BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Suatu perusahaan didirikan dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran dan keuntungan bagi pemegang saham (Brigham dan Houston,2006) salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan meningkatkan nilai perusahaan, selain itu tujuan perusahaan yaitu meningkatkan laba dari tahun ke tahun serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kaitannya kelangsungan hidup perusahaan, perusahaan diberbagai sektor menghadapi persoalan yang sama, yaitu bagaimana pendanaan proyek dan kegiatan bisnis yang diperlukan dalam perusahaan untuk tumbuh dan meningkatkan kekayaan (Grahan et al 2009). Karena itu, perusahahaan memiliki sejumlah alternatif sumber pembiayaan, baik internal ataupun eksternal, yang dapat dimanfaatkan. Keputusan manajemen mengenai sumber pendanaan melalui pasar saham yaitu mengenai pemilihan pendanaannya antara hutang dan ekuitas, tercermin dalam struktur modalnya. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menunjukkan fenomena yang cukup menarik, yaitu adanya tingkat utang yang tinggi pada perusahaanperusahaan di Indonesia.
1
2
Secara empiris telah dilakukan penelitian oleh Soleman (2008) mengenai tingkat hutang pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fenomena struktur modal yang terjadi pada perusahaan publik non keuangan di BEI, menunjukkan komposisi struktur modal yang lebih banyak didominasi oleh hutang dengan tingkat leverage di atas 60 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber pendanaan perusahaan dalam jangka panjang sangat tergantung dengan hutang. Sedangkan apabila kondisi ekonomi menurun, maka tingkat resiko yang muncul akan sangat besar. Tingginya tingkat hutang pada perusahaan di Indonesia merupakan suatu fenomena keuangan yang menarik untuk diteliti. Penelitian terdahulu umumnya dilakukan di negara-negara maju, sedangkan penelitian di negara berkembang masih jarang dilakukan (Pandey, 2003). Tingginya tingkat hutang perusahaan akan memberikan konsekuensi resiko yang tinggi. Terutama apabila dalam kondisi ekonomi yang menurun. Seperti pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Krisis tersebut berdampak pada semua sektor perekonomian. Perusahaan yang sumber dananya berasal dari hutang mengalami banyak kemunduran kerja. Tidak sedikit perusahaan yang menjadi kesulitan memperoleh dana untuk menjalankan kegiatan operasionalnya dan mengalami kesulitan likuiditas. Krisis moneter memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian Indonesia saat itu. Turunnya nilai rupiah dengan drastis, tingginya inflasi dan suku bunga melemahkan iklim investasi. Sektor manufaktur pun tak luput dalam
3
penurunan perdagangan di bursa efek. Itulah yang menjadikan keputusan struktur modal oleh perusahaan merupakan hal yang penting. Secara teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur pendanaan sulit untuk diukur. Berbagai penelitian empiris telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan. Ada beberapa teori yang sering dikemukakan mengenai pengambilan keputusan pendanaan perusahaan, dua diantaranya adalah Trade-off Theory dan Pecking Order Theory. Kedua teori ini merupakan teori struktur modal yang penting, dan keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Trade-off theory menyatakan bahwa perusahaan menentukan tingkat struktur modalnya pada suatu tingkatan struktur modal yang ingin dicapai dari waktu ke waktu. Perusahaan akan berusaha menyeimbangkan manfaat dari biaya penggunaan hutang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan dalam struktur modal. Sedangkan Pecking order theory menyatakan bahwa keputusan pendanaan akan mengikuti suatu hierarki, dimana sumber pendanaan internal lebih diutamakan dibandingkan pendanaan dari sumber eksternal. Kebutuhan modal perusahaan pada dasarnya dapat dipenuhi dari dua sumber, yaitu sumber internal perusahaan dan sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari dalam perusahaan, yaitu dalam bentuk laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan bagian dari laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan, atau laba besih yang ditanamkan lagi dalam perusahaan. Sedangkan sumber dana ekstenal adalah sumber dana yang berasal
4
dari luar perusahaan. Sumber dana eksternal dapat berupa hutang dan modal dari pemilik perusahaan. Modal dari pemilik diperoleh dengan menerbitkan surat berharga. Dengan diterbitkannya surat berharga, maka publik dapat menanamkan modal di perusahaan. Pada dasarnya perusahaan lebih mengutamakan pemenuhan
kebutuhan
dana
dari
intenal
perusahaan.
Namun
seiring
perkembangan perusahaan, maka kebutuhan akan dana menjadi semakin besar. Maka dari itu diperlukan dana dari luar perusahaan, baik dengan hutang (debt financing) maupun pengeluaran saham (external equity financing). Apabila pemenuhan dana dipenuhi dari hutang saja, maka resiko finansialnya sangat besar. Karena ketergantungan yang tinggi terhadap pihak luar. Dan apabila dana dipenuhi dari penjualan saham saja, maka biayanya akan sangat mahal. Oleh sebab itu perlu adanya keseimbangan antara kedua sumber pendaan tersebut. Menurut Riyanto (2001) dalam Sukma (2005), disebutkan bahwa perusahaan tidak boleh mempunyai jumlah hutang melebihi modal sendiri. Jadi hutang tidak boleh lebih dari 50%, sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri). Komposisi perbandingan antara hutang dan modal sendiri ini tercermin dalam keputusan struktur modal perusahaan. Karakteristik perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangankan dalam penentuan struktur modal. Sebagaimana yang dikemukan Wald (1999) dalam Soleman (2008), bahwa perbedaan karakteristik perusahaan akan menyebabkan perbedaan pada komposisi struktur modal dan
5
keputusan pendanaan. Karakteristik perusahaan dapat mempengaruhi keputusan pemenuhan sumber dana perusahaan (Ozkan, 2001). Dari beberapa cara di atas yang bisa dilakukan perusahaan dalam memenuhi sumber pendanaan dan menentukan proporsi hutang dan modal dalam penggunannya, berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Husanan dan Pujiastuti, 2004 : 263). Menurut Brigham dan Huston (2001:39) dalam Laksmi (2010) ada beberapa faktor
yang
memepengaruhi keputusan strktur modal perusahaan antara lain stabilitas penjualan,
struktur
aktiva
leverage
operasional,
tingkat
pertumbuhan
profitabilitas, pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, kondisi pasar serta kondisi internal perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (1994 ) serta husnan (1996) dalam laksmi (2010) setiap perusahaan akan menghadapi risiko dari kegiatan usaha dilakukan, risiko tersebut akan semakin besar apabila perusahaan mengunakan hutang yang besar dalam melakukan kegiatan usaha,
akan mempersulit perusahaan dalam
mengembalikan hutang tersebut. selain itu Saidi (2004) dan Mutamina (2003) menemukan hubungan negative antara risiko perusahaan terhadap struktur modal. Hal ini pertentangan dengan penelitian mengenai struktur modal yang dilakukan oleh Crutcley dan Hansen (1989) , penelitian disebut berhasil diidentifikasikan berbagai faktor yang secara signifikan memberikan efek langsung terhadap
6
kebijakan deviden ataupun struktur modal, dimana dari hasil tersebut risiko bisnis berpengaruh signifikan positif dengan struktur modal. Perusahaan dalam melakukan operasional dapat menghasilkan aktiva serta semakin meningkatnya aset, hal ini akan mempengaruhi kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan .Dengan meningkatkan kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan maka proporsi hutang akan semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan kedalam perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang dalam Trisna, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Muhajir (2009), Margaretha dan Ramadhan (2010) dan Seftianne (2011), menguji variabel profitabilitas dari kesimpulan penelitian tersebut bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Joni dan Lina (2010). Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam keputusan struktur modal. Perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar untuk membiayai aktivitas perusahaan dan salah satu alternative pemenuhan kebutuhan dana tersebut adalah dengan mengunakan hutang. Dengan kata lain, besar kecilnya ukuran suatu perusahaan secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal perusahaan. Penelitian terdahulu yang menghubungkan ukuran perusahaan terhadap kebijakan struktur modal yang dilakukan Hendri dan Sutapa (2006), Yuke dan Hadri (2005) dan Kartini dan Tulus (2008) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan
7
terhadap struktur modal. Tetapi hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2001) yang menyatkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Dari penjelasan di atas, terdapat bermacam-macam pendapat yang dihasilkan oleh peneliti dengan variabel yang sama, tampak bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal masih menarik untuk diuji lebih lanjut. Motivasi dari penelitian ini, untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel yang digunakan oleh peneliti sebelumnya pada sektor manufaktur jika variabel tersebut di gunakan untuk meneliti sektor pertambangan, serta penelitian ini memiliki perbedaan dimana penelitian sebelumnya yang kebanyakan meneliti sektor manufaktur tetapi penelitian ini meneliti perusahaan sektor pertambangan. Oleh karena itu, judul penelitian yang diajukan adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Emiten Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal? 2. Apakah struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal?
8
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan oleh peneliti ini adalah untuk : 1. Mengkaji pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal. 2. Mengkaji pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal. 3. Mengkaji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. 4. Mengkaji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : a. Bagi Penulis Bertujuan untuk meberikan tambahan pengetahuan dan menguju pengetahuan yang telah didapat, ketika kuliah untuk dapat diaplikasikan dalam menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai hasil yang diharpakan. b. Investor Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi.