BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Periode postpartum merupakan proses yang harus dilewati oleh wanita dalam ber-transisi manjadi ibu atau mencapai peran sebagai ibu. Periode ini merupakan periode pembelajaran bagi ibu mengenai berbagai cara untuk melakukan perawatan terhadap bayinya maupun terhadap dirinya sendiri (LeahyWarren, 2005). Menurut Mercer (2006) proses ini dapat berlangsung selama 4 hingga 6 minggu postpartum, yang dimulai dengan melakukan attachment dengan bayinya, belajar cara merawat dan membaca sinyal yang diberikan oleh bayinya, serta memulihkan keadaan fisiknya setelah proses kehamilan dan melahirkan, hingga akhirnya ibu mulai mengumpulkan rasa percaya diri untuk dapat menyediakan perawatan terhadap bayinya. Transisi menjadi seorang ibu (Becoming a Mother/BAM) merupakan salah satu proses perkembangan yang paling besar dalam kehidupan (Mercer, 2004). Faktor psikologis, sosial, dan fisik sangat dilibatkan dalam proses ini. Wanita akan mengalami pengalaman yang dapat membuatnya dalam keadaan yang rentan dan harus menghadapi tantangan yang luar biasa hingga akhirnya membuatnya dapat bertransisi menjadi seorang ibu (Mercer, 2004). Ketika seorang wanita berhasil melewati proses tersebut, dia akan memperoleh identitas maternalnya yang dikarakteristikkan dengan ibu merasa percaya diri dan puas terhadap perannya sebagai ibu, merasa dekat dengan
1
2 bayinya serta mampu beradaptasi dengan keadaan keluarga barunya, dan mengerti batasan-batasan serta tanggungjawabnya dalam keluarga (Mercer, 2006). Menurut Mercer (2004) ibu membutuhkan waktu kurang lebih selama 4 bulan untuk memperoleh identitas maternalnya, dan lamanya proses ini dapat difasilitasi ataupun dihambat oleh berbagai faktor, mulai dari faktor ibu, bayi maupun lingkungan, terutama bagi ibu primipara, atau ibu multipara yang baru pertama kali memiliki anak dengan kebutuhan khusus seperti memiliki bayi prematur atau memiliki bayi berat lahir rendah. Oleh karena itu sangat mungkin bahwa ibu primipara yang menghadapi tantangan dalam melakukan perawatan terhadap bayinya seperti memiliki bayi prematur, akan lebih lama dalam membangun rasa percaya diri untuk menyediakan perawatan bagi bayinya (Doxtator, 2003). Efikasi diri maternal diketahui merupakan salah satu indikator tetap dari
identitas
maternal atau proses transisi menjadi ibu (Mercer, 2004; Leahy-Warren, 2005) dan sangat berhubungan dengan pencapaian peran sebagai ibu (Badr, 2005). Efikasi diri didefinisikan oleh Bandura (2006) sebagai kepercayaan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan tugas tertentu yang diberikan. Efikasi diri merupakan kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk mencapai hasil tertentu (Farkas&Valdés, 2010). Efikasi diri dalam merawat bayi pada ibu primipara sangatlah dibutuhkan agar orang tua dapat beradaptasi dengan baik terhadap peran mereka sebagai orang tua serta menfasilitasi hubungan yang positif antara ibu dengan bayinya (Badr, 2005). Orang tua yang percaya pada kemampuannya akan merasa lebih puas dan dapat melakukan apa yang dibutuhkan dengan tekun dan dapat menyelesaikan tugas
3 tertentu dengan baik (Farkas&Valdés, 2010), termasuk memiliki harapan yang realistis dan memiliki persepsi diri untuk menjadi orang tua yang kompeten (Kendall&Bloomfield, 2005). Efikasi diri maternal yang tinggi diketahui memberikan pengaruh langsung terhadap pemberian perawatan yang berkualitas terhadap bayi (Sanders&Wooley, 2005), dan mendukung orang tua melakukan peran sebagai orang tua (Bloomfield et al., 2005). Wanita yang kekurangan rasa percaya diri pada periode postpartum mungkin akan memiliki pengalaman negatif dalam transisinya menjadi seorang ibu serta mempengaruhi kemampuannya dalam menyediakan perawatan yang adekuat untuk bayinya (Leahy-Warren, 2005). Tingkat efikasi diri yang tinggi pada orang tua sangat penting untuk kesejahteraan orang tua dan kepuasan terhadap peran sebagai orang tua (Leahy-Warren et al., 2011). Ibu dengan bayi yang memiliki masalah kesehatan seperti bayi prematur dan berat badan lahir rendah diketahui berdampak pada efikasi diri maternal. Pada ibu dengan bayi prematur, perasaan frustasi dan insecurity dapat menyebabkan ibu merasa tidak cukup mampu untuk bertanggung jawab pada perannya sebagai ibu, terutama apabila ibu membandingkan dirinya dengan kemampuan dan keahlian tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit (Lupton&Fenwick, 2001 dalam Spielman&Ben-Ari, 2009). Menurut Mercer (2006) ibu dengan bayi yang kecil atau prematur akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melakukan proses pengenalan serta belajar merawat bayinya. Orang tua dengan bayi prematur harus menghadapi kesulitan dan masalah dalam merawat bayinya segera setelah keluar dari rumah sakit yang diperlihatkan dengan perasaan takut dan cemas akan
4 keadaan bayinya yang tidak menentu (Shieh et al., 2010). Kelahiran bayi berisiko tinggi seperti bayi prematur dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), menuntut penyesuaian orang tua terhadap pengasuhan bayinya (Suyami, 2013). Ibu yang mempunyai keyakinan terhadap kemampuan diri atau tingkat efikasi diri yang tinggi diketahui berdampak positif terhadap interaksi antara ibu dan bayi prematur (Hess et.al., 2004). Menurut teori Bandura (1997) dalam Qonitatin (2008) tentang efikasi diri, apabila seseorang memiliki efikasi diri yang tinggi ketika menerima tugas tertentu, mereka akan berusaha dengan keras ketika harus menghadapi tantangan dalam menyelesaikan tugas agar dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik, namun sebaliknya apabila seseorang memiliki efikasi diri yang rendah, mereka akan mudah menyerah ketika harus menghadapi tantangan. Oleh karena itu ketika orang tua percaya akan kemampuannya dalam melaksanakan peran sebagai orang tua, mereka akan lebih gigih ketika harus menghadapi tantangan dalam menjalankan perannya sebagai orang tua, dan ini sangat berguna ketika orang tua harus menghadapi situasi yang menantang seperti memiliki bayi dengan perilaku yang sulit untuk dipahami karena lemahnya sinyal yang dberikan oleh bayi, seperti pada bayi yang memiliki masalah kesehatan, bayi prematur, atau bayi dengan perkembangan yang terlambat (Teti et al., 1997 dalam Hess et al., 2004). Bayi prematur merupakan penyebab terbesar kematian bayi baru lahir (World Health Organization, 2014). Kelahiran prematur dan bayi yang berukuran kecil untuk usia gestasionalnya merupakan penyebab dari berat bayi lahir rendah (BBLR) (WHO, 2014). Bayi BBLR merupakan kelompok bayi beresiko tinggi.
5 Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki fungsi sistem organ yang belum matur, sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Suyami 2013). Tiga puluh juta bayi dengan berat badan lahir rendah harus menghadapi masalah kesehatan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang (WHO, 2014). Dibandingkan dengan bayi dengan berat badan normal, bayi dengan berat badan lahir rendah lebih berisiko untuk mengalami masalah kesehatan dan kesakitan pada hari pertama kehidupan serta beresiko mengalami infeksi (Centers for Disease Control and Prevention, 2012). Bayi berat lahir rendah yang dirawat di rumah berisiko mempunyai masalah kesehatan, misalnya Sudden Infant Death Syndrom (SIDS), pertumbuhan dan perkembangan yang terlambat, dan masalah kesehatan yang perlu diwaspadai oleh orang tua (American Academy of Pediatrics, 2010; Screrf&Reid, 2006 dalam Suyami, 2013). Salonen et al. (2009) yang melakukan penelitian pada ibu postpartum selama periode satu minggu pertama postpartum melaporkan bahwa ibu yang memiliki bayi dengan masalah kesehatan tertentu memiliki tingkat efikasi maternal yang lebih rendah dibandingkan ibu dengan bayi yang sehat. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa masalah kesehatan yang dialami oleh bayi yaitu mulai dari masalah minor pada kulit hingga masalah yang serius yang menyebabkan bayi harus dirawat secara intensif. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Doxtator (2003), bahwa ibu primipara yang memiliki bayi prematur memiliki tingkat efikasi diri yang lebih rendah terutama pada 2 minggu dan 6 minggu pertama postpartum dibandingkan dengan ibu primipara dengan bayi full term.
6 Rubin (1984) mengidentifikasi bahwa ibu membangun identitas maternalnya ketika belajar untuk merawat dan memahami bayinya, sehingga dengan adanya tantangan yang dirasakan ibu dalam merawat bayi prematur, membuat
ibu
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam membangun rasa percaya diri dalam menyediakan perawatan untuk bayinya (Doxtator, 2003). Hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian yang dilakukan oleh Spielman&Ben-Ari (2009), yang melakukan penelitian pada ibu postpartum primipara dengan bayi prematur dan bayi full term pada periode 1 bulan postpartum, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat efikasi maternal pada kedua kelompok tersebut. Peneliti menyebutkan bahwa hal ini mungkin karena penelitian dilakukan ketika bayi prematur sudah dalam kondisi yang stabil dan sudah
tidak lagi dalam ancaman. Hal ini membuat kondisi
psikologis orang tua menjadi lebih baik dan lebih dalam kontrol serta lebih percaya dengan kemampuannya, sehingga hal ini dapat mendorong tingkat efikasi diri orang tua. Pada penelitian yang dilakukan oleh Singer et al. (2007) pada anak usia sekolah yang memiliki riwayat berat badan lahir sangat rendah, ibu dilaporkan memiliki tingkat parenting stress yang lebih tinggi berhubungan dengan perilaku anak tetapi tidak memiliki perbedaan tingkat efikasi diri dengan ibu yang memiliki bayi term. Namun ibu dengan bayi berat lahir sangat rendah diketahui memiliki mekanisme koping yang lebih baik dibandingkan dengan ibu dengan bayi term. Peneliti menyebutkan bahwa merawat anak dengan disabilitas mungkin memberikan ibu kesempatan untuk dapat menyelesaikan tantangan dengan sukses
7 dan meningkatkan efikasi diri. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki bayi dengan berat lahir sangat rendah yang ada dalam penelitian ini memiliki mekanisme koping yang baik dalam menghadapi stresor yang berhubungan dengan perawatan bayi dengan disabilitas. Di Indonesia sendiri belum dapat ditemukan penelitian yang membanding tingkat efikasi diri maternal antara ibu postpartum dengan bayi beresiko tinggi seperti bayi prematur dan BBLR dengan ibu postpartum dengan bayi yang normal. Kebanyakan penelitian mengenai efikasi diri maternal dilakukan di negara barat yang memiliki keadaan sosial, pelayanan kesehatan dan budaya berbeda dengan negara-negara di Asia. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong adalah salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Kebumen. Kejadian BBLR yang ada di Kabupaten Kebumen pada tahun 2009 yaitu sebanyak 445 bayi mengalami BBLR dan angka ini meningkat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 tercatat 473 bayi lahir dengan BBLR, dan pada tahun 2011 BBLR juga diketahui merupakan salah satu penyebab kematian paling banyak pada bayi baru lahir di Kabupaten Kebumen yaitu sebanyak 33%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gombong, selama tahun 2013 terdapat 460 bayi lahir dengan berat lahir rendah dan selama 3 bulan terakhir lebih dari 90 bayi lahir dengan berat lahir rendah. Berdasarkan hasil wawancara pada ibu postpartum yang memiliki bayi berat lahir rendah serta pada ibu postpartum dengan bayi berat lahir normal, ibu postpartum dengan bayi berat lahir rendah lebih banyak mengungkapkan kurang merasa
8 percaya diri untuk merawat bayinya di rumah karena kondisi dari bayinya tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan tingkat efikasi diri maternal pada ibu postpartum yang memiliki bayi berat lahir rendah dengan ibu postpartum yang memiliki bayi dengan berat badan lahir yang normal. Identifikasi kelompok yang beresiko penting untuk meningkatkan kesejahteraan orang tua, bayi maupun keluarga, dan pengkajian efikasi maternal selama di rumah sakit mungkin akan membantu orang tua yang beresiko dan dapat menyediakan intervensi secara individual (Salonen et al., 2009).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut adakah perbedaan tingkat efikasi diri maternal pada ibu postpartum yang memiliki bayi berat lahir rendah dengan ibu postpartum yang memiliki bayi dengan berat lahir normal.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat efikasi diri maternal pada ibu postpartum yang memiliki bayi berat lahir rendah dan ibu postpartum yang memiliki bayi dengan berat badan lahir normal di RS PKU Muhammadiyah Gombong.
9 2. Tujuan Khusus a) Mengetahui gambaran efikasi diri maternal pada ibu postpartum yang memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah di RS PKU Muhammadiyah Gombong. b) Mengetahui gambaran efikasi diri maternal pada ibu postpartum yang memiliki bayi dengan berat badan lahir normal di RS PKU Muhammadiyah Gombong. c) Mengetahui hubungan antara karakteristik responden (pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, depresi postpartum, usia kehamilan) dengan tingkat efikasi diri maternal pada ibu postpartum di RS PKU Muhammadiyah Gombong.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah kajian
bagi ilmu keperawatan mengenai perbedaan antara tingkat efikasi diri maternal pada ibu primipara yang memiliki bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat badan lahir normal. 2.
Manfaat praktik a) Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dalam memberikan intervensi kesehatan yang berhubungan dengan efikasi diri maternal kepada ibu postpartum.
10 b) Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran untuk meningkatkan startegi pelayanan kesehatan yang tepat berhubungan dengan efikasi diri maternal pada ibu postpartum yang memiliki bayi berat lahir rendah maupun ibu yang memiliki bayi dengan berat badan lahir normal. c) Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti serta mengembangkan penelitian yang lebih luas.
E. Keaslian Penelitian 1.
Singer et al. (2007) melakukan penelitian dengan judul Parenting Very Low
Birth Weight Children at School Age: Maternal Stress and Coping. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Hasil dari penelitian ini adalah ibu dengan bayi yang memiliki riwayat berat lahir sangat rendah beresiko tinggi
mengalami
ketegangan hubungan dengan keluarga maupun dirinya sendiri, namun
lebih
sedikit menggunakan koping penolakan dan disengagment. Selain itu ibu dengan bayi berat lahir sangat rendah memiliki tingkat stres yang lebih tinggi berhubungan dengan parenting. Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan rendahnya IQ anak berkontribusi pada stress maternal. Persamaan dengan penelitian adalah jenis penelitian yang digunakan dan variabel yang diteliti yaitu efikasi maternal. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat penelitian dan responden penelitian. Pada penelitian ini menggunakan responden ibu yang memiliki anak yang sudah berumur 8 tahun sedangkan penelitian yang
11 akan dilakukan menggunakan responden klien postpartum yang sedang dalam periode 4 hingga 6 minggu postpartum. 2.
Spielman&Ben-Ari (2009) melakukan penelitian dengan judul Parental Self
Efficacy and Stress-Related Growth in the Transition to Parenthood: A Comparison between Parents of Pre- and Full-Term Babies. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif untuk mengetahui pengaruh melahirkan bayi prematur terhadap efikasi parental dan stress yang berhubungan dengan pertumbuhan bayi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang tua dengan bayi prematur memiliki tingkat stress yang lebih tinggi sehubungan dengan pertumbuhan bayi mereka dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi full term, tetapi tidak ditemukan perbedaan tingkat efikasi maternal pada kedua kelompok tersebut. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan serta variabel efikasi diri dan subjek yang digunakan yaitu ibu postpartum. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu tempat penelitian dan karakteristik responden yaitu dalam penelitian tersebut responden yang digunakan yaitu ayah dan ibu postpartum serta bayi sudah berumur 1 bulan, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan responden yang akan digunakan yaitu hanya ibu postpartum yang berada dalam periode 4 hingga 6 minggu postpartum, serta variabel terikat yang digunakan dalam penelitian, penelitian tersebut menggunakan variabel stres yang berhubungan dengan pertumbuhan sebagai variabel terikat, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan efikasi diri maternal sebagai variabel terikat.