1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengukuran pada proses pembelajaran di sekolah disebut pengukuran pendidikan. Ranah yang diukur dalam proses pendidikan menurut Binyamin S. Bloom dkk. dalam Azwar (2011:8) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran (Mardapi, 2012:108). Dilakukannya tes dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan yang berkaitan dengan kognitif sedangkan untuk mengukur ranah selain kognitif digunakan istilah nontes atau survey (Susetyo, 2011). Hasil tes digunakan untuk menyampaikan informasi yang sesuai dengan tujuan dari pengukuran. Tes yang dibuat harus tepat mengukur apa yang ingin diukur. Terdapat beberapa jenis tes, salah satunya adalah tes prestasi atau tes hasil belajar yang merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa (Susetyo, 2011:7). Hasil tes prestasi digunakan untuk menilai, memotivasi siswa, memberi informasi kepada siswa, administrator sekolah, dan orang tua. Hasil tes diharapkan dapat benar-benar menggambarkan kemampuan peserta tes. Namun pada kenyataannya terkadang skor hasil tes tidak dengan benar memberikan informasi yang ingin didapat dari peserta tes. Apabila terjadi seperti itu maka kita berhadapan dengan skor yang tidak benar atau tidak wajar. Dalam psikologi perkembangan, siswa SMP kelas VII yang berusia antara 12-13 tahun merupakan masa praremaja atau remaja awal menurut Konopka dalam Yusuf (2012:184) masa yang relatif singkat ini ditandai dengan sikap negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, ataupun pesimistik (Yusuf, 2012:26). Kondisi psikologi yang seperti itu terbawa pada saat pembelajaran atau pun pelaksanaan tes. Siswa cenderung pesimistik, merasa tidak siap, karena belum menguasai materi dan juga tidak tenang dalam menghadapi tes.
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Bidang studi matematika mempelajari konsepkonsep, struktur-struktur matematika, dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalil, prinsip). Tak jarang pula dalam mempelajari matematika peserta 1 didik disuguhkan banyaknya simbol, rumus dan notasi yang dapat menyebabkan peserta didik merasa tidak bersemangat, enggan, bahkan takut menghadapi pelajaran matematika. Begitu pula dalam menghadapi tes matematika, siswa cenderung merasa cemas atau was-was. Materi pada bidang studi matematika SMP kelas VII dirasa lebih kompleks dibandingkan dengan matematika ketika mereka masih duduk dibangku SD, karena masa peralihan tersebut mereka masih perlu beradaptasi dalam proses pembelajaran maupun pada saat mengadapi tes matematika. Ketika perasaan cemas dan tidak tenang yang dialami siswa dalam menghadapi tes matematika, hal ini dapat mengakibatkan siswa ceroboh menjawab butir tes, seperti salah menghitung atau salah dalam menafsirkan soal, terburu-buru menjawab soal karena waktu pengerjaan tes yang dirasa kurang bagi siswa. Terkadang siswa juga dihadapkan oleh tes hasil belajar matematika berbentuk tes objektif bentuk pilihan ganda, mereka memiliki peluang untuk menebak jawaban benar jika mereka tidak menguasai materi pada butir tes tersebut. Keadaan seperti itu dikhawatirkan dapat menghasilkan perolehan skor yang tidak dengan benar mencerminkan kemampuan dari siswa tersebut. Jawaban siswa yang diidentifikasi terdapat ketidakwajaran skor akan terlihat sangat ganjil, keganjilan tersebut bisa dilihat pada hasil analisis soal, soal diurutkan dari yang tingkat kesukarannya rendah ke tingkat kesukarannya tinggi. Ketidakwajaran skor juga dapat terdeteksi dari terdapatnya ketidakwajaran pada skor jika peserta tes dapat menjawab dengan benar butir soal yang sulit sedangkan butir soal yang mudah tidak dijawab dengan benar. Penting dilakukan pendeteksian ketidakwajaran skor jika kita sudah tidak dapat mencegah atau menghindari ketidakwajaran skor tersebut. Tujuan pendeteksian ketidakwajaran Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
skor adalah untuk mendeteksi skor peserta tes yang dicurigai tidak wajar. Ketidakwajaran skor dapat diantisipasi jika semua kegiatan dan langkah didalam pelaksanaan tes itu berlangsung dengan baik, selain itu kita juga akan memdapatkan gambaran kemampuan yang benar tentang peserta tes. Dari hasil pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut dapat diambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan berikutnya terhadap peserta tes yang dideteksi skornya tidak wajar atau juga dapat menjadi bahan evaluasi pada proses pelaksanaan tes. Kegiatan pendeteksian ketidakwajaran skor yang biasa guru lakukan dengan melihat hasil tes siswa, apabila tes tersebut berbentuk pilihan ganda tetapi disertai cara pengerjaannya pada setiap pengerjaan butir soal, kemudian ditemukan siswa yang menjawab dengan benar butir soal yang sukar namun tanpa disertai cara pengerjaannya, butir soal tersebut dianggap salah karena diduga merupakan hasil dari menebak atau mencontek, dan hasil dari tes tersebut tidak menggambarkan kemampuan peserta tes yang sebenarnya. Terdapat kendala jika tes hasil belajar berbentuk pilhan ganda namun tanpa disertai cara pengerjaan, siswa yang berhasil menjawab butir soal sukar namun tidak berhasil menjawab butir soal mudah, pada kondisi seperti ini guru merasa kebingungan apakah peserta tersebut curang atau tidak, dan skor peserta tersebut wajar atau tidak. Kemudian ada pula pendeteksian ketidakwajaran skor peserta tes yang biasa dilakukan oleh guru dengan melihat keidentikan jawaban salah satu hasil tes siswanya dengan siswa yang lainnya, yaitu skor dikatakan identik bila terjadi kesamaan letak butir soal yang benar maupun salah, menghadapi hal seperti ini guru biasanya mengambil kebijakan seperti mengurangi nilai atau teguran bagi peserta tes yang diduga mencontek untuk memberi efek jera agar tidak mengulangi hal tersebut lagi. Pendeteksian-pendeteksian yang biasa dilakukan oleh guru tersebut tidak berdasarkan suatu metode tertentu. Penggunaaan metode dalam mendeteksi ketidakwajaran skor dapat membantu mengatasi kebingungan guru dalam menentukan suatu skor peserta tes dinyatakan wajar atau tidak, dan
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
juga dengan penggunaan metode diharapkan pendeteksiannya dapat dilakukan secara sistematis sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk dapat mendeteksi ketidakwajaran skor adalah metode Jacob, SHL, Ghiselli, dan Donlon-Fisher. Metode-metode tersebut merupakan metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang dalam mengestimasi skornya menggunakan teori skor klasik. Dari ke empat metode pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut, masing-masing metode memiliki karakteristik yang tersendiri. Menurut Naga (1998) metode Ghiselli membutuhkan skor prediksi untuk dapat mendeteksi ketidakwajaran skor, dalam langkah perhitungan ketidakwajaran skornya metode ini menggunakan variabel Z untuk mendeteksi peserta tes yang memiliki skor yang tidak wajar di antara kelompok, variabel Z sangat bergantung dengan keadaan. Penggunaan skor prediksi pada metode Ghiselli juga harus benar-benar relevan dan juga harus mengukur sesuatu yang sama dengan skor yang akan dideteksi ketidakwajaran skornya. Metode Jacob membagi butir soal menjadi lima kelompok taraf sukar, pembagian lima kelompok taraf sukar dapat menjadi kelemahan metode tersebut, karena kita kehilangan informasi taraf sukar butir bagi butir di dalam peringkat yang sama dan juga berapapun jumlah butir soal pada tes akan tetap dibagi ke dalam lima kelompok taraf sukar walaupun jumlah soal tidak kelipatan lima, akibatnya tidak sama banyak jumlah soal disetiap kelompok taraf sukar. Selain pembagian lima kelompok taraf sukar metode Jacob juga memberi bobot besar pada butir yang sukar dan memberi bobot kecil pada butir yang mudah. Adanya pemberian bobot dikhawatirkan tidak dengan optimal karena jika peserta tes menjawab lebih banyak butir dengan benar, cenderung memperoleh indeks kewajaran tinggi, semata-mata nilai indeks kewajaran tidak lagi hanya mengukur kewajaran skor, dan itu dapat menjadi kelemahan dalam perhitungan indeks ketidakwajaran skor.
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Dari keempat metode pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut, untuk metode SHL dan metode Donlon-Fisher, keduanya tidak membutuhkan skor prediksi dan tidak ada pembagian peringkat dalam menghitung indeks ketidakwajaran skor peserta tes, dengan begitu kedua metode tersebut cocok apabila digunakan oleh guru-guru karena lebih mudah digunakan tidak perlu mencari skor prediksi yang belum tentu mengukur sesuatu yang sama seperti pada metode
Ghiselli
dan
juga
menghindari
kelemahan
dalam
perhitungan
ketidakwajaran skor dalam penggunaan metode Jacob. Metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada proses perhitungannya berdasarkan teori skor klasik dalam mengestimasi skornya, ini mempermudah guru dalam mendeteksi ketidakwajaran skor karena telah sesuai dengan analisis butir soal yang biasa digunakan guru di sekolah untuk menganalisis butir soal yaitu menggunakan teori skor klasik. Dalam mendeteksi ketidakwajaran skor metode SHL dan Metode DonlonFisher terlebih dahulu mengurutkan butir mudah ke butir sukar, dan mengurutkan skor peserta tes dari yang tertinggi ke terendah, namun berbeda dalam menghitung kesukaran butir. Kesukaran butir pada metode SHL dinyatakan dengan jumlah jawaban benar dari setiap peserta, sedangkan kesukaran butir pada metode Donlon-Fisher dinyatakan dalam skala ∆ atau delta. Setelah itu metode SHL dan metode Donlon-Fisher membandingkan kecocokan antara skor peserta dengan skor kelompok peserta tersebut, tetapi dengan rumus yang berbeda. Perbedaan rumus dapat dilihat dari, jika pada metode SHL mendeteksi ketidakwajaran skor dengan menghitung selisih banyaknya jawaban salah pada butir mudah serta banyaknya jawaban benar pada butir sukar, kemudian bandingkan dengan indeks kehati-hatian peserta dalam bentuk proporsi terhadap jawaban benar dari seluruh peserta, sedangkan metode Donlon-Fisher menggunakan korelasi biserial untuk membandingkan pola kesukaran butir peserta dengan pola kesukaran butir kelompok peserta.
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Pada dasarnya kedua metode tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mendeteksi ketidakwajaran skor peserta tes, maka seharusnya menghasilkan indeks ketidakwajaran yang sama pula, namun pada prakteknya terdapat komponen yang berbeda seperti dijelaskan sebelumnya. Belum diketahui apakah perbedaan tersebut dapat menghasilkan indeks ketidakwajaran skor peserta tes yang
berbeda
pula,
karena
dikhawatirkan
adanya
perbedaan
indeks
ketidakwajaran skor yang dihasilkan oleh metode SHL dan metode Donlon-Fisher dapat menyebabkan guru atau pihak yang ingin mendeteksi ketidakwajaran skor menjadi bingung metode mana yang sebaiknya digunakan. Untuk itulah penting dilakukan penelitian membandingkan indeks ketidakwajaran skor yang dideteksi menggunakan metode SHL dan yang dideteksi menggunakan metode Donlon-Fisher terhadap tes hasil belajar matematika SMP kelas VII, karena apabila telah diketahui indeks ketidakwajaran skor dengan menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher terhadap tes hasil belajar siswa, maka akan sangat membantu dalam memilih metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang tepat, lebih sensitif atau yang lebih praktis dalam penggunaannya. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kecemasan diduga mempengaruhi indeks ketidakwajaran skor siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran matematika. 2. Tingkat ketidakhati-hatian dalam mengerjakan setiap butir soal diduga mempengaruhi indeks ketidakwajaran skor siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran matematika. 3. Sikap tidak tenang menghadapi tes diduga mengakibatkan ketidakwajaran skor siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran matematika. 4. Guru belum dapat mendeteksi ketidakwajaran skor pada hasil tes matematika kelas VII. Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
5. Membandingkan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika di SMP kelas VII. C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas peneliti dapat mengetahui tentang masalah yang dihadapi, salah satu masalah yang akan diteliti adalah perbandingan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang akan diteliti, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan antara metode SHL dan metode Donlon-Fisher dalam hal indeks ketidakwajaran skor pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII? 2. Bagaimana hasil analisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII? 3. Bagaimana hasil analisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui perbandingan hasil pendeteksian ketidakwajaran skor antara metode SHL dan metode Donlon dan Fisher pada mata pelajaran matematika SMP kelas VII. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada mata pelajaran matematika di SMP kelas VII. 2. Untuk menganalisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
3. Untuk menganalisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam pelaksanaan tes. 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode DonlonFisher pada tes hasil belajar matematika. Memberikan pula informasi kepada pembaca tidak semua hasil tes memberikan informasi yang benar tentang kemampuan peserta tes. 2. Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini nantinya adalah bagi pihak yang berkeinginan untuk mendeteksi ketidakwajaran skor baik guru maupun supervisor dapat memilih metode yang cocok digunakan untuk tujuan tertentu antara metode SHL ataupun metode Donlon-Fisher, karena penelitian ini tidak hanya akan menyajikan perbedaan indeks ketidakwajaran skor, tetapi juga penelitian ini hendak melihat secara deskriptif karakteristik dari metode pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut.
Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR MENGGUNAKAN METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu