensi profesional saja yang harus ditingkatkan tetapi juga kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru, apalagi guru yang bersertifikasi. Seorang guru bersertifikasi akan memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, baik guru Negeri maupun guru swasta akan dibayar pemerintah, maka dituntut juga adanya peningkatan kompetensi agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Guru menjadi faktor penting untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Walaupun untuk mempersiapkan guru berkualitas telah diupayakan sedemikian rupa, tapi pada kenyataannya tidak semua guru di Indonesia sudah memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keempat kompetensi tersebut dan sungguh - sungguh dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut bisa dilihat saat ini masih banyak guru yang masih belum memanfaatkan
kemajuan
teknologi
dan
informasi
komunikasi
dalam
pembelajaranya. Padahal pemanfaatan TIK merupakan salah satu komponen dalam kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru bersertifikasi. Selain itu saat ini kemajuan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang dengan pesat dan menjadi kebutuhan mutlak bagi semua individu di dunia tak terkecuali dunia pendidikan. Pada era TIK ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis perkembangan teknologi. Sehingga pendidik harus mampu menguasai teknologi jika ingin pembelajaranya tidak dianggap ketinggalan jaman dan mebosankan. Selain itu pemerintah juga harus meningkatkan mutu pendidikan bangsa kita, salah satunya dengan memasukkan unsur teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan agar mampu bersaing dengan mutu pendidikan negara lain. Pemanfaatan TIK merupakan salah satu solusi tepat bagi pemecahan masalah pendidikan di Indonesia. Setidaknya pemanfaatan TIK dalam pendidikan, akan mengatasi masalah sebagai berikut: 1. Mengurangi ketertinggalan dalam pemanfaatan TIK dalam
pendidikan
dibandingkan dengan negara berkembang dan negara maju lainnya. 2. Akselerasi pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan yang sulit diatasi dengan cara-cara konvensional 3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi. 4. TIK akan membantu kinerja
pendidikan secara terpadu sehingga akan
terwujud manajemen yang efektif dan efisien, transparan dan akuntabel Oleh sebab itu penguasaan TIK pada guru merupakan suatu keharusan agar mampu mengatasi rendahnya mutu pendidikan dan tuntutan jaman saat ini. Apabila guru telah menguasai TIK dengan baik maka secara tidak langsung hal itu commit to user juga akan mempengaruhi tingkat penguasaan kompetensi pedagogik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kompetensi profesionalnya guru sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih aktif, inovatif dan berdaya saing. Namun, hal itu masih belum maksimal diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Tak jarang masih banyak guru khususnya yang bersertifikasi hanya mengganggap penguasaan TIK hanya sebagai syarat sertifikasi saja sehingga dalam pembelajaran selanjutnya tidak diterapkan kembali, mereka cenderung kembali dengan metode pembelajaran sebelumnya. Banyak diantara mereka yang merasa kesulitan dan terbebani jika harus menerapkan TIK dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Kenyataan ini sungguh ironis, ketika realita menunjukkan masih banyak guru lolos sertifikasi yang tidak memaksimalkan kompetensi yang dimiliki dalam pembelajaranya, sehingga wajar jika banyak yang mengatakan antara guru yang sudah lolos sertifikasi dengan yang belum lolos sulit untuk dibedakan. Disamping itu kualitas berkelanjutan yang diharapkan dari progran standarisasi kompetensi dan sertifikasi guru yang dirintis pemerintah masih belum tercapai. Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bagaimana peningkatan kualitas berkelanjutan dari guru - guru yang sudah lolos sertifikasi bisa berjalan lancar dan berkesinambungan. Untuk menyikapi hal tersebut maka setiap komponen sistem pendidikan negara kita harus memahami akan pentingnya keberlanjutan program pengembangan kualitas dari para pendidik sehingga tidak berhenti begitu saja. Selain itu, guru yang telah lolos sertifikasi juga harus serta sadar akan hak dan kewajiban dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional salah satunya dengan sigap mengikuti perkembangan teknologi dan komunikasi yang menjadi kebutuhan mutlak dalam kehidupan dimasa ini. Bertitik tolak dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA GURU
TERSERTIFIKASI
KOMPETENSI
DAN
PEDAGOGIK
IMPLIKASINYA
(Studi
Pada
Guru
TERHADAP Pendidikan
Kewarganegaraan SMP Negeri Kota Surakarta Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Berkelanjutan)” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian, maka dapat dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Guru Tersertifikasi yang dimaksud dalam penelitian adalah Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah tersertifikasi. Dalam hal ini lebih ditunjukan kepada Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri yang ada dalam Pemerintahan Kota Surakarta dan lolos sertifikasi guru pada tahun 2007-2010 di Rayon 113 atau panitia sertifikasi guru UNS. 2. Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran Pendidikan Keawarganegaraan SMP. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mencoba meninjau masalah yang berkaitan dengan penguasaan TIK guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta. Adapun perumusan masalah antara lain yaitu : 1. Bagaimana penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi ? 2. Bagaimana Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi? 3. Bagaimana peningkatan kualitas berkelanjutan Guru PKn SMP Negeri yang telah tersertifikasi di Kota Surakarta? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan penguasaan TIK Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi. 2. Mengetahui dan menganalisis Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi. 3. Mengetahui peningkatan kualitas berkelanjutan pasca sertifikasi pada Guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik yaitu pemanfaatan TIK. Dalam penelitian ini harapannya bisa menghasilkan diskripsi mengenai penguasaan TIK Guru PKn bersertifikasi dan implikasinya terhadap kompetensi pedagogik dalam rangka peningkatan kualitas berkelanjutan guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta sehingga dapat menambah pengetahuan bagi guru, serta menambah khasanah pustaka. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kompetensi keguruan, sehingga
dapat
memberikan
kontribusi
positif
bagi
pendidikan
kedepannya. Khususnya bagi guru yang telah tersertifikasi bisa digunakan sebagai pandangan untuk terus meningkatkan dan menerapkan kompetensi yang dimilikinya. b. Bagi sekolah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi sekolah sekolah di Surakarta khususnya SMP Negeri tentang pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dan kulaitas berkelanjutan dari para lulusan sertifikasi. c. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan terkait penguasaan teknologi informasi dan komunikasi pada guru PKn di Kota Surakarta serta keberlanjutan program peningkatan kualitas berkelanjutan bagi guru di Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Pemahaman terhadap teori–teori yang relevan diperlukan dalam penelitian ilmiah. Teori–teori tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. Dimana kajian yang tepat akan mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan dalam suatu proses penelitian. Adapun teori-teori yang terkait penelitian ini yaitu :
1. Tinjauan Tentang Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) a. Penguasaan Penguasaan menurut ahli pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang didapat dari hasil belajar. Seperti yang dikemukakan oleh A. Thabrani R (1989) menyatakan bahwa : Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi (hlm.13). Tingkat penguasaan merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengalami proses belajar, menurut B.S.Bloom yang dikutip oleh pakar pendidikan Indonesia bahwa Indikator penguasaan sebagai hasil belajar aspek kognitif meliputi: 1) Memiliki ingatan terhadap bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. 2) Mampu untuk memahami arti dari suatu bahan yang telah dipelajari. 3) Mampu menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru atau situasi yang konkrit. 4) Mampu menguaraikan suatu materi atau bahan kedalam bagian bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. 5) Mampu untuk menghubungkan bagian-bagian utnuk membentuk keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku commit to user kreatif dengan cara memformulasikan pola dari struktur baru.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Mampu membuat penilaian terhadap sesuatu bahan atau materi berdasarkan maksud dan kriteria tertentu.(Moh.Ali, 1984: 3233). Penguasaan menurut WJS Poerwadarminta, “Penguasaan mengandung arti pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan atau kepandaian” (1976 :529). Sedangkan menurut bahasa, kata penguasaan tersusun dari kata dasar kuasa yang berarti mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Maka kata penguasaan secara operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami. Berdasarkan
uraian
tentang
penguasaan
diatas,
maka
dapat
disimpulkan bahwa seseorang dikatakan mempunyai penguasaan di bidang tertentu jika memahami, menguasai dan mampu menerapkan pengetahuan di bidang tersebut dengan baik serta mampu berinovasi di dalamnya, penguasaan sering disebut sebagai keahlian, kemampuan atau kompetensi dalam bidang tertentu. b. Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disebut TIK, mencakup dua aspek yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi mencakup segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu keduanya mempunyai padanan yang tidak terpisahkan. TIK dalam British Advisory Council for applied Research and Development dijabarkan, bahwa TIK adalah berbagai aspek yang melibatkan teknologi, rekayasa dan teknik pengelolaan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan informasi serta penggunaannya, komputer dan hubungan mesin (komputer) dan manusia, dan hal yang berkaitan dengan commit to user sosial, ekonomi dan kebudayaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Definisi lain tentang TIK menurut E.W. Martin (1994) yaitu semua bentuk
teknologi
yang terlibat dalam
pengumpulan, memanipulasi,
komunikasi, presentasi dan menggunakan data (data yang ditransformasi menjadi informasi). TIK tidak hanya berupa perangkat komputer saja melainkan teknologi informasi yang lain juga termasuk dalam TIK, hal itu dapat dikaitkan dengan salah satu pendapat pakar bahwa TIK merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan, menyimpan, dan mengelola informasi. Teknologi yang dimaksud termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon (Tinio,1994). Menurut Anatta Sannai (2004) mengungkapkan bahwa, “teknologi informasi dan komunikasi adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antar seseorang kepada orang lain” Dari berbagai definisi mengenai TIK diatas dapat dikatakan bahwa TIK adalah teknologi untuk saling bertukar informasi maupun berkomunikasi yang tidak hanya berbentuk komputer dan internet saja melainkan beragam teknologi seperti radio, televisi, telepon, internet dan komputer. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga secara umum definisi TIK adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan penyajian informasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan.TIK terdiri dari software dan hardware yang saling berintegrasi membentuk sistem informasi yang terpadu. Perkembangan TIK dari hari ke hari sangatlah pesat dan semakin mempermudah kinerja kita maupun dalam pertukaran informasi. Namun hal tersebut juga mempunyai dampak negatif yang juga harus kita perhatikan dan hadapi, agar manfaat dari perkembangan TIK bisa benar - benar kita rasakan, filter terhadap kemajuan teknologi harus tetap dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan Saat ini TIK tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita, arus perkembangan TIK mau tidak mau harus kita manfaatkan sebagai sumber energi bagi keberlangsungan kehidupan kita, jika kita tidak ingin hanyut dalam arus perkembangannya kita harus cepat, tanggap dan pintar dalam menguasai TIK. Begitu pula dalam bidang pendidikan, dalam proses menuju pendidikan yang baik/maju, pemanfaatan TIK merupakan salah satu elemen penting yang arus ada dalam peningkatan mutu pendidikan tersebut. Menurut UNESCO (2009) ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan yaitu: 1) Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan 2) Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT) 3) Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn) 4) Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi mengklasifikasikan peran TIK dalam dunia pendidikan meliputi, TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi, TIK sebagai infratruktur pedidikan, TIK sebagai sumber bahan ajar, TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pendidikan, TIK sebagai pendukung manajemen pendidikan, TIK sebagai sistem pendukung keputusan (PUSTEKOM, 2009) Menurut Biggs yang dikutip dalam jurnal Efectivitas Penerapan Pembelajaran kooperatif berbasis ICT, dijelaskan apabila TIK dikaitkan dengan dunia pendidikan maka TIK/ICT memainkan peran penting dalam masyarakat. Banyak penelitian kontemporer menunjukkan adanya hubungan antara pengajaran yang baik dan orientasi yang mendalam untuk belajar yang meningkatkan pembelajaran siswa, berpikir kritis dan belajar lebih tinggi Hal tersebut diperkuat dengan banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa ICT memiliki potensi besar untuk meningkatkan proses dan motivasi (2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Sejarah
digilib.uns.ac.id
pemanfaatan
TIK
dalam
pendidikan,
khususnya
dalam
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan prangkat keras TIK, khususnya komputer. Teemu Leinonen (2005) membagi perkembangan tersebut kedalam 5 fase yaitu fase programming/drill and practice, fase computer based training (CBT) with multimedia, fase Internet-based training (IBT) atau latihan berbasis internet, fase e-learning yang merupakan fase kematangan pembelajaran berbasis internet, fase social software + free and open content. Peranan TIK dalam pendidikan yang diuaraikan di atas mengisyaratkan bahwa pengembangan TIK untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah sesuatu yang mutlak. Renstra Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009 yang berlanjut sampai sekarang, terkait program pengembangan TIK bidang pendidikan akan dilaksanakan melalui bebrapa tahap sebagai berikut: 1) Tahap pertama meliputi a. Merancang sistem jaringan yang mencakup jaringaninternet, yang menghubungkan sekolah-sekolah dengan pusat data dan aplikasi, serta jaringan internet sebagai sarana dan media komunikasi dan informasi di sekolah b. Merancang dan membuat aplikasi database, c. Merancang
dan
membuat aplikasi manajemen untuk pengelolaan
pendidikan di pusat, daerah, dan sekolah, dan d. Merancang dan membuat aplikasi pembelajaran berbasis web, multimedia, dan interaktif. 2) Tahap kedua meliputi a. Melakukan implementasi sistem pada sekolah-sekolah di Indonesia yang meliputi pengadaan sarana/prasarana TIK dan pelatihan tenaga pelaksana dan guru dan b. Merancang dan membuat aplikasi pembelajaran. 3) Tahap ketiga dan keempat adalah tahap memperluas implementasi system di sekolah-sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan bukan hanya sebagai alat atau media saja seperti yang masih banyak terjadi saat ini, melainkan bisa berbentuk yang lain seperti pemanfaatan TIK sebagai metode pembelajaran, TIK sebagai strategi pembelajaran, maupun TIK sebagai sebagai sumber bahan ajar, seperti yang telah dijabarkan dalam blue print pendidikan nasional. Komponen TIK dalam pembelajaran juga tidak hanya berupa LCD Projector dan komputer saja, komponen yang lain seperti internet, radio, televisi, telepon, radio dan lain sebagainya juga termasuk dalam komponen TIK dalam pembelajaran. PC Internet
Radio
Intranet
LCD
TiK
projector
Telepon
Printer Televisi
Gambar 2.1 Komponen TIK Jika dijabarkan pemanfaatan TIK dalam pendidikan maka sangatlah luas. Pertama, TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan atau sumber belajar, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK secara bebas, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dan lain sebagainya. Jika digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 2.2 TIK Sebagai Sumber Belajar
Sedangkan TIK sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interaksi antara guru dengancommit siswa. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.3 TIK sebagai Alat Bantu Pembelajaran Sebagai fasilitas pendidikan, TIK di sekolah dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan elektronik, dan lain sebagainya.
Gambar 2.4 TIK sebagai Fasilitas Pendidikan Pemanfaatan memungkinkan
TIK
di
dunia
pemanfaatan TIK
pendidikan
saat
yang menyeluruh
ini
sudah
dalam proses
pembelajaran, baik pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran jarak jauh (distance
learning). Bahkan TIK sudah memungkinkan terjadinya
knowledge sharing melalui e-book dan e-library. Hal tersebut telah dicanangkan di dalam Renstra Depdiknas pada periode 2005-2009, commit to user diantaranya telah mengembangkan kebijakan - kebijakan yang merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terobosan baru, salah satunya dalam penerapan TIK secara massal untuk E Pembelajaran dan E - Administrasi. Bahkan dalam Renstra Depdiknas tahun 2010-2014 juga terus mempertahankan penyediaan sarana pendidikan yang bersifat massal, yaitu penyediaan peralatan TIK sebagai media pendukung proses pembelajaran seperti perangkat komputer, perpustakaan elektronik, dan buku ajar dalam format elektronik. d. Penguasaan TIK Menurut John Naisbit, penulis buku Megatrend 2000, saat ini kita telah memasuki gelombang ketiga, yakni perubahan teknologi informasi. TIK telah menjadi simbol gelombang perubahan. Kemudian ketika kita mulai membicarakan TIK sebagai salah satu faktor perubahan tersebut, maka yang perlu kita ketahui lebih lanjut ialah pandangan mengenai TIK dan potensinya dalam dunia pendidikan. Pandangan mengenai TIK bermacam- macam, banyak guru yang mengartikan bahwa TIK adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan komputer, kemudian ada pula yang memandang bahwa TIK adalah urusan guru TIK saja dan lain sebagainya. Stigma inilah yang harus disatukan terlebih dahulu, bahwa TIK itu terdiri dari hardware dan software sebagai sautu teknologi yang digunakan sebagai sarana penyampai informasi dan komunikasi. Potensinya dalam dunia pendiidkan sangat tinggi, diantara sebagai upaya menciptakan pembelajaran yang inovatif, efektif dan efisien. Potensi TIK dalam pendidikan memang cukup besar, namun kita juga harus melihat kendala - kendala apa yang muncul ketika kita menerapkan TIK dalam pendiidkan.
Seperti
salah
satunya
kemampuan
dariguru
dalam
mengoperasikan TIK, ketersediaan sarana prasarana, mahalnya biaya dan lain sebagainya. Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang harus dipenuhi untuk terjadinya optimalisasi pemanfaatan TIK dalam pendidikan. Kelima faktor tersebut adalah infratsruktur, SDM, konten, kebijakan, dan budaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Faktor SDM merupakan faktor yang harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum faktor lain mengikuti. Dimana yang dituntut dari perbaikan SDM dalam hal ini Guru yaitu mengenai pengetahuan dan kemampuan guru dalam penguasaan TIK. Seorang guru yang akan menerapkan atau memanfaatkan TIK dalam pembelajaranya mau tidak mau harus bisa menguasai TIK terlebih dahulu agar tujuan nasional dalam peningkatan mutu pendidikan kita bisa tercapai. Menurut Dahlan Abdullah, untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu : 1. Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, 2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan 3. Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Dari berbagai pendapat ahli dan beberapa pendapat mengenai konsep penguasaan, konsep TIK pada pembahasan sub sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang memiliki penguasaan TIK baik setidaknya ia mampu untuk menerapkan TIK dalam pembelajaran bukan hanya sebagai media pembelajaran standart saja namun harus mampu mengeksplore TIK secara menyeluruh baik sebagai sumber belajar maupun strategi belajar. Penguasaan TIK pada guru pada dasarnya telah diatur dalam renstra Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009 dan juga Renstra selanjutanya, kriteria penguasaan TIK yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional.
2. Tinjauan Tentang Sertifikasi Guru a. Sertifikasi 1) Pengertian Sertifikasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mengemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan commit to user dosen sebagai tenaga profesional. Sedangkan menurut Nataamijaya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk, proses atau jasa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Mulyasa, 2007:34). Suyatno (2008) menyatakan bahwa sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesi guru. Sertifikat adalah dokumen resmi yang menyatakan informasi di dalam dokumen itu adalah benar adanya. Sertifikasi adalah proses pembuatan dan pemberian dokumen tersebut. Guru yang telah mendapatkan sertifikat berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan dalam sertifikat itu (hlm 2). Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan sertifikasi guru adalah: a) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. b) Undang-Undang No. 14 Tahun Tentang Guru dan Dosen. c) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Te ntang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. (Daryanto, 2009) 2) Sasaran Sertifikasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Rebuplik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik termasuk guru bimbingan commit toprofesional, user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konseling (guru BK) yang pada uraian ini selanjutnya disebut guru. Untuk itu, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana atau Diploma IV (SI / D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh Undang-Undang Guru dan Dosen. Kemudian Daryanto (2009:359) menyatakan bahwa Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling bagi guru BK yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Pasal 90 menyatakan: Peserta didik pendidik informal dapat memperoleh sertifikat kompetensi yang setara dengan sertifikat kompetensi dari pendidikan formal setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri/ profesi sesuai ketentuan yang berlaku. Peserta pendidikan informal dapat memperoleh ijazah yang setara dengan ijazah dari pendidikan dasar dan menengah jalur formal setelah lulus uji kompetensi dan ujian nasional yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian suatu kompetensi akhir tenaga profesional dibuktikan atau dinyatakan dengan suatu sertifikat kompetensi ataupun dokumen ijazah di mana sertifikat kompetensi tersebut diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus uji kompetensi. Jurnal National Commission on Educational Services - NCES (Mulyasa:34) menyatakan “Certification ia a procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate`s credential an provides him or her a license to teach”. Artinya sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang guru layak diberikan izin dan kewenangan commit to user untuk mengajar. Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sertifikasi guru merupakan suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai standar yang telah ditetapkan. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dari uraian diatas dijelaskan bahwa sasaran dari sertifikasi adalah pendidik profesional, termasuk guru bimbingan dan konseling (guru BK). Dimana seorang guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademis minimal Sarjana atau Diploma (SI atau D-IV). 3) Tujuan Sertifikasi Menurut Suyatno (2008:3) tujuan utama sertifikasi guru ada banyak, diantaranya yaitu : (a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (b) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. (c) Meningkatkan martabat guru. (d) Meningkatkan profesionalitas guru. Menurut Wibowo (Mulyasa:35), Sertifikasi guru bertujuan untuk halhal sebagai berikut: (a) Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidikan. (b) Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak berkompeten sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan. (c) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten. (d) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan. (e) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ibrahim Bafaadal (2003) menyatakan “Program sertifikasi bertujuan untuk tenaga guru dan kependidikan yang lebih berkualitas sehingga kemampuan guru dapat meningkat dan memiliki standar kualifikasi”. Atau dengan kata lain target akhir sertifikasi ini adalah tersedianya tenaga guru terdidik atau terlatih yang memiliki standar kualifikasi dan kompetensi dan meningkatkanya pengetahuan dan keterampilan tenaga guru (hlm 53-54). Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sertifikasi sebagai salah satu upaya peningkatan mutu atau kualifikasi kompetensi dan kesejahteraan guru yang berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru serta meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan secara berkelanjutan. 4) Manfaat Sertifikasi Guru a. Manfaat sertifikasi guru bagi guru itu sendiri Menurut Suyatno
(2008:3), manfaat
sertifikasi
yaitu
untuk
melindungi profesi guru dari parktek yang tidak berkompeten yang dapat merusak profesi citra guru dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Kemudian menurut Mulyasa (2007:191-194) ditambahi dengan beberapa manfaat, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru. Merupakan alat seleksi penerimaan guru. Untuk mengelompokkan guru. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum. Merupakan alat pembinaan guru. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.
Berdasarkan rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih mengacu kepada pengawasan dan penjamin mutu tenaga pendidik. b. Manfaat sertifikasi guru bagi siswa Menurut Suyatno (2008:3) manfaat sertifikasi guru yaitu untuk melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian menurut Wibowo yaitu adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya dan sebaliknya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan atau pengguna (Mulyasa, 2005: 35-36). Jika disimpulkan dari beberapa pendapat pakar diatas maka manfaat dari program sertifikasi guru bagi siswa yaitu untuk menyediakan tenaga pendidik yang berkualitas sehingga para siswa bisa mendapatkan ilmu yang berkualitas juga sehingga mampu bersaing dengan dunia luar. 5)
Prinsip Sertifikasi Guru Menurut
Ditjen
PMPTK
dalam
Pedoman
Penetapan
Peserta
Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan (2007: 4-5) mengungkapkan bahwa prinsip sertifikasi antara lain: (a) Dilaksankan secara objektif, transparan, dan akuntabel Objektif, yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikasi pendidik yang impartial, tidak diskriminaif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik. (b) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan kesejahteraan guru.Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(c) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (d) Dilaksanakan secara terencana dan sitematis. Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencangkup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencangkup kompetensi inti guru. (e) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah. Jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota. b. Guru 1) Pengertian Guru dan Tugas Guru a. Pengertian Guru Banyak ahli pendidikan yang mengartikan istilah guru, diantaranya: Mulyasa (2005:37) mengemukakan bahwa “Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.” Moh. Uzer Usman (2002:1) mengemukakan bahwa “Guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”. Pendapat lain menyatakan bahwa “Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan”. (Sardiman, 1996:123) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus dan dapat pula berarti orang yang berprofesi sebagai pengajar dan pendidik harus menjadikan bidang pendidikan tidak sekedar sumber penghidupan tetapi juga sarana pengabdian. Guru merupakan pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara
khusus
keahliannya,
melalui
lembaga
pendidikan
guru,
menggunakan
mengajar sekaligus mendidik siswanya menjadi warga
negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat dan mampu berperan aktif dalam peningkatan Sumber Daya Manusia. b. Tugas Guru Sardiman AM (1996:148) menyatakan bahwa, “Tugas guru adalah mendidik, membimbing anak didik agar menjadi manusia berpribadi”. Seseorang dapat dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian guru dengan segala ciri tingkat kedewasaan. Berarti untuk menjadi pendidik atau guru seseorang harus berpribadi. Menurut User Usman (2009:6) “Tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu; tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan”. Tugas guru dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua dan harus mampu menarik simpati peserta didik sehingga menjadi idola para siswa, pelajaran yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam belajar. Tugas
guru
dalam
bidang
kemasyarakatan
guru
berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Guru Sebagai Profesi Profesional Menurut Daryanto (2009:254) Guru profesional adalah Guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi yang dimaksud meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan profesional baik bersifat pribadian, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampaun maksimal. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dijelaskan bahwa : (a) Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (b) Pasal 9 : Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diplomat empat. (c) Pasal 10 (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Guru merupakan jabatan yang memerlukan standar kualifikasi tertentu sebagai tenaga profesional guru mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk mengajar sebagai penerapan profesionalisme. 3)
Guru PKn Bersertifikasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Guru bersertifikasi harus memenuhi kriteria profesionalisme guru yang akan menjadi rambu-rambu uji kompetensi dalam rangka standar dan sertifikasi kompetensi guru. Guru dapat dikatakan bersertifiaksi apabila telah memenuhi rambu - rambu sebagai berikut: Menguasai pendidikan makro, menguasai lingkungan akademis kampus, menguasai kurikulum KTSP, menguasai bahan ajar, menguasai silabus, menguasai RPP, menguasai teori belajar, menguasai teori pembelajaran, penguasaan merancang
pembelajaran,
kemahiran
mengajar
dengan
menguasai
keterampilan seperti (bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil, dan perorangan), menguasai mekanisme seperti (merancang instrument, menganalisis data, menganalisis data, kemahiran menggunakan hasil penilaian), kemampuan merekonstruksi program keberhasilan mengikuti studi lanjut, memiliki misi karier profesi, semangat etos kerja dan disiplin, ketekunan, keuletan dan kerajinan, kemampuan sosial seperti (kemampuan memahami dan menerima peserta didik, kepedulian pada peserta didik, kemampuan bergaul dengan sejawat, kemampuan hidup bermasyarakat, kegiatan produktif diluar profesi, partisipasi dalam organisasi profesi sebagai (anggota, pengurus, tokoh), kegiatan sosial (keterlibatan dalan berbagai lembaga masyarakat). (Mulyasa, 2007:195-196) Jadi jika disimpulkan maka guru yang bersertifikasi itu yaitu guru yang telah memenuhi kriteria guru profesional yang diwujudkan dengan penguasaan 4 kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi individu, kompetensi sosial. Pada saat ini pengujian tentang penguasaan kriteria guru profesional itu dilakukan dengan program sertifikasi guru dari pemerintah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3. Tinjauan
Tentang
digilib.uns.ac.id
Kompetensi
Pedagogik
Guru
Pendidikan
Kewarganegaraan ( PKn) a. Pengertian Kompetensi Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 10, dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Robbin, S yang dikutip Nia Dinar (2007:20) menyebutkan bahwa “Kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Selanjutnya ia menyatakan bahwa “Kemampuan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu kamampuan intelektual dan kemampuan fisik”. Leod, Mc. yang juga dikutip Uzer Usman (2002:14) mengatakan “Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”. Muhaimin (2004: 151) menjelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki sebagai syarat untuk dianggap mampu dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.” Muhibinsyah (2004:132) mengemukakan “Kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan, wewenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum”. Dari uraian berbagai pendapat ahli mengenai kompetensi tersebut, bisa dikatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas - tugas profesinya sesuai standar ketentuan dari profesinya. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang telah ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat yang efektif yang terkait dengan eksplorasi dan commit to user serta memberikan perhatian, dan investigasi, menganalisis dan memikirkan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai kreatifitas masing masing. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidik yang profesional, bukan sekedar mempelajari keterampilan - keterampilan mengajar tertentu, tetapi lebih dituntut untuk menggabungkan dan mengaplikasikan suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling berkaitan dalam bentuk tindakan nyata pada pembelajaran yang dilakukan. Maka disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan tugas profesi keguruannya. b. Kompetensi yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Guru Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK meliputi: 1) Kompetensi Pedagogik (a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. (1) Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya. (2) Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. (3) Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. (4) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. (b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. (1) Memahami
berbagai
teori
belajar
dan
prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. (c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. (1) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. (2) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. (3) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. (4) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. (5) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. (6) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. (d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. (1) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. (2) Mengembangkan
komponen
-
komponen
rancangan
pembelajaran. (3) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. (4) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. (5) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang releven dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mecapai tujuan pembelajaran secara utuh. (6) Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(e) Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan pembelajaran. (1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu (f) Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
pembelajaran
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. (1) Menyediakan
berbagai
kegiatan
mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. (2) Menyediakan
berbagai
mengaktualisasikan
kegiatan
potensi
pembelajaran
peserta
didik,
untuk
termasuk
kreativitasnya. (g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. (1) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/ atau bentuk lain. (2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) reaksi guru terhadap respon peserta didik, dan seterusnya. (h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. (1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. (2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan evalusi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. (4) Mengembangkan instrument penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. (5) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument. (6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. (7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. (i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evalusi untuk kepentingan pembelajaran. (1) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evalusi untuk menentukan ketuntasan belajar. (2) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evalusi untuk merancang program remedial dan pengayaan. (3) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evalusi kepada pemangku kepentingan. (4) Memanfaatkan
informasi
hasil
penilaian
dan
evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. (j) Melakukan
tindakan
reflektif
untuk
kepentingan
kualitas
pembelajaran. (1) Melakukan
refleksi
terhadap
pembelajaran
yang
telah
perbaikan
dan
dilaksanakan (2) Memanfaatkan
hasil
refleksi
untuk
pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. (3) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah commit topeserta user didik yang meliputi pemahaman kemampuan mengelola pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Mulyasa, 2007: 75). 2) Kompetensi Profesional (a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (1) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola piker (peta konsep) keilmuan
yang
mendukung
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan. (2) Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), nilai dan sikap Kewarganegaraan
(Civic
Disposition)
serta
keterampilan
Kewarganegaraan (Civic Skiils). (3) Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraa (b) Menguasai standar kompetesi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. (1) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. (2) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. (3) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu. (c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (1) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. (2) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. (d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. (1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus- menerus. (2) Memanfaatkan
hasil
refleksi
dalam
rangka
peningkatan
untuk
peningkatan
keprofesionalan. (3) Melakukan
penelitian tindakan commit to user keprofesionalan.
kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. (e) Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
mengembangkan diri. (1) Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
dalam
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
berkomunikasi. (2) Memanfaatkan
pengembangan diri. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah “Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”. E. Mulyasa (2006:135) menjelaskan ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi: a) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. b) Mampu mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. c) Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media dan sumber belajar yang relevan. 3) Kompetensi Kepribadian a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. (1) Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adapt- istiadat, derah asal, dan gender. (2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. (1) Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi. (2) Berperilaku yang mencerminkan ketaqwaan dan akhlak mulia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. (1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil. (2) Menampilkan diri sebagai sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa. d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri. (1) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. (2) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri. (3) Bekerja mandiri secara profesional. e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. (1) Memahami kode etik profesi guru. (2) Menerapkan kode etik profesi guru. (3) Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 4) Kompetensi Sosial a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. (1) Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. (2) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekplah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial. b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan sopan santun dengan sesama commit to user pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, emaptik dan efektif. (2) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik. (3) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. c) Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. (1) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik. (2) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kulitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. (1) Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. (2) Mengkomunikasikan
hasil-hasil
inovasi
pembelajaran
kepada
komunitas profesi sendiri secara lisan atau tulisan maupun bentuk lain. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dari pengertian tersebut dapat kita rincikan kompetensi guru kedalam 3 bagian, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Berkaitan dengan tangung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran disekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. c. Guru PKn Berkompetensi 1) Guru Berkompetensi Menurut
Furqon
(2009)
menyatakan
bahwa
“Guru
yang
berkompeten adalah seorang guru yang dapat mengemban amanah, memiliki keahlian dan profesional” (hlm. 20). Dalam
bidang
pendidikan,
seorang
pendidik
dikatakan
berkompeten jika memiliki seperangkat kompetensi. Kaitannya dengan LPTK yang outputnya menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan, maka perlu memperhatikan kompetensi lulusan yang relevan dengan LPTK tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan dalam Pasal 28 ayat (3) bahwa kompetensi agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi commit to user profesional.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Guru PKn Berkompeten Berangkat dari uraian mengenai kompetensi diatas, seorang Guru PKn dapat dikatakan berkompeten apabila merupakan lulusan dari LPTK program
studi
yang
sesuai
yaitu
program
studi
Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu guru PKn juga harus memiliki seperangkat kompetensi seperti: a) Kompetensi Pedagogik, kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b) Kompetensi kepribadian, kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, mandiri dan berakhlak mulia. c) Kompetensi sosial, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. d) Kompetensi
Profesional,
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. (Furqon, 2007:22-24) Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 ayat 10 menyatakan: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Daryanto (2009:209) mengatakan bahwa seorang guru PKn berkompeten harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, commit to user kreatif, efektif seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahun 2005 Pasal 19 ayat (1) diatas dijelaskan bahwa dalam paikem (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) terdapat beberapa unsur antara lain: (1) Peserta didik dan guru sama-sama aktif dan kreatif (2) Menarik minat peserta didik dan menyenangkan (3) Tingkat penguasaan materi lebih optimal Guru PKn berkompeten harus mampu mengaktifkan peserta didik, mendorong kreativitas peserta didik dan menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 3) Implikasi penguasaan TIK terhadap Kompetensi Pedagogik Guru PKn TIK
mempunyai
peranan
penting
dan
cukup
besar
dalam
perkembangan pendidikan. Era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat, karena pada dasarnya dalam setiap aspek kehidupan orang modern tidak bisa lepas dari pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk melek teknologi atau menguasai teknologi atau istilah asingnya technology literacy. Masyarakat yang menguasai teknologi akan mampu memilih, merancang, membuat dan menggunakan hasil rekayasa-rekayasa teknologi dalam kehidupan sehari hari. Bagian dari Masyarakat tersebut salah satunya adalah sekolah yang didalamnya ada guru dan peserta didik. Oleh sebab itu program pembelajaran di sekolah perlu menerapkan teknologi, sehingga secara otomatis seorang guru juga dituntut menguasai teknologi informasi dan komunikasi supaya mampu menciptakan pembelajaran yang berbasis TIK. Hal ini selaras dengan pendapat Mulyasa yang dikutip Jamal Ma’mur (2011:28) bahwa “derasnya arus informasi yang berkembang di masyarakat menuntut setiap orang untuk bekerja kerasa agar dapat mengikuti dan memahaminya.” Menurut Yaumi M, “tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa implikasi atau dampak besar dalam dunia pendidikan” (2011:26). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seorang guru yang mempunyai penguasaan TIK yang baik maka ia mampu melakukan pembelajaran yang berbasis TIK dengan baik pula, yang mana akan membisaakan peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri yang menyadari pentingnya belajar dimanapun kapan pun, dimana hal ini merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri. (Jamal Ma’mur, 2011: 135-137) Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa implikasi penguasaan TIK pada guru PKn Tersertifikasi terhadap kompetensi pedagogik yaitu menjadikan pembelajaran lebih inovatif, kreatif, menjadikan siswa menjadi pembelajar mandiri serta kemampuan dan wawasan peserta didik akan berkembang secara optimal.
Guru mampu menjadikan
pemeblajaran yang tidak ketinggalan jaman dan ketinggalan langkah sehingga pembelajaranya memotivasi peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara mandiri. Selain itu seorang guru yang menguasai TIK juga tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalani perkembangan kehidupan kedepan yang semakin maju pesat. Guru juga akan mampu mengikuti perkembangan sesuai tuntutan jaman sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik nantinya dengan pendidikan negara lain.Sehingga kompetensi pedagogik yang menjadi keharusan untuk dimiliki seorang guru akan tercapai yaitu pembelajaran yang efektif dan dinamis. Teknologi informasi dan komuikasi sangat penting untuk memacu semangat anak didik, sehingga mereka merasa ketinggalan zaman dan semkin termotivasi untuk belajar. Disisi lain guru juga akan terus tertantang untuk tidak ketinggalan informasi sehingga setiap saat akan mengikuti dinamika publik dalam berbagai aspek yang pada akhirnya akan selalu membawa sesuatu yang abru pada anak didik yang inspirasi. 4. Tinjauan Tentang Kualitas Berkelanjutan H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki to user profesinya. Seorang profesional kemampuan dan sikap sesuai commit dengan tuntutan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan secara terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan. Pendapat Delors (1996) yang dikutip hoyyima khoiri mengatakan bahwa: Memperbaiki mutu pendidikan pertama tama tergantung perbaikan perekrutan, pelatihan, status sosial dan kondisi kerja para guru. Mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter personal, prospek profesional dan motivasi ynag tepat jika ingin memenuhi harapan stakeholder pendidikan. (2010:57) Konsep Belajar dalam pekerjaan (learning by doing) yang artinya setiap individu dihadapkan pada berbagai persoalan yang muncul, sehingga diperoleh pengalaman sebagai akibat kebisaaan, dan menjadi modal (keahlian, pengetahuan dan pengalaman) dalam mengatasi masalah yang muncul selanjutnya. Sehingga setiap pengalaman yang didapat dari setiap kegiatan merupakan sarana untuk terus belajar. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Hoyyima K (2010: 54) yang mengatakan bahwa “pembinaan guru harus berlangsung secara berkesinambungan karena prinsip dasarnya, guru merupakan seorang pembelajar” Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme seseorang dalam suatu profesi dapat tercapai jika seseorang itu secara terus menerus meningkatkan kompetensinya dan selalu menjadi agen pembelajar. Dimana selalu belajar dari pengalaman dan juga belajar hal hal yang baru sesuai tuntutan zaman. Begitu pula yang harus dilakukan oleh guru bersertifikasi. Guru yang sudah lolos sertifikasi belum tentu sudah dianggap profesional dalam mengajar oleh masyarakat. Sehingga guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya dan menerapkan ilmu dan kompetensi yang telah dimiliki dalam setiap pembelajaran walaupun sudah lolos sertifikasi. Selain itu seorang guru yang telah tersertifikasi juga harus mampu mengikuti perkembangan zaman seperti kemajuan IPTEK yang terus berkembang dengan pesat. Kualitas berkelanjutan dari guru yang telah mengikuti sertifikasi harus terlihat proses stadarisasi kompetensi dan commitpasca to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sertifikasi guru, profesionalisme guru harus selalu dipegang dan dilaksanakan setiap saat.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini ialah penelitian yang dilakukan oleh Kartika Sari Nuri Wardani (2010) dalam “Kompetensi Guru PKn Bersertifikasi dalam Meningkatkan Keberhasilan Belajar Siswa di SMP Negeri Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2009/2010”. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu bahwa (1) Kompetensi guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kecamatan Karanganyar bisa dilihat melalui penerapan kompetensi profesional, Kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi social yang dilakukan. (2) Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PKn bersertifikasi dalam upaya menerapkan kompetensi guru antara lain: kurangnya alat media pembelajaran atau pengadaan sarana dan prasarana sekolah masih kurang, tidak semua guru dapat mengikuti perkembangan IPTEK dengan cepat, terbatasnya guru dalam penguasaan TIK, sarana media pembelajaran yang masih terbatas disekolah khususnya yang berkaitan dengan TIK, adanya pemahaman yang keliru dari siswa dan orang tua siswa bahwa mata pelajaran yang tidak UAN tidak penting. (3) Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PKn bersertifikasi dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar siswa melalui: mengadakan remidi, penugasan baik individu maupun kelompok, melakukan bimbingan dan pendekatan kepada siswa, peran guru sebagai penunjuk jalan kepada nara sumber. Penelitian ini mempunyai kesamaan dan perbedaan denagn penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya terletak pada topiknya yaitu mengenai kompetensi Guru PKn tersertifikasi, sedangkan perbedaanya yaitu jika penelitian terdahulu mengkaji mengenai penerapan kompetensi yang dimiliki serta kendala kendalanya, sedangkan penelitian yang dilakukan ini mengkaji mengenai penguasaan TIK dan implikasinya terhadap kompentsi pedagogik. Selain itu lokasi penelitian juga berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir Standar kompetensi dan sertifikasi guru dilakukan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi guru agar tercipta guru - guru yang profesional yang pada akhirnya mutu pendidikan Indonesia kedepannya bisa meningkat pula. Program ini diharapkan bisa memberi sumbangan besar bagi peningkatan kompetensi profesional guru, khususnya kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik dalam profesi guru merupakan salah satu yang menentukan keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Apalagi dalam era globalisasi saat ini. Inovasi daam dunia pembelajaran sangat dibutuhkan, apalagi saat ini kemajuan teknologi sangatlah mempengaruhi dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi dan informasi merupakan sesuatu yang harus diterapkan agar pendidikan di Indonesia bisa bersaing dengan pendidikan negara lain/dunia global. Maka secara otomatis penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada guru itu sangat penting. Apalagi bagi guru - guru yang telah tersertifikasi, penguasaan TIK merupakan suatu hal yang wajib dimiliki oleh guru tersertifikasi. Penguasaan guru PKn dalam TIK tidak boleh ketinggalan dengan guru mata pelajaran lain, walaupun materi Pendidikan Kewarganegaraan kebanyakan berupa konsep-konsep namun dalam penyampaiannya memerlukan contoh contoh yang berupa visualisasi dari materi yang disampaikan serta harus up to date dalam mengikuti kemajuan jaman saat ini. Maka guru perlu inovatif dan kreatif dalam meramu materi serta dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Guru PKn tidak boleh mengesampingkan penerapan TIK dalam mata pelajaran yang diampu, materi berupa konsep tidak menutup kemungkinan untuk disampaikan menggunakan TIK, hal ini justru bisa dijadikan inovasi baru dan cara alternatif untuk mengembalikan exsistensi mata pelajaran PKn setelah tidak masuk dalam ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa penguasaan TIK yang baik juga akan berdampak pada kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru guru tersebut. Pembelajaran yang dilakukan akan menarik, inovatif dan selalu memberikan hal baru bagi peserta didik, yang mana hal ini akan memberikan efek positif pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
motivasi dan prestasi belajar peserta didik khususnya bagi Pendidikan Kewarganegaraan yang dianggap membosankan. Namun, penguasaan TIK pada guru tersertifikasi dalam rangka peningkatan kualitas berkelanjutan ini tidak boleh berhenti begitu saja pasca mendapatkan tunjangan sertifikasi. Kompetensi tersebut harus terus berlanjut, dipertahankan dan ditingkatkan oleh guru yang telah lolos sertifikasi guru tersebut, sehingga kualitas berkelanjutan yang menjadi cita - cita dan harapan dari program pemerintah ini bisa tercapai. Peningkatan kualitas berkelanjutan ini juga bukan hanya menjadi kewajiban dari guru saja, pemerintah juga harus ikut andil dalam program peningkatan kualitas berkelanjutan ini. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini jika diilustrasikan dalam bagan adalah sebagai berikut: STANDARISASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU
KOMPETENSI SOSIAL
KOMPETENSI PROFESIONAL
KOMPETENSI KEPRIBADIAN
KOMPETENSI PEDAGOGIK
PENGUASAAN TIK
KUALITAS BERKELANJUTAN GURU BERSERTIFIKASI
MUTU PENDIDIKAN INDONESIA to user berfikir Gambar.commit 2.5 Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Suatu penelitian memerlukan lokasi yang akan dijadikan objek penelitian yang berkaitan erat dengan data-data atau informasi yang bisa diperoleh sesuai dengan permasalahan atau objek penelitian. Sesuai dengan masalah yang diteliti yakni mengenai penguasaan TIK guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang bersertifikasi, maka peneliti memilih lokasi di wilayah Kota Surakarta, dengan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut: a. Adanya data guru PKn yang telah tersertifikasi yang berguna untuk mengidentifikasi penguasaan TIK dan peningkatan kualitas guru - guru PKn SMP N Kota Surakarta yang telah bersertifikasi. b. Masih belum ada penelitian mengenai penguasaan TIK guru PKn tersertifikasi dan kualitas bagi guru yang
bersertifikasi di Kota
Surakarta ini. c. Penelitian ini membutuhkan waktu untuk observasi secara langsung dan mendalam
maka
kemudahan
akses
lokasi
penelitian
sangat
mempengaruhi kelancaran penelitian ini. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam enam tahap dalam waktu 6 bulan, yaitu meliputi tahapan pengajuan judul skripsi ke tim skripsi program studi kemudian dilanjutkan ke tahap pengajuan proposal skripsi ke pembimbing masing - masing mahasiswa. Setelah itu masuk pada tahap perijinan penelitian, baru setelah perijinan selesai tahap pelaksanaan penelitian baru bisa dilaksanakan. Setelah informasi dan data - data yang dibutuhkan terkumpul semua maka peneliti masuk ke tahap akhir yaitu commit akhir to user analisis data dan penulisan laporan skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Adapun pembagian waktu dan jadwal kegiatannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2012 No
Tahap
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Pengajuan Judul 2 Pengajuan Proposal 3 Perizinan Penelitian 4 Pelaksanaan Penelitian 5 Analisis Data 6 Penyusunan Laporan Akhir
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan ialah pendekatan secara kualitatif, berdasarkan jenis data yang diperlukan maka bentuk penelitiannya adalah deskriptif kualitatif artinya pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif karena memaparkan obyek yang diteliti (orang, lembaga, dokumen atau lainnya berdasarkan fakta). Menurut Bogdan dan Tylor yang dikutip Lexy J.Moleong (2004:4) yang mengemukakan, “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati”. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian
yang
berbentuk
kualitatif
karena
deskripsi
permasalahannya yang dijabarkan dalam bentuk data. Data kualitatif seperti wawancara dari guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 bersertifikasi dan hasil observasi pembelajaran guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi. 2. Strategi Penelitian Dalam penelitian deskriptif ada empat macam strategi penelitian yang dapat digunakan untuk menyusun penelitian, yaitu: a. Studi KasusTunggal terpancang “Studi yang memusatkan pada variabel yang telah ditentukan terlebih dahulu atau dengah istilah (Embeded Case Study)”. (Sutopo, HB, 1996:10) kemudian hanya menggunakan satu lokasi penelitian saja. b. Ganda terpancang Sedang strategi penelitian ganda terpancang yang membedakan hanya lokasi penelitian, dimana ada dua lokasi penelitian yang digunakan. c. Tunggal holistik Studi yang mengarahkan pada subyeknya secara menyeluruh dengan berdasarkan satu aspek . d. Ganda holistik Studi yang mengarahkan pada dua subyeknya secara menyeluruh dengan berbagai aspek. Dalam penelitian ini strategi yang digunakan adalah tunggal terpancang, dimana peneliti hanya ingin mengungkapkan masalah yang berhubungan dengan penguasaan TIK guru PKn bersertifikasi secara utuh sebagai satu kesatuan. Pemilihan strategi tersebut berdasarkan pendapat ahli yang mengatakan bahwa strategi penelitian tunggal terpancang dalam penelitian mengandung pengertian, tunggal yang artinya hanya ada satu lokasi yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Surakarta. Sedangkan terpancang yaitu hanya pada tujuan untuk mengetahui penguasaan TIK guru PKn SMP Negeri Kota Surakarta dalam rangka peningkatan kualitas berkelanjutan kompetensi guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta. Dengan demikian proses pengumpulan data dan analisis data akan lebih terarah pada permasalahan yang sudah ditentukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 C. Data dan Sumber Data Menurut Suharsimi Arikunto (1993:114) yang dimaksud dengan sumber data adalah “ Subjek dari mana data dapat diperoleh.” Adapun sumber data yang dipreoleh dalam penelitian kualitatif dapat berupa “Manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”. (HB. Sutopo 2002:50) Berdasarkan pendapat diatas, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Informan Pengertian informan menurut Suharsimi Arikunto (1993:114) adalah “Sumber data yang memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket”. Informan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Adapun informan dalam penelitian ini adalah: a. Guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta yaitu Guru lolos sertifikasi rayon 113 UNS tahun 2008 – 2010 sejumlah 15 guru PKn SMP Negeri, dan yang menjadi informan dalam penelitian ini sejumlah 11 guru yaitu 1. Ruliana, S.Pd, SMP N 1 Surakarta 2. Susniwati Rahayu, S.Pd, SMP N 4 Surakarta 3. Prasmani, S.Pd, SMP N 7 Surakarta 4. Dimyati, S.Pd, SMP N 7 Surakarta 5. Marimin, S.Pd, SMP N 12 Surakarta 6. Wardoyo, S.Pd, SMP N 14 Surakarta 7. Ngastiasto, S.Pd, SMP N 14 Surakarta 8. Dra. Titin Hanuraningsih, SMP N 15 Surakarta 9. Suwarno, S.Pd, SMP N 24 Surakarta 10. Dra.Tri Agustini, SMP N 24 Surakarta 11. Yuniandar Gempar Prakoso, S.Pd, SMP N 26 Surakarta b. Ketua MGMP PKn SMP N Kota Surakarta, bapak Marimin, S.Pd c. Siswa SMP N 8 Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 2. Dokumen dan Arsip Dokumen ada dua yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, dokumen pribadi yaitu tulisan tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri, sedang dokumen resmi adalah dokumen yang dikeluarkan suatu instansi. Sumber arsip merupakan informasi yang dapat diperoleh peneliti tentang subjek yang akan diteliti. Macam-macam dokumen yang digunakan disini meliputi seluruh dokumen resmi tentang hal- hal yang terkait dengan penguasaan TIK guru PKn tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta yaitu antara lain: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru d. Modul PLPG PKn e. RPP guru PKn Tersertifikasi 3.
Tempat dan peristiwa Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan observasi yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Melalui tempat dan peristiwa peneliti dapat memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu dengan menggunakan wawancara maupun observasi di SMP Negeri di Kota Surakarta. Dalam penelitian, tempat yang dimaksud disini adalah lokasi dimana penelitian dapat dilakukan yaitu kelas atau instansi yang diampu oleh guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta. Sedangkan peristiwanya yaitu, kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas yang diampu informan, serta observasi pada RPP yang dijalankan dalam pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 D. Teknik Sampling (Cuplikan) Sampling pada penelitian kualitatif digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Hal ini sesuai dengan pendapat Lexy J. Moleong (2008:224) yang mengatakan bahwa sampling memiliki tujuan diantaranya: 1. Untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. 2. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul. Teknik pengambilan sampel ada beberapa cara, yaitu : 1. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2. Sampling Purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 3. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. (Sugiyono, 2010:123) Dalam penelitian kualitatif sampel ditentukan oleh peneliti sendiri dengan mempertimbangkan bahwa sampel untuk mengetahui masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat obyektif. Sehingga dalam penelitian kualitatif, teknik cuplikan yang bisaa digunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena itu, cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling. Seperti pendapat Goetz dan Le Comte dalam HB. Sutopo (2002:185) “Purposive sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individuindividu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Populasi merupakan sampel. Apabila yang menjadi populasi adalah guru PKn bersertifikasi SMP Negeri Kota Surakarta berjumlah 15. Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 12 guru PKn tersertifikasi.
E. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sesuai sumber data yang digunakan dalam penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Menurut Lexy J. Moleong (2001:117) mengemukakan bahwa ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dan pengamatan berperan serta, namun
peran penelitilah
yang menentukan
keseluruhan skenarionya.
Pengamatan berperan serta menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Menurut Soetardi (1996:72) “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena - fenomena yang diselidiki”. Teknik observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif, observasi ini peneliti lakukan dikelas dimana guru PKn bersertifikasi melakukan kegiatan belajar mengajar. Peneliti mengamati tempat dan peristiwa penelitian, sehingga mengetahui bagaimana kompetensi guru PKn bersertifikasi dan penguasaan TIK dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 2. Wawancara Wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) commit toitu”. user(Moleong, 2004: 135) membebankan jawaban atas pertanyaan
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2010:33) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu : a. Wawancara terstruktur ( Structured interview ) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh b. Wawancara semi terstruktur ( Semistructure interview ) Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. c. Wawancara tak berstruktur Wawancara yag bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Kegiatan wawancara dalam penelitian ini yaitu wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur yaitu wawancara yang menggunakan pedoman wawancara tetapi apabila ada umpan balik dari responden yang dirasa perlu ditanyakan lebih lanjut oleh peneliti maka peneliti bisa menanyakan kepada responden walaupun didalam pedoman wawancara tidak ada pertanyaan tersebut, yang terpenting penyampaiannya kepada informan bebas tetapi tetap mengarah pada maksud dari pewawancara. Data yang dikumpulkan melalui wawancara meliputi, penguasaan TIK pada guru SMP N Kota Surakarta yang telah tersertifikasi, Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik dan upaya peningkatan kualitas berkelanjutan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap beberapa informan, yaitu: b. Guru PKn SMP N Kota Surakarta yang telah tersertifikasi c. Ketua MGMP PKn SMP Negeri Kota Surakarta d. Siswa SMP N 8 Kota Surakarta 3. Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang dimaksud disini yaitu merupakan bahan tertulis yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu yang berkaitan dengan obyek penelitian. Dokumen atau arsip juga termasuk sumber data yang penting dalam penelitian kualitatif, terutama bila sasarannya berkaitan dengan peristiwa yang dilakukan oleh obyek dalam penelitian, apalagi dokumen yang memperkuat dan mempertajam informasi yang didapat sebelumnya. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Data guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta. b) Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta c) Materi bahan ajar (berbasis TIK)
F. Uji Validitas Data Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari kancah peneliti. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena validitas data menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang telah dikumpulkan, diolah, dan diuji kesahihannya melalui teknik pemeriksaan tertentu. Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi. Dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, H.B Sutopo (2002:78-82) menyebutkan bahwa ada empat trianggulasi yaitu: a. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis atau lebih mantap kebenarannya bisa digali dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Trianggulasi metode, jenis triangulasi ini bisaanya dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda. c. Trianggulasi penelitian, adalah hasil peneliti yang baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. d. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. (H.B Sutopo, 2002:78-82) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Jenis trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas data dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih trianggulasi data adalah untuk menutup kemungkinan adanya kekurangan data dari sumber yang lain. Peneliti memanfaatkan jenis informasi dari narasumber yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam yaitu mewawancarai dengan pertanyaan yang sama dari narasumber yang berbeda yaitu guru PKn bersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta. Dengan demikian informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan informasi dari narasumber yang lain. Kemudian diperkuat dengan analisis triangualasi metode supaya data yang didapat lebih akurat dan valid, datainformasi yang sejenis yang menjadi permasalahan maka dicari/dikumpulkan menggunakan beberapa cara atau teknik pengumpulan data yang berbeda. Sehingga data informasi yang didapat dengan teknik wawancara bisa dibandingkan atau di croscek dengan menggunkan metode lain seperti observasi atau dokumentasi.
G. Analisis Data Menurut Lexy J. Moleong (2004:280) “Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Sedangkan menurut H.B Sutopo (2003:91) berpendapat bahwa “Dalam proses analisis data terdapat empat komponen utama yang harus dipahami oleh setiap peneliti kualitatif. Empat komponen utama tersebut adalah: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, (4) penarikan kesimpulan atau verifikasi”. 1. Pengumpulan Data Merupakan kegiatan memperoleh informan yang berupa kalimatkalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen. Data yang diperoleh masih berupa data mentah yang tidak teratur, commit to user teratur. sehingga diperlukan analisis agar data menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
2. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dan catatan-catatan
yang
tertulis
dilapangan.
Selama
pengumpulan
data
berlangsung terjadilah proses reduksi yang kemudian membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menguatkan data yang diperoleh dan menentukan batas-batas permasalahan. Proses ini terus-menerus sampai pada laporan akhir penelitian selesai. H.B Sutopo (2002:92) berpendapat bahwa “Reduksi data adalah bagian dari proses analis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan menyatukan data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”. 3. Sajian Data Alur penting dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif. Proses analisis selanjutnya adalah penyajian data yang mengorganisir informasi
secara
sistematis
untuk
mempermudah
peneliti
dalam
menggabungkan dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun penggambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada obyek penelitian. Melalui penyajian data akan memungkinkan peneliti untuk menginterprestasikan fenomena-fenomena tersebut. Penyajian data disajikan dalam bentuk label dan teks yang naratif yang berupa catatan lapangan. 4. Penarikan Kesimpulan Dari data yang diperoleh dilapangan, sejak awal peneliti sudah menarik kesimpulan. Kesimpulan mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat sementara kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap yaitu pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data commit to user yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 wawancara, observasi dan dokumen dapat segera ditarik kesimpulan yan bersifat sementara. Agar kesimpulan tersebut lebih mantap maka peneliti memperjuangkan pada waktu observasi. Dari observasi tersebut dapat ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan sementara, sehingga diperoleh kesimpulan yang mantap. Proses analisis dengan model analisis interaktif dapat ditujukkan dengan bagan sebagai berikut: PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
SAJIAN DATA
PENARIKAN SIMPULAN/VERIFIKASI
Gambar 3.2. Model Analisi Interaktif Sumber : Sutopo (2002:96)
D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal sampai akhir. Menurut Sutopo, H.B (2002:187-190) kegiatan dalam prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) persiapan, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, dan (4) penyusunan laporan penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahaptahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Tahap ini meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian. 2. Tahap Pengumpulan Data Tahapan ini merupakan upaya peneliti untuk mendapatkan informasi dengan commitpenelitian to user ini, peneliti menggunakan tida berbagai teknik atau metode. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 macam teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Tahap ini dimulai dengan kegiatan pengumpulan data di lokasi penelitian melalui wawancara dan pencatatan dokumen-dokumen dan observasi lapangan. 3. Tahap Analisis Data Data – data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan menentkan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan desain penelitian. Dalam tahap analisis data ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyeleksi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan data yang telah diperoleh. 4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian Dalam tahap ini, peneliti mulai menyusun laporan dengan melakukan pengambilan kesimpulan akhir dari permasalahan yang diteliti, kemudian hasil dari
penelitian
ditulis
laporan
dalam
dipertanggungjawabkan dihadapan penguji.
commit to user
bentuk
skripsi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi
lokasi
penelitian
merupakan
tahapan
dimana
peneliti
memperoleh data berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Surakarta dengan mengambil tempat penelitian di SMP – SMP Negeri Kota Surakarta yang didalamnya terdapat guru PKn yang telah lolos sertifikasi guru. Peneliti melakukan pengumpulan data di lokasi tersebut yang selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis sehingga menjadi data informasi yang disajikan secara sistematis. Adapun penjabaran dari beberapa aspek yang diteliti oleh peneliti, sebagai berikut: 1. Profil SMP Negeri di Kota Surakarta Dalam penelitian ini, SMP Negeri yang dijadikan lokasi penelitian ada 9 SMP Negeri, profil dari ke 9 SMP Negeri tersebut sebagai berikut : a. Profil SMP N 1 Surakarta Nama Sekolah
: SMP NEGERI 1 SURAKARTA
No. Statistik Sekolah
: 201036105001
Tipe Sekolah
: A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2
Alamat Sekolah
: Jl M.T. Haryono No.4 Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Telepon/HP/Fax
: (0271) 714866 Fax. (0271) 736223
Status Sekolah
: Negeri
Nilai Akreditasi Sekolah: A Kepala Sekolah
: Dra. Hj. Sri Suwartinah,M.Pd
NIP
: 19540815 197803 2 005
Sejarah
: SMP Negeri 1 Surakarta merupakan sebuah sekolah menempati
bangunan megah peninggalan jaman Belanda yang memiliki nilai sejarah to user Sekolah ini beralamatkan di JL. dan merupakan salah satu commit cagar budaya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 MT. Haryono No. 4 Surakarta Telp : (0271) 714866 dekat dengan Stadion Manahan Surakarta. SMP Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai penyelenggara program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Angkatan ke-I yang sebelumnya juga telah ditetapkan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN), Pilot Project KBK, Sekolah Koalisi Nasional. b. Profil SMP Negeri 4 Surakarta Nama sekolah : SMP Negeri 4 Surakarta Alamat/desa
: Jl. DI. Panjaitan 14
Kecamatan
: Banjarsari
Kota
: Surakarta
Propinsi
: Jawa Tengah
Nomor telepon : ( 0271 ) 633880 Status sekolah : Negeri SK Kelembagaan: 1254 / B.17.2.1950 NSS
: 200040
Type Sekolah
: Tipe A
Tahun didirikan : 1950 Status tanah
: Hibah
Luas tanah
: 4621 m2
Kepala Sekolah Nama
: Hariadi Giarso, S. Pd
Pendidikan
: S.1
Jurusan
: Bahasa Inggris
Website
: http://www.SMPn4solo.sch.id
Email
:
[email protected]
c. Profil SMP N 7 Surakarta SMP Negeri 7 Surakarta sebelumnya bernama SGB Surakarta, yang kemudian diganti menjadi namanya sekarang, yaitu SMP Negeri 7 Surakarta sesuai dengan keputusan tanggal 23 mei 1960 dengan nomor : commit to user 187/SKB/B/III.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Keadaan
berkembang
terus
sejalan
dengan
meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sehingga jumlah siswa setiap tahun selalu bertambah. Dalam perjalanan sejarahnya SMP Negeri 7 Surakarta mengalami perpindahan tempat dan nama. Pada tahun 1997 berdasarkan usul perubahan dari kantor Depdikbud menjadi SLTP Negeri 7 Surakarta, kemudian pada tahun 2004 diubah lagi menjadi SMP Negeri 7 Surakarta. Lokasi keberadaan SMP Negeri 7 Surakarta sekarang ini beralamatkan di jalan Mr.Sartono No. 34 Surakarta, Kecamatan Banjarsari, Surakarta dengan nomor telepon 0271 – 852674. Lokasi SMP Negeri 7 Surakarta berada di antara instansi pendidikan yang lain, seperti SMK TP 1, SMA TP 1, SMA N 6, SMA N 5, SDN Bibis 1, dan lain sebagainya. Hal ini menimbulkan suasana pendidikan yang kondusif untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM).
Tabel 4.1. Daftar Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Surakarta No. N a m a Masa Jabatan 1. R. Sosro Soewigyo 1960 s/d 1962 2. Siswo padmono 1962 s/d 1964 3. Hadi Suripto 1964 s/d 1966 4. Soendimin, BA 1-6-1966 s/d 1-11-1981 5. Mardimin, BA 1-11-1981 s/d 1-7-1983 6. S. Soetarno, BA 1-7-1983 s/d 30-12-1987 7. Soewarsono 31-12-1981 s/d 1-9-1990 8. Slamet Soebroto 1-9-1990 s/d 2-2-1991 9. Masroeri, BA 2-2-1991 s/d 9-5-1992 10. Drs. Suhardji 9-5-1992 s/d 1-10-1992 11. Maryono, BA 1-10-1992 s/d 31-10-1995 12. Siman, BA 31-12-1995 s/d 1-7-1996 13. Soepeno 1-7-1996 s/d 4-1-2001 14. Drs. Sarman 4-1-2001 s/d 24-1-2004 15. Dra. Sri Atmiyah Ami 24-1-2004 s/d 1 april 2008 16. Drs. Karyana, MM 25 April 2008 s/d sekarang sumber : web paspitu79 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Ruang kelas yang berada di SMPN 7 Surakarta berjumlah 20 ruang kelas dengan ukuran (7x8) m2 untuk bagian bawah dan (8X9) m2 untuk kelas bagian atas. Sebagian besar ruang kelas tersebut dilengkapi dengan papan tulis putih- papan tulis hitam, meja tulis serta kursi. Namun ruang
kelas tersebut masih belum dilengkapi dengan
fasilitas LCD. Hanya saja di SMP N 7 Surakarta telah memiliki 1 buah Laboratorium Multimedia dan juga 1 LCD portabel yang digunakan secara bergantian. d. Profil SMP N 8 Surakarta 1) Sejarah Berdirinya SMP N 8 Surakarta Sekitar tahun 1950 masyarakat Tionghoa Surakarta mendirikan sekolah yang berlokasikan di Jalan Urip Sumoharjo No. 90 Surakarta. Menurut sumber masyarakat sekitar tahun 1952 oleh pemerintah sekolah tersebut dijadikan SGB Negeri II (Puteri) Surakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 25 Mei 1960 nomor : 187/ SK/ B/ III SBG Negeri II (Puteri) Surakarta menjadi SMP Negeri 8 Surakarta. Sejalan dengan perkembangan SMP Negeri 8 Surakarta, jumlah muridnya bertambah banyak sehingga lokasi di Jalan Urip Sumoharjo No. 90 Surakarta kurang memadai. Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun 1982 lokasi SMP Negeri 8 Surakarta pindah ke Jalan H.O.S Cokroaminoto No. 15 Surakarta. Kemudian pada tahun 1997 berdasarkan usul perubahan nomenklatur dari Kantor Depdikbud Kota Madya Surakarta nama SMP Negeri 8 Surakarta berubah menjadi SLTP Negeri 8 Surakarta. Kemudian pada tahun 2004 kembali menjadi SMP Negeri 8 Surakarta. SMP Negeri 8 Surakarta sudah mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak 14 kali, yaitu: a) Hadi Soeripto (1 Agustus 1960 s.d. 1 Februari 1962) commit to user b) Siswopadmono (1 Februari 1962 s.d. 10 November 1965)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 c) Salyo Hadisoelarso (10 November 1965 s.d. 30 Nov 1965) d) Mardimin, BA (1 Desember 1965 s.d. 31 Mei 1969) e) Djuali Hadiwiryanto (2 Juni 1969 s.d. 12 Januari 1972) f) RF. Rahuto MK (1975 s.d. 1986) g) Drs. Saleh Widosanyoto (Januari 1987 s.d. 1993) h) Drs. Sunarto (SMP N 8 Surakarta pindah tempat s.d. 30 Mei 1993) i) H. Sarwani (1 Juni 1993 s.d. 31 Januari 1996) j) Drs. Sarman (1 Februari 1996 s.d. 24 April 1996) k) Dra. Suyati (24 April 1996 s.d. 17 April 2001) l)
Abu Umar, SH (18 April 2001 s.d. 2005)
m) Sarinah, S.Pd (2005 s.d 2010 ) n) Drs. Y Himawan Samodra (2010 sampai sekarang) 2) Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 8 Surakarta Dalam meningkatkan mutu pendidikan, SMP Negeri 8 Surakarta bertumpu pada visi, misi serta tujuan pendidikan yaitu : a) Visi : Berprestasi, berbudaya berdasarkan iman dan taqwa Diharapkan dengan visi tersebut, semua warga sekolah mempunyai gambaran atau idealisme secara utuh tentang keberadaan SMP Negeri 8 Surakarta di masa mendatang. Secara sederhana visi sekolah adalah profil sekolah yang diingginkan di masa depan oleh sekolah yang bersangkutan agar sekolah tersebut semakin berkualitas. b) Misi Misi merupakan penjabaran dari visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan untuk mewujudkan visi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 e. Profil SMP N 14 Surakarta SMP Negeri 14 Surakarta berdiri sejak tanggal 1 April 1979 adalah hasil integrasi atau alih fungsi dari SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama) Negeri Surakarta. Berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 030/U/1979 tertanggal 17 febbruari 1979. SKKP Negeri Surakarta merupakan hasil perubahan dari SKP Negeri 14 Surakarta terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1962 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Republik Indonesia No : 90/1963 (A.26564/UU) ter-tanggal 7 September 1963. SKP Negeri 14 Surakarta berdiri sejak tahun 1946. SKKP SMP Negeri Surakata awal tahun pelajaran 1977 mulai menerima siswa baru putra dan putri, mulai saat itu siswa baru bukan siswa SKKP Negeri 14 Surakarta melainkan siswa baru SMP transisi yang akhirnya menjadi SMP Negeri 14 Surakarta dan lulus pada bulan juni 1980, karena pada tahun 1979 ada perpanjangan waktu 1 semester. 1) Lokasi SMP 14 Negeri Surakarta SKKP Negeri Surakarta yang juga SMP 14 Negeri Surakarta yang semula menempati gedung atau sekolah di jalan Adisucipto Manahan Suakarta yang sekarang dipakai SMEA Negeri 3 Surakarta atau SMKN 6 Surakarta atas dasar perintah dari Kabid Dikmenjur Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Tangeh pada tahun 1978 SKKPN atau SMP 14 Negeri Surakarta pindah ke gedung HO HP di jalan Uripsumoharjo 53 bekas SMEA Negeri 3 Surakarta dan gedung bekas SD Negeri Tegalharjo Dimargorejo Gilingan Surakarta atau bekas SD Negeri Cemara 2. Menempati dua lokasi/dua gedung karena tempatnya tidak cukup. Pada tahun 1980 SMP Negeri 14 Surakarta pindah lokasi di jalan Sultan Sahir Widuran baik yang di jalan Uripsumoharjo 53 dan di Margorejo Gilingan, menempati bekas gedung SMP Negeri 6 Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 karena ruang kelas tidak mencukupi/ kurang untuk siswa kelas 1 dan tidak masuk pagi sedangkan siswa kelas 2 masuk sore selama 1 tahun. Pada tahun 1981 siswa kelas 2 menempati lokasi di Kerkop Jagalan (jalan Belik dan sekarang menjadi jalan Prof. WZ. Yohanes 54 Surakarta) yang sedianya untuk SMEA Negeri 3 Surakarta karena SMEA Negeri 3 Surakarta telah menempati gedung bekas SKKP Negeri Surakarta sedangkan untuk kelas 1 dan 3 masaih bertempat di widuran. Pada tanggal 23 Juli 1984 baru semua pindah kelokasi yang sekarang ini di tempati yakni di jalan Prof. WZ. Yohanes 54 Kaluran Purwodiningratan kec. Jebres, Surakarta kode pos 57128. 2) Kepala Sekolah Beberapa personil atau nama yang telah menjabat sebagai kepala sekolah SMP Negeri 14 Surakarta. Tabel 4.2 Daftar kepala sekolah SMP N 14 Surakarta No
Nama
NIP
TMT-SD
1.
Srinartini Suprapto
130 015 447
01/04/79-14/06/86
2.
Slamet Soebroto
130 038 980
15/06/86-23/08/81
3.
Drs. Soenarto
130 086 868
24/08/91-30/03/95
4.
Suyadi, S.Pd
130 340 037
31/03/95-24/03/00
5.
Drs. Sudarno Ms
130 258 504
25/03/00-03/01/03
6.
Drs. Y. Himawan. S
130 610 503
04/01/03-/02/10
7.
Hj. Ratna PW, S.Pd M.Pd
19610428 1098112 2 001
f. Profil SMP N 15 Surakarta SMP Negeri 15 Surakarta terletak di Purwonegaran No.60 Jalan. Tirtosari, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Luas tanah sekitar 7843 m2. SMP N 15 Surakarta, dimulai dengan berdirinya sampai sekarang telah mengalami banyak perubahan yang commit to user meliputi asal, lokasi, gedung kurikulum maupun kepala sekolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 1) Sejarah Berdirinya SMP Negeri 15 Surakarta. Tahun 1943 sebelum pemerintahan Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, sekolah ini merupakan “sekolah pertukangan” yang berlokasi di Baron, Laweyan, Surakarta, dimana tanahnya adalah milik swasta. Pada zaman Jepang, sekolah ini bernama “Kogya Kokho”. Kemudian pada tahun 1945 sekolah ini dibuka kembali. Sekolah ini dibuka oleh pemerintahan Jepang dan diberi nama “ST Hapsoro” yang kemudian digabung menjadi ST 4 tahun. Oleh karena banyaknya murid dan tuntutan perkembangan zaman, sehingga lokasi dan tempat tidak memadai, maka sekolah ini dipindah ke Panggung, Jebres, Surakarta. Pada tahun 1952 ST 4 tahun dipindahkan ke Sriwedari, Laweyan, Surakarta. Adapun bangunan yang digunakan adalah milik Kanjeng Tumenggung Purwonegoro dan bangunan ini masih bercirikan khas keraton. Bentuk bangunan ini masih tetap (sekarang untuk perkantoran, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang administrasi dan lainnya). Kemudian ada pergantian dari ST 4 tahun menjadi ST 3 Tahun pada tahun 1957. Tahun 1957 ST 3 Tahun dibagi menjadi 2 sekolah yaitu ST Negeri 1 Surakarta dengan jurusan bangunan gedung, air, ukur tanah dan ST Negeri 3 Surakarta dengan jurusan teknik mesin, listrik dan mobil.
Dengan
perkembangan
dinamika
pendidikan
akhirnya
pemerintah pusat memutuskan untuk mengintegrasikan Sekolah Teknik menjadi Sekolah Menegah Pertama dan pada tahun 1976 terjadilah proses transfer dari ST Negeri I menjadi SMP Negeri 15 Surakarta, dengan kepala sekolah yaitu BP. R Harjono Soenarjono yang pada saat itu kelas 1 sudah transfer menjadi SMP Negeri 15 Surakarta, sedangkan kelas 2 dan 3 tetap ST Negeri 1 Surakarta. Kemudian tanggal 1 April 1979 resmi menjadi SMP Negeri 15 Surakarta dengan SK No. 030/ IV/1979 tertanggal 17 Desember 1979 dan selanjutnya menjadi SLTP user Mendagri RI No.034/0/1997. Negeri 15 Surakarta commit dengantoSK.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Sedangkan untuk ST Negeri 3 Surakarta ditransfer menjadi SMPN Celep Kedawung, Sragen. 2) Fasilitas Sekolah a) Sarana Fisik Tabel 4.3 Sarana fisik SMP N 15 Surakarta NO SARANA 1 Ruang kelas 2 Ruang tata usaha 3 Ruang Kepala Sekolah 4 Laboratorium IPA 5 Laboratorium komputer 6 Ruang guru 7 Perpustakaan 8 Aula 9 Ruang BP/BK 10 Ruang UKS 11 Ruang OSIS 12 Ruang Pramuka 13 Ruang Koperasi Siswa 14 Ruang Koperasi Guru 15 Kantin 16 Kamar Kecil Siswa 17 Kamar Kecil Guru 18 Masjid 19 Karawitan 20 Tempat parker 21 Lapangan Basket / Tenis 22 Lapangan Bola voli
JUMLAH 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 7 3 1 1 3 1 1
b) Sarana non fisik Ada dua golongan yaitu Bentuk bukan materi berupa administrasi dan media cetak (surat kabar dan majalah). Dan bentuk materi yang bukan ruang yaitu berupa alat olahraga, alat tulis menulis, alat kebersihan, alat kesenian, alat ketrampilan, komputer, printer, scanner, alat ketrampilan memasak, peralatan praktikum kimia, peralatan praktikum fisika, peralatan praktikum biologi, serta commit to user bahan-bahan praktikum.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Selain itu masih ada sarana non fisik yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang ada di tiap kelas, antara lain: (1) Kipas angin (2) Papan White Board (3) Meja dan kursi siswa serta untuk guru (4) Sarana belajar lainnya seperti penggaris, penghapus, penggaris, spidol white board ( boardmaker) dan lainnya (5) Untuk ruang tertentu dilengkapi dengan LCD Proyektor, Komputer, Televisi Berwarna dengan VCD Player serta sound system. g. Profil SMP N 24 Surakarta Nama Sekolah
: SMP Negeri 24 Surakarta
Alamat
: Jalan / Desa
: Dr.Muwardi No.36
Kecamatan / Kota
: Laweyan / Surakarta
Kepala Sekolah
: Drs. Suharno
No Telp / HP
: 081329720771
Kategori Sekolah
: SSN
Tahun didirikan /Th. Beroperasi: 1922 / 1928 Kepemilikan Tanah/ Bangunan : Milik Pemerintah Luas Tanah / Status
: 6.250 m² / HGB
Luas Bangunan
: 2.169 m² /
Rekening Sekolah (Rutin)
: 2.11.03.24.1.02.02.2, a.n SMP Negeri 24 Surakarta Bank BPD Cabang/Unit Pemkot.
Sejarah
: Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0259 / O / 1994 tentang Alih Fungsi Sekolah Teknik Negeri dan Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama Negeri menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri. Untuk itu diberlukan bagi semua Sekolah Teknik Negeri yang berada di Kotamadya Surakarta dan sekitarnya, termasuk Sekolah Teknik Negeri 4 Surakarta yang berlokasi dicommit Jalan to Dr.user Muwardi No.2 Surakarta/Laweyan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Surakarta beralih fungsi menjadi STN 1 Surakarta kemudian berubah lagi alih fungsi sekolah tersebut pada tanggal 22 Februari 1994 menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 24 Surakarta. SMP N 24 Surakarta memiliki ruang kelas yang cukup nyaman walupun belum semua terpenuhi saran prasarana yang mendukung penerapan pembelajaran berbasis TIK. Selain ruang kelas, di SMP N 24 Surakarta juga memiliki beberapa ruang pendukung diantaranya : Tabel 4.4 Ruang pendukung SMP N 24 Surakarta Jenis Ruang 1. Perpustakaan
Jumlah 1
Ukuran ( m ²) 7 x 15
2. Lab. IPA 3. Lab. Bahasa
1
Jenis Ruang
8x9
Jumlah
Ukuran (m²)
4. Lab. Kmputer
1
8x9
5. Ketrampilan
-
-
6. Kesenian
-
-
h. Profil SMP N 26 Surakarta Nama Sekolah
: SMP Negeri 26 Surakarta
Alamat
: Jl. Joyonegaran No. 2 Kec. Jebres Surakarta No.Telp (0271) 642172
Kepala Sekolah
: Drs. Sutrisno, M.Pd
NSS/NSM/NDS
: 201.03.61.04.112
Jenjang Akreditasi
: A (amat baik)
Tahun didirikan
: 1952 (STP 2 Ska) Th. 1956 (ST Negeri 6 Ska)
Tahun Beroperasi
: 1994
Kepemilikan Tanah
: Pemerintah/Yayasan Pribadi/ Menyewa/Menumpang
Status Tanah
: SHM/HGB/Hak Pakai/Akte Jual Beli/Hibah*)
Luas Tanah
: 6846 m2
Luas seluruh bangunan : 6846 m2 No. Rekening Sekolah : 0097-01-00621-50-3 cabang Unit BRI Sudirman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Tabel 4. 5 Data Ruang Kelas SMP N 26 Surakarta Jumlah Ruang Kelas Asli (d) Ukuran 7x9 m2 (a) Ruang Kelas
19
Ukuran Ukuran > 63 < 63 Jumlah m2 m2 d=(a+b+c) (b) (c) -
-
Jumlah ruang lainnya yang digunakan utk ruang kelas (e)
Jumlah ruang yang digunakan utk ruang kelas f=(d+e)
-
19 ruang
19
Tabel 4.6 Data Ruang Lainnya Jenis Ruang
Jumlah
Ukuran (m2)
Jenis Ruang
Jumlah
1. Perpustakaan
1 ruang
7 x 15
6.Lab Multimedia
2. Lab. IPA
1 ruang
7 x 15
7. Lab. Bahasa
3. Koperasi siswa
1 ruang
3,5 x 11,25
8. Ruang Musik
4. Aula
1 ruang
15 x 21
9. Asrama Guru
Belum Ada Belum Ada Belum Ada Belum Ada
5. Lab. TIK
1 ruang
8x8
Ukuran (m2)
2. Rayon Sertifikasi UNS (113) Rayon Sertifikasi 113 adalah panitia sertifikasi guru untuk wilayah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Grobogan,
Kabupaten
Purbalingga,
Kabupaten
Sragen,
Kabupaten
Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kota Surakarta. Lokasi panitia sertifikasi ini tepatnya berada di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diketuai oleh Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Panitia Rayon 113 cukup memiliki akreditasi
yang baik di mata
masyarakat, karena dalam pelaksanaannya baik panitia pelaksana, peserta sertifikasi, instruktur sertifikasi maupun instansi yang terkait dengan kegiatan sertifikasi memiliki komitmen dan menunjukkan akuntabilitas kinerjanya yang didasari nilai moral yang tinggi. Adapun daftar panitia sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Tabel 4.7 Daftar Panitia Rayon 113 UNS Tahun 2012 Nama Panitia PLPG Rayon 113 Tahun 2012 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS
14. Dra. Ning Yuliastuti
2. Prof. (rer) Dr. Ir. Kapti Rahayu K
15. Drs. Hartono, M.Hum.
3. Drs. Sumargono, M.Si
16. Drs. Udiyono, M.Pd
4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.
17. Drs. Sulistyo Saputro, Ph.D.
5. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
18. Sukaryono, S.Pd
6. Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum.
19. Hadi Saffrudin, ST
7. Drs. Dwi Tiyanto, SU.
20. Rosihan Ariyuana, S.Si., M.Kom.
8. Dr. Widodo Muktiyo
21. Dwi Hartanto, S.Pd
9. Drs. Sugiyanto, M.Si. M.Si,
22. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd
10. Dra. Kartini Haryati
23. Sutinem, S.Pd
11. Prof. Dr. Furqon Hidayatulloh, M.Pd
24. Esy Asmaryani, SE
12. Drs. Sutoyo, M.Pd
25. Nurul Shofiatin Zuhro, S.Pd
13. Drs. Amir Fuady, M.Hum. Daftar detail Panitia PLPG Rayon 113 Tahun 2012 bisa dilihat pada Lampiran 3.
Dalam rangka menjunjung prinsip akuntabilitas sertifikasi guru yang jujur, transparan, objektif, Rayon 113 Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) menyediakan Website yang dijadikan sebagai sumber informasi dan komunikasi oleh semua pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan sertifikasi guru yaitu website dengan alamat http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id. Adanya website ini diharapkan dapat memperlancar proses komunikasi dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan sertifikasi guru sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas kinerja guru dan peningkatan mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 3. Kondisi Umum Guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta SMP – SMP Negeri di Kota Surakarta sebagian besar minimal sudah memiliki satu guru PKn yang sudah tersertifikasi, bahkan ada SMP Negeri yang memiliki dua atau lebih guru PKn yang telah tersertifikasi. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini jumlah guru PKn yang sudah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta kurang lebih sebanyak 15 orang. Lima belas orang tersebut adalah peserta yang mengikuti program sertifikasi guru di Rayon 113 UNS dan telah lolos standar kompetensi guru profesional yang telah menjadi ketetapan dalam program sertifikasi dan standarisasi kompetensi guru. Pengalaman mengajar dari guru – guru PKn SMP Negeri yang telah tersertifikasi tersebut sudah lebih dari standar minimal sertifikasi guru yaitu 5 tahun, hampir dari seluruh informan yang diwawancarai peneliti telah berprofesi sebagai guru kurang lebih 20 tahun dan sudah S1. Sehingga Guru – guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta yang telah tersertifikasi tersebut sebagian besar telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup banyak dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Dari lima belas guru tersebut, 8 diantaranya sudah berumur 50 tahun keatas dan sebagian besar dari mereka lulusan D3 yang kemudian tranfer ke S1.
B. Deskripsi Temuan Penelitian Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka peneliti melakukan analisis terhadap data sehingga data yang diperoleh sistematis dan bisa menjawab pertanyaan – pertanyaan yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini peneliti menunjuk 12 informan sebagai sumber informasi guna mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan, yaitu: 1. Guru PKn SMP yang telah tersertifikasi a. Informan 1 yaitu Ruliana, S.Pd, SMP N 1 Surakarta b. Informan 2 yaitu Susniwati Rahayu, S.Pd, SMP N 4 Surakarta c. Informan 3 yaitu Prasmani, S.Pd, SMP N 7 Surakarta commit userN 7 Surakarta d. Informan 4 yaitu Dimyati, S.Pd,toSMP
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 e. Informan 5 yaitu Wardoyo, S.Pd, SMP N 14 Surakarta f. Informan 6 yaitu Ngastiasto, S.Pd, SMP N 14 Surakarta g. Informan 7 yaitu Dra. Titin Hanuraningsih, SMP N 15 Surakarta h. Informan 8 yaitu Suwarno, S.Pd, SMP N 24 Surakarta i. Informan 9 yaitu Dra.Tri Agustini, SMP N 24 Surakarta j. Informan 10 yaitu Yuniandar Gempar P, S.Pd, SMP N 26 Surakarta 2. Informan 11 yaitu Marimin, S.Pd, SMP N 12 Surakarta selaku Ketua MGMP 3. Informan 12 yaitu Fandi siswaSMP N 8 Surakarta Kedua belas informan tersebut telah digali dan diteliti informasi maupun data yang terkait penelitian guna menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. Gambaran data penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Penguasaan TIK pada Guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta
a. Kondisi Guru PKn Yang Telah Tersertifikasi Program sertifikasi ialah program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi dari para pendidik. Sehingga diharapkan dengan adanya program sertifikasi ini, mutu pendidikan di negara kita menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lain. Program sertifikasi ini pada awalnya ada 2 jalur yang harus dilalui yaitu jalur penilaian Portofolio dan jalur PLPG. Masing - masing mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas profesionalisme guru. Namun pada periode akhir - akhir ini program sertifikasi guru dilakukan langsung dengan PLPG tanpa tahap portofolio terlebih dahulu, kebijakan ini dilakukan karena banyak pendapat dari berbagai pihak yang mengatakan bahwa program sertifikasi melalui PLPG lebih terasa manfaatnya dibanding dengan pengujian melalui tahap Portofolio, maka diambillah kebijakan yang berlaku saat ini yaitu program sertifikasi guru melalui PLPG disamping masih ada penilaian dan pengujian secara online terlebih dahulu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Para guru yang mengikuti program PLPG, mereka dibekali beberapa materi keahlian untuk meningkatkan profesionalisme sebagai seorang guru, yang diberikan pada kurun waktu 10 hari nonstop. Selama kurun waktu tersebut mereka harus mampu meningkatkan kompetensi yang mereka miliki. Selain mereka telah dibekali dengan materi kompetensi profesionalisme, mereka yang lulus juga diberikan tunjangan kesejahteraan bagi yang lolos pengujian. Harapannya bekal ilmu dan tunjangan kesejahteraan yang diberikan kepada guru yang lolos sertifikasi bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi mereka, namun pada kenyataannnya banyak diantara peserta PLPG yang telah lolos dan mendapatkan tunjangan, setelah kembali ke komunitasnya mereka lupa akan tanggungjawab sebagai seorang guru tersertifikasi. Sebagian besar mereka menggunakan tunjangan kesejahteraan mereka untuk hal - hal yang tidak mendukung peningkatan kompetensi yang mereka miliki. Banyak yang semangatnya mulai menurun atau bahkan hilang pasca sertifikasi. Oleh sebab itu masyarakat banyak yang mengatakan bahwa antara guru yang telah tersertifikasi dengan yang belum itu perbedaannya tipis sekali, bahkan tidak terlihat. Banyak diantara mereka yang lupa akan tanggung jawab yang seharusnya
mereka
lakukan
setelah
dinyatakan
lolos
sertifikasi,
bekal
ilmu/kompetensi yang diberikan ketika program sertifikasi jarang mereka terapkan dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Hal ini sesuai dengan penuturan dari Bpk. Prasmani, S.Pd selaku guru PKn di SMP 7 Surakarta sekaligus sebagai wakil ketua MGMP PKn SMP Kota Surakarta: Kalau perbedaan antara yang tersertifikasi dengan yang belum itu bedanya tipis mb. Semua itu kembali ke individu masing – masing. Ada guru yang sudah tersertifikasi dan dapet tunjangan tapi tidak ada perubahan, malah semakin menurun, datangnya telat banyak ijin, padahal mobilnya baru hahaha. Tapi ada juga guru yang menunjukkan perubahan dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai guru yang telah tersertifikasi. Semua itu kembali ke kesadaran individu masing – masing kok mbak.... (Catatan Lapangan 3) Penuturan
tersebut
senada
dengan
pendapat
Kuswartinah, S.Pd guru PKn di SMP N 1 Surakarta : commit to user
dari
Ibu
Ruliana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Tentu ada perbedaan tapi tidak begitu terlihat, terkadang banyak guru yang tidak ada perubahan setelah mereka dapat sertifikasi, sama saja dengan sebelum mereka sertifikasi. Tapi tentu tidak semua seperti itu, ada juga yang berubah menjadi semakin baik. (Catatan Lapangan 1) Ada juga yang mengatakan, bahwa program sertifikasi itu juga memberikan perubahan pada tingkat pemahaman seorang guru terhadap kemampuan berinovasi dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Seperti penuturan Bapak Wardoyo pada tanggal 18 maret 2012 di ruang guru SMP N 14 Surakarta : “Ada perbedaanya, lulusan PLPG lebih paham mengenai pembelajaran inovatif itu seperti apa, dibanding yang tidak ikut.” (catatan lapangan 5) Beberapa pendapat dari informan diatas
menunjukkan bahwa tidak
semua lulusan program sertifikasi itu mempunyai kompetensi yang semakin baik dan meningkat, semuanya tergantung pada individu masing masing dan juga tindak lanjut dari pemerintah untuk menjaga mutu hasil lulusan. Banyak guru yang lolos sertifikasi pada saat penilaian di PLPG menunjukkan kompetensi yang baik dalam melaksanakan profesinya namun ketika kembali ke komunitas awal, mereka tidak menggunakan kompetensi yang dimiliki tersebut. Kecenderungan untuk menganggap mudah (sepele) tanggungjawab sebagai seorang pendidik membuat mereka malas untuk menggunakan atau menerapkan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaranya.
b. Penerapan TIK dalam Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi itu mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan. Apalagi saat ini, dimana teknologi itu menjadi konsumsi utama bagi semua orang, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mewarnai setiap sisi kehidupan dari mulai bidang ekonomi, budaya, sosial maupun pendidikan. Perkembangan ini lah yang mau tidak mau harus diikuti supaya tidak tertinggal dengan negara lain, khususnya dalam bidang pendidikan dimana pendidikan merupakan pondasicommit pembangunan to user bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan sudah semakin baik dari tahun ke tahun. Pembelajaran di setiap tingkatan sudah mulai memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi. Apalagi sejak dikeluarkannya renstra pendidikan yang mengamanatkan bahwa pendidikan harus mengikuti perkembangan teknologi serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaranya. Namun dalam praktiknya, penerapan TIK saat ini masih dalam tahap awal, seperti yang ditemukan dalam penelitian yang penulis lakukan ini, dimana ditingkat sekolah menengah pertama (SMP) khususnya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan,
penerapan
Teknologi
Informasi
dan
Komunikasi masih sebatas sebagai media pembelajaran saja belum sampai ke tahap TIK sebagai sumber belajar maupun sistem pembelajaran/ pendidikan. Bahkan ada pula yang dalam mindset guru tersebut, TIK dalam pembelajaran itu hanya sebatas menggunakan powerpoint yang ditayangkan dengan LCD Proyektor atau OHP saja, masih banyak yang belum memaksimalkan/ mengoptimalkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada saat ini. Padahal penerapan TIK dalam pendidikan itu sebenarnya ada berbagai macam bentuk. Dari mulai TIK sebagai media, TIK sebagai sumber belajar serta TIK sebagai sistem atau metode pembelajaran yang perkembangannya juga ada tahap – tahapannya tersendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua MGMP PKn SMP di Kota Surakarta bapak Marimin, S.Pd bahwa penerapan TIK itu masih belum familier dalam pembelajaran PKn, hal itu dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti waktu, kepadatan materi, sarana prasarana maupun SDMnya. Bapak Marimin,S.Pd juga mengungkapkan apabila pembelajaran PKn dilakukan dengan menerapkan TIK secara menyeluruh, pembelajaran PKn akan menjadi kurang efektif artinya target penguasaan materi menjadi kurang optimal karena sedikitnya waktu yang disediakan. Namun dalam hal penugasan, anak sudah diajarkan untuk mengenal TIK dan internet. (Catatan lapangan 12) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Hal tersebut sejalan dengan penuturan Bpk. Ngastiasto, S.Pd : Saya bisaanya baru sebatas TIK sbegai media pembelajaran saja seperti menggunakan LCD proyektor dan Powerpoint, kalau internet itu baru sebatas penugasan. Kalo yang lainkan perlu sarana prasarana jadi belum saya terapkan. (Catatan Lapangan 6) Ada pula yang mengatakan bahwa ceramah lebih sering digunakan dalam pembelajaran PKn, seperti penuturan bu Susniawati guru PKn di SMP N 4 Surakarta: “Kalau saya, bisaanya ceramah mba tapi kadang juga menggunakan power point.” (Catatan Lapangan 2) Diperkuat dengan pendapat dari pak Wardoyo yang mengatakan lebih suka menggunakan Ceramah bervariasi dalam pembelajaranya dibanding menerapakan TIK : Tidak sering tapi pernah, kebetulan disini belum semua kelas ada LCD jadi harus gantian menggunakan LCD Proyektor yang portabel itu mba. Lagipula saya lebih suka menggunakan ceramah bervariasi dalam pembelajaran saya mbak. (Catatan Lapangan 5) Beberapa pendapat diatas mengindikasikan bahwa, penerapan TIK dalam pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan masih dalam tahap awal dan jika diprosentase masih sangat rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih kurangnya intensitas penerapan TIK dalam pembelajaran serta bentuk penerapannya yang masih sebatas sebagai media saja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa penerapan TIK dalam pembelajaran yang berjalan saat ini belum sesuai dengan konsep yang dirancang oleh pemerintah serta belum sesuai harapan atau layout awal dari renstra pendidikan. Selain dari beberapa jawaban informan diatas, temuan mengenai penguasaan TIK dalam pembelajaran diperkuat dengan hasil observasi pengamatan oleh peneliti yang ternyata ditemukan bahwa penguasaan para guru tersebut baru sebatas menjadikan TIK sebagai media pembelajaran saja dan masih pada tahap awal. Hal ini ditujukan dalam pembelajaran guru baru menggunakan LCD projektor saja untuk membantu pembelajaranya belum melibatkan komponen TIK lain. Selain itu power point yang ditampilkan juga to user masih sebatas teks tanpa suara commit atau video.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 c. Penguasaan TIK pada Guru PKn Yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta Penguasaan TIK pada guru tentu saja menjadi suatu aspek yang dituntut ada dan sangat berperan dalam setiap pembelajaran, karena saat ini teknologi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dalam berbagai lini kehidupan di era globalisasi ini. Semua serba digitalisasi dan realtime sehingga tidak ada batas ruang dan waktu. Hampir semua sendi kehidupan sudah tersentuh dengan teknologi, tak terkecuali dunia pendidikan. Masuknya teknologi dalam dunia pendidikan membawa konsekuensi bagi semua aparatur dalam sistem pendidikan itu sendiri. Sarana prasarana harus mendukung, SDM didalamnya pun juga harus mendukung. SDM utama dalam sistem pendidikan ialah guru, maka guru harus mampu untuk menikuti setiap perubahan yang terjadi. Seorang guru yang profesional harus siap siaga dalam mengikuti perkembangan maupun perunbahan jaman, salah satuya perkembangan teknologi. Guru harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang pembelajaranya apalagi guru yang telah tersertifikasi seharusnya lebih menguasai TIK dari pada yang belum lolos sertifikasi karena telah dibekali kompetensi tambahan serta mendapat tunjangan kesejahteraan. Namun dalam kenyataannya, penguasaan guru PKn terhadap TIK masih kurang atau rendah karena sebagian besar pembelajaran PKn belum menerapkan TIK secara komprehensif. Banyak guru yang masih nyaman dengan metode konfensional yang selama ini mereka gunakan padahal peserta didik saat ini sudah mulai kritis dengan hal- hal yang berkaitan dengan teknologi apalagi mata pelajaran lain sudah menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran yang meraka lakukan. Hal tersebut lambat laun akan semakin mengurangi motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada akhirnya tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan tidak akan terwujud. Maka penguasaan TIK pada guru itu menjadi sesuatu yang urgent di masa sekarang ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Pemahaman guru baik yang telah sertifikasi dengan yang belum mengenai TIK dalam pembelajaran masih sangat kurang bahkan terkadang ada yang
salah
kaprah.
penerapan/pemanfaatan
Banyak TIK
dalam
yang
masih
pemeblajaran
menganggap itu
hanya
kalau sebatas
menggunakan LCD Proyektor dan powerpoint saja. Pengetahuan tentang TIK dalam pembelajaran yang masih rendah ini mengakibatkan penguasaan TIK pada guru PKn juga rendah dan belum optimal. Penguasaan TIK yang masih belum optimal ini bisa dilihat dan dibuktikan dari pembelajaran yang dilakukan selama ini yaitu, masih banyak guru yang menggunakan LCD Proyektor sebagai alat untuk menayangkan slide Powerpoint namun isinya hanya berupa teks, jarang yang sudah menambahkan kreatifitasnya dalam menampilkan atau mengilustrasikan materi dengan gambar, suara dan video.
Banyak tool ataupun perangkat teknologi yang
belum dimaksimalkan atau belum dioptimalkan sebagai penerapan TIK yang inovatif dan kreatif. Seperti yang disampaikan oleh bapak Prasmani, guru PKn SMP N 7 Surakarta dalam wawancara tanggal 10 mei 2012 pukul 10.00- 10.50 wib di lobby depan kantor TU SMP N 7 Surakarta: Saya biasanya pakainya slide - slide materi dari buku itu mba sama bagan mba, tapi kalau yang bagan – bagan saya bisaanaya bikin manual mba, bagan bagan itu entah itu digambar atau ditempel. Kalau internet itu sifatnya baru penugasan. Kalo yang lainkan perlu sarana prasarana jadi belum saya terapkan. (Catatan lapangan 3) Setali tiga uang dengan pernyataan bpk Prasmani, ibu Susniawati mengatakan : “Kalau dalam pemebelajaran, powerpoint yang saya gunakan masih sebatas Teks, video atau audio masih belum. Kalau penugasan, anak malah lebih canggih mba, mereka malah bisa menunjukkan video kerusuhan, pidato ir soekarno dan lain sebagainya mba. Jadi anak malah lebih aktif.” (catatan lapangan 2) Penguasaan TIK yang rendah atau belum optimal khususnya pada guru PKn yang tersertifikasi ini bukan semata - mata disebabkan karena kurangnya pemahaman akan TIK namun juga disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan, diantaranya commit toyaitu user faktor Usia atau umur dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 pendidik/guru, materi PKn, waktu dan sarana pendukung. 1) Faktor Usia Guru Guru yang disertifikasi pada dasarnya diprioritaskan bagi guru yang sudah berkerja lebih dari 5 tahun, yang kemudian pemerintah mengutamakan bagi guru yang telah lama pengabdiannya yang mana secara otomatis usainya sudah lanjut. Apalagi sebagian besar guru PKn di Surakarta ini sudah berumur lebih dari 50 tahun dan pengetahuan dasar mengenai TIK tidak sebaik generasi yang lebih muda karena telah dibekali sebelumnya dalam pendidikannya. Hal inilah yang sering mereka keluhkan, dimana dahulu mereka belum mendapat pengetahuan mengenai Teknologi
Informasi dan
Komunikasi namun sekarang guru dituntut untuk menguasai. Mereka harus mulai belajar dari awal agar mampu menerapkan pembelajaran yang inovatif dan menarik sesuai harapan pemerintah sejalan dengan program sertifikasi guru. Banyak guru yang peneliti wawancarai, mereka belum menguasai penggunaan internet secara baik. Para guru tersebut baru menguasai program program standar saja seperti microsoft word dan power point saja, bahkan kebanyakan masih perlu bimbingan dari orang lain untuk membuat suatu bahan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena faktor usia dan memang mereka belum mempunyai pengetahuan dasar mengenai TIK karena pada pendidikan yang mereka tempuh sebelumnya belum diajarakan secara komprehensif. Faktor usia menjadi salah satu faktor penyebab kurangnya penguasaan TIK pada guru PKn SMP di Surakarta, penyimpulan tersebut didasarkan pada hasil wawancara dengan beberapa informan pada tanggal 11 maret 2012 pukul 09.30-10.30 wib : “.....Kalau perbedaan penguasaan TIK nya, itu tidak semata - mata disebabkan karena program sertifikasi tapi umur juga. Sebagain guru yang generasi tua pasti kalah dengan generasi muda (terkait TIK) karena guru muda sudah diajari mengenai penggunaan TIK sejak awal sedangkan generasi tua mungkin baru mengenal TIK saat sertifikasi commit to user karna dipaksa/ dituntut mempelajarinya.” (Catatan Lapangan 1)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 2) Faktor Materi PKn Faktor materi juga mempengaruhi tingkat penguasaan maupun penerapan TIK dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, hal ini selaras dengan pendapat dari bapak Dimyati guru PKn di SMP N 7 Surakarata yang mengatakan bahwa, materi PKn itu adalah suatu konsep jadi terkadang sulit untuk diterjemahkan ke dalam video atau gambar, sehingga guru PKn lebih banyak menggunakan teknik ceramah yang diperkuat dengan tampilan power point berisi teks materi tersebut, baru kemudian diberikan contoh – contoh secara lisan oleh guru. Dalam pembelajaran, materi merupakan sesuatu yang penting. Dalam pembelajaran PKn masih banyak guru yang beranggapan bahwa materi PKn itu sulit untuk diilustrasikan atau diterjemahkan menggunakan TIK karena sebagian besar berupa konsep, misalnya saja video, televisi, internet atau yang lainnya terkadang sulit untuk menemukan yang sesuai dengan materi. Banyak guru yang masih merasa bahwa pembelajaran PKn paling pas dengan metode ceramah saja. Hal ini ditunjukkan dari jawaban beberapa informan, diantaranya bapak Suwarno : Materi PKn itu lebih ke konsep mba, jadi saya kadang bingung mau menggunakan TIK itu gimana misalnya saya mau menjelaskan mengenai ideologi atau pembentukan perundang undangan, lalu gambar atau videonya seperti apa, na ini yang sulit mbak .(Catatan lapangan 9) Pendapat diatas senada dengan pendapat dari Bapak Dimyati pada wawancara hari
kamis pukul 10.00 di ruang perpustakaan SMP N 7
Surakarta yang mengatakan bahwa : ...tidak semua materi PKn itu bisa disampaikan dengan TIK loo mba, materi PKn itu tidak seperti biologi atau fisika yang membutuhkan TIK. Menurut saya PKn itu ya paling pas dengan ceramah walaupun TIK juga penting. Dari hasil wawancara mengenai pentingnya penerapan TIK dalam pembelajaran dapat disimpulkan bahwa ternyata dalam pembelajaran PKn commit to user saat ini banyak guru yang masih sering menggunakan metode konvensional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 yaitu ceramah dibanding dengan menggunakan TIK. Menurut para guru tersebut ada beberapa materi PKn yang sulit atau kurang pas untuk diilustrasikan dengan TIK, sehingga menurut hemat sebagian guru PKn tersebut, pembelajaran PKn lebih pas menggunakan metode ceramah bervariasi. Namun pada kenyataanya, tak jarang pembelajaran PKn itu menjadi mata pelajaran no. 2 atau dipandang sebelah mata dan tidak menarik bagi peserta didik yang disebabkan cara penyampaian yang monoton dan membosankan. Apalagi materi PKn sebagian besar berupa konsep dan hafalan dan yang diperparah dengan gaya penyampaian guru yang monoton sehingga siswa cepat bosan dan tidak termotivasi untuk belajar, seperti hasil wawancara peneliti pada hari kamis tanggal 24 mei 2012 dengan beberapa siswa SMP N 7, siswa tersebut mengatakan bahwa mereka kurang suka pelajaran PKn karena membosankan dan tidak ada hal hal baru seperti mata pelajaran lain. Mereka lebih senang mengikuti pembelajaran yang menggunakan TIK misalnya saja menyisipkan Video atau suara dalam penyampaian materi. Hal ini senada dengan pernyataan dari Vandi siswa SMP N 8 Surakarta pada hari yang sama : “....Kalau pas pembelajaran PKn saya senang pas pemutaran Film kemerdekaan itu bu, enak gak bosen. Enggak ngantuk bu. (Catatan lapangan 12) 3) Faktor Waktu Banyak guru yang peneliti wawancara mengatakan bahwa, Materi PKn itu banyak sedangkan waktu yang diberikan sangat mepet, hal ini juga menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya penerapan TIK dalam pembelajaran sehingga guru juga kurang bisa mengasah ketrampilannya dalam mengoperasikan teknologi. Maka tidak salah jika penguasaan Guru PKn terhadap TIK dikatakan masih kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari ibu Ruliana Kuswartinah guru PKn di SMP N 1 Surakarta yang dapat dilihat pada (catatan lapangan 1) 4) Sarana Prasarana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Tidak semua sekolah sudah terpenuhi sarana prasarana penunjang pembelajaran berbasis TIK. Peneliti melakukan pengamatan pada beberapa sekolah, ada beberapa sekolah yang sudah lengkap fasilitas penunjang seperti LCD proyektor disetiap Kelas, Televisi, jaringan Internet, laboratorium komputer/multimedia dan yang lainnya. Namun ada pula sekolah yang masih minim fasilitas, LCD proyektor baru mempunyai 1 buah sehingga harus bergantian ketika ingin menggunakan, akses internet masih sulit. Kasus kasus tersebut sedikit banyak juga mempengaruhi kurang optimalnya penguasaan TIK guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta saat ini.
2. Implikasi Penguasaan TIK pada Guru PKn Tersertifikasi Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru yang telah tersertifikasi haruslah memiliki dan menguasai keempat kompetensi profesi guru. Salah satu yang terpenting sebagai seorang guru ialah kompetensi pedagogik, dimana seorang guru haruslah mampu menguasai dan mampu mengelola kelas dengan baik, serta harus mampu menguasai TIK yang sekarang telah menjadi suatu tuntutan. Bahkan menurut jurnal simposium pendidikan (2: 2008) TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Maka diperlukan suatu usaha untuk terus meningkatkan kompetensi para pendidik di bidang TIK ini. Penguasaan TIK menjadi point penting yang harus dimiliki oleh guru yang telah lolos sertifikasi. Karena sebagai seorang guru yang telah disebut sebagai guru profesional haruslah mampu menjawab tuntutan dan tantangan jaman globalisasi ini, ia harus mulai menerapkan teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap pembelajaran yang mana hal ini juga termasuk dalam salah satu point dalam kompetensi pedagogik. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi pada guru mempunyai implikasi yang cukup banyak terhadap kompetensi pedagogik. commit to user Seorang guru yang menguasai atau paling tidak menerapkan TIK dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 pembelajaranya, maka ia sudah berhasil menguasai setengah kompetensi pedagogik dengan baik. Mengapa saya bisa mengatakan demikian, karena jika kita melihat fakta dilapangan, guru yang menguasi TIK dengan baik maka ia sudah mampu untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik, mampu mengembangkan kurikulum dan bahan ajar serta mampu memanfaatkan perkembangan teknologi. Dalam penelitian ini, ditemukan implikasi yang belum begitu terlihat pada kompetensi pedagogik yang dimiliki guru PKn saat ini, karena banyak dari informan yang peneliti wawancarai belum menerapkan dan belum menguasai TIK secara komprehensif masih setengah-setengah. Walaupun belum begitu terlihat implikasinya tapi tidak bisa dipungkiri bahwa penguasaan TIK menunjang kompetensi pedagogik seorang guru. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Wardoyo pada tanggal 18 maret 2012 : “Penguasaan terhadap TIK itu menungjang kompetensi pedagogik guru mba.” (Catatan Lapangan 6) Dan juga penuturan dari bapak Gempar Prakoso, ketua kurikulum SMP N 26 Surakarta sekaligus guru mata pelajaran PKn, yang disampaikan di ruang tamu SMP N 26 Surakarta : “Didalam kompetensi pedagogik kan ada point yang mengatakan guru harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kan mba. Nah, secara tidak langsung guru dituntut untuk menguasai TIK, supaya kompetensi pedagogiknya baik. Jadi menurut saya keduanya saling berkaitan.” (Catatan Lapangan 11 ) Petikan wawancara diatas menunjukkan bahwa memang TIK itu ikut mempengaruhi peningkatan kompetensi pedagogik guru. Peningkatan yang bisa dirasakan dengan jelas salah satunya motivasi belajar siswa dan pemahaman siswa, meraka menajdi semakin termotivasi untuk belajar dan mudha memahami materi konsep yang membutuhkan pemahaman extra, seperti yang dituturkan Bpk. Yuniandar Gempar Prakoso
yang
mengatakan bahwa tingkat motivasi dan pemahaman itu berbeda antara commit to user pembelajaran yang menggunkan TIK dengan yang tidak menggunakan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 “Pembelajaranya menjadi lebih menarik dan hidup. Lebih inovatif, efisien dan efektif. Tingakat pemahamannya pun berbeda. Selain tiu Siswa akan lebih termotivasi mengikuti pembelajaran yang menarik dan inovatif, apalagi dengan menerapkan TIK didalam pembelajaran.” (catatan lapangan 11) Sehingga dapat disimpulkan bahwa implikasi penguasaan TIK pada guru PKn yang tersertifikasi terhadap kompetensi pedagogik ialah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik menjadi semakin baik maka salah satu yang harus dikuasai oleh guru PKn ialah teknologi informasi dan komunikasi. Semakin baik penguasaan TIK guru maka semakin baik pula kompetensi pedagogik guru tersebut apalagi dimasa sekarang ini era globalisasi.
3. Peningkatan Kualitas Keberkelanjutan Guru Pkn Smp Negeri Yang Telah Tersertifikasi di Kota Surakarta Masalah yang muncul pasca sertifikasi ialah keberlanjutan dari program – programnya. Program peningkatan mutu ini adalah program yang tidak boleh berhenti begitu saja supaya tujuan awal yang ingin dicapai tidak menguap begitu saja, jangan sampai program pemerintah ini berakhir seperti program kebijakan yang lainnya yang tak jelas arah tujuannya. Pada pelaksanaannya, keberlanjutan program sertifikasi cukup baik namun masih kurang maksimal dan belum mengarah pada keberkelanjutannya. Bisa dikatakan cukup baik karena setiap tahun proses pelaksanaan sertifikasi sudah semakin baik dari segi kontens program maupun pelaksanaannya. Sedangkan dikatakan belum maksimal dan belum berkelanjutan karena pasca sertifikasi banyak guru yang lupa akan tanggungjawabnya sebagai guru tersertifikasi, kemudian masih sedikitnya program peningkatan kualitas guru yang rutin pelaksanaaannya, serta banyak guru yang tidak menunjukkan peningkatan apapun, hanya sebatas pendapatan atau kesejahteraan saja yang berubah, KBM dilaksanakan commit to userada inovasi. Kegiatan yang bisa sama seperti sebelum sertifikasi tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 dikatakan berjalan cukup baik hanya monitoring terhadap hasil peserta lolos sertifikasi saja walaupun kadang pelaksanaannya juga tersendat, seperti yang dipaparkan oleh ibu Susniawati, S.Pd guru PKn SMP N 4 Surakarta pada 10 april 2012 : Ada, seperti pelatihan pelatihan, PTK, monitoring juga mengontrol kita. Lagipula ada kenaikan golongan jadi ada motivasi lain untuk terus belajar. Namun pelatihannya tidak rutin jadi masih kurang maksimal (catatan lapangan 2) Senada dengan pendapat dari ibu Titin Hanuraningsih guru PKn SMP N 15 Surakarta, yang mangatakan bahwa : “Ada mbak program peningkatan kualitas guru, seperti pelatihan, workshop baik dalam hal TIK maupun penguasaan kompetensi yang lain. Ya walaupun belum berjalan rutin karena itu kan berkaitan dengan sumber dana.” (Catatan Lapangan 7) Oleh sebab itu dikatakan belum berkesinambungan, hal ini dikarenakan masih minim sekali kegiatan peningkatan ketrampilan guru baik dari sekolah maupun Pemkot. Pengadaan kegiatan serupa hanya beberapa kali saja, keberlanjutannya belum ada/optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ibu Ruliana yang mengatakan bahwa : ...Kalau monitoring sudah cukup teratur tapi kalau kegiatan MGMP masih perlu diatur lagi mba. Karena kadang pertemuannya itu tidak rutin, malah kadang satu semester itu hanya 1 kali pertemuan, menurut saya itu kurang sekali mba. (Catatan lapangan1 ) Padahal yang namanya program keberlanjutan itu perlu dan penting sekali untuk peningkatan mutu pendidik maupun mutu pendidikan indonesia secara keseluruhan. Apalagi, kegiatan ini sudah menguras sumber dana negara yang cukup besar, jadi jangan sampai disia siakan hanya dengan program yang tidak tentu arah dan tujuannnya. Semangat dari para guru untuk terus meningkatkan kompetensinya juga tidak boleh berhenti begitu saja, jangan sampai seperti yang dikatakan pak Prasmani, ...biasanya setelah selesai sertifikasi itu semangatnya tinggi “koyo yak yak o” tapi setelah berjalan dan kembali ke aktifitas masing masing biasanya semangatnya itu menurun malah kadang lupa. Semua kembali ke individu masing masing. Disamping perlu commit to user program lanjutan seperti pelatihan pelatihan. (Catatan Lapangan )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 Semua harus mempunyai kesadaran dan kemauan untuk mensukseskan tujuan nasional pendidikan kita. Semangat Pasca sertifikasi jangan sampai kendor harus terus dibangun. Program sertifikasi baru awal langkah menuju perbaikan jangan smapai terlena dengan kesejahteraan yang diberikan tanpa memperbaiki kualitas yang menjadi tuntutan.
C. Temuan Studi Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dihubungkan dengan kajian teori, maka peneliti menemukan beberapa hal yang penting yaitu sebagai berikut: 1. Penguasaan TIK Guru PKn Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah penting dimiliki oleh seorang guru apalagi guru yang telah tersertifikasi. Karena saat ini kita telah memasuki gelombang ketiga yaitu perubahan informasi, baik cara penyebarannya maupun perkembangan teknologinya. Salah satu simbol perubahan informasi ialah TIK, sehingga hal tersebut melahirkan banyak kebijakan untuk menerapkan TIK di semua lini, tak terkecuali dunia pendidikan yang harus segera menerapkan TIK dalam pembelajarannya agar tak tertinggal dengan mutu pendidikan negara lain. Dimana konsekuensi penerapan TIK dalam pendidikan dapat berjalan dengan baik maka guru haruslah menguasai TIK terlebih dahulu seperti yang dipaparkan oleh Dahlan Abdullah (2002), dimana untuk dapat memanfaatkan TIK guna memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan, salah satu point yang harus ada yaitu guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Berdasar teori pakar diatas, hal ini membawa kita pada suatu pemahaman bahwa untuk mengikuti perkembangan jaman dan memperbaiki commit to mutu pendidikan maka pembelajaran di user sekolah – sekolah harus menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 TIK mulai dari tingkatan pendidikan paling rendah sampai ketingkat paling tinggi, semua jenjang pendidikan harus mulai diperkenalkan dengan TIK. Semua mata pelajaran seharusnya memahami hal ini, tak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Namun bisa
dilihat dari deskripsi hasil temuan penelitian diatas, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ternyata saat ini masih sangat kurang dalam menerapkan TIK dalam pembelajaranya. Masih banyak paradigma yang salah mengenai metode yang paling sesuai sebagai media penyampaian materi PKn, paradigma konfensional ini merupakan suatu kekeliruan. Menurut hemat penulis, PKn adalah mata pelajaran yang erat kaitannya dengan perubahan sosial dan masalah publik yang setiap waktu terus mengalami perubahan, hal tersebut mematahkan pandangan yang salah tersebut, seharusnya PKn akan lebih mudah dan lebih menarik jika disampaikan dengan menerapkan TIK didalamnya, ini akan lebih efektif dan efisien tanpa harus menghilangkan fungsi dari guru untuk mengajar. Paradigma inilah yang harus segera diubah demi eksistensi mata pelajaran PKn kedepan. Menurut UNESCO disebutkan bahwa ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan yaitu: Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan, Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning to use ICT), Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau menggunakan TIK (using ICT to learn), Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum. Berdasarkan pemaparan pakar yang telah disampaikan UNESCO tersebut dapat dianalisis bahwa Guru PKn tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta ini dalam penguasaan dan penerapan TIK baru pada level emerging menuju level applying (level 1 menuju level 2). Dimana pembelajaran PKn telah menyadari pentingnya TIK dalam meningkatkan mutu dan motivasi belajar siswa, namun saat ini masih dalam taraf mulai menerapkan dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran PKn. Jika diibaratkan naik tangga, penerapan TIK saat ini di SMP N Kota Surakarta itu masih di tangga pertama commit to user dan baru mengangkat kaki menuju tangga ke dua. Jadi masih bnyak yang perlu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 dipersiapkan untuk bisa menerapkan TIK dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Para guru sebenarnya telah menyadari tuntutan jaman saat ini, yaitu penerapan TIK pada pembelajaran yang mereka lakukan. Usaha untuk menuju perubahan itu pun sudah mulai dipikirkan namun sampai saat ini langkah untuk segera menerapkan TIK dalam pembelajaran PKn masih banyak kendala baik dari segi SDM, sarana prasarana maupun kebijakan dari sekolah dan pemerintah terkait penerapan TIK dalam mata pelajaran PKn. Apabila dilihat dari hasil wawancara dan diperkuat dengan pengamatan yang peneliti lakukan, Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta, penguasaan TIK nya bisa dikatakan masih cukup rendah. Sebagian besar mengganggap bahwa materi PKn kurang sesuai dan sulit jika disampaikan dengan menggunakan TIK. Kalaupun menggunakan TIK dalam pembelajaran itu hanya sebatas TIK sebagai alat presentasi saja dan mereka cenderung hanya memindahkan materi dalam buku kedalam slide power point saja dan dipindah sama persis, yanag belum menggunakan TIK juga termasuk masih banyak. Padahal jika dianalisis berdasarkan blueprint renstra pendidikan nasional mengenai penguasaan TIK pada guru PKn SMP Negeri yang telah tersertifikasi seharusnya ada banyak sekali penguasaan TIK yang harus dan bisa dikuasai para guru tersebut, seperti : a) Penguasaan TIK sebagai media atau alat pembelajaran Penerapan TIK yang berfungsi sebagai media/alat pembelajaran di mata pelajaran PKn SMP Negeri Kota Surakarta merupakan penerapan yang paling sering dilakukan oleh para guru PKn. Masih banyak dari para guru PKn tersebut yang berpendapat bahwa penerapan TIK dalam pembelajaran yang hanya menggunakan LCD dan power point saja. Padahal yang dimaksud penerapan TIK yang diharapkan pemerintah ialah penerpan TIK secara keseluruhan dan tidak sebatas penggunaan media presntasi saja. TIK sebagai alat bantu pembelajaran sendiri juga tidak to user materi saja namun juga dapat hanya sebagai alat bantu commit menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interaksi antara guru dengan siswa yang bisaanya berbentuk presentasi, animasi, ujian on-line, alat demonstrasi virtual dan lain sebagainya Namun pada praktiknya, dari hasil penelitian guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta, sebagian besar
baru sebatas menerapkan TIK
sebagai sarana presentasi atau menyampaikan materi saja. Belum sampai ke penggunaan sebagai alat demonstrasi, guist, atau penambahan animasi, games atau yang lainnya dalam inovasi pembelajaran yang dilakukan. Presentasi yang sering para guru PKn ini lakukan ialah menggabungkan 2 alat TIK yaitu LCD Proyektor dengan powerpoint saja, dalam menyiapakan materi bahan tayang dalam powerpoint juga maish belum optimal. Dimana materi powerpoint itu berupa teks yang disalin dari buku –buku teks yang digunakan. Hal tersebut kurang efektif dan belum memberikan pengaruh yang signifikan karena sebagian besar slide yang digunakan tidak dilengkapi dengan gambar, suara maupun video yang berfungsi sebagai inovasi dalam pembelajaran. Jika materi yang ditayangkan hanya menyalin apa yang ada dalam buku teks saja maka tidak ada perbedaan antara penyampaian menggunakan TIK dengan yang tidak menggunakan. Seharusnya media presentasi tersebut diberi sentuhan kreatifitas dari guru, maka guru juga harus mengilustrasikan/menjabarkan materi dalam bentuk lain misal gambar, video ataupun suara agar lebih menarik dan anak juga akan cepat bosan yang pada akhirnya tujuan dari penerapan TIK dalam pembelajaran kurang maksimal hasilnya. Kesalahaan penerapan seperti inilah yang masih sering terjadi dalam penerapan TIK sebagai sebuah media atau alat pembelajaran. Masih bnyak komponen TIK yang belum di eksplore lebih jauh oleh para guru, misalnya
saja
dalam
powerpoint,
disana
ada
fasilitas
untuk
menggabungkan video, suara, link, animasi sehingga menjadi lebih commit to user interaktif namun masih banyak yang belum memaksimalkan. Padahal jika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 dimaksimalkan, dampak dari penerapan TIK sebagai media atau alat pembelajaran ini akan cukup besar dan memberi efek yang signifikan terhadap
eksistensi
dan
kemajuan
mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan. b) Penguasaan TIK sebagai Sumber Belajar Dalam blue print pendidikan nasional disebutkan bahwa TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan atau sumber belajar, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dan lain sebagainya. Hasil analisis terhadap data hasil wawancara dan hasil observasi menunjukkan bahwa penguasaan TIK sebagai sumber belajar pada Guru PKn SMP Negeri di Kota Surakarta masih belum maksimal. Dimana guru masih sangat kurang menjadikan TIK sebagai Sumber ilmu bagi dirinya sendiri maupun bagi peserta didik. Saat ini, yang mereka lakukan baru sebatas penugasan pada siswa untuk mengakses internet saja. Para guru kurang mengoptimalkan apa yang ada didalam internet maupun TIK secara luas, misalnya saja e-book, blog, forum - forum diskusi maupun komunitas - komunitas belajar di dalamnya, padahal ini merupakan kesempatan guru untuk mengenalkan internet dan TIK sebagai sesuatu yang lebih positif bukan hanya sebatas sarana untuk mencari kawan. Pemanfaatan jejaring sosial sebagai sumber belajarpun masih belum diterapkan, misalnya menggunakan facebook untuk menshare info terbaru yang berkaitan dengan materi atau menggunakan facebook untuk sarana diskusi, sharing ilmu dan lain sebagainya. Dari 11 guru yang peneliti wawancarai hanya 1 guru yang menggunakan facebook sebagai sarana sharing dan komunikasi. Padahal hal tersebut bisa dilakukan dengan mudah namun hasilnya pasti akan jauh lebih baik dan lebih bermanfaat. Pada dasarnya masih banyak komponen TIK yang masih belum tersentuh atau masih belum dimanfaatkan oleh para guru tidak hanya guru user PKn saja, banyak gurucommit matato pelajaran lain yang masih belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 memanfaatkannya pula. Misalnya saja jejaring sosial, fasilitas ini familiar sekali dengan peserta didik, walaupun selama ini pemanfaatannya tidak 100% positif namun bukan berarti tidak bisa digunakan untuk segala sesuatu yang lebih positif. Pada kenyataannya ternyata kebanyakan dari informan yang diwawancarai juga menganggap bahwa jejaring sosial hanya sebagai sarana untuk komunikasi saja dan tidak bisa digunakan untuk sesuatu yang lebih positif bagi pendidikan padahal jika dipelajari lebih detail fasilitas ini bisa juga digunakan untuk sharing, untuk pembelajaran, untuk tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya. Menurut hemat penulis, hal tersebut kedepannya akan lebih mudah masuk kedalam pemahaman peserta didik. Selain jejaring sosial masih banyak komponen TIK yang belum termaksimalkan. Inilah pemahaman yang harus segera dirubah dan ditingkatkan pula, open minded harus dilakukan untuk melakukan perubahan sesuai tuntutan jaman. c) Penguasaan TIK sebagai strategi/metode Belajar Pemanfaatan
TIK
di
dunia
pendidikan,
yaitu
berbentuk
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran, baik pembelajaran tatap muka maupun pembelajaran jarak jauh (distance learning). Bahkan TIK sudah memungkinkan terjadinya knowledge sharing melalui e-book dan elibrary. Hal tersebut telah dicanangkan di dalam Renstra Depdiknas pada periode 2005-2009, di antaranya telah mengembangkan kebijakankebijakan terobosan baru, salah satunya dalam penerapan TIK secara massal untuk E - Pembelajaran dan E – Administrasi. Jika dianalisis, maka pada point ini guru PKn belum menguasai TIK sebagai strategi pembelajaran, sangat jarang guru yang menggunakan TIK sebagai strategi pembelajaran. Hal ini mungkin disebabkan karena pada tataran sekolah menengah pertama belum sampai pada level penggunaan TIK sebagai strategi pembelajaran namun untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi harusnya sudah mulai merambah pada tingkatan ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Sehingga secara keseluruhan jika dianalisis, penguasaan TIK pada guru tersertifikasi masih belum optimal. Penguasaan TIK yang dikuasai oleh Guru PKn baru sebatas penguasaan TIK sebagai media pembelajaran saja. Penguasaan TIK sebagai sumber belajar maupun strategi masih belum dimaksimalkan. Hanya beberapa informan saja yang sudah memasukkan sumber belajar berbasis TIK seperti dari internet ataupun e-book ataupun peemaksimalan jejaring. Hasil dari observasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel. 4.8 Hasil Observasi terhadap penguasaan TIK pada Guru Jenis Penguasaan TIK
No
Nama Informan
Megope rasikan LCD
ya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
tdk
Materi PPT Masih standa r
Materi PPT sudah interaktif (animas i, video, suara)
ya
ya
tdk
Menggu nakan sumber Internet, e book,
tdk
ya
tdk
Memiliki blog untuk pemblaj aran
Mampu mengat asi trobel shoting
memanf aat- kan jejaring sosial u/ pembelaj ar- an
ya
tdk
ya
y a
√
tdk
Prasmani, S.Pd Yuniandar G P, S.Pd Ruliana K, S.Pd. Wardoyo,S. Pd Susniawati, S.Pd Ngastiasto, S.Pd Dimyati, S.Pd Kn Suwarno, S.Pd Dra. Tri Agustini Marimin, S.Pd
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Dra. Titin H
√
√
√ √
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
tdk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 2. Implikasi Penguasaan TIK Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru PKn yang Telah Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta Mulyasa (2007: 75) dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, evaluasi
hasil
belajar,
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Seorang guru dikatakan mempunyai kompetensi pedagogik yang baik jika menguasai 10 point yang harus dikuasainya, salah satunya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Kesepuluh hal tersebut saling melengkapi dan saling mempengaruhi. Kemampuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik, melakukan pembelajaran yang baik, memaksimalkan potensi anak dan tentunya akan lebih kreatif dan efektif jika dikemas dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, begitupun sebaliknya. Apalagi di masa globalisasi ini, kita tidak bisa terlepas dari yang namnya teknologi informasi dan komunikasi, maka implikasi dari penguasaan TIK pada guru PKn terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru itu sangat besar. Seorang guru yang penguasaan TIKnya baik maka hampir bisa dipastikan ia memiliki kompetensi pedagogik yang baik pula. Mengapa demikian hal ini disebabkan karena guru yang bisa menerapkan TIK dengan tepat guna dan tepat sasaran pasti guru tersebut telah mampu untuk mengembangkan
materi
dan
kurikulum,
mampu
menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, inovatif dan mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi potensi peserta didik serta kemampuan pedagogik yang lainnya. Sebagai contoh seorang guru menggunakan animasi kartun atau video dalam menjelaskan materi sistem pembentukan perundang - undangan maka pembelajaranya akan lebih hidup dan materi lebih mudah dipahami oleh user peserta didik. Karena pada commit dasarnyato sebelum guru memilih menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 TIK yang berbentuk Video atau animasi tersebut, pasti sudah melalui serangkaian pertimbangan yang semuanya berkaitan dengan kompetensi pedagogik seperti penguasaan karakteristik peserta, pertimbangan teori, pengembangan kurikulum, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, kemampuan berkomunikasi secara efektif. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Jamal Ma’mur yang mengatakan bahwa guru yang menguasai TIK dengan baik maka ia mampu membisaakan peserta didik untuk menjadi pembelajar mandiri yang menyadari pentingnya belajar dimanapun kapan pun, dimana hal ini merupakan sarana untuk mengembangkan potensi diri sehingga tidak ketinggalan zaman. Hal inilah yang menajdi tujuan dari pendidikan yaitu inovatif, kreatif dan dinams. Namun dalam penelitian ini implikasi penguasaan TIK tersebut belum banyak dirasakan dalam peningkatan kompetensi pedagogik guru PKn yang telah tersertifikasi. Hal tersebut disebabkan karena penguasaan TIK pada Guru PKn di SMP Negeri Surakarta belum optimal, sebagian besar masih menguasai pemanfaatan TIK secara sederhana atau dasarnya saja misalnya presentasi. Selain itu kuantitas dari penerapan TIK dalam pembelajaran PKn juga masih sangat minim. Hambatan hambatan inilah yang menyebabkan implikasi penguasaan TIK menjadi kurang dirasakan. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP N Kota Surakarta saat ini masih dalam taraf permulaan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sehingga implikasinya belum begitu terlihat walaupun sudah ada dampak yang ditimbulkan namun belum maksimal. Seperti yang peneliti temukan dalam penelitian ini. Masih banyak guru yang belum bisa memaksimalkan teknologi yang ada guna berinovasi dalam pembelajaranya. Banyak diantara para guru yang menjadi informan mengatakan bahwa kurang menguasai TIK itu disebabkan oleh faktor ekstern yang mempengaruhi seperti srana prasaran, kemudian beban materi kurikulum dan tentu faktor intern dari guru itu sendiri juga turut andil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Namun ada juga guru yang telah menerapkan TIK dengan baik walupun belum optimal tapi usaha menuju ke sana sudah ada dan didukung oleh sekolah. Implikasinya juga cukup terlihat, guru tersebut mampu membuat peserta didik merasa trermotivasi terhadap pembelajaran PKn bahkan peserta didik menjadi aktif dan tidak mau ketinggalan dalam memanfaatkan TIK guna mencari info terkait masalah publik yang menjadi pembahasan di materi Pendidikan Kewarganegaraan. Hal serupa inilah yang seharusnya menjadi tujuan dari para guru PKn tersertifikasi tersebut, semangat untuk berkembang dan tidak menyerah pada keadaan yang dibutuhkan agar implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik bisa terlihat dan optimal. Guru terampil dan kreatif akan mampu menguasai dan membawa situasi pembelajaran menajdi menyenangkan dengan bekal keterampilan dan ide-ide kreatifnya. Sehingga peserta didik pun lebih interest mengikuti pelajaran, tidak jenuh dan berpikiran bahwa guru tersebut adalah sumber yang valid dan mempunyai banyak pengalaman dan profesional. Jika seorang guru menguasai TIK dengan baik maka diharapkan pembelajaran yang menarik dan inovatif bisa tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Prof. Dr. Sudarwan Danim, yang mengatakan bahwa guru yang benar - benar profesional mampu membangkitkan citra diri pada anak didiknya, lebih dari sekedar mendeminasikan bahan ajar. Guru harus terbuka terhadap hal hal baru demi pengembangan karier dan akademik misalnya pemanfaatan TIK.
Maka
dibutuhkan kemampuan mengelola peserta didik yang mencakup pemahaman terhadap peserta didik, pelaksanaaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar serta pengembangan peserta didik berbasis TIK untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki diri siswa. Guru harus mampu memutuskan kapan, dimana dan bagaimana TIK mampu mendukung tujuan pengajaran serta guru harus mampu memilih jenis TIK yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Mampu menguasai prinsip to user dasar pembelajaran berbasiscommit TIK dan mampu mengembangkan kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 TIK yang akan digunakan. Beberapa kemampuan diatas merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru PKn agar pembelajaran TIK yang diterapkan mampu memberikan pengaruh positif bagi keberhasilan belajar PKn.
3. Peningkatan
Kualitas
Berkelanjutan
Guru
PKn
yang
Telah
Tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta Menurut H.A.R. Tilaar, seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan. Sesuai pendapat pakar diatas maka hasil temuan penelitian ini dapat dianalisis bahwa guru yang telah lolos sertifikasi mempunyai konsekuensi untuk terus meningkatkan kualitas dan kompetensinya sebagai seorang yang profesional. Namun pada pelaksanaannya banyak guru tersertifikasi hanya menerima tunjangannya saja dan melupakan tanggungjawab sebagai tenaga profesional. Kurangnya pengawasan serta tindak lanjut yang terarah dari pemerintah membuat program ini kurang maksimal dalam keberlanjutannya. Program monitoring yang pada awalnya dilakukan sebagai penjaminan kualitas ternyata masih kurang maksimal dalam mencapai fungsi dan tujuannya. Seorang guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik belum bisa dijamin akan memiliki peningkatan kualitas pembelajaran dan akan tetap mengembangkan kompetensi akademik dan profesionalismenya secara berlanjutan. Sebagian besar guru, setelah mendapat sertifikat pendidik dan mendapat
tambahan
tunjangan,
mengalami
degradasi
semangat
mengembangkan diri. Tentu saja hal ini berimplikasi negatif terhadap kinerja dan kompetensi seorang guru serta amanat undang-undang. sehingga tidak menutup kemungkinan program sertifikasi akan memperparah kondisi pendidikan di Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Menurut hemat penulis, apabila fenomena tersebut tidak ditindak lanjuti oleh pemerintah, maka akan membenarkan apa yang dipaparkan pemerhati pendidikan Moechtar Buchori bahwa kebijakan pendidikan nasional saat ini tidak jelas orientasinya, hanya berkutat pada hal-hal yang bersifat teknis dan belum menyentuh persoalan-persoalan substansial, sehingga mutu pendidikan tidak kunjung membaik (2006). Langkah yang harus diambil oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut atau paling tidak meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan maka diperlukan beberapa tindakan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan yaitu do monitoring and evaluation, do up-grading, do quality assurance, dan should be proactive and creative. Guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik harus sadar bahwa mereka mengemban tanggung jawab moral dan intelektual terhadap pemerintah. Maka dari itu guru yang lolos sertifikasi harus proaktif dan kreatif mengembangkan diri. Guru harus terus mengembangkan kompetensinya dalam menguasai TIK, harus terus belajar tidak hanya yang terkait dengan cara pemanfaatan TIK namun juga tentang cara menyajikan materi pembelajaran yang bermakna dan berbasis TIK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan 1. Penguasaan TIK pada Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta masih belum maksimal, banyak guru yang masih beranggapan bahwa PKn tidak begitu membutuhkan sentuhan TIK karena materi PKn kurang sesuai jika diterapkan dengan TIK. Padahal banyak guru yang sudah tau akan manfaat positif penerapaan TIK dalam pembelajaran namun untuk melaksanakannya masih sulit. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu faktor usia dari guru yang telah tersertifikasi dimana sebagian besar guru PKn di SMP Negeri Kota Surakarta itu berusia lebih dari 45 tahun yang pengetahuan dasar mengenai TIK masih sangat kurang. Kemudian faktor materi dan waktu, banyak guru yang kurang menguasai karena kurang waktu untuk berlatih menerapkan TIK dan juga adanya anggapan bahwa materi PKn itu sulit untuk diilustrasikan dengan menggunakan TIK. Dan yang terakhir yaitu faktor sarana prasarana, faktor ini sama dengan faktor materi dan waktu tadi, dimana sarana prasarana sekolah banyak yang kurang mendukung penerapan TIK sehingga mereka tidak bisa mengembangkan penguasaan TIK yang dimiliki. 2. Implikasi penguasaan TIK terhadap kompetensi pedagogik Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta belum cukup terlihat atau kurang. Hal tersebut disebabkan guru PKn masih sangat jarang dalam menggunakan TIK dalam pembelajaran, sehingga penguasaan TIKnya pun belum maksimal. Penggunakan TIK sebagai media presentasi masih kurang optimal. Materi presentasi yang digunakan masih berupa teks dan belum ada sentuhan kreatifitas dari guru PKn misalnya menampilkan gambar atau video. Sehingga commit to user penerapan TIK tersebut belum bisa mengatasi permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 selama ini terjadi yaitu peserta didik mudah merasa bosan karena kemonotonan dalam penyampaian materi. 3. Peningkatan kualitas berkelanjutan pada Guru PKn yang telah tersertifikasi di SMP Negeri Kota Surakarta sudah cukup berjalan namun belum optimal sehingga masih perlu peningkatan lagi. Terutama pada sisi kegiatan – kegiatan penunjang ketrampilan guru dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran masih kurang. Selain itu kesadaran dari individu guru yang telah tersertifikasi juga masih sangat rendah. Padahal untuk menerapkan TIK dalam dunia pendidikan membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak yang terkait. Pada tingkat sekolah, pemanfaatan TIK sekurang-kurangnya diupayakan untuk mendukung terciptanya manajemen sekolah yang efektif dan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan dengan mutu yang lebih baik. Untuk itu, komitmen kepala sekolah, guru, dan staf administrasi sangat dibutuhkan untuk dapat membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menggunakan TIK. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman tentang manfaat dan urgensi pemanfaatan TIK yang masih rendah dan masih minimnya dukungan sekolah/pemerintah terhadap penyempurnaan infrastruktur berdampak pada penguasaan TIK pada guru PKn yang belum optimalnya sehingga pembelajaran berbasis TIK masih belum bisa berjalan dengan baik sampai saat ini, maka diperlukan upaya bersama antara guru, sekolah, pemerintah untuk terus meningkatkan penguasaan TIK pada guru melalui berbagai kebijakan dan regulasi yang tepat. 2. Penguasaan guru terhadap TIK berimplikasi terhadap kompetensi pedagogik guru, implikasinya ialah menjadikan pembelajaran itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 berjalan lebih aktif, menarik dan inovatif. Seorang guru yang menguasai TIK dengan baik maka ia mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dalam pembelajaranya yang menjadi salah satu point yang harus dikuasai sebagai kompetensi pedagogik guru. Namun berdasarkan kesimpulan penelitian ini, dimana penguasaan TIK guru PKn masih rendah sehingga implikasinya terhadap kompetensi pedagogik belum maksimal pula. Berdasarkan hal itu maka guna meningkatkan kompetensi pedagogik yang lebih baik dan mampu bersaing dalam dunia global saat ini, semua guru harus belajar untuk menguasai TIK dan menerapkan TIK dalam pembelajaranya. 3. Keberlanjutan dari suatu program peningkatan kualitas guru memang menjadi suatu keharusan jika ingin tujuan dari sertifikasi guru yang diharapkan bisa tercapai maka keberlanjutan dari program – program peningkatan kualitas Guru PKn pasca sertifikasi harus terus digerakkan, baik oleh pemerintah pusat sebagai tinjak lanjut program sertifikasi guru dan juga MGMP sebagai komunitas sharing guru mata pelajaran juga harus ikut serta dalam keberlanjutan program peningkatan kualitas guru tersebut dan yang tak kalah pentingnya yaitu kesadaran dan semangat dari individu guru itu sendiri merupakan faktor utama dan yang terpenting dari keberlanjutan program pasca sertifikasi yang notabene tidak memiliki konsekuensi hukum tegas namun harus tetap dijalankan agar tujuan akhir program sertifikasi yaitu kualitas profesional guru itu tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah a.
Adanya kebijakan penerapan TIK dalam pembelajaran PKn SMP.
b.
Kegiatan penjaminan kualitas terus dilaksanakan secara rutin dan terarah melalui supervisi profesi misalnya dengan evaluasi proses dan perangkat pembelajaran oleh pengawas pendidikan dari dinas.
c.
Memperbanyak kegiatan dan sharing informasi kepada para guru tersertifikasi
mengenai
kemajuan
teknologi
secara
lebih
menyeluruh, seperti diskusi guru - guru PKn tersertifikasi seluruh Indonesia.
2. Bagi MGMP a.
Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran guru PKn sehingga akan lebih baik jika MGMP sebagai organisasi para guru tersebut untuk memberikan dan menyebarkan informasi mengenai pentingnya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dalam berbagai bentuk dan media misalnya MGMP membuat forum komunikasi yang berfungsi untuk sharing informasi misalnya group facebook atau sms gateway agar informasi itu bisa terdistribusi dengan baik.
b.
MGMP memperbanyak kegiatan yang bertujuan peningkatan kuatitas guru dan mutu pendidikan seperti workshop TIK, pelatihan bahasa inggris dan lain sebagainya.
c.
Mengadakan pelatihan pelatihan tentang penerapan TIK dalam pembelajaran misalnya pelatihan pembuatan media pembelajaran interaktif, powerpoint, trobel shoting LCD maupun pelatihan lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 3. Bagi Sekolah a.
Sekolah meningkatkan pengadaan fasilitas pendidikan yang mendukung penerapan TIK agar mampu bersaing di dunia global.
b.
Mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru di sekolah masing-masing.
4. Bagi Guru Tersertifikasi a.
Ketrampilan yang telah di berikan selama masa PLPG seharusnya dijadikan sebagai bekal ilmu untuk terus meningkatkan kompetensi dalam rangka mencapai mutu pendidikan yang lebih baik.
b.
Persepsi negatif yang mengatakan bahwa materi PKn itu sulit disampaikan dengan TIK hendaknya segera dirubah. Materi PKn pada dasaranya sama dengan mata petajaran lain, bisa disampaikan dengan memanfaatkan TIK, semua tergantung kreatifitas dan inovasi dari individu guru masing – masing.
5.
Bagi Panitia PLPG a.
Pendalaman materi PLPG yang berkaitan dengan penguasaan TIK dalam pembelajaran hendaknya penyampaiannya lebih difokuskan baik penerapan ilmu, waktu maupun materi yang disampaikan.
b.
Para instruktur, panitia dan segenap panitia hendaknya lebih profesional dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas agar mutu lulusan sertifikasi guru semakin baik.
c.
Keberlanjutan dari program sertifikasi hendaknya juga menjadi salah satu fokus program sertifikasi kedepannya bukan hanya sebatas forlmalitas untuk mendapatkan tunjangan semata.
d.
Bekal spiritual dan emosional skill hendaknya juga diberikan agar kesadaran dan rasa tanggungjawab guru peserta sertifikasi terhadap peningkatan kompetensi meningkat. commit to user