BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Nutrisi yang baik selama masa bayi akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu didukung dengan adanya kesempatan untuk berinteraksi sosial, psikologis, dan bahkan pendidikan antara orangtua dan bayinya (Perry et al., 2010). Pemberian nutrisi yang optimal sejak dini dapat diberikan melalui pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi baru lahir. World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian nutrisi yang optimal bagi bayi baru lahir yakni melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (WHO, 2009). America Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan (Perry et al., 2010). ASI merupakan nutrisi terbaik yang secara khusus ditujukan bagi bayi baru lahir karena mengandung berbagai komponen antibodi, nutrisi yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi baru lahir dibandingkan dengan susu formula. (Perry et al., 2010). Menurut Center of Disease Control and Prevention Pediatric Nutrition Surveilance System, 2004 pemberian ASI bagi bayi baru lahir dapat membantu proses maturasi saluran pencernaan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan di Indonesia pada tahun 2012 berdasarkan laporan sementara hasil Survei Demografi
1
2
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 masih cukup rendah yakni sebesar 42% dimana target pencapaian pemberian ASI eksklusif pada tahun 2014 sebesar 80% (Riskesdas, 2013).
Salah
satu penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI
eksklusif bagi bayi dibawah usia enam bulan karena produksi ASI pada ibu post partum yang terhambat pada hari- hari pertama pasca persalinan sehingga sebagian besar bayi mendapatkan susu formula pada saat baru lahir (Riskesdas, 2013). Permasalahan ibu post partum di rumah sakit menunjukkan bahwa produksi ASI yang sedikit pada hari- hari pertama post partum menjadi kendala dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan oleh Chertok dan Shoham (2008) membuktikan bahwa wanita yang melahirkan dengan seksio sesarea beresiko tiga kali lebih besar mengalami hambatan dalam proses menyusui. Sebagian besar ibu post partum akan berhenti menyusui pada bulan pertama karena tidak dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) serta keterlambatan dalam memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal. Perasaan nyeri yang dirasakan di area sekitar operasi, kelemahan, dan hambatan mobilisasi juga mempengaruhi keterlambatan produksi ASI pada wanita post seksio sesarea. Faktor lain yang menyebabkan bayi mengalami kesulitan menyusui pasca seksio sesarea adalah nyeri maternal, stress, mual, tipe anestesi, bayi dan ibu dirawat secara terpisah, anemia karena kehilangan darah selama operasi dan post operasi, hambatan respon menghisap bayi, dan hambatan produksi ASI akibat pemberian obat-obatan (Dewey, 2001; Kmom, 2002). Proses melahirkan melalui seksio sesarea memiliki hubungan dengan keterlambatan dalam proses laktogenesis
3
dan menyusui dini. Keterlambatan produksi ASI disebabkan oleh proses pemulihan membutuhkan waktu yang lama, prosedur operasi menimbulkan rasa nyeri, kecemasan, serta kelemahan. (Chen et al.,1998; Dewey et al.,2003; Evans et al.,2003; dalam Riordan & Wambach.,2010) Sebagai upaya untuk membantu pencapaian peran maternal pada wanita post partum dengan seksio sesarea, peran perawat maternitas sebagai pemberi asuhan utama dapat melakukan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender. Intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender diduga dapat membantu ibu post partum meningkatkan produksi ASI dan menurunkan nyeri sehingga mampu mendukung pemberian ASI eksklusif bagi bayi baru lahir. Pijat punggung dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down melalui stimulasi sensori somatik dari sistem aferen (Mario, 2004). Pemijatan yang dilakukan di area punggung ini dapat dilakukan pada ibu pasca bedah sesar pada 24 jam setelah melahirkan ketika ibu sudah mampu memulai mobilisasi secara bertahap. Pijat punggung dapat dilakukan pada ibu pasca bedah sesar dengan posisi senyaman mungkin baik dengan posisi berbaring sambil miring ataupun dalam posisi duduk. Pemijatan ini tidak memiliki efek samping yang berarti. Aromaterapi lavender mempunyai efek terapi secara psikologis dari aromanya yang terhirup melalui inhalasi dari komponen yang mudah menguap. Khasiat aromaterapi lavender mempunyai aktivitas melalui sistem limbik khususnya pada amygdala dan hippocampus. Meskipun mekanisme secara seluler belum diketahui dengan pasti, namun lavender mempunyai khasiat mirip dengan benzodiazepines dan
4
meningkatkan efek gamma-aminobutyric acid di dalam amygdala (Cavanagh & Wilkinson, 2002) dalam (Ujiningtyas, 2012). Efek samping dari penggunaan minyak esensial lavender secara topikal dapat menimbulkan iritasi pada beberapa pasien yang sensitif dan dapat diidentifikasi melalui tanda kemerahan, gatal, dan rasa panas pada kulit (Snyder & Lindquist, 2002). Skin test perlu dilakukan pada pasien yang akan diberikan minyak esensial lavender untuk mencegah terjadinya iritasi pada klien sebelum pemberian minyak esensial lavender sebagai media pemijatan. Sampai saat ini, pengaruh intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pada ibu post partum dengan seksio sesarea masih belum jelas. Bukti-bukti penelitian
terkait dengan penggunaan
minyak
esensial lavender terhadap ibu post partum dengan seksio sesarea dalam meningkatkan produksi ASI masih terbatas. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul didapatkan data kurang lebih 70% ibu post partum dengan seksio sesarea mengalami permasalahan dalam menyusui bayinya. Permasalahan yang dialami antara lain : pengeluaran ASI yang sedikit, kondisi fisik yang lemah sehingga membutuhkan bantuan penuh dalam proses menyusui dan mobilisasi yang kurang karena pasien cenderung takut pada luka post operasi SC. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengkombinasikan intervensi pijat punggung menggunakan minyak essensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas maka dirumuskan pertanyaan penelitian bagaimana pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul ?
C. Tujuan Penelitian 1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2 Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi perbedaan produksi ASI
pasca bedah sesar antara
kelompok yang diberikan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dibandingkan dengan kelompok kontrol. b) Mengidentifikasi perbedaan produksi ASI
pasca bedah sesar antara
kelompok yang diberikan intervensi pijat punggung menggunakan virgin coconut oil (VCO) dibandingkan dengan kelompok kontrol. c) Mengidentifikasi faktor- faktor lain yang berpengaruh terhadap kelancaran ASI pasca bedah sesar.
6
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Menambah informasi dan masukan khususnya bagi ilmu keperawatan maternitas terkait intervensi komplementer yang dapat meningkatkan kelancaran produksi ASI pada ibu pasca bedah sesar melalui pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender. b. Pemberi Pelayanan Keperawatan Sebagai standar dan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan mandiri berupa terapi komplementer sehingga meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya di lingkup keperawatan maternitas dengan sasaran ibu pasca bedah sesar. c. Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyusun kebijakan terkait pemilihan prosedur tindakan pelayanan keperawatan di ruang post partum dalam meningkatkan kelancaran produksi ASI pada ibu pasca bedah sesar melalui pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender
7
E. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu yang mempunyai kemiripan dengan penelitian sebagai berikut: a. Patel & Gedam (2013) “Effect of Back Massage on Lactation among Postnatal Mothers”. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental non equivalent pre & post test design untuk mengetahui efektifitas back massage terhadap
laktasi pada wanita post partum. Teknik sampling
menggunakan purpossive sampling dengan sampel penelitian sejumlah 220 ibu post partum dengan kelompok intervensi sebanyak 100 dan kelompok kontrol sebanyak 120 responden. Pengukuran laktasi diukur berdasarkan parameter dari bayi yakni berat badan setelah mendapatkan ASI, frekuensi berkemih, frekuensi BAB, lamanya durasi tidur bayi setelah menyusu, dan kepuasan bayi setelah menyusu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan terbukti meningkatkan produksi ASI pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan
dengan penelitian ini terdapat
pada luaran yang
diukur, dimana peneliti mengukur produksi ASI berdasarkan pengamatan frekuensi buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) yang dikategorikan menjadi lancar apabila bayi BAK lebih dari 4 kali dan BAB lebih dari 2 kali dalam 24 jam. Perbedaan lain terdapat pada sampel dimana peneliti melakukan intervensi pijat punggung pada responden pasca bedah sesar sedangkan Patel & Gedam melakukan penelitian dengan responden
8
pasca persalinan spontan pervaginam. Penelitian Patel & Gedam (2013) menggunakan desain quasi experimental non equivalent pre & post test design sedangkan peneliti menggunakan desain quasi experimental non equivalent post test design only. b. Amin et al., (2011), tentang “Efektifitas massase rolling (punggung) terhadap produksi ASI pada ibu post sectio caesarea di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang”.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan quasi experimental pretest- posttest with control group design dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling pada total 32 responden yang terdiri dari 16 responden kelompok intervensi dan 16 responden kelompok kontrol. Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji independent samples t-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada saat pre test dengan p-value = 0,084 dan adanya perbedaan yang signifikan rata- rata produksi ASI antara kelompok intervensi massase rolling dan kelompok kontrol dengan p-value = 0,001 pada saat post test. Penelitian ini juga membuat kategori proporsi kelancaran produksi ASI dimana pada saat post test proporsi kelancaran produksi ASI pada kelompok intervensi sebesar 93,5% dan proporsi kelancaran produksi ASI pada kelompok kontrol sebesar 43,8%. Perbedaan penelitian Amin et al., (2011) dengan penelitian penulis yakni pada desain penelitian yang digunakan, teknik pengambilan sampel, dan uji statistik yang digunakan
9
dalam penelitian dimana penulis menggunakan post test only non equivalent
control
group
design
,
teknik
pengambilan
sampel
menggunakan consecutive sampling dan uji statistik menggunakan chi square c. Mardiyaningsih (2010), tentang “Efektifitas kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu post seksio sesarea di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah “. Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian quasi eksperimen dengan rancangan post test only design with control group. Teknik pengambilan sampel menggunakan non- probability sampling yakni consecutive sampling dengan jumlah sampel 54 terbagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi kelancaran produksi ASI antara kelompok kontrol dan intervensi dengan p-value = 0,000 dan ibu post seksio sesarea yang diberikan kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih besar untuk mengalami kelancaran produksi ASI dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan dengan peneliti terdapat pada variabel bebas dimana peneliti mengkombinasikan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesar. d. Purnama (2013), tentang “Efektivitas antara pijat oksitosin dan breast care terhadap produksi asi pada ibu post partum dengan seksio sesarea di RSUD Banyumas”. Penelitian tersebut menggunakan desain quasi
10
eksperimental dengan rancangan non randomized posttest without control group design. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Sampel berjumlah 50 orang ibu post partum yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu 25 treatment pijat oksitosin dan 25 treatment breast care. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik t test independent. Berdasarkan hasil analisis dengan uji statistik t test independent didapatkan bahwa nilai t hitung 0.241 < t tabel 2.01 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin dan breast care adalah cara untuk memperlancar dan meningkatkan produksi ASI. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pijat oksitosin dan breast care terhadap produksi ASI pada ibu post partum dengan seksio sesarea di RSUD Banyumas. Perbedaan penelitian dengan peneliti adalah pada variabel bebas dimana peneliti mengkombinasikan intervensi pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca bedah sesar. Perbedaan lain yakni pada luaran yang diukur oleh peneliti dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian dimana peneliti menggunakan desain penelitian quasi experimental non equivalent post test design only.