BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan Teknologi Informasi pada era globalisasi sekarang ini sudah sangat maju. Dahulu masyarakat Indonesia masih awam mengenalnya dengan biaya yang mahal dan sangat susah diakses. Akan tetapi, dunia berkembang saat ini dengan biaya yang terjangkau dan sangat mudah diakses dimanapun dan kapanpun dapat menikmati layanan internet melalui gadget ataupun smartphone (telepon pintar). Pentingnya Teknologi Informasi (TI) dalam bisnis tidak diragukan lagi. Banyak perusahaan di dunia berkeinginan untuk mengubah dirinya menjadi pembangkit daya
(power house) bisnis global melalui berbagai
investasi besar dalam e-business, e-commerce, dan usaha TI lainnya yang global. Jadi terdapat kebutuhan yang nyata bagi para manajer bisnis dan praktis bisnis untuk memahami bagaimana mengelola fungsi organisasi yang penting ini. Mengelola sistem dan teknologi informasi yang mendukung proses bisnis modern perusahaan saat ini adalah tantangan besar untuk para manajer bisnis dan TI serta para praktisi bisnis (Amijaya, 2010). Persepsi pemakai (user) dalam memandang teknologi informasi semakin baik, ditandai dengan sistem yang dibangun dan dianggap memberkan manfaat dalam membantu perusahaan secara internal dan
1
2
eksternal. Internal mencakup aktivitas dalam proses bisnis semisal membuat faktur, surat jalan dan lainnya. Sementara faktor eksternal mencakup strategi bisnis perusahaan yang dibantu oleh teknologi informasi untuk mengikat pelangggan. Adapun pihak-pihak yang melihat peluang dari pengaruh internet melakukan berbagai macam bisnis dan layanan guna lebih mendekatkan diri ke konsumen mereka. Dilihat dari pertumbuhan pengguna Internet (netizen) di Indonesia kian tak terbendung. Jumlah pengguna internet tumbuh signifikan hingga 22% dari 62 juta di tahun 2012 menjadi 74,57 juta di tahun 2013 (Indonesia Netizen Survey 2013 by Markplus insight, Marketeers Magazine, November 2013). Perbankan adalah lembaga keuangan yang berperan sangat vital dalam aktivitas perdagangan nasional serta internasional, maka sangatlah diharuskan perbankan menggunakan internet untuk mempermudah aktivitasnya. Layanan perbankan yang memanfaatkan internet inilah yang sering disebut dengan internet banking. Bagi nasabah, internet banking memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi perbankan dengan lebih aman, mudah, dan cepat karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa harus datang ke bank. Sedangkan bagi pihak perbankan, internet banking dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan juga profitabilitas. Hal ini juga dimanfaatkan oleh Bank di Indonesia yang pertama kali berani meluncurkan layanan Internet Banking di tahun 2001 melalui situs Klik
3
BCA. Tetapi awal masuknya pemograman internet banking Indonesia pertama adalah Bank Indonesia tahun 1998. Disusul dengan bank lain pada tahun 2003 oleh Bank Mandiri , tahun 2005 oleh Bank PermataNet, tahun 2006 oleh Bank Permata e-Business, tahun 2007 oleh Bank Negara Indonesia & Bank Lippo, tahun 2008 oleh Bank Danamon Indonesia, tahun 2009 oleh Bank Rakyat Indonesia, dan tahun 2010 oleh Bank Mega. Telah dilakukan survey pengguna internet banking di Indonesia oleh Sharing Vision pada enam bank besar di Indonesia, jumlah pengguna internet banking mencapai 5,7 juta orang pada 2012. Berarti sembilan persen pengguna internet di Indonesia adalah pengguna internet banking, dan angkanya diperkirakan bertambah seiring pertumbuhan pengguna internet (Sharing Vision, Oktober 2013). Namun, sebagian besar nasabah lebih memilih mengantri di Bank atau menggunakan ATM (Automated Teller Machines) untuk melakukan transaksi perbankan karena nasabah beranggapan dengan menggunakan ATM tingkat keamanan akan melakukan transaksi cenderung lebih aman dibandingkan dengan menggunakan fasilitas internet banking. Pengguna internet banking sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah pengguna internet. Hal ini membuktikan bahwa cukup banyak nasabah yang menggunakan internet tetapi tidak berminat menggunakan internet banking. Meskipun berbagai keuntungan ditawarkan melalui internet banking, namun
4
system ini kurang diminati dan sangat jarang digunakan oleh nasabah yang memiliki fasilitas untuk mengakses internet banking. Seiring maraknya tindak kejahatan internet seperti pembobolan data nasabah, faktor keamanan memang merupakan isu utama dalam penggunaan internet banking karena sebagaimana kegiatan lainnya dilakukan melalui internet, transaksi perbankan di internet juga rawan terhadap pengintaian dan penyalahgunaan oleh
tangan-tangan
yang tidak bertanggung jawab.
Kepercayaan menjadi hal penting terhadap perilaku nasabah untuk menggunakan fasilitas yang diberikan oleh bank. Kepercayaan ini berarti nasabah percaya terhadap keandalan pihak bank yang dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan terhadap akun nasabah (Hardiman dan Nugroho, 2013). Nasabah yang beranggapan bahwa fasilitas internet banking memiliki manfaat yang mampu memenuhi kebutuhannya dan memberikan manfaat yang menguntungkan untuknya di masa depan tentu akan bersungguhsungguh dalam mempelajarinya, dan cenderung mempunyai minat untuk menggunakannya. Namun apabila nasabah beranggapan bahwa manfaat fasilitas internet banking kurang memberikan manfaat, maka ia akan beralih menggunakan jasa teller dibandingkan dengan menggunakan fasilitas internet banking. Dari sinilah persepsi Kebermanfaatan Teknologi Informasi diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa penggunaan internet banking dapat meningkatkan kinerja nasabah dan merupakan manfaat yang
5
diharapkan oleh para nasabah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya (Davis, 1989 dalam Hardiman dan Nugroho, 2013). Walaupun internet banking memberikan banyak layanan yang memberikan keuntungan, namun internet banking juga memiliki risiko-risiko yang dirasakan oleh nasabah. Menurut Amijaya (2010), risiko (risk) transaksi internet banking merupakan hal yang sangat dipertimbangkan dalam melakukan transaksi maya (virtual) karena jarak, kemampuan teknologi dalam memfasilitasi transaksi, layanan
yang tidak bertatap muka dengan
teller/customer service dan banyak hal yang dipertimbangkan nasabah bank dalam transaksi melalui online banking. Risiko dari internet banking adalah data yang dimiliki nasabah bisa diambil oleh penyusup (hacker) dan bisa menguras habis uang nasabah serta menggunakannya dengan tidak baik dan rentan terjadi penipuan. Variabel resiko ditambahkan untuk melihat bagaimana perilaku nasabah bank untuk menggunakan internet banking ini. Internet juga menawarkan cara baru dalam pelaporan keuangan. Selain cara tradisional yang selama ini dipakai, yakni menggunakan kertas, internet berkembang menjadi media yang dapat menyampaikan informasi secara lebih efektif ke masyarakat. Media penyampaian informasi keuangan ini kemudian dikenal dengan istilah Internet Financial Reporting atau biasa disingkat IFR.
Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan dengan memadai untuk memungkinkan dilakukannya sebuah prediksi kondisi keuangan, arus kas, dan
6
profitabilitas perusahaan di masa depan. Informasi yang akan diungkapan dalam laporan keuangan tentunya harus disesuaikan dengan kepentingan pengguna laporan keuangan. Diharapkan dengan semakin transparan informasi yang disajikan oleh suatu perusahaan ditambah dengan semakin nyatanya penerapan tata kelola yang baik akan meningkatkan keberhasilan bisnis dalam dunia usaha secara berkesinambungan, juga dapat digunakan untuk memahami bisnis pada suatu perusahaan (Valetta, 2005). Pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan atau IFR (Internet Financial Reporting) merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang telah dipraktekkan oleh berbagai perusahaan. Survey dari Khan (2006) terhadap seribu perusahaan besar di Eropa menunjukkan bahwa 67% perusahaan telah mempunyai website dan 80% dari perusahaan yang mempunyai website tersebut mengungkapkan laporan keuangan di Internet. Hingga tahun 2006, lebih dari 70% perusahaan besar di dunia menerapkan IFR (Kahn, 2006). Berdasarkan latar belakang di atas, maka kiranya perlu dilakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
MINAT
NASABAH
MENGGUNAKAN
INTERNET
BANKING PADA PERBANKAN DI YOGYAKARTA” Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian Amijaya (2010) dan Hardiman & Nugroho (2013). Perbedaan dengan penelitian terdahulu
7
adalah tahun penelitian dan lokasi penelitian. Faktor- faktor penelitian dibatasi kepercayaan, kebermanfaatan teknologi informasi, persepsi risiko dan pelaporan keuangan di internet. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
diatas,
maka
peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kepercayaan berpengaruh positif signifikan terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking? 2. Apakah
kebermanfaatan
teknologi
informasi
berpengaruh
positif
signifikan terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking? 3. Apakah persepsi resiko berpengaruh negatif signifikan terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking? 4. Apakah pelaporan keuangan di internet berpengaruh positif signifikan terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking?
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh dari kepercayaan terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking.
8
2. Untuk
menguji
dan
menemukan
bukti
empiris
pengaruh
dari
kebermanfaatan teknologi informasi terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking. 3. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris penagruh dari persepsi resiko terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking. 4. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris pengaruh dari pelaporan keuangan di internet terhadap minat nasabah untuk menggunakan internet banking.
D. MANFAAT PENELITIAN Adapun penelitian ini mempunyai manfaat berupa: 1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi akuntansi dan dapat bermanfaat bagi pihak yang ingin melakukan pengembangan teori perbankan. 2. Manfaat di bidang praktik ialah bagi pihak perbankan dapat menjadi kajian bersama agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat nasabah menggunakan internet banking.