BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh laba. Perusahaan biasanya fokus pada strategi keuangan jangka panjang, khususnya keputusan investasi dan penentuan faktor diskonto, struktur modal, dan kebijakan dividen. Namun, perencanaan keuangan jangka pendek juga sangat penting dalam suatu perusahaan. Tujuan utama perencanaan keuangan jangka pendek adalah menyakinkan bahwa perusahaan dapat memelihara atau mengendalikan likuiditasnya. Likuiditas disini diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban tunai yang telah jatuh tempo. Dengan demikian perusahaan di katakan likuid jika ia mampu membayar gaji karyawan pada waktunya, tagihan-tagihan dari suplier, tagihan pajak, dsb. Manajemen keuangan jangka pendek ini sering disebut dengan manajemen modal kerja.1 Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh peusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang merupakan bagian yang 1
Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: CV.ANDI OFFSET, 2008) ,hlm. 365.
1
2
cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji, pegawai dan lain-lain dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal. Modal kerja mengacu pada ketersediaan aktiva lancar bersih (net current assets). Biasanya, komponen yang paling dikenal dari modal kerja adalah kas, surat berharga, persediaan, piutang, dan hutang jangka pendek. Pada dasarnya, modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Tujuan utama dari manajemen modal kerja adalah untuk menjaga keseimbangan optimal di antara masing-masing komponen modalkerja.2 Kesuksesan bisnis sangat tergantung pada kemampuan manajer keuangan untuk mengelola piutang, persediaan, dan hutang secara efektif. Tingkat modal kerja yang optimal merupakan salah satu keseimbangan yang dicapai antara risiko dan efisiensi. Hal ini membutuhkan pemantauan terus menerus untuk mempertahankan tingkat berbagai komponen modal kerja yang optimum seperti piutang, kas, persediaan, dan hutang.
2
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010). Hlm. 210.
3
Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah menentukan besar modal kerja yang optimal. Modal kerja dapat menunjukkan tingkat keamanan atau margin of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Jumlah modal kerja dalam suatu perusahan harus cukup untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dan kegagalan akibat ketidakcukupan dalam modal kerja. Besarnya modal kerja pada suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan tiap perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung pada jenis perusahaan dan besar kecilnya perusahaan itu sendiri. Sifat umum atau tipe perusahaan juga mempengaruhi jumlah modal kerja. Perusahaan dalam bidang industri relatif membutuhkan modal kerja yang relatif besar karena dalam produksi barang membutuhkan investasi bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk menjamin kelancaran penjualan. Sedangkan pada perusahaan dagang, modal kerja relatif kecil karena hanya memerlukan persediaan barang jadi, sama halnya dengan perusahaan jasa yang modal kerjanya relatif karena investasi yang diperlukan dalam persediaan dan investasi dalam piutang pencairannya untuk menjadi kas relatif cepat.3 Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, hal ini menyebabkan kerugian karena dana yang tersedia tidak
3
Arthur J.Keown, dkk, Manajemen Keuangan, (Jakarta:PT INDEKS, 2010), hlm. 241-242.
4
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Sebaliknya, kekurangan modal kerja dapat menyebabkan rendahnya tingkat likuiditas sehingga mengganggu kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Dalam prakteknya, manajemen modal kerja telah menjadi salah satu isu yang paling penting dalam perusahaan, di mana manajer keuangan banyak menemukan kesulitan untuk mengidentifikasi tingkat optimal dari modal kerja.
Akibatnya
perusahaan
dapat
meminimalkan
risiko
dan
meningkatkan kinerja mereka secara keseluruhan jika mereka dapat memahami peran dan penentu modal kerja. Ukuran
perusahaan
menggambarkan
besar
kecilnya
suatu
perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva. Penentuan perusahaan ini berdasarkan kepada total asset perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan. Semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan dan semakin besar modal yang ditanam. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri selain itu ukuran perusahaan juga dapat menetukan baik atau tidaknya kinerja dari perusahaan tersebut, investor biasanya lebih memiliki kepercayaan pada
5
perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas labanya.4 Profitabilitas suatu perusahaan berhubungan dengan manajemen modal kerja perusahaan, karena manajemen modal kerja merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat manajemen modal kerja yang memuaskan, maka besar kemungkinan perusahaan tersebut tidak akan mampu membayar kewajiban – kewajiban yang jatuh tempo.5 Leverage suatu perusahaan digunakan untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan
menggunakan
hutang.
Yang
berarti
mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Semakin kecil rasio leverage dan likuiditas maka dalam pembayaran hutang semakin lancar.6 Pasar modal syariah di indonesia secara resmi dikeluarkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MoU antara BAPEPAM-LK
dengan
Dewan
Syariah
Nasional-Majelis
Ulama
Indonesia (DSN-MUI). Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003. Namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada 4
Pulina Warianto. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Strktur Modal, Likuiditas dan Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba Pada perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Jurnal. Vol 8. No.6. 2013. hlm. 5. 5 Elly Agustin: Analisis Hubungan Rasio Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Mode Fashion,..2007. USU Repository. 2009. 6 Lukas Setia Atmaja, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. (Yogyakarta: CV ANDI OFFSET, 2008), Hlm. 415.
6
tahun 1997. Hal ini di tandai dengan dikeluarkannya Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT Danareksa Invesment Management (DIM). Selanjutnya PT Bursa Efek Indonesia (BEJ). Bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM). Meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.7 Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham di indonesia yang menghitung indeks harta rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariah islam. Saham JII cenderung stabil karena saham-saham tersebut termasuk saham-saham liquid dalam arti mudah di perjual belikan baik dalam kondisi pasar lemah maupun kuat. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi secara syariah. Dengan kata lain JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja dalam memilih portofolio saham yang halal.8
7
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang UIN : Mliki Press, 2010), hlm.
47. 8
Todi Kurniawan. Volatilitas Saham Syariah (Analisis atas jakarta Islamic Index), dalam artikel Karim Review, Edisi spesial (januari, 2008), hlm.41.
7
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Managemen. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebutdilakukan oleh Bapepam-LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam peraturan Bapepam-LK Nomor 11.K.1 tentang kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.9 Saham yang bergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ini juga memiliki kriteria. Bahkan kategori dan kriterianya cukup ketat, sebab JII mensyaratkan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi. Pemilihan saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. Selanjutnya 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. JII juga memiliki 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir10. Jadi secara khusus saham-saham yang masuk kriteria JII adalah saham-saham yang operasionalnya tidak mengandung unsur ribawi, permodalan perusahaan juga bukan mayoritas dari hutang. 9
Bursa Efek Indonesia, Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, (Jakarta 2008), hlm. 12. 10 Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal, Tim Studi tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia,”Studi Tentang Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia” (Jakarta: Desember, 2004), hlm.20.
8
Maka saham-saham JII ini pada umumnya mempunyai struktur modal yang sehat dan tidak terbebani bunga hutang berlebihan, dengan kata lain debt to equity rasionya masih proporsional sehingga sangat menjanjikan untuk investasi jangka menengah-panjang. Pengelolaannya juga dinilai transparan dan kredibel serta menghormati pemegang sahamnya.11
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012? 2. Apakah modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012? 4. Apakah ukuran perusahaan, modal kerja, dan leverage berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012?
11
Perdana Wahyu Santosa, “Mengenal Indeks Harga Saham dan Jakarta Islamic Index”, dalam artikel SMART Market (Januari,2010),hlm.2.
9
C.
Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Dalam penelitian ini periode yang digunakan adalah tahun 2010 sampai 2012.
2.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di JII.
3.
Rasio keuangan yang dipakai adalah Ukuran Perusahaan (Size), modal kerja (WCR) dan Leverage (DTA).
D.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012. 2. Mengetahui pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012. 3. Mengetahui pengaruh leverage terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012. 4. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, modal kerja, dan leverage terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2010-2012.
10
E.
Manfaat penelitian 1. Manfaat secara teoritis a. Bagi kalangan akademik, sebagai bahan referensi bagi ilmu-ilmu manajemen, khususnya manajemen keuangan. b. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan mengetahuan serta pemahaman peneliti mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi yang dapat memberikan
perbandingan
dan
masukan
bagi
penelitian
selanjutnya. 2. Manfaat secara praktis a. Memberi masukan tentang pengaruh ukuran perusahaan, modal kerja dan leverage terhadap profitabilitas perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan di masa yang akan datang. b. Memberikan informai dan bahan pertimbangan tentang pengaruh ukuran
perusahaan,
modal
kerja
dan
leverage
terhadap
profitabilitas bagi investor yang berkepentingan untuk berinvestasi di pasar modal.
11
F.
Tinjauan Pustaka 1.
Landasan Teori a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva. Penentuan perusahaan ini berdasarkan kepada total asset perusahaan. Total aktiva
dipilih
sebagai
proksi
ukuran
perusahaan
dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan. Semakin besar total aktiva maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan dan semakin besar modal yang ditanam. perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Di sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian karena lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan yang ukuran perusahaannya lebih besar memiliki
12
tingkat leverage yang lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.12 Perusahaan dengan banyak sumber dana membutuhkan modal kerja yang lebih kecil. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Semakin
besar
suatu
perusahaan
maka
kecenderungan
penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal. Perusahaan yang memilki banyak aset akan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang berpotensi untuk menghasilkan laba lebih baik. Rumus yang digunakan yaitu:13 Ukuran Perusahaan = Log (Total Assets)
12
Alwan Sri Kustono.Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002–2006. Jurnal. Vol VIII. No.14. 2009. 13 Sri Martina, Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Medan: Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2011, Hlm. 8.
13
b. Modal Kerja Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannnya dalam rangka menghitung jumlah modal kerja. Pada hakikatnya modal kerja adalah pemenuhan dana jangka pendek, tetapi beberapa literatur, mengaitkan pula dengan pemenuhan dana jangka menengah. Mengelola modal kerja merupakan komponen yang sangat penting bagi keuangan perusahaan, ketika manajemen modal kerja yang efisien
akan mengantarkan perusahaan untuk bereaksi cepat
dalam mengantisipasi perubahan yang tidak dikehendaki, seperti tingkat suku bunga, harga bahan baku dan pencapaian keunggulan bersaing dibanding pesaing perusahaan.14 Menentukan seberapa besar jumlah modal kerja suatu perusahaan merupakan masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja, karena apabila modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Namun bila modal kerja terlalu kecil maka akan ada risiko proses produksi perusahaan kemungkinan besar akan terganggu. Oleh sebab itu perlu ditentukan berapa besar jumlah modal kerja suatu perusahaan. Salah satu rasio yang digunakan untuk menganalisis jumlah modal kerja adalah Working Capital Ratio (WCR) yang 14
Nilmawati. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Pada Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar di BEI. Jurnal. Vol 11. No. 3. 2011
14
dapat
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menutupi
kewajiban jangka pendek keuangan (kewajiban lancar) dengan membandingkan jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktivanya. Rasio ini dapat memberikan beberapa wawasan mengenai likuiditas perusahaan, karena rasio ini dapat mengungkap persentase aset likuid yang tersisa dibandingkan dengan total aktiva perusahaan. Working
Capital
Ratio
(WCR)
yang
meningkat
biasanya
merupakan tanda positif, menunjukkan likuiditas perusahaan meningkatkan dari waktu ke waktu. Rasio yang rendah atau menurun mengindikasikan perusahaan memiliki jumlah kewajiban lancar yang terlalu banyak, hal tersebut mengurangi jumlah modal kerja yang tersedia.15 Formulasi dari Working Capital Ratio adalah sebagai berikut: 𝑊𝐶𝑅 = c.
(Aktiva Lancar − Kewajiban Lancar) Total Aktiva
Leverage Leverage yaitu rasio yang menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Pemenuhan
15
Arthur J.Keown, dkk, Manajemen Keuangan, (Jakarta:PT INDEKS, 2010), hlm. 240.
15
sumber dana melalui utang (pinjaman) akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan, karena leverage merupakan rasio yang digunakan
untuk
mengukur
seberapa
jauh
perusahaan
menggunakan utang.16 Jika
leverage
suatu
perusahaan
tinggi
maka
tingkat
profitabilitas akan menurun.17 Rumus yang digunakan untuk mencari debt ratio yaitu: 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 =
Total Hutang Total Aset
d. Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek- efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil- hasil operasi. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur keuntungan yang diperoleh dari modal- modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.18
16
Agus Wibowo, Efisiensi Modal kerja, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.Jurnal. Vol 3 (1).2012. 17 Elfinto Nugroho, Analisis Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada BEI Tahun 2005-2009). Skripsi. Hlm: 11. 18 Aulia Rahma dan Prasetiono. Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan.Jurnal. Vol 15. No. 2. 2009.
16
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasiorasio keuangan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan. Profitabilitas
juga
mempunyai
arti
penting
dalam
usaha
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin. Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
17
2.
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang faktor - faktor yang mempengaruhi profitabilitas sudah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan hasil yang berbedabeda. Penelitian tersebut antara lain: Tabel 1.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Judul penelitian
Peneliti
Variabel
Hasil penelitian
Keterangan
penelitian Pengaruh Modal Dikti
Profitabilitas
Kerja Terhadap Ruwindas
(ROA)
Profitabilitas
variabel
(2012)
Y
independen
(Studi
meliputi
Pada CV Dandy
Kerja Tahun,
dan berpengaruh
variabel dan
signifikan
Perusahaan Kasus
Modal
tempat
(X) terhadap
penelitian
modal profitabilitas
kerja
Handycraft Tasikmalaya) Analisis
Elfinto
Profitabilitas
Pengaruh
Nugroho
(ROA)
Likuiditas,
(2011)
variabel
Y
CR dan Leverage Tahun, dan berpengaruh (X): negatif
variabel dan
terhadap tempat
Pertumbuhan
Curren
Penjualan,
Pertumbuhan
Perputaran
Penjualan, Modal Penjualan, Modal
Modal
Kerja, Size dan Kerja
Kerja,
Ukuran
Leverage.
Ratio, ROA, sedangkan penelitian Pertumbuhan
Size
berpengaruh
Perusahaan Dan
positif
Leverage
ROA.
Terhadap
dan
terhadap
18
Profitabilitas Perusahaan. Pengaruh
R.rr
Manajemen
Berlian
Modal
Ken Profitabilitas (Y)
Kerja Kautsari
Terhadap
Periode
Tahun,
WCM dan CCC Persediaan (X)
(2013)
Periode
Utang tempat
berpengaruh
Profitabilitas
terhadap
Perusahaaan
sedangkan
pada
Periode
Perusahaan
dan
Rokok
yang
Terdaftar Bursa
dan variabel dan
penelitian ROA
Piutang CCC
berpengaruh
di
negaif
Efek
ROA.
terhadap
Indonesia Analisis
Rika
Pengaruh
Sustia dan SIZE, DR, CR, SIZE berpengaruh variabel dan
Manajemen
Tohir
Modal
Kerja, (2013)
Likuiditas, Leverage
ROA (Y)
RCP, ICP, dan Tahun,
CCC, DPD, ICP negatif dan RCP (X)
ROA. PDP dan penelitian CR
dan
terhadap tempat
berpengaruh
positif
terhadap
Ukuran
ROA
Perusahaan
DR
Terhadap
berpengaruh
Profitabilitas
terhadap ROA
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industro Barang Konsumsi
di
sedangkan tidak
19
Bursa
Efek
Indonesia. Pengaruh
Lutfi Jaya Profitabilitas (Y)
Perputaran
Putra
Modal
Kerja (2012)
Working Capital Tahun,
Working Capital berpengaruh
variabel dan
(X)
terhadap
tempat
Profitabilitas
penelitian
Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus PT Indofood Sukses Makmur Tbk)
Analisis
Setyo
Profitabilitas (Y)
Pengaruh
Budi
Modal
Modal Kerja tidak Tahun,
Kerja, berpengaruh
Efisiensi Modal Nugroho
Likuiditad
Kerja,
(2012)
Solvabilitas (X)
Profitabilitas
Yoyon
Likuiditas (Y1)
Modal
Profitabilitas
berpengaruh
Likuiditas,
dan terhadap
variabel dan tempat penelitian
dan
Solvabilitas Terhadap Profitabilitas (Studi
Kasus
Pada
PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk” “Pengaruh Modal
Kerja Supriyadi
Terhadap
dan
Tingkat
Fazriani
Likuiditas
Fani (Y2)
dan (2011)
Profitabilitas” Sumber: Data diolah oleh peneliti
Modal Kerja (X)
positif
kerja Tahun, Studi kasus
terhadap variabel
profitabilitas
berbeda.
dan
20
G.
Kerangka Berfikir Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Ukuran Perusahaan (SIZE) X1 H1
Modal Kerja (WCR) X2 H2
Leverage (DTA) X3
Profitabilitas (ROA) (Y)
H3
H4
Kerangka berpikir merupakan suatu model konseptual tentang bagimana teori yang berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah riset.19 Pengembangan alur berpikir selanjutnya adalah pengaruh Ukuran Perusahaan, Modal kerja dan Leverage terhadap Profitabilitas. Kerangka berpikir di atas menggambarkan pengaruh antara variabel independen (X) yaitu Ukuran Perusahaan (X1), Modal kerja (X2), dan Leverage (X3), terhadap variabel dependen (Y) yaitu Profitabilitas. Adapun hubungan antara variabel dependen terhadap pengaruh independen. 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas
19
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 23.
21
Ukuran
perusahaan
menggambarkan
besar
kecilnya
suatu
perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva. Semakin besar total aktiva semakin besar pula ukuran suatu perusahaan dan semakin besar modal yang ditanam.20 Semakin besar ukuran perusahaan menyebabkan perusahaan lebih mudah masuk ke pasar modal jangka panjang, sehingga menyebabkan perusahaan lebih mudah melakukan kegiatan ekspansi yang lebih luas dan dapat menghasilkan laba yang maksimal. Modal kerja diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari seperti pesediaan dan upah tenaga kerja. Hubungan positif antara ukuran perusahaan dan profitabilitas menjelaskan
bahwa
semakin
besar
ukuran
perusahaan
maka
profitabilitas juga akan meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Elfinto Nugroho (2011). 2.
Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas Profiabilitas diukur dengan membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalm menghasilkan laba. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal kerja dalam suatu perusahaan.21
20
Paulina Warianto, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.Jurnal. Vol. 2, No. 4. 2013. 21 Elfinto Nugroho, Analisis Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan, Jurnal. Vol 22. No.1. 2011.
22
Pada umumnya perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi dalam menghasilkan keuntungan lebih memilih untuk membiayai kegiatan operasional perusahaannya dengan profit yang didapat yaitu laba ditahannya pada current asset untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian, jumlah modal kerja akan meningkat. Hubungan positif antara profitabilitas dan modal kerja ini didukung oleh penelitian Nazir dan Afza (2009), Giil (2011) dan Asmawi (2012). 3. Pengaruh Leverage terhadap modal kerja Leverage diukur dengan Debt to Total Asset yang menunjukkan berapa bagian dari keselurhan kebutuhan dana yang dibelanjahi dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang.22 Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi menunjukkan jumlah modal kerja yang rendah. Dengan leverage yang kecil diharapkan profitabilitas perusahaan akan meningkat. Hubungan negatif antara leverage dan profitabilitas ini didukung oleh penelitian Elfinto Nugroho (2011).
H.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan, landasan teori serta kerangka pemikiran teoritis, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 22
Agus Wibowo. Efisiensi Modal kerja, Likuiditas Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.Jurnal. Vol 3, (1).2012.
23
H01 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap Profitabilitas. Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Profitabilitas. H02 : Modal Kerja tidak berpengaruh positif terhadap jumlah modal kerja. Ha2: Modal Kerja berpengaruh positif terhadap jumlah modal kerja. H03 : Leverage tidak berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas. Ha3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas. H04 : Ukuran Perusahaaan, Modal Kerja dan Leverage berpengaruh terhadap Profitabilitas. Ha4 : Ukuran Perusahaan, Modal Kerja dan Leverage tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas.
I.
Metode Penelitian a.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini menekankan analisisnya pada datadata numeral (angka) yang diolah dengan statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.23 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap profitabilitas pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2010-2012.
23
Saefudin Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998. Hlm: 5.
24
b.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ini melibatkan empat variabel yang terdiri atas satu variabel terikat (dependen) dan tiga variabel bebas (independen). Variabel bebas tersebut adalah ukuran perusahaan, modal kerja, dan leverage, sedangkan variabel terikat adalah profitabilitas. Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1) Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran
perusahaan
menunjukkan
seberapa
besar
perusahaan dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Untuk memberikan
kriteria
yang
pasti
mengenai
ukuran
suatu
perusahaan, digunakan rumus : Ukuran Perusahaan = Log Total Asset (Rouben Meldrick 2013)24 2) Working Capital Ratio (WCR) Working Capital Ratio (WCR) mengukur kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek keuangan (kewajiban lancar) dengan membandingkan jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktivanya. Rasio ini dapat memberikan beberapa wawasan mengenai likuiditas perusahaan, karena rasio ini dapat mengungkap persentase aset likuid yang tersisa dibandingkan dengan total aktiva perusahaan. Adapun formulasi dari Working Capital 24
Ratio
adalah
sebagai
berikut:
Rouben Meldrick, Faktor-Faktor ang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Di Sektor Agriculture Yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011, Jurnal. Vol 2. No.2. hlm:7
25
𝑊𝐶𝑅 =
(Aktiva Lancar − Kewajiban Lancar) Total Aktiva (Thomas Sumarsan 2010:46)25
3)
Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Untuk mengukur rasio leverage digunakan rumus : 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 =
Total Hutang Total Aset
(Irham Fahmi 2012:127)26 4)
Profitabilitas (ROA) Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada. Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑅𝑂𝐴 =
Laba Bersih setelah Pajak Total Aktiva (Irham Fahmi 2012:137)27
25
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen, (Jakarta: PT Index, 2010). hlm 46. Ibid. hlm, 127 27 Irham Fahmi, Analisi Laporan keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012) cetakan ke-2, hlm, 26
137
26
Tabel 2.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel No. Variabel 1
Ukuran
Ukuran
Definisi
SIZE
Seberapa
Perusahaan
Rumus
Skala
𝐿𝑜𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rasio
(Aktiva Lanccar − Kewajiban Lancar) Total Aktiva
Rasio
Total Hutang Total Aset
Rasio
besar perusahaan dilihat
dari
total aktiva. 2
Working
Working
Persentase
Capital
Capital
aset
Ratio (WCR) yang
likuid tersisa
dibandingkan dengan
total
aktiva perusahaan. 3
Leverage
Debt
to Mengukur
Total Assets sejauh (DTA)
mana
aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
27
Profitabilitas Return
4
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva
On Kemampuan
Asset (ROA)
perusahaan dalam menghasikan laba
dari
aktiva
yang
digunakan. Sumber: berbagai jurnal dan buku referensi yang dikembangkan untuk penelitian ini c.
Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index periode waktu 2010-2012 dimana data diperoleh dari sumber data sekunder. Sedangkan pemilihan periode 2010-2012 sebagai sampel karena dapat
menggambarkan
kondisi
yang
relatif
baru.
Dengan
menggunakan sampel yang baru ini diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual. Jumlah perusahaan yang terdaftar di JII sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 30 perusahaan yang merupakan jumlah populasi dalam penelitian ini.
Rasio
28
Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagiandari unit populasi yang akan diteliti. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Teknik ini ditentukan untuk memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan kesesuaian kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.28 Adapun kriteria sampel yang akan digunakan sebagai berikut: a)
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdapat di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2010- 2012
b)
Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap secara berturut-turut selama tahun 2010– 2012. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel perusahaan
sebanyak 12 perusahaan. Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan
28
1
PT Astra Argo Lestari Tbk.
2
PT Aneka Tambang Tbk.
3
PT Astra International Tbk.
4
PT International Nikel Indonesia Tbk.
5
PT Indocemen Tunggal Perkasa Tbk.
Sugiono, Statistik Untuk Penelitian. (Bandung: CV Alfabeta, 2009), hlm: 62.
29
6
PT Indo Tambang Raya Megah Tbk.
7
PT Kalbe FarmaTbk.
8
PT PP London Sumatera Tbk.
9
PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk.
10
PT Semen Gresik Tbk.
11
PT Telekomunikasi IndonesiaTbk.
12
PT Unilever indonesiaTbk. Sumber: Data yang diolah dari Jakarta Islamic Index (JII)
d. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: 1. Studi Pustaka Pengumpulan data melalui studi pustaka dilakukan dengan mengkaji laporan keuangan perusahaan, buku-buku atau literatur dan jurnal ilmiah yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk memperoleh landasan teoritis yang kuat. 2. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis.29 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan mengumpulkan laporan keuangan dari objek penelitian berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) dari tahun 2010-2012. 29
Tatang M. Arifin. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1995. Hlm: 94.
30
e.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis dilakukan terhadap laporan perusahaan – perusahaan yang diteliti. Kemudian dilakukan analisis berdasarkan metode statistik. Proses analisis kuantitatif ini dilakukan menggunakan alat perhitungan statistik sebagai berikut : 1)
Pengujian Asumsi Klasik Uji
penyimpangan
asumsi
klasik
dilakukan
untuk
mengetahui beberapa penyimpangan yang terjadi pada data yang digunakan untuk penelitian. Hal ini agar model regresi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimated). a)
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen
keduanya
mempunyai
distribusi
normal
ataukah tidak30. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test statistik yang digunakan antara lain analisis grafik histogram, normal probability plots dan KolmogorovSmirnov
test.
Uji
Kolmogorov-Smirnov
dua
arah
menggunakan kepercayaan 5 persen. 30
Nur Asnawi, Masyhuri, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran, (Malang: UIN MALIKI PRES 2012) hlm, 178
31
1. Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka data terdistribusi normal. 2. Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.31 b)
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi di variabel – variabel independen yang masuk ke dalam model. Metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity dilakukan dengan uji
Variance
Inflation Factor (VIF) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: VIF = 1 / Tolerance Jika VIF lebih besar dari 10, maka antar variabel bebas (independent
variable)
terjadi
persoalan
multikolinearitas.32 Hingga saat ini tidak ada kriteria formal untuk menentukan batas terendah dari nilai toleransi atau VIF. Beberapa ahli berpendapat bahwa nilai toleransi kurang dari 1 atau VIF lebih besar dari 10 menunjukkan multikolinearitas signifikan, sementara itu para ahli lainnya menegaskan
bahwa
besarnya
R2
model
dianggap
mengindikasikan adanya multikolinearitas. 31
Rouben Meldrick. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan di Sektor Agriculture Yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Jurnal. Vol 2, No.2. 2013. Hlm:8 32 Rika Sustia. Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI.Jurnal. Vol 17, No.1. 2013. Hlm:9
32
c)
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual dari pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas33.Pada penelitian ini pengujian
heteroskedastisitas
dilakukan
dengan
menggunakan scatterplot. Scatterplot dilakukan dengan melihat grafik antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara residual dan variabel dependent dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). d)
Uji Autokorelaasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul pada data runtun waktu (time series), maka penelitian menggunakan Uji Statistik uji Durbin Watson (Uji D-W).
33
Nur Asnawi, Masyhuri, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran, (Malang: UIN MALIKI PRES 2012), hlm. 178.
33
Uji D-W merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimesi.34Uji
D-W
ini
hanya
digunakan
untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel penjelas. Keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan Uji DW adalah sebagai berikut:35 i. Bila nilai D-W lebih besar daripada batas atas (Upper Bond, U), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol. Artinya tidak ada autokorelasi positif. ii. Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah (Lower Bond, L), koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol. Artinya autokorelasi positif. iii. Bila nilai D-W terletak diantara batas atas dan batas bawah, maka tidak dapat disimpulkan. e) Analisis Regresi Berganda Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat.
34
Suliyanto, Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS, (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), hlm. 81-82. 35 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang:Universtas Diponegoro, 2005), hlm. 106.
34
Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e Dimana: Y : Profitabilitas a : Bilangan Konstanta b1- b3 : Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen X1 : Ukuran Perusahaan X2 : Modal Kerja X3 : Leverage e : Variabel Pengganggu (disturbance’s error) Besarnya konstanta tercermin dalam “a”, dan besarna koefisien regresi dari masing-masing variabel independen di tunjukkan dengan b1, b2, dan b3.36 2)
Pengujian Hipotesis a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik-t. Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 3, adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut
36
Dwi Putri Estirahayu. Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, Jurnal. Vol 8. No.1. 2014.
35
H0 : b1 s/d b3 = 0 dan Hi : b1 s/d b3≠ 0 Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen Xi terhadap variabel dependen (Y). Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus: t =Koefisien b Standar error of estimate Jika t-tabel> t-hitung (a, n-k-l), maka H0 ditolak, dan Jika t-hitung< t-tabel (a, n-k-l), H0 diterima. b) Uji Statistik F (Goodness of Fit) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah permodelan yang dibangun memenuhi kriteria fit atau tidak. Uji F dilakukan
dengan langkah - langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan Hipotesis H0 : b1, b2, b3 = 0 (tidak ada pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, terhadap jumlah modal kerja). Ha : b1, b2, b3 ≠ 0 (ada pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage terhadap jumlah modal kerja) 2. Memilih uji statistik, memilih uji F karena hendak menentukan pengaruh berbagai variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
36
3. Menentukan tingkat signifikansi yaitu d = 0,05 dan df = k/n-k-1. 4. Menghitung Fhitung atau Fstatistik dengan bantuan paket program komputer SPSS, program analisis regression Linear. 5. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan ketentuan apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka variabel independen signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. c) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2 yang mendekati
satu
berarti
variabel-variabel
independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas / X) dalam model. Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara
37
regresor (X) dengan variabel Y. (Rumus untuk menghitung koefesien determinasi (KD) adalah KD = r2x 100%).
J.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian diawali dengan Bab I yang merupakan pendahuluan yang diharapkan dapat mengantarkan pembaca pada isi yang dimaksud. Bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Selanjutnya bab II, Pada bab ini berisi landasan teori mengenai ukuran perusahaan, modal kerja, leverage dan profitabilitas supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami teori-teori yang melandasi penelitian ini Bab III pada bab ini, akan menguraikan mengenai perusahaan yang listing di JII, profil perusahaan dan data-data sekunder yang digunakan untuk analisis. Kemudian Bab IV berupa analisis hasil penelitian yang terdiri dari statistik deskriptif, hasil pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis Dan yang terakhir, Bab V adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan sebagai masukan mengenai analisis ukuran perusahaan, modal kerja dan leverage yang mungkin berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan yang ada di JII